Anda di halaman 1dari 17

REFERAT

HERNIA NUCLEUS PULPOSUS

Pembimbing :

dr. Sugeng Wijayanto Sp.S

oleh:

Muhammad Ary Wardhana (20710080)

Anak Agung Ayunda Saraswati (20710069)

Made Metu Bayu Kubera (20710047)

KEPANITRAAN KLINIK

SMF ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA


SURABAYA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIDOARJO
2021
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi............................................................................3
B. Anatomi Vertebra............................................................3
C. Faktor resiko....................................................................5
D. Patofisiologi HNP............................................................6
E. Tanda dan gejala klinis....................................................6
F. Pemeriksaan penunjang...................................................7
G. Penatalaksanaan...............................................................8
H. Komplikasi.......................................................................10
I. Prognosis.........................................................................10
BAB III KESIMPULAN.........................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nyeri pada punggung bawah merupakan suatu keluhan yang


mengganggu bagi penderitanya. Salah satu penyebab terjadinya nyeri
pinggang bagian bawah adalah Hernia Nukleus Pulposus (HNP), yang
sebagian besar kasusnya terjadi pada segmen lumbal. Nyeri bagian
pinggang bawah hanyalah merupakan suatu symptom gejala, maka yang
terpenting adalah mengetahui faktor penyebabnya agar dapat diberikan
pengobatan yang tepat. Jepitan pada saraf ini dapat terjadi karena
gangguan pada otot dan jaringan sekitarnya (Jennie, 2010).

Masalah yang sering muncul adalah nyeri pada punggung bawah


akibat HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yang sering dihubungkan dengan
trauma. Kurang olahraga dan bekerja melebihi batas wajar merupakan
faktor risiko yang signifikan untuk munculnya nyeri pada HNP. Intensitas
nyeri yang berat serta kuat dengan sensasi yang terus menerus sering
dikeluhkan oleh penderita dengan nyeri punggung bawah akibat herniasi
diskus (Pinzon, 2012).

Global Burden of Disease Study (GBD) 2010 menyatakan bahwa


prevalensi nyeri punggung bawah di dunia 9,17% dengan jumlah populasi
632.045 jiwa. Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi pada laki – laki lebih
tinggi sebesar 9,64% daripada perempuan sebesar 8,70% (Vos et al, 2010).

Sekitar 40% nyeri punggung bawah disebabkan oleh HNP.


Timbulnya rasa nyeri diakibatkan penekanan pada susunan saraf tepi yang
terjepit pada area tersebut, seringkali terkait dengan trauma mekanik akut,
namun dapat juga sebagai akumulasi dari beberapa trauma dalam kurun
waktu tertentu ( Lubis, 2011)

Hernia Nucleus Pulposus ( HNP ) adalah gangguan yang


melibatkan ruptur anulus pulposus (cincin luar diskus) sehingga nucleus
pulposus menonjol mengalami herniasi dan menekan syaraf spinal,

1
menimbulkan nyeri dan mungkin defisit neurologi. Sebagian besar terjadi
antara L4 dan L5, menekan akar saraf L5 atau antara L5 dan S1, menekan
akar saraf S1 ( Amin et al, 2015).

B. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan referat ini adalah untuk

membagikan ilmu pengetahuan dan informasi tentang Hernia

Nucleus Pulposus, hingga penatalaksanaannya.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Hernia adalah protrusi atau penonjolan dari sebuah organ atau
jaringan melalui lubang yang abnormal. Nukleus pulposus adalah massa
setengah cair yang terbuat dari serat elastis putih yang membentuk bagian
tengah dari diskus intervertebralis (Company, 2000).
Hernia Nukleus Pulposus(HNP) merupakan suatu gangguan yang
melibatkan ruptur annulus fibrosus sehingga nukleus pulposis menonjol
(bulging) dan menekan kearah kanalis spinalis (Autio, 2006).
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan
annulus fibrosus dari diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau
rupture annulus fibrosus dengan tekanan dari nucleus pulposus yang
menyebabkan kompresi pada element saraf. Pada umumnya HNP pada
lumbal sering terjadi pada L4-L5 dan L5-S1. Kompresi saraf pada level ini
melibatkan root nerve L4, L5, dan S1. Hal ini akan menyebabkan nyeri
dari pantat dan menjalar ketungkai. Kebas dan nyeri menjalar yang tajam
merupakan hal yang sering dirasakan penderita HNP.

