Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Setiap manusia selalu melakukan berbagai gerakan setiap harinya.


Hal ini disebabkan oleh karena kerja sama organ-organ dalam tubuh
manusia yang dikenal sebagai sistem gerak. Sistem gerak terdiri dari alat
gerak aktif (otot) dan alat gerak pasif (tulang dan rangka).
Alat gerak pasif terdiri dari tulang dan rangka. Tulang memiliki
fungsi utama sebagai alat gerak pasif, artinya tulang hanya bisa bekerja
apabila ada bantuan dari otot. Sedangkan sistem rangka pada manusia ini
rata-rata terbentuk dari 206 tulang dan dikelompokan menjadi skeleton
aksial dan skeleton appendicular..
Skeleton aksial adalah sekelompok tulang yang menyusun poros
tubuh seperti tulang tengkorak, tulang dada, tulang rusuk dan ruas-ruas
tulang belakang, sedangkan skeleton appendicular adalah tulang-tulang
tambahan seperti ekstremitas superior dan ekstremitas inferior.
Ekstremitas adalah bagian tubuh yang dapat digerakkan berupa
lengan dan kaki. Baik ekstremitas atas dan bawah sangat membantu dalam
aktivitas sehari-hari. Contohnya tangan digunakan untuk menulis, mandi,
makan, dan sebagainya. Begitu juga dengan kaki yang digunakan untuk
berjalan, berlali, menopang tubuh, dan sebagainya.
Berbagai macam gangguan dapat mengenai anggota extremitas
manusia seperti fraktur, kelainan kongenital, dislokasi, neoplasma dan
penyakit metabolik. Prevalensi fraktur sendiri cukup tinggi yaitu sekitar
40% dari insiden kecelakaan. Terkadang dokter sulit mendiagnosa
gangguan-gangguan pada tulang. Oleh karena itu, di butuhkan cabang ilmu
kedokteran yang berfungsi sebagai penunjang dalam pemeriksaan yang
dikenal dengan radiologi. Pemeriksaan radiologi untuk extremitas berguna
1
untuk menentukan adanya kelainan patologis dan menentukan letak
anatomi dan fisiologis dari ekstremitas
Oleh karena hal inilah, penulis akan membahas mengenai
pemeriksaan ekstremitas sebagai salah satu penunjang diagnostik dalam
bidang kedokteran.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi
1. Ekstremitas Superior
a. Bagian Gelang Bahu
Pada bagian ini terdiri dari bagian anterior yaitu Clavikula dan
posterior yaitu Scapula
- Os Clavikula
Klavikula merupakan tulang yang melengkung dan membentuk
bagian anterior dari gelang bahu. Ujung medial dari clavicula disebut
sternal end yang membentuk persendian dengan manubrium dari
sternum. Ujung lateral disebut acromial end, yang bersendi pada
proseus akrominal dari scafjpula.

- Os Scapula
Skapula (tulang belikat) terdapat di bagian punggung sebelah luar
atas dengan bentuk mirip segitiga. Di sebelah atasnya mempunyai
bagian yang di sebut spina skapula. Sebelah atas dan bawah spina
skapula terdapat dataran melekuk yang di sebut fosa supraskapula dan
fosa infraskapula. Ujung dari spina skapula di bagian bahu membentuk
3
taju yang di sebut akromion dan berhubungan dengan klavikula
dengan perantara persendian. Di sebelah bawah medial dari akromion
terdapat sebuah taju menyerupai paruh burung gagak yang disebut
dengan prosesus korakoid. Di sebelah bawahnya terdapat lekukan
tempat kepala dari humerus melekat yang di sebut kavum glenoid
Gerakan skapula dibawa oleh otot-otot bahu yaitu elevasi, depresi,
pengunduran, penyusutan, lateral rotasi, rotasi medial, upward rotasi,
downward rotation, tipping anterior, dan posterior tip.

b. Lengan dan siku


Pada bagian ini terdiri dari lengan atas yaitu Os Humerus dan
lengan bawah yaitu Os Ulna dan Os Radius
- Os Humerus
Merupakan tulang terpanjang pada ekstremitas superior. Tulang
humerus dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian atas humerus, corpus
humerus ( badan humerus) dan bagian bawah humerus. Bagian yang
berhubungan dengan bahu bentuknya bundar membentuk kepala sendi
yang di sebut caput humerus. Pada caput humerus ini terdapat
tonjolan yang di sebut tuberkel mayor dan minor. Di sebelah bawah
caput humerus terdapat lekukan yang di sebut kolumna humeri. Pada
bagian bawah terdapat taju (kapitulum, epikondius lateralis dan
epikondilus medialis). Di samping itu juga mempunyai lekukan yang
4
disebut fosa koronoid (bagian depan) dan fosa olekrani (bagian
belakang).

