Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN TUGAS MAKALAH

BURSITIS
MODUL FISIOTERAPI MUSCULOSKELETAL NON BEDAH

Disusun Oleh :
Nurul Mutmainah ( 201410301049 )

PRODI S1 FISIOTERAPI
UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN
2015 – 2016

1
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Bursitis Bursa merupakan suatu tempat yang berisi cairan berada di antara 2 strukturtulang
yang bersentuhan satu sama lain. Cairan ini adalah minyak yang sama dengan cairanpersendian dan secara normal
jumlahnya memang sedikit. Bursitis adalah peradangan padabursa dapat disebabkan oleh adanya
friksi, benturan secara langsung pada persendian ataudisebabkan oleh infeksi bakteri. Bursitis paling
sering di bursa subdeltoid, bursa olekranon,bursa prepatelan dan bursa radiohumenal, sesuai urutan
kekerapannya lebih menonjol rasanyeri dari pada keparahan penyakit. Bursitis dapat dikelompokkan
menjadi bursitis akutadalah terjadi secara mendadak. Bursitis kronis merupakan akibat dari serangan
bursitis akutsebelumnya atau cedera yang berulang.

2. Tujuan Penulisan
Mengetahui penatalaksanaan Fisioterapi pada kondisi Bursitis, dan pengertian seputar
Bursitis.

3. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari bursitis ?
b. Apa etiologi dari bursitis?
c. Apa patofisiologi dari bursitis?
d. Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada bursitis?

4. Tujuan penulisan masalah


a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian bursitis
b. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi bursitis
c. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi bursitis
d. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada bursitis

2
5. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan makalah ini akan memberikan manfaat pada:
1) Institusi pendidikan fisioterapi
- Sebagai tambahan keilmuan fisioterapi tentang latihan yang efektif untuk
pasien dengan gangguan neuropati
2) Penulis
- Memberikan informasi tambahan mengenai pemberian intervensi fisioterapi
pada gangguan neuropati
- Mengembangkan minat dan kemampuan penulis dalam pembuatan makalah
3) Fisioterapis
- Memberikan informasi bagi fisioterapis mengenai intervensi fisioterapi yang
bisa diterapkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan
- Memberikan informasi tambahan bagi fisioterapis sebagai bahan acuan untuk
penanganan selanjutnya mengenai intervensi fisioterapi pada kasus neuropati
4) Pasien dan keluarga
- Memberikan informasi tambahan bagi keluarga dan pasien neuropati mengenai
intervensi yang bisa dilakukan pada penyakit yang dideritanya sehingga pasien
dapat menentukan intervensi yang cocok untuknya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Neuropati perifer (peripheral neuropathy/PN) adalah penyakit pada saraf perifer. Saraf
tersebut adalah semua saraf selain yang ada di otak dan urat saraf tulang belakang (perifer
berarti jauh dari pusat).
Sebagian PN diakibatkan kerusakan pada sumbu serabut saraf (akson),
yang mengirimkan perasaan pada otak. Kadang kala, PN disebabkan kerusakan pada
selubung serabut saraf (mielin). Ini mempengaruhi isyarat nyeri (sakit) yang dikirim ke otak.
PN dapat menjadi gangguan ringan atau kelemahan yang melumpuhkan. PN biasanya
dirasakan sebagai kesemutan, pegal, mati rasa atau rasa seperti terbakar pada kaki dan jari
kaki, tetapi juga dapat dialami pada tangan dan jari. Juga dapat dirasa dikitik-kitik, nyeri
tanpa alasan, atau rasa yang tampaknya lebih hebat daripada biasa. Gejala PN dapat bersifat
sementara: kadang sangat sakit, terus tiba-tiba hilang. PN berat dapat mengganggu waktu
berjalan kaki atau berdiri.

B. ANATOMI

1. SARAF KRANIAL
1.1 Lokasi Saraf Kranial
Ada dua belas pasang saraf kranial yang diberi nomor sesuai dengan hubungannya
dengan otak. Sembilan pasangan yang pertama dan pasangan kedua belas memasok
persarafan (menginervasi) bangunan di kepala.
1.1.1 Fungsi Umum Saraf Kranial
Dari titik sudut pandang secara fungsional, kita bisa saja memikirkan bermacammacam
pesad the cranial nerves handle sebagaimana yang termasuk pada satu dari
keempat kategori di bawah :
a. Dorongan sensoris spesial seperti untuk membau, visi, dan pendengaran.
b. Dorongan sensoris umum seperti rasa sakit, meraba, suhu, sensa si otot sebelah dalam,
tekanan, dan vibrasi.
c. Dorongan motor somatis yang hasilnya ada dalam kontrol otot skelet voluntary.
d. Dorongan motor visceral yang menghasilkan kontrol kelenjar involuntary dan otot
involuntary (kardiak dan lunak).