B. Epidemiologi
Prevalensi HNP berkisar antara 1 – 2 % dari populasi. Usia yang
paling sering adalah usia 30 – 50 tahun. Pada penelitian HNP paling sering
dijumpai pada tingkat L4-L5; titik tumpuan tubuh di L4-L5-S1. Penelitian
Dammers dan Koehler pada 1431 pasien dengan herniasi diskus lumbalis,
memperlihatkan bahwa pasien HNP L3-L4 secara bermakna dari usia tua
dibandingkan dengan pasien HNP L4-L5.1 HNP merupakan salah satu
penyebab dari nyeri punggung bawah yang penting. dan merupakan salah
satu masalah kesehatan yang utama.
Inside HNP di Amerika Serikat adalah sekitar 5% orang dewasa.
Kurang lebih 60-80% individu pernah mengalami nyeri punggung dalam
hidupnya. Nyeri punggung bawah merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak

3
di Amerika Serikat dengan angka prevalensi berkisar antara 7,6-37%
insidens tertinggi dijumpai pada usia 45-60 tahun. Pada penderita dewasa
tua, nyeri punggung bawah mengganggu aktivitas sehari-hari pada 40%
penderita dan menyebabkan gangguan tidur pada 20% penderita akan
mencari pertolongan medis, dan 25% diataranya perlu rawat inap untuk
evaluasi lebih lanjut.

C. Anatomi Vertebra
Tulang belakang adalah struktur lentur sejumlah tulang yang
disebut vertebra. Diantara tiap dua ruas vertebra terdapat bantalan tulang
rawan. Panjang rangkaian vertebra pada orang dewasa dapat mencapai 57
sampai 67 cm. seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah diantaranya
adalah tulangtulang terpisah dan 9 ruas sisanya bergabung membentuk 2
tulang Vertebra dikelompokkan dan dinilai sesuai dengan daerah yang
ditempatinya, tujuh vertebra cervikalis, dua belas vertebra thoracalis, lima
vertebra lumbalis, lima vertebra sacralis, dan empat vertebra koksigeus
(Pearce, 2009). Susunan tulang vertebra terdiri dari: korpus, arcus,
foramen vertebrale, foramen intervertebrale, processus articularis superior
dan inferior, processus transfersus, spina, dan discus intervertebralis
Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antara korpus
vertebra yang berdekatan, sendi antara arkus vertebra, sendi
kostovertebralis dan sendi sakroiliaka. Ligamentum longitudinal dan
diskus intervertebralis menghubungkan vertebra yang berdekatan.
Ligamentum longitudinal anterior, suatu pita tebal dan lebar, berjalan
memanjang pada bagian depan korpus vertebra dan diskus intervertebralis,
dan bersatu dengan periosteum dan annulus fibrosus. ( Kumala, 1998)
Ligamentum longitudinalis anterior berfungsi untuk menahan gaya
ekstensi, sedangkan dalam kanalis vertebralis pada bagian posterior korpus
vertebra dan diskus intervertebralis terletak ligamentum longitudinal
posterior, ligamentum longitudinalis posterior berperan dalam menahan
gaya fleksi. Ligamentum anterior lebih kuat dari pada posterior, sehingga
prolaps diskus lebih sering kearah posterior. Pada bagian posterior terdapat

4
struktur saraf yang sangat sensitif terhadap penekanan yaitu radiks saraf
spinalis, ganglion radiks dorsalis. (Kumala, 1998)

Diantara korpus vertebra mulai dari vertebra servikalis kedua


sampai vertebra sakralis terdapat diskus intervertebralis. Diskus ini
membentuk sendi fibrokartilago yang lentur antara korpus vertebra.
(Company, 2000)

