BURSITIS
MODUL FISIOTERAPI MUSCULOSKELETAL NON BEDAH
Disusun Oleh :
Nurul Mutmainah ( 201410301049 )
PRODI S1 FISIOTERAPI
UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN
2015 – 2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bursitis Bursa merupakan suatu tempat yang berisi cairan berada di antara 2 strukturtulang
yang bersentuhan satu sama lain. Cairan ini adalah minyak yang sama dengan cairanpersendian dan secara normal
jumlahnya memang sedikit. Bursitis adalah peradangan padabursa dapat disebabkan oleh adanya
friksi, benturan secara langsung pada persendian ataudisebabkan oleh infeksi bakteri. Bursitis paling
sering di bursa subdeltoid, bursa olekranon,bursa prepatelan dan bursa radiohumenal, sesuai urutan
kekerapannya lebih menonjol rasanyeri dari pada keparahan penyakit. Bursitis dapat dikelompokkan
menjadi bursitis akutadalah terjadi secara mendadak. Bursitis kronis merupakan akibat dari serangan
bursitis akutsebelumnya atau cedera yang berulang.
2. Tujuan Penulisan
Mengetahui penatalaksanaan Fisioterapi pada kondisi Bursitis, dan pengertian seputar
Bursitis.
3. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari bursitis ?
b. Apa etiologi dari bursitis?
c. Apa patofisiologi dari bursitis?
d. Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada bursitis?
2
5. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan makalah ini akan memberikan manfaat pada:
1) Institusi pendidikan fisioterapi
- Sebagai tambahan keilmuan fisioterapi tentang latihan yang efektif untuk
pasien dengan gangguan neuropati
2) Penulis
- Memberikan informasi tambahan mengenai pemberian intervensi fisioterapi
pada gangguan neuropati
- Mengembangkan minat dan kemampuan penulis dalam pembuatan makalah
3) Fisioterapis
- Memberikan informasi bagi fisioterapis mengenai intervensi fisioterapi yang
bisa diterapkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan
- Memberikan informasi tambahan bagi fisioterapis sebagai bahan acuan untuk
penanganan selanjutnya mengenai intervensi fisioterapi pada kasus neuropati
4) Pasien dan keluarga
- Memberikan informasi tambahan bagi keluarga dan pasien neuropati mengenai
intervensi yang bisa dilakukan pada penyakit yang dideritanya sehingga pasien
dapat menentukan intervensi yang cocok untuknya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Neuropati perifer (peripheral neuropathy/PN) adalah penyakit pada saraf perifer. Saraf
tersebut adalah semua saraf selain yang ada di otak dan urat saraf tulang belakang (perifer
berarti jauh dari pusat).
Sebagian PN diakibatkan kerusakan pada sumbu serabut saraf (akson),
yang mengirimkan perasaan pada otak. Kadang kala, PN disebabkan kerusakan pada
selubung serabut saraf (mielin). Ini mempengaruhi isyarat nyeri (sakit) yang dikirim ke otak.
PN dapat menjadi gangguan ringan atau kelemahan yang melumpuhkan. PN biasanya
dirasakan sebagai kesemutan, pegal, mati rasa atau rasa seperti terbakar pada kaki dan jari
kaki, tetapi juga dapat dialami pada tangan dan jari. Juga dapat dirasa dikitik-kitik, nyeri
tanpa alasan, atau rasa yang tampaknya lebih hebat daripada biasa. Gejala PN dapat bersifat
sementara: kadang sangat sakit, terus tiba-tiba hilang. PN berat dapat mengganggu waktu
berjalan kaki atau berdiri.
B. ANATOMI
1. SARAF KRANIAL
1.1 Lokasi Saraf Kranial
Ada dua belas pasang saraf kranial yang diberi nomor sesuai dengan hubungannya
dengan otak. Sembilan pasangan yang pertama dan pasangan kedua belas memasok
persarafan (menginervasi) bangunan di kepala.