4
1.1.2 Nama-nama dan fungsi saraf kranial
Kedua belas pasangan saraf kranial selalu dinomori dengan menggunakan angka
Romawi. Beberapa saraf kranial I,II,dan VIII hanya berisi serat sensoris; sedangkan hampir
selu ruhnya berisi serat motorik; sisanya V,VII,IX,X berisi kedua jenis serat sensoris dan
motoris yang dikenal sebagai mixed nerves.
Kedua belas saraf yang dimaksud adalah sebagai berikut :
I. Saraf olfactory membawa dorongan membau dari reseptor di dalam mukosa
hidung menuju otak.
II. Saraf optik membawa dorongan visual dari mata menuju ke otak.
III. Saraf oculomotor berkaitan dengan sebagian besar kontraksi otot mata.
IV. Saraf trochlear memasok satu otot bola mata.
V. Saraf trigeminal merupakan saraf sensoris yang terbesar dari muka dan kepala,
mempunyai tiga cabang yang membawa dorongan mera sakan secara umum
(misalnya rasa sakit, meraba, suhu) dari muka menuju otak. Cabang ketiga
disambungkan oleh serat motoris pada otot mengunyah.
VI. Saraf abducens ialah saraf lainnya, yang mengirim dorongan yang mengontrol
pada otot bola mata.
VII. Saraf facial sebagian besar merupakan motor. Otot ekspresi rnuka kesemuanya
dipasok oleh cabang-cabang dari saraf facial. Saraf ini juga meliputi serat sensoris
khusus untuk merasakan pada anterior dua pertiga lidah dan berisi serat
pembuangan pada kelen jar Judah yang lebih kecil (submaxillary dan sublingual)
dan pada kelenjar lakrimal.
VIII. Saraf vestibulocholear berisi serat sensoris khusus untuk mendengar seperti
halnya untuk keseimbangan dari saluran semisirkular telinga bagian dalam.
IX. Saraf glossopharyngeal berisi serat sensoris umum dari belakang lidah dan
pharynx (tenggorokan). Saraf ini juga berisi serat sensoris untuk merasakan dari
posterior ketiga lidah, serat pembu angan yang memasok sebagian besar kelenjar
ludah (parotid) dan serat saraf motor untuk mengontrol otot menelan di dalam
pharynx.
X. Saraf vagus merupakan saraf kranial yang terpanjang yang mema-sok sebagian
besar organ di dalam rongga perut dan dada. Saraf ini juga berisi serat motor bagi
kelenjar yang menghasilkan getah pencernaan dan pembuangan lainnya.

5
XI. Saraf accesory (formerly disebut spinal accesory nerve) terbu at dari serat saraf
motor yang mengontrol dua otot leher, yaitu trapezius dan sternocleidomastoid.
XII. Saraf hypoglossal saraf kranial terakhir membawa dorongan-dorongan yang
mengontrol lidah.

1.2 SARAF TULANG BELAKANG


1.2.1 Lokasi dan Bangunan Saraf Tulang Belakang
Ada 31 pasang saraf tulang belakang, setiap pasang dinomori berdasarkan tingkatan
mana sumsum tulang belakang berasal. Setiap saraf dilekatkan pada sumsum tulang belakang
oleh dua akar: yaitu dorsal dan ventral. Pada setiap akar dorsal ditandai dengan mem-
bengkaknya bahan abu-abu yang dinamakan dorsal root ganglion yang berisi tubuh sel
neuron sensoris. Ganglion adalah kumpulan tubuh sel saraf yang terletak di luar sistem saraf
sertral/ SSS.Serat saraf yang berasai dan reseptor sensoris berbagai ma-cam daerah tubuh
mengarah pada ganglion ini. Reseptor sensoris ialah ujung saraf yang merespon pada suatu
stimulus. Ada dua ka-tegori reseptor. Pertama, untuk sensasi umum yang terletak di kulit dan
dinding tubule. Mereka merespon pada stimulus yang mem-bangkitkan sensasi rasa sakit,
meraba. dan suha serta lokasi dan posisi bagian-bagian tubuh. Kategori kedua termasuk
reseptor un-tuk merasa secara khusus, misalnya mencicipi, membau, visi, dan pendengaran.
Dorongan yang berasal dari reseptor ini dibawa oleh saraf kranial dari organ merasa khusus
menuju otak.Oleh karena serat sensoris membentuk akar dorsal, akar frontal saraf tulang
belakang merupakan kombinasi serat saraf motorik (efferent) yang memasok otot-otot
voluntary dan involuntary serta kelenjar. Tubuh sel bagi serat voluntary terletak di dalam
bagian ventral sumsum bahan abu-abu (anterior/ ventral gray horns). Tu-buh sel bagi serat
involuntary ditemukan dalam small, lateral, gray horns. Akar dorsal (sensoris) dan ventral
(motorik) dikombinasikan di dalam saraf tulang beiakang, making all spinal nerve mixed
nerves.

1.2.2 Cabang-cabang Saraf Tulang Belakang


Setiap saraf tulang belakang jaraknya dekat sekali dengan sumsum tulang belakang,
kemudian cabang-cabang masuk ke dalam divisi posterior yang kecil. Cabang anterior yang
lebih besar ber jalin (interlace) untuk membentuk jaringan yang dinamakan plexuses yang
kemudian mendistribusikan cabang-cabang tadi ke bagian-bagian tubuh. Ada tiga pleksus
yang utama, yaitu:

6
a. Cervical plexus memasok dorongan motorik pada otot-otot leher dan
menerima dorongan sensoris dari leher dan belakang kepala. Sa raf phrenic
yang mengaktifkan diafragma muncul dari pleksus ini.

b. Brachial plexus mengirimkan sejumlah cabang pada pundak, le-ngan atas,


lengan bawah, pergelangan tangan, dan tangan. Saraf radial timbul dari
brachial pleksus ini.

c. Lumbosacral plexus memasok saraf pada ekstrimitis bagian bawah. Bagian


yang terbesar dari cabang ini ialah sciatic nerve yang meninggalkan bagian
dorsal panggul lewat di bawah otot gluteus maksimus dan memanjang ke
bawah belakang paha. Pada permulaan- nya, tebalnya hampir 1 inci tetapi
segera ia bercabang-cabang paaa otot paha, di dekat lutut ia membentuk dua
sub divisi yang memasok tungkai dan kaki.