- Os Ulna
Ulna merupakan tulang lengan bawah sebelah medial. Di daerah
proksimal, ulna berartikulasi dengan humerus melalui fossa olecranon
(di bagian posterior) dan melalui prosesus coronoid (dengan trochlea
pada humerus). Artikulasi ini berbentuk sendi engsel, memungkinkan
terjadinya gerak fleksi-ekstensi. Ulna juga berartikulasi dengan radial
di sisi lateral. Artikulasi ini berbentuk sendi, memungkinkan terjadinya
gerak pronasi-supinasi. Di daerah distal, ulna kembali berartikulasi
dengan radial, juga terdapat suatu prosesus yang disebut sebagai
prosesus styloid

5
- Os Radius
Radius merupakan tulang lengan bawah sebelah lateral. Ujung
atasnya bersendi dengan humerus pada articulatio cubiti dan dengan
ulna pada articulatio radioulnaris proksimal. Ujung distalnya bersendi
dengan os Scaphoideum dan lunatum pada articulatio radiocarpalis dan
dengan ulna pada articulatio radioulnaris distal.
Pada ujung atas radius terdapat caput yang berbentuk bulat kecil.
Permukaan atas caput cekung dan bersendi dengan capitulum humeri
yang cembung. Circumferentia articulare radii bersendi dengan
incisura radialis ulnae. Dibawah caput tulang menyempit membentuk
collum. Dibawah cullom terdapat tuberositas bicipitalis / tuberositas
radii yang merupakan tempat insertio musculus biceps.

6
Corpus radii berlainan dengan ulna, yaitu lebih lebar dibawah
dibandingkan dengan bagian atas. Corpus radii disebelah medial
mempunyai margo interossea yang tajam untuk tempat melekatnya
membrana interossea yang menghubungkan radius dan ulna.
Tuberculum pronator, untuk tempat insertio musculus pronator ceres,
terletak dipertengahan pinggir lateralnya.
Pada ujung bawah radius terdapat processus styloideus, yang
menonjol kebawah dari pinggir lateralnya. Pada permukaan medial
terdapat incisura ulnae, yang bersendi dengan caput ulnae yang bulat.
Permukaan bawah ujung radius bersendi dengan os Scaphoideum dan
os Lunatum.
Pada permukaan posterior ujung distal radius terdapat tuberculum
kecil, tuberculum dorsalis, yang pada pinggir medialnya terdapat
sulcus untuk tendo musculi flexsor pollicis longus.

7
c. Bagian Pergelangan Tangan
- Os Carpal
Tulang karpal terdiri dari 8 tulang pendek yang berartikulasi
dengan ujung distal ulna dan radius, dan dengan ujung proksimal dari
tulang metakarpal. Antara tulang-tulang karpal tersebut terdapat sendi
geser. Ke delapan tulang tersebut adalah scaphoid, lunate, triqutrum,
piriformis, trapezium, trapezoid, capitate, dan hamate
- Os Metacarpal
Metakarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat di pergelangan
tangan dan bagian proksimalnya berartikulasi dengan bagian distal
tulang-tulang karpal. Persendian yang dihasilkan oleh tulang karpal
dan metakarpal membuat tangan menjadi sangat fleksibel. Pada ibu
jari, sendi pelana yang terdapat antara tulang karpal dan metakarpal
memungkinkan ibu jari tersebut melakukan gerakan seperti menyilang
telapak tangan dan memungkinkan menjepit/menggenggam sesuatu