1.1.1 Fungsi Umum Saraf Kranial
Dari titik sudut pandang secara fungsional, kita bisa saja memikirkan bermacammacam
pesad the cranial nerves handle sebagaimana yang termasuk pada satu dari
keempat kategori di bawah :
a. Dorongan sensoris spesial seperti untuk membau, visi, dan pendengaran.
b. Dorongan sensoris umum seperti rasa sakit, meraba, suhu, sensa si otot sebelah dalam,
tekanan, dan vibrasi.
c. Dorongan motor somatis yang hasilnya ada dalam kontrol otot skelet voluntary.
d. Dorongan motor visceral yang menghasilkan kontrol kelenjar involuntary dan otot
involuntary (kardiak dan lunak).
4
1.1.2 Nama-nama dan fungsi saraf kranial
Kedua belas pasangan saraf kranial selalu dinomori dengan menggunakan angka
Romawi. Beberapa saraf kranial I,II,dan VIII hanya berisi serat sensoris; sedangkan hampir
selu ruhnya berisi serat motorik; sisanya V,VII,IX,X berisi kedua jenis serat sensoris dan
motoris yang dikenal sebagai mixed nerves.
Kedua belas saraf yang dimaksud adalah sebagai berikut :
I. Saraf olfactory membawa dorongan membau dari reseptor di dalam mukosa
hidung menuju otak.
II. Saraf optik membawa dorongan visual dari mata menuju ke otak.
III. Saraf oculomotor berkaitan dengan sebagian besar kontraksi otot mata.
IV. Saraf trochlear memasok satu otot bola mata.
V. Saraf trigeminal merupakan saraf sensoris yang terbesar dari muka dan kepala,
mempunyai tiga cabang yang membawa dorongan mera sakan secara umum
(misalnya rasa sakit, meraba, suhu) dari muka menuju otak. Cabang ketiga
disambungkan oleh serat motoris pada otot mengunyah.
VI. Saraf abducens ialah saraf lainnya, yang mengirim dorongan yang mengontrol
pada otot bola mata.
VII. Saraf facial sebagian besar merupakan motor. Otot ekspresi rnuka kesemuanya
dipasok oleh cabang-cabang dari saraf facial. Saraf ini juga meliputi serat sensoris
khusus untuk merasakan pada anterior dua pertiga lidah dan berisi serat
pembuangan pada kelen jar Judah yang lebih kecil (submaxillary dan sublingual)
dan pada kelenjar lakrimal.
VIII. Saraf vestibulocholear berisi serat sensoris khusus untuk mendengar seperti
halnya untuk keseimbangan dari saluran semisirkular telinga bagian dalam.
IX. Saraf glossopharyngeal berisi serat sensoris umum dari belakang lidah dan
pharynx (tenggorokan). Saraf ini juga berisi serat sensoris untuk merasakan dari
posterior ketiga lidah, serat pembu angan yang memasok sebagian besar kelenjar
ludah (parotid) dan serat saraf motor untuk mengontrol otot menelan di dalam
pharynx.
X. Saraf vagus merupakan saraf kranial yang terpanjang yang mema-sok sebagian
besar organ di dalam rongga perut dan dada. Saraf ini juga berisi serat motor bagi
kelenjar yang menghasilkan getah pencernaan dan pembuangan lainnya.
5
XI. Saraf accesory (formerly disebut spinal accesory nerve) terbu at dari serat saraf
motor yang mengontrol dua otot leher, yaitu trapezius dan sternocleidomastoid.
XII. Saraf hypoglossal saraf kranial terakhir membawa dorongan-dorongan yang
mengontrol lidah.
6
a. Cervical plexus memasok dorongan motorik pada otot-otot leher dan
menerima dorongan sensoris dari leher dan belakang kepala. Sa raf phrenic
yang mengaktifkan diafragma muncul dari pleksus ini.
7
tulang belakang pada tingkat perama saraf thoracic turun pada tingkat kedua saraf
tulang bela-kang lumbar. Dari bagian sumsum ini serat saraf memanjang sampai pada
ganglia sympathetic chains (kerangka badan), dua untai gang lia yang menyerupai
sumsum yang memanjang di separjang sisi tu-lang belakang dari leher bagian bawah
sampai daerah abdominal sebelah atas. Ganglia kerangka badan yang menyerupai
merjan ini dinamakan lateral ganglia berisi tubuh sel dari sekelompok neuron yang
kedua, seratnya memanjang sampai kelenjar dan jaringan otot involuntary. Neuron
kedua ini melepaskan sebagian besar neurotransmitter norepinehrine (noradrenalin)
pada jaringan effector.
b. Jalur parasimpatetik mulai di dalam daerah craniosacral dengan munculnya serat dari
tubuh sel midbrain, medulla, dan bagian ba-wah sumsum tulang belakang (sacral).