1.3 SISTEM SARAF OTONOM


1.3.1 Bagian-bagian Sistem Saraf otonom
Meskipun organ internal seperti jantung, paru-paru, dan pe-rut berisi ujung dan serat saraf
untuk mengkonduksi pesan-pesan sensoris pada otak dan sumsum tulang belakang, tetapi
sebagian be sar dorongar ini tidak mencapai kesadaran. Dorongan afferent ini dari viscera
diterjemahkan ke dalam respon reflek tanpa mencapai bagian otak sebelah atas: neuron
sensoris dari organ dikelompokkan dengan organ yang datang dari kulit dan otot voluntary.
Seba-laiknya neuron efferent yang memasok kelenjar dan otot involuntary disusun sangat
berbeda dari those yang memasok otot voluntary. Variasi di dalam lokasi dan penyusunan
neuron visceral efferent telah mengarahkan klasifikasi tadi sebagai bagian dari divisi yang
terpisah yang disebut autonomic nervous system.Sistem saraf otonom mempunyai banyak
ganglion (ganglia) yang berperan sebagai stasiun pemancar. Di dalam ganglia ini setiap pesan
ditransfer pada synapse dari neuron pertama ke neuron ke dua dan dari sana menuju sel
kelenjar atau otot. Ini berbeda de-ngan yang berasal dari sistern saraf voluntary (somatik) di
mana setiap serat saraf motorik extends seluruh jalan dari sumsum tulang beiakang ke otot
skelet tanpa intervening synapse.
Secara garis besar lokasi bagian sistem saraf otonom adalah sebagai berikut:
a. Jalur simpatetik mulai di dalam sumsum tulang belakang dengan tubuh sel di dalam
daerah lumbar dan dada, daerah thoracolumbar.Saraf simpatetik timbul dari sumsum

7
tulang belakang pada tingkat perama saraf thoracic turun pada tingkat kedua saraf
tulang bela-kang lumbar. Dari bagian sumsum ini serat saraf memanjang sampai pada
ganglia sympathetic chains (kerangka badan), dua untai gang lia yang menyerupai
sumsum yang memanjang di separjang sisi tu-lang belakang dari leher bagian bawah
sampai daerah abdominal sebelah atas. Ganglia kerangka badan yang menyerupai
merjan ini dinamakan lateral ganglia berisi tubuh sel dari sekelompok neuron yang
kedua, seratnya memanjang sampai kelenjar dan jaringan otot involuntary. Neuron
kedua ini melepaskan sebagian besar neurotransmitter norepinehrine (noradrenalin)
pada jaringan effector.
b. Jalur parasimpatetik mulai di dalam daerah craniosacral dengan munculnya serat dari
tubuh sel midbrain, medulla, dan bagian ba-wah sumsum tulang belakang (sacral).
Dari pusat-pusat inilah seke lompok serat yang pertama memanjang sampai ganglia
otonom yang bi asanya berlokasi di dalam atau di dekat dinding organ effector.
Kemudian jalurnya terus sepanjang sekelompok neuron kedua yang menstimulasi
jaringan visceral. Neuron ini melepaskan neurotrnasmitter acetylcholine.

1.3.2 Fungsi Sistem Saraf Otonom


Sistem saraf otonom mengatur tindakan kelenjar, otot organ lekuk yang lembut, dan
jantung. Tindakan ini semuanya dibawa seca ra ototmatis; kapan saja setiap perubahan terjac'i
yang meminta su atu penyesuaian pengaturan, penyesuaian dibuat tanpa seseorang me
nyadarinya. Bagian simpatetik sistem saraf otonom cenderung untuk bertindak sebagai
akselerator bagi organ-organ yang diperlukan un tuk menemui situasi yang penuh tekanan. Ia
memperhatikan apa yang dinamakan fight-or-flight response. Kalau anda membayangkan apa
yang terjadi pada orang yang takut atau marah, anda akan dengan mudah sekali ingat akan
efek/ akibat dorongan dari sistem saraf simpatetik.

a. Stimulasi kelenjar adrenal. Ini menghasilkan hormon termasuk epinephrine yang


mempersiapkan tubuh guna menemui situasi darurat. dalam banyak cara. Saraf
simpatetik dan hormon dari adrenal akan sating memperkuat satu sama lain.
b. Pembesaran biji mata dan penuruiian kemampuan dalam melihat pada satu titik fokus
bagi obyek yang dekat.
c. Bertambahnya tingkat kecepatan dan penuh tekanan kontraksi jantung.