5
Diskus Intervertebralis terdiri dari dua bagian pokok; nukleus
pulposus ditengah dan anulus fibrosus di sekelilingnya. Diskus dipisahkan
dari tulang yang di atas dan dibawahnya oleh dua lempengan tulang rawan
yang tipis. (Company, 2000)
Nukleus pulposus adalah banian tengah diskus yang bersifat
semigelatin, nukleus ini mengandung berkas-berkas serat kolagen, sel-sel
jaringan penyambung dan sel-sel tulang rawan. Zat ini berfungsi sebagai
peredam benturan antara korpus vertebra yang berdekatan. Selain itu. juga
memainkan peranan penting dalam pertukaran cairan antara diskus dan
pembuluh Sarah kaplier. (Autio, 2006)
Anulus fibrosus terdiri atas cincin fibrosa konsentris yang
mengelilingi nukleus pulposus. Anulus fibrosus berfungsi untuk
memungkinkan gerakan antara korpus vertebra (disebabkan oleh struktur
spiral dari serabut-serabut); untuk menopang nukleus pulposus; dan

6
meredam benturan. Jadi anulus berfungsi mirip dengan simpail di
sekeliling tong air atau seperti gulungan pegas, yang menarik korpus
vertebra bersatu melawan resistensi elastis nukleus pulposus, sedangkan
nukleus pulposus bertindak sebagai bola penunjang antara korpus vertebra.
(Autio, 2006)
Diskus intervertebralis berukuran kira-kira seperempat panjang
kolumna vertebralis. Diskus paling tipis terdapat pada daerah torakal
sedangkan yang paling tebal tedapat di daerah lumbal. Bersamaan dengan
bertambahnya usia, kandungan air diskus berkurang dan menjadi lebih
tipis. (Autio, 2006)

7
D. Faktor resiko

Berikut ini adalah faktor risiko yang meningkatkan seseorang mengalami


HNP: (Meli, et al 2003)
a. Usia
Usia merupakan faktor utama terjadinya HNP karena annulus
fibrosus lama kelamaan akan hilang elastisitasnya sehingga menjadi kering
dan keras, menyebabkan annulus fibrosus mudah berubah bentuk dan
ruptur.

b. Trauma
Terutama trauma yang memberikan stress terhadap columna
vertebralis, seperti jatuh.

c. Pekerjaan
Pekerjaan terutama yang sering mengangkat barang berat dan cara
mengangkat barang yang salah, meningkatkan risiko terjadinya HNP.

d. Gender
Pria lebih sering terkena HNP dibandingkan wanita (2:1), hal ini
terkait pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan pada pria cenderung ke
aktifitas fisik yang melibatkan columna vertebralis.

8
E. Patofisiologi

F. Tanda dan Gejala Klinis

G. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada kasus HNP diantaranya adalah : (Badrul,


2017)

1. Foto polos Lumbosacral

Pemeriksaan foto polos lumbosacral adalah tes pencitraan untuk


melihat penyebab penyakit punggung, seperti adanya patah tulang,
degenerasi, dan penyempitan. Pada foto lumbosacral akan terlihat susunan
tulang belakang yang terdiri dari 5 ruas tulang belakang, sacrum dan
tulang ekor.

2. Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Computered Tornografi Scan


(CT Scan)

Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Computered Tornografi


Scan (CT Scan) direkomendasikan pada pasien dengan kondisi yang serius
atau deficit neurologis yang progresif, seperti infeksi tulang, cauda equine
syndrome atau kanker dengan penyempitan vertebra. Pada kondisi tersebut
keterlambatan dalam diagnosis dapat mengakibatkan dampak yang buruk.

3. Electromyography (EMG) dan Nerve Conduction Studies (NCS)

Pemeriksaan EMG dan NCS sangat membantu dalam


mengevaluasi gejala neurologis dan atau deficit neurologis yang terlihat
selama pemeriksaan fisik. Pada pasien HNP dengan gejala dan tanda

9
neuroligis EMG dan NCS dapat membantu untuk melihat adanya
lumbosacral radiculopathy, pepipheral polyneuriphathy, myopathy atau
peripheral nerve entrapment.