Dari pusat-pusat inilah seke lompok serat yang pertama memanjang sampai ganglia
otonom yang bi asanya berlokasi di dalam atau di dekat dinding organ effector.
Kemudian jalurnya terus sepanjang sekelompok neuron kedua yang menstimulasi
jaringan visceral. Neuron ini melepaskan neurotrnasmitter acetylcholine.
8
d. Bertambahnya tekanan darah sebagian karena lebih efektifnya detak jantung dan
sebagian lagi karena pembatasan uteri kecil di dalam kuiit dan organ dalam.
e. Feinbesaran pips bronkial yang memungkinkan lebih banyak cksigen yang dapat
masuk.
f. Bertambahnya metabolisme.Sistem simpatetik juga berperan sebagai brake/ rem pada
those system secara tidak langsung dilibatkan dalani respon pada tekanan seperti
sistem digestif dan uriner. Perhatikan saja kalau anda sedang marah lalu anda
mencoba makan, maka anda lihat bahwa air ludah anda menjadi sedikit sekali dan
lebih kental sehingga anda akan kesulitan dalam menelan makanan (Jw. seret).,
Dalam kon-disi seperti iri ketika makanan sudah mencapai perut, is akan tinggal lebih
lama dibanding biasanya.
Bagian parasimpatetik dari sistem saraf otonom normalnya ber peran sebagai
penyeimbang bagi sistem simpatetik ketika krisis telah berlalu. Sistem parasimpatetik bring
about pembatasan bola mata, memperlambat detak jantung, dan pembatasan saluran (tube)
bronkial. Ia juga menstimulasi pembentukan dan pelepaskan urin dan aktifitas digestive tract.
Ludah misalnya mengalir lebih mudah dan profusely serta jumlah dan keencerannya
bertambah.Dengan demikian,sebagian besar organ tubuh menerima kedua sistem simpatetik
dan parasimpatetik; efek dari kedua sistem tadi pada organ yang ada umumnya berlawanan.
Salah satu kondisi yang paling umum dan sering menyebabkan kerusakan pada saraf
adalah terjadinya cedera atau trauma. Kondisi ini bisa terjadi karena aktivitas maupun
kecelakaan.
2. Diabetes
Ini adalah kondisi yang juga sering dikaitkan dengan neuropati. Jika gejala neuropati
perifer muncul pada orang yang menderita diabetes, maka kondisi ini lebih dikenal dengan
9
istilah neuropati diabetes. Kondisi ini biasanya lebih parah jika diabetes yang diderita tidak
dikendalikan, penderita mengalami obesitas, atau hipertensi.
3. Penyakit autoimun
4. Infeksi
Beberapa infeksi virus maupun bakteri juga bisa menyebabkan munculnya neuropati,
misalnya HIV/AIDS, penyakit Lyme, dan sifilis.
5. Tumor
Salah satu akibat dari keberadaan tumor adalah menekan saraf-saraf yang ada di
sekitarnya. Dalam hal ini, neuropati bisa muncul ketika terdapat tumor, baik yang jinak
maupun ganas, di jaringan sekitar saraf.
6. Penyakit keturunan
Neuropati juga bisa terjadi sebagai akibat dari penyakit keturunan, misalnya ataksia
Friedreich, porfiria dan penyakit Charcot-Marie-Tooth.
7. Uremia
Kondisi ketika terjadi penumpukan sisa metabolisme tubuh di dalam darah akibat
kondisi gagal ginjal yang akhirnya bisa mengakibatkan munculnya neuropati.
8. Iskemia
Hambatan aliran darah ke saraf juga bisa menyebabkan kerusakan saraf jangka
panjang.