8
d. Bertambahnya tekanan darah sebagian karena lebih efektifnya detak jantung dan
sebagian lagi karena pembatasan uteri kecil di dalam kuiit dan organ dalam.
e. Feinbesaran pips bronkial yang memungkinkan lebih banyak cksigen yang dapat
masuk.
f. Bertambahnya metabolisme.Sistem simpatetik juga berperan sebagai brake/ rem pada
those system secara tidak langsung dilibatkan dalani respon pada tekanan seperti
sistem digestif dan uriner. Perhatikan saja kalau anda sedang marah lalu anda
mencoba makan, maka anda lihat bahwa air ludah anda menjadi sedikit sekali dan
lebih kental sehingga anda akan kesulitan dalam menelan makanan (Jw. seret).,
Dalam kon-disi seperti iri ketika makanan sudah mencapai perut, is akan tinggal lebih
lama dibanding biasanya.

Bagian parasimpatetik dari sistem saraf otonom normalnya ber peran sebagai
penyeimbang bagi sistem simpatetik ketika krisis telah berlalu. Sistem parasimpatetik bring
about pembatasan bola mata, memperlambat detak jantung, dan pembatasan saluran (tube)
bronkial. Ia juga menstimulasi pembentukan dan pelepaskan urin dan aktifitas digestive tract.
Ludah misalnya mengalir lebih mudah dan profusely serta jumlah dan keencerannya
bertambah.Dengan demikian,sebagian besar organ tubuh menerima kedua sistem simpatetik
dan parasimpatetik; efek dari kedua sistem tadi pada organ yang ada umumnya berlawanan.

C. ETIOLOGI NEUROPATI PERIFER


Terdapat banyak hal yang bisa menyebabkan seseorang mengalami neuropati. Berikut ini
adalah beberapa kondisi, cedera, dan infeksi yang bisa berakibat pada munculnya neuropati.

1. Trauma atau cedera

Salah satu kondisi yang paling umum dan sering menyebabkan kerusakan pada saraf
adalah terjadinya cedera atau trauma. Kondisi ini bisa terjadi karena aktivitas maupun
kecelakaan.

2. Diabetes

Ini adalah kondisi yang juga sering dikaitkan dengan neuropati. Jika gejala neuropati
perifer muncul pada orang yang menderita diabetes, maka kondisi ini lebih dikenal dengan

9
istilah neuropati diabetes. Kondisi ini biasanya lebih parah jika diabetes yang diderita tidak
dikendalikan, penderita mengalami obesitas, atau hipertensi.

3. Penyakit autoimun

Beberapa penyakit autoimun bisa menjadi penyebab munculnya neuropati, misalnya


rheumatoid arthritis, penyakit lupus sistemik, dan sindrom Sjogren.

4. Infeksi

Beberapa infeksi virus maupun bakteri juga bisa menyebabkan munculnya neuropati,
misalnya HIV/AIDS, penyakit Lyme, dan sifilis.

5. Tumor

Salah satu akibat dari keberadaan tumor adalah menekan saraf-saraf yang ada di
sekitarnya. Dalam hal ini, neuropati bisa muncul ketika terdapat tumor, baik yang jinak
maupun ganas, di jaringan sekitar saraf.

6. Penyakit keturunan

Neuropati juga bisa terjadi sebagai akibat dari penyakit keturunan, misalnya ataksia
Friedreich, porfiria dan penyakit Charcot-Marie-Tooth.

7. Uremia

Kondisi ketika terjadi penumpukan sisa metabolisme tubuh di dalam darah akibat
kondisi gagal ginjal yang akhirnya bisa mengakibatkan munculnya neuropati.

8. Iskemia

Hambatan aliran darah ke saraf juga bisa menyebabkan kerusakan saraf jangka
panjang.

10
a. Defisiensi vitamin

Neuropati juga bisa muncul akibat kekurangan beberapa vitamin, terutama defisiensi
vitamin B12 dan folat, serta beberapa vitamin B lainnya.

b. Obat-obatan

Beberapa obat-obatan untuk terapi kanker, seperti vincristine dan antibiotik seperti
metronidazole dan isoniazid, bisa menyebabkan kerusakan pada bagian saraf.

c. Alkoholisme

Mengonsumsi minuman keras berlebihan bisa menyebabkan kerusakan pada saraf.


Biasanya pecandu minuman keras mengalami kekurangan nutrisi dan vitamin.

d. Racun

Beberapa racun dan toksin bisa menyebabkan kerusakan pada saraf manusia,
misalnya senyawa emas, arsenik, timah, merkuri, dan pestisida.

Ada beberapa penyebab neuropati perifer. Antaranya cedera mendadak,


tekanan berkepanjangan pada saraf, dan destruksi saraf akibat penyakit atau keracunan.
Penyebab tersering neuropati perifer adalah diabetes mellitus, defisiensi vitamin, alkoholisme
yang bersamaan dengan gizi buruk, dan kelainan bawaan. Tekanan pada saraf dapat akibat
tumor, pertumbuhan tulang abnormal, penggunaan kast atau kruk, atau postur
paksa karena kekakuan untuk jangka yang lama. Artritis rematoid, vibrasi berlebihan dari
peralatan berat, perdarahan pada saraf, herniasi diskus, terpapar dingin atau radiasi, dan
berbagai jenis kanser juga dapat menekan saraf. Neuropati perifer yang umum, parestetika
meralgia, khas dengan sensasi terbakar, baal, dan sensitifitas bagian depan paha.
Mikroorganisme dapat menyerang saraf secara langsung dengan akibat kerusakan saraf tepi.
Penyebab lain adalah bahan toksik, termasuk logam berat (timbal, air raksa, arsen), karbon
monoksida, dan pelarut.