H. Penatalaksanaan
Penatalaksaanaan pada kasus HNP di antaranya adalah : (Badrul, 2017)

1. Terapi konservatif

a. Tirah baring. Lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari

2. Medikamentosa

a. Analgetik dan NSAID (Non Steroid Anti Inflamation Drug)

Obat ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan


inflamasi sehingga mempercepat kesembuhan. Contoh analgetik :
paracetamol, Aspirin Tramadol. NSAID : Ibuprofen, Natrium
diklofenak, Etodolak, Selekoksib.

b. Obat pelemas otot (muscle relaxant)

Bermanfaat bila penyebab NPB adalah spasme otot. Efek terapinya


tidak sekuat NSAID, seringkali di kombinasi dengan NSAID. Sekitar
30% memberikan efek samping mengantuk. Contoh Tinazidin,
Esperidone dan Carisoprodol.

c. Opioid

10
Obat ini terbukti tidak lebih efektif daripada analgetik biasa yang jauh
lebih aman. Pemakaian jangka panjang bisa menimbulkan toleransi
dan ketergantungan obat.

d. Kortikosteroid oral

Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi. Dipakai pada kasus


HNP yang berat dan mengurangi inflamasi jaringan.

e. Anelgetik Ajuvan

Terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan mekanisme


nyeri pada HNP sesuai dengan neuropatik. Contohnya : amitriptilin,
Karbamasepin, Gabapentin.

3. Terapi Fisik

a. Diatermi/komprespanas/dingin

Tujuannya adalah untuk mengatasi inflamasi dan spasme otot.


Keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk
bila terdapat edema. Untuk nyeri kronik dapat digunakan kompres
panas maupun dingin.

b. Korset lumbal

Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun dapat


digunakan untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri
HNP kronis. Sebagai penyangga korset dapat mengurangi beban
diskus serta dapat mengurangi spasme.

c. Unit TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator)

11
Sebuah unit transcutaneous electrical nerve stimulator (TENS)
menggunakan stimulasi listrik untuk mengurangi sensasi nyeri
punggung bawah dengan mengganggu impuls nyeri yang
dikirimkan ke otak.

4. Terapi operatif

a. Laminectomy

Laminectomy merupakan Tindakan operatif membuang lamina


vertebralis, dapat dilakukan sebagai dekompresi terhadap radix
spinal yang tertekan atau terjepit oleh protrusi nucleuspulposus.

I. Komplikasi
Komplikasi pada HNP di antaranya : (Badrul, 2017)

1. Nyeri tulang belakang kronik


2. Nyeri tulang belakang permanen (sangat jarang)
3. Hilangnya sensasi atau pergerakan di tungkai atau kaki
4. Menurunnya atau hilangnya fungsi dari usus dan kandung kemih

J. Prognosis
Prognosis pada penderita HNP (Badrul, 2017)

1. Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu.


2. Sebagian kecil akan berkembang menjadi kronik meskipun sudah
diterapi. 
3. Pada pasien yang dioperasi 90% akan membaik terutama nyeri tungkai,
kemungkinan terjadi kekambuhan 5%.

BAB III

12
KESIMPULAN

Hernia adalah protrusi atau penonjolan dari sebuah organ atau jaringan
melalui lubang yang abnormal. Nukleus pulposus adalah massa setengah cair yang
terbuat dari serat elastis putih yang membentuk bagian tengah dari diskus
intervertebralis. Faktor risiko yang meningkatkan seseorang mengalami HNP
adalah usia, trauma, pekerjaan, dan gender.

Pemeriksaan penunjang pada kasus HNP di antaranya adalah Foto polos


Lumbosacral, Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Computered Tornografi
Scan (CT Scan), Electromyography (EMG) dan Nerve Conduction Studies (NCS).
Penatalaksanaannya adalah dengan terapi konservatif, medikamentosa, terap fisik,
dan terapi opeatif

DAFTAR PUSTAKA

Autio Reijo. MRI Of Herniated Nucleus Pulposus. Acta Universitatis Ouluensis D


Medica. 2006. Hal 1-31

13
Badrul Munir. Neurologi Dasar. Malang. 2017. Hal 394-400.

Company Saunder. B. W. Classification, diagnostic imaging, and imaging


characterization of a lumbar. Volume 38. 2000

Kumala, poppy. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta. Edisi Bahasa


Indonesia. 1998. hal 505

Meli Lucas, Suryami antradi. Nyeri Punggung. Use Neurontin. 2003. Hal 133-148

14

Anda mungkin juga menyukai