10
a. Defisiensi vitamin
Neuropati juga bisa muncul akibat kekurangan beberapa vitamin, terutama defisiensi
vitamin B12 dan folat, serta beberapa vitamin B lainnya.
b. Obat-obatan
Beberapa obat-obatan untuk terapi kanker, seperti vincristine dan antibiotik seperti
metronidazole dan isoniazid, bisa menyebabkan kerusakan pada bagian saraf.
c. Alkoholisme
d. Racun
Beberapa racun dan toksin bisa menyebabkan kerusakan pada saraf manusia,
misalnya senyawa emas, arsenik, timah, merkuri, dan pestisida.
11
menggambarkan dan dapat bervariasi dari hari ke hari dan orang ke orang. Gejala neuropati
yang paling umum termasuk linu, nyeri terbakar, nyeri dingin, kesemutan mati rasa, dan nyeri
bila disentuh. Nyeri neuropatik sering bisa sulit untuk menggambarkan dan dapat bervariasi
dari hari ke hari dan orang ke orang.
1. Neuropati otonom
Kondisi yang muncul akibat kerusakan pada sistem saraf involunter. Sistem saraf ini
mengendalikan detak jantung, sirkulasi darah, sistem pencernaan, respons seksual, keringat,
dan fungsi kandung kemih. Gejala neuropati otonom, antara lain:
12
2. Neuropati kranial
Kondisi di mana terjadi kerusakan pada salah satu dari 12 saraf kranial (saraf tulang
belakang bagian atas). Berikut adalah contoh neuropati kranial:
Yaitu kerusakan pada saraf kranial yang mengirim sinyal visual dari retina ke
otak.
Terjadi gangguan pada saraf kranial yang mengirimkan sinyal dari telinga
bagian dalam menuju ke otak dan berfungsi dalam pendengaran.
Kondisi yang hanya memengaruhi satu saraf atau satu kelompok saraf, atau salah satu
bagian tubuh. Gejala yang terjadi akibat kondisi ini biasanya muncul secara mendadak.
Gejala yang muncul akan tergantung pada saraf mana yang mengalami gangguan:
Neuropati biasanya menyebabkan gejala, tapi tidak semua orang memiliki gejala yang
sama satu sama lainnya. Bahkan beberapa orang tidak merasakan gejala apa pun akibat
kondisi ini. Tingkat keparahan gejala yang dialami juga bisa berbeda-beda satu sama lain.
E. KLASIFIKASI
Neuropati perifer dapat diklasifikasikan mengikut jumlah saraf yang terkena atau jenis
sel saraf yang terkena (motorik, sensorik, otonom), atau proses yang memberi afek pada saraf
13
(peradangan misalnya dalam neuritis) Terdapat ratusan neuropati perifer. Mewakili tingkat
aktivitas sistem saraf tepi, gejala-gejalanya dapat melibatkan fungsi sensoris, motoris atau
otonom. Untuk membantu diagnosis dan pengobatan, gejala-gejalanya dapat diklasifikasikan
menjadi sindrom neuropati dasar berdasarkan tipe saraf yang dipengaruhi dan berapa lama
gejala telah berkembang. Perkembangan yang akut berarti gejala-gejala telah tampak dalam
beberapa hari, dan subakut berarti gejalanya telah berkembang selama beberapa minggu.
Gejala kronik awal berkembang dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun, dan gejala
kronik lanjut timbul setelah bertahun-tahun.
Sistem klasifikasi terdiri dari enam sindrom neuropati dasar, yang dibagi-bagi lagi
menjadi kategori yang lebih spesifik. Dengan memperkecil kemungkinan diagnosis dengan
cara ini, uji-uji medis spesifik dapat digunakan dengan lebih efektif dan efesien. Enam
sindrom dan beberapa penyebab yang berkaitan disebutkan di bawah ini :
1. Paralisis Motoris Akut, disertai dengan berbagai macam masalah fungsi sensorius dan
otonom. Neuropati berkaitan dengan sindrom ini terutama disertai dengan gangguan saraf
motoris, namun saraf-saraf sensoris dan otonom dapat terlibat. Gangguan yang berkaitan
dengan sistem ini adalah Guillain Barre Sindrom, polineuropati difteri dan neuropati
porphytik.