- Os Phalanges
Falang terdiri dari empat belas buah, tiga pada setiap jari dan dua
pada ibu jari. Sendi engsel yang terbentuk antara tulang phalangs
membuat gerakan tangan menjadi lebih fleksibel terutama untuk
menggenggam sesuatu

8
2. Ekstremitas Inferior
Ekstermitas inferior terdiri dari tulang pelvis, femur, tibia, fibula,
tarsal, metatarsal dan tulan-tulang phalangs
- Os Pelvis
Pelvis terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone) yang
merupakan tulang pipih. Masing-masing tulang pinggul terdiri atas
3 bagian utama yaitu ilium, pubis dan ischium. Ilium terletak di
bagian superior dan membentuk artikulasi dengan vertebra sakrum,
ischium terletak di bagian inferior-posterior, dan pubis terletak di
bagian inferior-anterior-medial. Bagian ujung ilium disebut sebagai
puncak iliac (iliac crest). Pertemuan antara pubis dari pinggul kiri
dan pinggul kanan disebut simfisis pubis. Terdapat suatu cekungan
di bagian pertemuan ilium-ischium-pubis disebut acetabulum,
fungsinya adalah untuk artikulasi dengan tulang femur.

9
- Os Femur
Femur di bagian proksimal berartikulasi dengan pelvis dan
dibagian distal berartikulasi dengan tibia melalui condyles. Di daerah
proksimal terdapat prosesus yang disebut trochanter mayor dan
trochanter minor, dihubungkan oleh garis intertrochanteric. Di bagian
distal anterior terdapat condyle lateral dan condyle medial untuk
artikulasi dengan tibia, serta permukaan untuk tulang patella. Di bagian
distal posterior terdapat fossa intercondylar

- Os Tibia
Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih
medial dibanding dengan fibula. Di bagian proksimal, tibia
memiliki condylar medial dan lateral di mana keduanya berguna
untuk artikulasi dengan condylar femur. Terdapat juga facies untuk
berartikulasi dengan kepala fibula di sisi lateral. Selain itu, tibia
memiliki tuberositas untuk perlekatan ligamen. Di daerah distal

10
tibia membentuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal dan
malleolus medial
- Os Fibula
Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih
lateral dibanding dengan tibia. Di bagian proksimal, fibula
berartikulasi dengan tibia. Sedangkan di bagian distal, fibula
membentuk malleolus lateral dan facies untuk artikulasi dengan
tulang-tulang tarsal

- Os Tarsal
Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi dengan
fibula dan tibia di proksimal dan dengan metatarsal di distal.
Terdapat 7 tulang tarsal, yaitu calcaneus, talus, cuboid, navicular,
dan cuneiform (medial, intermedia dan lateral). Calcaneus berperan
sebagai tulang penyanggah berdiri.
- Os Metatarsal

11
Metatarsal merupakan 5 tulang yang berartikulasi dengan tarsal
di proksimal dan dengan tulang phalangs di distal. Khusus di
tulang metatarsal 1 (ibu jari) terdapat 2 tulang sesamoid.
- Os Phalangs
Phalangs merupakan tulang jari-jari kaki. Terdapat 2 tulang
phalangs di ibu jari dan 3 phalangs di masing-masing jari sisanya.
Karena tidak ada sendi pelana di ibu jari kaki, menyebabkan jari
tersebut tidak sefleksibel ibu jari tangan.

B. Indikasi Foto Ekstremitas


1. Fraktur
2. Pemeriksaan untuk kontrol ( Post Operatif )
3. Komplikasi fraktur (delayed union, mal union, non union)
4. Adanya keradangan (osteomielitis)
5. Nyeri sendi
6. Dislokasi

12
7. Neoplasma pada tulang
8. Kelainan pertumbuhan tulang ataupun sendi

C. Posisi, Teknik Pemeriksaan dan Radiografi Foto Ekstremitas Superior


1. Clavicula
Pasien berdiri dengan obyek yang akan diperiksa diletakkan di
atas cassette ( ukuran 18 x 24 Cm ), letak casette diatur agak lebih
keatas ( 5 Cm diatas bahu ). Atau pasen duduk menyandar pada
cassette yang dipasang pada cassette wallstand

Posisi AP:

2. Scapula
Posisi AP : Pasien terlentang di atas meja pemeriksaan,
dengan obyek yang akan diperiksa diletakkan di atas cassette (
ukuran 24 x 30 Cm)

13
Posisi Lateral : Posisikan obyek dalam posisi Lateral ( angkat
lengan atas setinggi kepala kemudian tekuk kedepan secara
maksimal) dan pastikan sudah dalam posisi lateral. Pasien duduk
menyender pada wall stand cassette, dengan bahu menempel pada
tengah-tengah bidang cassette

3. Humerus
Posisi AP (Tanpa cedera): Pasien berdiri dengan obyek yang akan
diperiksa menempel di atas cassette ( ukuran 24 x 30 Cm ).

14
Pasien normal (AP): berdiri

Posisi Lateral (Cedera): Pasien duduk tegak

4. Elbow
Posisi AP: Pasien duduk dengan lengan dalam posisi supinasi dan
menempel rata pada cassete

15
Posisi Lateral: Pasien duduk dan lengan ditekuk membentuk sudut 90 0

5. Antebrachii
Posisi AP: pasien
Posisi PA: Pasien duduk tegak menyamping meja
pemeriksaan, dengan obyek yang akan diperiksa diletakkan di atas
cassette (ukuran 24 x 30 cm)

16
Posisi lateral

6. Pergelangan tangan
Posisi PA: Pasien duduk dengan tangan di posisi pronasi

17
Posisi lateral

7. Manus
Posisi PA : Posisikan obyek dalam posisi PA sehingga obyek
menempel rata dengan cassete

18
Posisi Lateral: miringkan tangan kearah luar

8. Digiti
Posisi PA: Posisikan obyek dalam posisi PA sedemikian rupa sehingga
obyek menempel rata dengan cassette.

19
Posisi Lateral : Tekuk jari-jari yang tidak sakit sehingga bebas dari
overlapping dengan jari yang lain.

20
Posisi Oblique: Atur tangan miring sehingga metacarpal joint
membentuk suatu sudut kira-kira 45̊ dengan casette

D. Posisi, Teknik Pemeriksaan dan Radiografi Foto Ekstremitas Inferior


1. Pelvis dan Sendi Panggul
Pelvis AP: Pasien terlentang di meja pemeriksaan

Sendi panggul AP: Pasien terlentang di meja pemeriksaan

21
Sendi Panggul Lateral: panggul ditekuk

2. Femur
Posisi AP : pasien terlentang di meja pemeriksaan. Posisikan obyek dalam
posisi AP (Femur menempel rata dengan casette).

22
Posisi Lateral : miringkan pasen pada sisi kaki yang akan diperiksa,
posisikan kaki yang tidak diperiksa sedemikian rupa sehingga tidak
menghalangi obyek.

3. Genu
Posisi AP : pasien terlentang. Posisikan obyek dalam posisi AP (Lutut
menempel rata dengan casete).

23
Posisi Lateral : miringkan pasen pada sisi kaki yang akan diperiksa tekuk
kaki sedemikian rupa sehingga cruris dan femur membentuk sudut 90̊
tempelkan genu rata dengan permukaan cassette

4. Cruris
Posisi AP : pasien terlentang. Posisikan obyek dalam posisi AP (tungkai
bawah menempel rata dengan casete).

24
Posisi Lateral( Cedera) : Tempelkan sebelah lateral tungkai bawah dengan
permukaan cassette dan sinar mendatar

5. Pergelangan kaki dan pedis


Posisi Oblique Ankle : Posisikan obyek dalam posisi Oblique (tumit
menempel rata dengan cassette, pedis di miringkan sedikit kesamping).

25
Posisi Lateral Ankle : Tempelkan pergelangan kaki rata dengan
permukaan casette, kaki yang akan difoto dirotasikan kearah luar

Posisi AP Pedis: kaki di fleksikan dengan telapak kaki menghadap ke meja


pemeriksaan

26
Posisi Lateral Pedis: Kaki dimiringkan dengan bagian luar menempel rata
pada cassete

E. Sistematika pembacaan foto ekstremitas


Sistematika pembacaan yang sistematis salah satunya adalah mengikuti
aturan ABC’s yang terdiri dari:
A= Alignment

Susunan atau hubungan antar tulang-tulang tersebut.Alignment

antar tulang harus dinilai, alignment abnormal menandakan bahwa

27
tulang mengalami fraktur, subluksasi sendi atau dislokasi, penyebab

tersering adalah trauma

B= Bone

Bentuk tulang yang merupakan kontur dari korteksnya. Selain itu,

dievaluasi pula. Kerapatan trabekulasinya untuk mendeteksi tumor,

infeksi dan kelainan metabolic

C= Cartillage

Evaluasi permukaan dan celah sendi, bursa subchondral,

ephihpseal plates.