D. TANDA DAN GEJALA


Gejala neuropati yang paling umum termasuk linu, nyeri terbakar, nyeri dingin,
kesemutan mati rasa, dan nyeri bila disentuh. Nyeri neuropatik sering bisa sulit untuk

11
menggambarkan dan dapat bervariasi dari hari ke hari dan orang ke orang. Gejala neuropati
yang paling umum termasuk linu, nyeri terbakar, nyeri dingin, kesemutan mati rasa, dan nyeri
bila disentuh. Nyeri neuropatik sering bisa sulit untuk menggambarkan dan dapat bervariasi
dari hari ke hari dan orang ke orang.

Gejala neuropati perifer yang berdampak kepada saraf motorik:

a. Kram otot dan kedutan.


b. Kelemahan otot atau kelumpuhan pada satu atau beberapa otot.
c. Kesulitan mengangkat bagian depan dari kaki, sehingga kesulitan berjalan.
d. Massa otot menurun.

Gejala neuropati perifer yang berdampak kepada saraf sensori:

a. Sensasi kesemutan dan tertusuk pada bagian yang terpengaruh.


b. Rasa perih dan menyengat, biasanya pada bagian kaki dan tungkai.
c. Baal dan menurunnya kemampuan untuk merasakan rasa sakit.
d. Perubahan suhu tubuh, terutama di bagian kaki.
e. Kehilangan keseimbangan atau koordinasi.
f. Merasakan sakit dari stimulasi yang seharusnya tidak terasa sakit sama sekali.

1. Neuropati otonom

Kondisi yang muncul akibat kerusakan pada sistem saraf involunter. Sistem saraf ini
mengendalikan detak jantung, sirkulasi darah, sistem pencernaan, respons seksual, keringat,
dan fungsi kandung kemih. Gejala neuropati otonom, antara lain:

a. Terutama pada malam hari akan mengalami konstipasi atau diare.


b. Tekanan darah rendah atau hipotensi.
c. Merasa mual, kembung, dan sering bersendawa.
d. Gangguan pada respons seksual, misalnya disfungsi ereksi.
e. Detak jantung cepat.
f. Kesulitan menelan.
g. Inkontinensi usus.
h. Kesulitan buang air kecil.
i. Berkeringat secara berlebihan.

12
2. Neuropati kranial

Kondisi di mana terjadi kerusakan pada salah satu dari 12 saraf kranial (saraf tulang
belakang bagian atas). Berikut adalah contoh neuropati kranial:

2.1 Neuropati optik

Yaitu kerusakan pada saraf kranial yang mengirim sinyal visual dari retina ke
otak.

2.2 Neuropati auditori

Terjadi gangguan pada saraf kranial yang mengirimkan sinyal dari telinga
bagian dalam menuju ke otak dan berfungsi dalam pendengaran.

3. Neuropati fokal atau mononeuropatI

Kondisi yang hanya memengaruhi satu saraf atau satu kelompok saraf, atau salah satu
bagian tubuh. Gejala yang terjadi akibat kondisi ini biasanya muncul secara mendadak.
Gejala yang muncul akan tergantung pada saraf mana yang mengalami gangguan:

a. Bell’s palsy atau kelemahan di salah satu sisi wajah.


b. Sensasi rasa yang berubah pada jari tangan atau jari tangan yang melemah.
c. Rasa sakit, perubahan sensasi rasa atau muncul kelemahan pada kaki.
d. Kemunculan rasa sakit pada mata. Selain itu pandangan kabur atau tidak bisa fokus.

Neuropati biasanya menyebabkan gejala, tapi tidak semua orang memiliki gejala yang
sama satu sama lainnya. Bahkan beberapa orang tidak merasakan gejala apa pun akibat
kondisi ini. Tingkat keparahan gejala yang dialami juga bisa berbeda-beda satu sama lain.

E. KLASIFIKASI

Neuropati perifer dapat diklasifikasikan mengikut jumlah saraf yang terkena atau jenis
sel saraf yang terkena (motorik, sensorik, otonom), atau proses yang memberi afek pada saraf

13
(peradangan misalnya dalam neuritis) Terdapat ratusan neuropati perifer. Mewakili tingkat
aktivitas sistem saraf tepi, gejala-gejalanya dapat melibatkan fungsi sensoris, motoris atau
otonom. Untuk membantu diagnosis dan pengobatan, gejala-gejalanya dapat diklasifikasikan
menjadi sindrom neuropati dasar berdasarkan tipe saraf yang dipengaruhi dan berapa lama
gejala telah berkembang. Perkembangan yang akut berarti gejala-gejala telah tampak dalam
beberapa hari, dan subakut berarti gejalanya telah berkembang selama beberapa minggu.
Gejala kronik awal berkembang dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun, dan gejala
kronik lanjut timbul setelah bertahun-tahun.