2. Paralisis Sensoris Motoris Subakut. Neuropati ini terutama memperlihatkan gejala-gejala
sensoris namun juga mempunyai gangguan sedikit pada komponen saraf motoris. Keracunan
logam berat (timbal, merkuri dan arsen), bahan-bahan kimia atau obat-obatan seringkali
dikaitkan dengan sindrom ini. Diabetes, penyakit Limme dan malnutrisi, juga merupakan
penyebab yang mungkin.
3. Paralisis Sensoris Motoris Kronis. Gejala fisisk dapat menyerupai sindrom-sindrom yang
telah disebutkan diatas, namun jangka waktu gejala untuk berkembang lebih lama. Sindrom
ini terjadi pada neuropati yang timbul karena kanker, diabetes, kusta, gangguan metabolik
kongenital atau bawaan dan hipotiroidisme.
4. Neuropati yang berkaitan dengan penyakit-penyakit mithokhondrial. Mithokhondrial adalah
organela yang bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan energi sel. Jika mithokhondrial
rusak atau hancur, kebutuhan energi sel tidak dapat terpenuhi dan sel dapat mati.
5. Polineuropati berulang atau timbul kembali. Sindrom ini meliputi neuropati yang
mempengaruhi beberapa saraf dan dapat hilang timbul, seperti Guillain Barre sindrom,
porfiria dan polineuropati demyelinisasi peradangan akut.
14
6. Mononeuropati atau Fleksopati. Kerusakan saraf yang berkaitan dengan sindrom ini terbatas
pada saraf tunggal atau beberapa saraf yang berkaitan erat. Neuropati berkaitan dengan
cedera saraf seperti Carpal Turner sindrom dan sciatika termasuk dalam sindrom ini.
F. PATOFISIOLOGI
Saraf sensorik dan motorik umumnya berada pada lokasi yang berbeda, hal ini
menyebabkan kerusakan jarang bersamaan pada kedua tipe saraf tersebut. Kerusakan dari
selubung myelin dapat menyebabkan terhambatnya konduksi saraf. Proses demienilisasi
dapat menyebabkan terhambatnya konduksi saraf. Proses dieminilisasi umumnya
mempengaruhi serat myelin yang berkapasitas besar, menyebabkan serat besar tersebut
mengalami disfungsi sensorik, kelemahan motorik dan penurunan refleks (Satoto, 2013). E.
Tanda dan Gejala 4 Sebagian besar kelumpuhan saraf peroneus terjadi pada daerah kaput
fibula, dimana saraf tersebut terletak di superfisial dan rentan terhadap cidera.Cabang
profunda lebih sering terkena darpada saraf yang lain Jika kedua cabang terkena
menimbulkan parese jari kaki , dorso fleksi kaki dan jari kaki, serta bagian lateral distal dari
tungkai bawah. Jika hanya cabang profunda yang terkena, menimbulkan deep peroneal nerve
syndrome.
15
aktivasi bisa terjadi pada serabut syaraf berdiameter besar dan TENS tepe konvensional juga
akan mengaktivasi serabut syaraf yang berdiameter besar dan menghasilkan impuls
antidromik yang berdampak analgesia. Blokade TENS terhadap transmisi syaraf (Parjoto,
2006).
3. Terapi Latihan Suatu gerakan yang bertujuan untuk penguluran otot dan jaringan
dengan bantuan dari luar, sedang pasien rileks tanpa gerakan. Bantuan dari luardapat berupa
tangan terapis dengan cara posisi kaki pasien di dorso fleksi kan selama 1 sampai 3 hitungan,
dan si plantar fleksikan dan tahan selama 1 sampai 3 hitungan. Terapi latihan jenis ini
bertujuan untuk membantu serta mengurangi rasa kram di kaki dan membantu dan
mempertahankan kekuatan otot (brader dkk, 2006).