S= Soft Tissue

Melihat massa atau benda asing pada jaringan lunak

F. Contoh kasus pada foto ekstremitas

A. Fraktur

28
Gambar diatas menunjukan fraktur clavicula

Gambar diatas menunjukan Boxer’s fracture yang terjadi pada bagian leher
metacarpal ke 5

29
Fraktur avulsi pada SIAS dan Trochanter minor. Fraktur yang sering
terjadi pada usia muda yang terlibat dalam kegiatan atletik

Gambar diatas merupakan fraktur tibia 1/3 bawah

B. Inflamasi

30
Gambaran diatas merupakan osteomyelitis pada metatarsal ke 2
Panah putih : destruksi tulang
Panah hitam : periosteal bone formation

Gambaran diatas merupakan osteoarthritis


Panah hitam: Subchondral Sclerosis
Panah putih : Osteophyte

31
Gambar X-Ray genu osteoarthritis dan evolusi osteoarthritis

C. Neoplasma

Gambaran Osteochondroma dengan adanya gambaran cauliflower

32
Giant cell tumor
Panah titik: kortek dari humerus sudah rusak
Panah putih: Soap bubble appearance

D. Congenital

33
b
Gambar (a) Xray Congenital Talipes Equinovarus
(b) Diagram Talipes Equinovarus

Gambar diatas merupakan sindaktili dimana salah satu jari


tidak terpisah dari jari yang lain

34
Gambar diatas merupakan polidaktili dimana terjadi duplikasi
jari-jari

Gambar diatas merupakan kelainan kongenital osteogenesis imperfekta

E. OSTEOPOROSIS

35
Pada foto PA (a) : terdapat faint area dari sclerosis pada radial
triquetrum (arrow).
Pada foto lateral (b) fragmen tulang di jaringan lunak dan bony
excrescences ( arrows ) terlihat pada bagian dorsal

36
BAB III
KESIMPULAN

Pemeriksaan Radiologi berguna untuk mendeteksi kelainan-kelainan


patologis yang ada di dalam tubuh. Pemeriksaan radiologi untuk extremitas
berguna untuk menentukan adanya kelainan patologis dan menentukan letak
anatomi dan fisiologis dari ekstremitas superior maupun inferior.
Adapun Indikasi di lakukannya foto ekstremitas yaitu untuk mengetahui
adanya lesi pada tulang dan sendinya, untuk mengetahui adanya fraktur dan
diskontinuitas cortex tulang, proses infeksi seperti ostemielitis, degenerasi,
keganasan, imunologik ataupun kelainan metabolisme tulang atau sendi.
Foto ekstremitas di lakukan dengan 2 posisi yaitu AP (antero – Posterior)
dan Lateral dengan syarat foto pada dua bidang, mengenai 2 sendi yang melekat
dengan tulang yang di periksa dan 2 ekstremitas kiri dan kanan pada kasus
tertentu sebagai perbandingan. Posisi foto dan teknik pemeriksaan radiografi dari
ekstremitas superior dan ekstremitas inferior mencakup foto clavicula, scapula,
humerus, antebrachii, elbow, wrist, manus, digiti, pelvis, femur, cruris, ankle dan
pedis.

37
DAFTAR PUSTAKA

Amstrong Peter, L. Wastie Martin. 1989. Pembuatan Gambar Diagnostik.


Jakarta:EGC.
Herring, W. 2016. Learning Radiology Recognizing the Basic. Elsevier.
Philadelphia, USA.
Rasad Sjahriar. 2015. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta.
Sloane E. 1995. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Edisi bahasa
Indonesia. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC

38

Anda mungkin juga menyukai