Sistem klasifikasi terdiri dari enam sindrom neuropati dasar, yang dibagi-bagi lagi
menjadi kategori yang lebih spesifik. Dengan memperkecil kemungkinan diagnosis dengan
cara ini, uji-uji medis spesifik dapat digunakan dengan lebih efektif dan efesien. Enam
sindrom dan beberapa penyebab yang berkaitan disebutkan di bawah ini :
1. Paralisis Motoris Akut, disertai dengan berbagai macam masalah fungsi sensorius dan
otonom. Neuropati berkaitan dengan sindrom ini terutama disertai dengan gangguan saraf
motoris, namun saraf-saraf sensoris dan otonom dapat terlibat. Gangguan yang berkaitan
dengan sistem ini adalah Guillain Barre Sindrom, polineuropati difteri dan neuropati
porphytik.
2. Paralisis Sensoris Motoris Subakut. Neuropati ini terutama memperlihatkan gejala-gejala
sensoris namun juga mempunyai gangguan sedikit pada komponen saraf motoris. Keracunan
logam berat (timbal, merkuri dan arsen), bahan-bahan kimia atau obat-obatan seringkali
dikaitkan dengan sindrom ini. Diabetes, penyakit Limme dan malnutrisi, juga merupakan
penyebab yang mungkin.
3. Paralisis Sensoris Motoris Kronis. Gejala fisisk dapat menyerupai sindrom-sindrom yang
telah disebutkan diatas, namun jangka waktu gejala untuk berkembang lebih lama. Sindrom
ini terjadi pada neuropati yang timbul karena kanker, diabetes, kusta, gangguan metabolik
kongenital atau bawaan dan hipotiroidisme.
4. Neuropati yang berkaitan dengan penyakit-penyakit mithokhondrial. Mithokhondrial adalah
organela yang bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan energi sel. Jika mithokhondrial
rusak atau hancur, kebutuhan energi sel tidak dapat terpenuhi dan sel dapat mati.
5. Polineuropati berulang atau timbul kembali. Sindrom ini meliputi neuropati yang
mempengaruhi beberapa saraf dan dapat hilang timbul, seperti Guillain Barre sindrom,
porfiria dan polineuropati demyelinisasi peradangan akut.

14
6. Mononeuropati atau Fleksopati. Kerusakan saraf yang berkaitan dengan sindrom ini terbatas
pada saraf tunggal atau beberapa saraf yang berkaitan erat. Neuropati berkaitan dengan
cedera saraf seperti Carpal Turner sindrom dan sciatika termasuk dalam sindrom ini.

F. PATOFISIOLOGI
Saraf sensorik dan motorik umumnya berada pada lokasi yang berbeda, hal ini
menyebabkan kerusakan jarang bersamaan pada kedua tipe saraf tersebut. Kerusakan dari
selubung myelin dapat menyebabkan terhambatnya konduksi saraf. Proses demienilisasi
dapat menyebabkan terhambatnya konduksi saraf. Proses dieminilisasi umumnya
mempengaruhi serat myelin yang berkapasitas besar, menyebabkan serat besar tersebut
mengalami disfungsi sensorik, kelemahan motorik dan penurunan refleks (Satoto, 2013). E.
Tanda dan Gejala 4 Sebagian besar kelumpuhan saraf peroneus terjadi pada daerah kaput
fibula, dimana saraf tersebut terletak di superfisial dan rentan terhadap cidera.Cabang
profunda lebih sering terkena darpada saraf yang lain Jika kedua cabang terkena
menimbulkan parese jari kaki , dorso fleksi kaki dan jari kaki, serta bagian lateral distal dari
tungkai bawah. Jika hanya cabang profunda yang terkena, menimbulkan deep peroneal nerve
syndrome.

G. TEKNOLOGI INTERVENSI FISIOTERAPI


Teknologi intervensi Fisioterapi yang di gunakan untuk mengatasi problematika pada
kondisi Neuropaty peroneal adalah Infrared, TENS dan Terapi Latihan
1. Infra Red merupakan salah satu alat yang sudah lazim seklai digunakan oleh para
fisioterapis. Inframerah adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih panjang
dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio. Namanya berarti
"bawah merah" (dari bahasa Latin infra, "bawah"), merah merupakan warna dari cahaya
tampak dengan gelombang terpanjang. Radiasi inframerah memiliki jangkauan tiga "order"
dan memiliki panjang gelombang antara 700 nm dan 1 mm Singh, 2005).
2. TENS Stimulasi listrik yang di aplikasikan pada serabut syaraf akan menghasilkan
impuls syaraf yang berjalan dengan dua arah disepanjang akson syaraf yang bersangkutan,
peristiwa ini dikenal sebagai aktivasi antidromik. Impuls syaraf yang dihasilkan oleh TENS
yang berjalan menjauh dari arah sistem syaraf pusat akan menabrak dan menghilangkan atau
menurunkan impuls averen yang datang dari jaringan pusat. Pada keadaan jaringan rusak

15
aktivasi bisa terjadi pada serabut syaraf berdiameter besar dan TENS tepe konvensional juga
akan mengaktivasi serabut syaraf yang berdiameter besar dan menghasilkan impuls
antidromik yang berdampak analgesia. Blokade TENS terhadap transmisi syaraf (Parjoto,
2006).
3. Terapi Latihan Suatu gerakan yang bertujuan untuk penguluran otot dan jaringan
dengan bantuan dari luar, sedang pasien rileks tanpa gerakan. Bantuan dari luardapat berupa
tangan terapis dengan cara posisi kaki pasien di dorso fleksi kan selama 1 sampai 3 hitungan,
dan si plantar fleksikan dan tahan selama 1 sampai 3 hitungan. Terapi latihan jenis ini
bertujuan untuk membantu serta mengurangi rasa kram di kaki dan membantu dan
mempertahankan kekuatan otot (brader dkk, 2006).