16
BAB III
PROSES FISIOTERAPI PADA PASIEN NEUROPATI
PROSES FISIOTERAPI
A. Pengkajian Data
1. Anamnesis
1.1 Identitas
Didapatkan informasi:
1) Nama : Tn waljilan,
2) Umu r : 53 tahun,
3) Jenis kelamin : laki-laki,
4) Agama : Islam,
5) Pekerjaan : Polri,
6) Alamat : Tinom Rt 05/08 Sidoarum Godean Yogyakarta.
Merupakan keluhan penderita yang dirasakan paling utama. Sering kesemutan pada jari-
jari, sering kram, terdapat nyeri gerak.
Dinyatakan tentang perjalanan penyakit yang diderita sekarang. Adapun pertanyaan yang
diajukan adalah kapan mulai terjadinya, dimana lokasinya, bagaimana terjadinya, faktor
penyebabnya, faktor yang memperingan dan memperberat, riwayat pengobatan, dan kondisi yang
dirasakan sekarang. Sekitar 1,5 tahun yang lalu sehabis lari-lari kurang lebih 5 km kaki pasien
pada jari-jarinya jadi kram dan lama kelamaan terjadi kesemutan dan semakin berat, sudah di
periksa ke dokter syaraf tetapi belum ada perubahan dan pada tanggal 4-1-2014 datang ke poli
Fisioterapi di Pku Muhhamadiyah Yokyakarta untuk melaksanakan terapi untuk penyakit yang
saya derita dengan keluhan pada jari-jari kaki dan sering kram.
2. Pemeriksaan Fisik
2.1 Inspeksi
Merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat (1) kondisi umum
pasien yang meliputi keadaan umum penderita, sikap tubuh ekspresi wajah dan bentuk badan
terjadi obesitas tidak, (2) keadaan lokasi, apakah ditemukan perubahan atau tidak bengkak dan
atrofi otot, (3) pola jalan, apakah ditemukan kelainan atau pola jalan yang tidak normal atau
tidak. Inspeksi ini ada 2 macam, yaitu secara statis maupun dinamis. Inspeksi statis adalah dengan
melihat keadaan penderita saat penderita diam, sedangkan inspeksi dinamis adalah melihat
keadaan penderita saat penderita bergerak atau berjalan. Kondisi umum pasien baik, tidak ada
oedem pada betis. kanan, tidak nampak perbedaan warna kulit kedua lutut tidak. Pola jalan agak
pincang nyeri saat jongkok ke berdiri.
17
2.2 Palpasi
Pemeriksaan dilakukan dengan cara meraba, menekan pada daerah sekitar betis .
Informasi yang dapat diperoleh dari pemeriksaan ini adalah apakah ada nyeri tekan pada m.
peroneus, suhu di sekitar betis normal atau tidak, adanya spasme otot di sekitar betis, dan
oedema pada sendi betis. Tidak Ada nyeri tekan pada betis, suhu lutut kanan dalam batas
normal, tidak ada spasme otot peroneus.
2.3 Perkusi
Adalah suatu pemeriksaan dengan cara mengetuk atau vibrasi untuk mengetahui
keadaan suatu rongga pada bagian tubuh. Tidak dilakukan
2.4 Auskultasi
Adalah suatu pemeriksaan dengan cara mendengarkan bagian jantung atau paru-paru
dengan menggunakan stetoskop tidak dilakukan
a. gerak pasif dimana gerakan dilakukan oleh terapis dan diperoleh informasi tentang
LGS ada tidaknya nyeri dan end feel,
b. gerak aktif dimana pasien menggerakkan sendiri tanpa bantuan terapis dan diperoleh
informasi LGS secara global dan ada tidaknya nyeri,
c. gerak aktif melawan tahanan, pada pemeriksaan ini penderita bergerak aktif dan
terapis menahan dengan kekuatan yang sama besarnya sehingga tidak terjadi gerakan.
ada kondisi ini tampak adanya penurunan dorsi fleksi dan plantar fleksi.
18
c) Oswestry Quisioner
Tes kemampuan owwestry bertujuan untuk mengetahui seberapa kemampuan pasien
untuk beraktifitas yang diberi berbagai beberapa tes yang berjumlah 10 dan nilai dari 1
sampai 5 yang nilai 1 adalah normal dan 10 adalah nyeri yang sangat amat sangat. Yang dari
kemampuan tersebut dari nilai-nilainya di jumlah totalnya bagi 50 dan kalikan 100. Dari hasil
tersebut maka kemampuan fugsional pasien dapat diketahui dan dapat diketahui dari hasil
terapi 1-terapi 3 atau lebih (de wolf,2004).
3. Diagnosa Fisioterapi
Diagnosa fisioterapi merupakan upaya menegakkan masalah aktivitas gerak dan fungsi
berdasarkan pernyataan yang logis dan dapat dilayani fisioterapi. Adapun tujuan dan
diagnosis fisioterapi adalah untuk mengetahui permasalahan fisioterapi yang dihadapi oleh
penderita serta untuk menentukan layanan fisioterapi yang tepat. Hasil pemeriksaan
fisioterapi yang telah dilaksanakan pada penderita neuropati peroneal ini didapatkan
permasalahan fisioterapi sebagai berikut:
4. Pelaksanaan Fisioterapi
19
Dalam kondisi ini Fisioterapi yang dilaksanakan fisioterapis adalah IR, TENS, dan Terapi
Latihan (TL). Selanjutnya pelaksanaan fisioterapi pada kondisi Neuropaty Peroneal.
1. IR (Infra Red).
Setelah persiapan alat dan persiapan pasien selesai, selanjutnya IR dipasang di atas otot peroneus
kira-kira 15 cm, dosis yang dipakai waktu terapi maksimal 15 menit, untuk kondisi ini gunakan
jarak normal yaitu pasien merasakan hangat dan nyaman. Setiap selesai terapi tombol diposisikan
pada posisi nol, mesin dimatikan, IR di ambil dan di kembalikan seperti semula.
2. Transcutaneus Nerve Stimulation (TENS)
Pada pelaksanaan terapi posisikan satu Elektrode pada otot peroneus dan Elektrode yang satunya
pada telapak kaki, biar tidak kemana-mana maka elektrode di ikat dengan tali perekat dalam hal
ini saya menggunakan modulasi pulsa ”countinuos”, kemudian atur waktu terapi ± 13 menit.
Intensitas yang digunakan sampai timbul rasa nyeri, frekuensi 40-100 ppd dan durase fase 20-200
mikrodetik .
3. Terapi Latihan (TL) Streaching
Terapis berada di samping pasien dan terapis memfiksasi pada ankle pasien, streach ke arah dorsi
fleksi dan hitung selama tiga hitungan lalu rileks, lakukan lima kali pengulangan (Brader,2006).
D. Evaluasi
Setelah dilakukan terapi selama 6 kali didapatkan hasil yaitu , penurunan nyeri , peningkatan
aktivitas, berkurangnya rasa kesemutan dan kram di jari-jari kaki.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Neuropaty merupakan penyakit yang perlu perhatian khusus dan tidak bisa
dianggap ringan,karena bila penyakit ini tidak didapatkan terapi secara intensif maka
akan memperberat keadaan gejala itu sendiri dimana saraf mengalami kemunduran
fungsinya sehingga dapat mengakibatkan kecatatan dan mengganggu aktivitas pasien.
Dari IR, TENS dan streaching dengan pemberian ketiga modalitas tersebut sangat
20
besar pengaruhnya terhadap kondisi neuropaty yaitu dapat membantu mencegah dan
menangani permasalahan berupa: (1) mengurangi nyeri mulai dari nyeri diam maupun
gerak dengan menggunakan skala VDS. (2) mengembalikan aktivitas fungsional
pasien. Dengan menggunakan skala owestry.
B. SARAN
(1) Saran bagi pasien, agar bisa lebih hati-hati dalam beraktifitas khususnya yang banyak
menggunakan aktivitas lebih, pasien saat beraktifitas bila terasa nyeri sebaiknya di
kompres dengan air hangat selain menjalani terapi yang teratur, latihan di rumah
juga lebih baik dalam menentukan keberhasilan pasien dan kesabarannya juga
diperlukan untuk mendapatkan hasil dari pasien yang diinginkan.
(2) Kepada masyarakat, hendaknya tetap menjaga kesehatan dan kebugaran melalui
aktifitas yang seimbang.
21