16
BAB III
PROSES FISIOTERAPI PADA PASIEN NEUROPATI

PROSES FISIOTERAPI
A. Pengkajian Data

1. Anamnesis

1.1 Identitas

Didapatkan informasi:
1) Nama : Tn waljilan,
2) Umu r : 53 tahun,
3) Jenis kelamin : laki-laki,
4) Agama : Islam,
5) Pekerjaan : Polri,
6) Alamat : Tinom Rt 05/08 Sidoarum Godean Yogyakarta.

1.2 Keluhan utama

Merupakan keluhan penderita yang dirasakan paling utama. Sering kesemutan pada jari-
jari, sering kram, terdapat nyeri gerak.

1.3 Riwayat penyakit sekarang

Dinyatakan tentang perjalanan penyakit yang diderita sekarang. Adapun pertanyaan yang
diajukan adalah kapan mulai terjadinya, dimana lokasinya, bagaimana terjadinya, faktor
penyebabnya, faktor yang memperingan dan memperberat, riwayat pengobatan, dan kondisi yang
dirasakan sekarang. Sekitar 1,5 tahun yang lalu sehabis lari-lari kurang lebih 5 km kaki pasien
pada jari-jarinya jadi kram dan lama kelamaan terjadi kesemutan dan semakin berat, sudah di
periksa ke dokter syaraf tetapi belum ada perubahan dan pada tanggal 4-1-2014 datang ke poli
Fisioterapi di Pku Muhhamadiyah Yokyakarta untuk melaksanakan terapi untuk penyakit yang
saya derita dengan keluhan pada jari-jari kaki dan sering kram.

2. Pemeriksaan Fisik

2.1 Inspeksi

Merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat (1) kondisi umum
pasien yang meliputi keadaan umum penderita, sikap tubuh ekspresi wajah dan bentuk badan
terjadi obesitas tidak, (2) keadaan lokasi, apakah ditemukan perubahan atau tidak bengkak dan
atrofi otot, (3) pola jalan, apakah ditemukan kelainan atau pola jalan yang tidak normal atau
tidak. Inspeksi ini ada 2 macam, yaitu secara statis maupun dinamis. Inspeksi statis adalah dengan
melihat keadaan penderita saat penderita diam, sedangkan inspeksi dinamis adalah melihat
keadaan penderita saat penderita bergerak atau berjalan. Kondisi umum pasien baik, tidak ada
oedem pada betis. kanan, tidak nampak perbedaan warna kulit kedua lutut tidak. Pola jalan agak
pincang nyeri saat jongkok ke berdiri.

17
2.2 Palpasi

Pemeriksaan dilakukan dengan cara meraba, menekan pada daerah sekitar betis .
Informasi yang dapat diperoleh dari pemeriksaan ini adalah apakah ada nyeri tekan pada m.
peroneus, suhu di sekitar betis normal atau tidak, adanya spasme otot di sekitar betis, dan
oedema pada sendi betis. Tidak Ada nyeri tekan pada betis, suhu lutut kanan dalam batas
normal, tidak ada spasme otot peroneus.

2.3 Perkusi

Adalah suatu pemeriksaan dengan cara mengetuk atau vibrasi untuk mengetahui
keadaan suatu rongga pada bagian tubuh. Tidak dilakukan

2.4 Auskultasi

Adalah suatu pemeriksaan dengan cara mendengarkan bagian jantung atau paru-paru
dengan menggunakan stetoskop tidak dilakukan

2.5 Pemeriksaan gerakan dasar

Pemeriksaan gerak dasar meliputi :

a. gerak pasif dimana gerakan dilakukan oleh terapis dan diperoleh informasi tentang
LGS ada tidaknya nyeri dan end feel,
b. gerak aktif dimana pasien menggerakkan sendiri tanpa bantuan terapis dan diperoleh
informasi LGS secara global dan ada tidaknya nyeri,
c. gerak aktif melawan tahanan, pada pemeriksaan ini penderita bergerak aktif dan
terapis menahan dengan kekuatan yang sama besarnya sehingga tidak terjadi gerakan.
ada kondisi ini tampak adanya penurunan dorsi fleksi dan plantar fleksi.

2.6 Pemeriksaan Spesifik

Pemeriksana spesifik ini dilakukan guna mendukung dalam menegakkan diagnosis


dan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan modalitas fisioterapi yang tepat. Pada
kasus Neuropaty peroneal, pemeriksaan yang dilakukan meliputi:

a) Tes pengukuran nyeri dengan VAS (verbal descriptive skale)


Yaitu pemgukuran derajat nyeri dengan memberi pertanyaan pada pasien bahwa yang
di alami sekarang adalah tidak nyeri sampai nyeri sekali, dan pasien mengukurnya, terapis
memberi penjelasan pada pasien, dan pasien menjawabnya lewat lisan. Sedangkan hasil yang
didapat pada kasus ini. Neuropaty Peroneal : (1), nyeri diam (2), nyeri gerak (3), nyeri tekan.

b) Tes tanda Homans


Posisi pasien tidur terlentang di bed, terapis berada di samping dengan posisi kuda-
kuda sambil memfiksasi tangan satu di poplitea dan tangan yang satu pada ankle. Terapis
menekan ke arah cranial /dorsi fleksi pemeriksaan ini untuk mengetahui gangguan deep vein
thrombosis tapi juga bisa di gunakan pada kasus neuropaty , dalam hal ini tes homans
positive.

18
c) Oswestry Quisioner
Tes kemampuan owwestry bertujuan untuk mengetahui seberapa kemampuan pasien
untuk beraktifitas yang diberi berbagai beberapa tes yang berjumlah 10 dan nilai dari 1
sampai 5 yang nilai 1 adalah normal dan 10 adalah nyeri yang sangat amat sangat. Yang dari
kemampuan tersebut dari nilai-nilainya di jumlah totalnya bagi 50 dan kalikan 100. Dari hasil
tersebut maka kemampuan fugsional pasien dapat diketahui dan dapat diketahui dari hasil
terapi 1-terapi 3 atau lebih (de wolf,2004).

3. Diagnosa Fisioterapi

Diagnosa fisioterapi merupakan upaya menegakkan masalah aktivitas gerak dan fungsi
berdasarkan pernyataan yang logis dan dapat dilayani fisioterapi. Adapun tujuan dan
diagnosis fisioterapi adalah untuk mengetahui permasalahan fisioterapi yang dihadapi oleh
penderita serta untuk menentukan layanan fisioterapi yang tepat. Hasil pemeriksaan
fisioterapi yang telah dilaksanakan pada penderita neuropati peroneal ini didapatkan
permasalahan fisioterapi sebagai berikut:

Kapasitas fisik yang terdiri dari :

1) Adanya nyeri gerak .

2) Adanya rasa kesemutan

3) Adanya rasa kram

Kemampuan Fungsional terdiri dari :

1) Keterbatasan saat toileting

2) Keterbatasan saat jongkok

3) Keterbatasan saat bersila

4. Pelaksanaan Fisioterapi

19
Dalam kondisi ini Fisioterapi yang dilaksanakan fisioterapis adalah IR, TENS, dan Terapi
Latihan (TL). Selanjutnya pelaksanaan fisioterapi pada kondisi Neuropaty Peroneal.
1. IR (Infra Red).

Setelah persiapan alat dan persiapan pasien selesai, selanjutnya IR dipasang di atas otot peroneus
kira-kira 15 cm, dosis yang dipakai waktu terapi maksimal 15 menit, untuk kondisi ini gunakan
jarak normal yaitu pasien merasakan hangat dan nyaman. Setiap selesai terapi tombol diposisikan
pada posisi nol, mesin dimatikan, IR di ambil dan di kembalikan seperti semula.
2. Transcutaneus Nerve Stimulation (TENS)

Pada pelaksanaan terapi posisikan satu Elektrode pada otot peroneus dan Elektrode yang satunya
pada telapak kaki, biar tidak kemana-mana maka elektrode di ikat dengan tali perekat dalam hal
ini saya menggunakan modulasi pulsa ”countinuos”, kemudian atur waktu terapi ± 13 menit.
Intensitas yang digunakan sampai timbul rasa nyeri, frekuensi 40-100 ppd dan durase fase 20-200
mikrodetik .
3. Terapi Latihan (TL) Streaching

Terapis berada di samping pasien dan terapis memfiksasi pada ankle pasien, streach ke arah dorsi
fleksi dan hitung selama tiga hitungan lalu rileks, lakukan lima kali pengulangan (Brader,2006).
D. Evaluasi

Setelah dilakukan terapi selama 6 kali didapatkan hasil yaitu , penurunan nyeri , peningkatan
aktivitas, berkurangnya rasa kesemutan dan kram di jari-jari kaki.

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Neuropaty merupakan penyakit yang perlu perhatian khusus dan tidak bisa
dianggap ringan,karena bila penyakit ini tidak didapatkan terapi secara intensif maka
akan memperberat keadaan gejala itu sendiri dimana saraf mengalami kemunduran
fungsinya sehingga dapat mengakibatkan kecatatan dan mengganggu aktivitas pasien.
Dari IR, TENS dan streaching dengan pemberian ketiga modalitas tersebut sangat

20
besar pengaruhnya terhadap kondisi neuropaty yaitu dapat membantu mencegah dan
menangani permasalahan berupa: (1) mengurangi nyeri mulai dari nyeri diam maupun
gerak dengan menggunakan skala VDS. (2) mengembalikan aktivitas fungsional
pasien. Dengan menggunakan skala owestry.

B. SARAN
(1) Saran bagi pasien, agar bisa lebih hati-hati dalam beraktifitas khususnya yang banyak
menggunakan aktivitas lebih, pasien saat beraktifitas bila terasa nyeri sebaiknya di
kompres dengan air hangat selain menjalani terapi yang teratur, latihan di rumah
juga lebih baik dalam menentukan keberhasilan pasien dan kesabarannya juga
diperlukan untuk mendapatkan hasil dari pasien yang diinginkan.
(2) Kepada masyarakat, hendaknya tetap menjaga kesehatan dan kebugaran melalui
aktifitas yang seimbang.

21

Anda mungkin juga menyukai