Anda di halaman 1dari 39

PROSES MENELAN, SAKIT MENELAN

(ODINOFAGI), DAN EPISTAKSIS

Oleh :
Tika Riski Putri Setyowati
(20710198)

KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN


SMF ILMU KESEHATAN THT-KL
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
RSUD KABUPATEN SIDOARJO
TAHUN 2021
Proses menelan
Proses menelan dikoordinasi oleh 4 komponen :
1. Oral cavity/rongga mulut
2. Faring
3. Laring
4. Esophagus
Otot-otot di sekitar bergerak

TONSIL
Anterior : M. Glosofaringeus LARING
Posterior : M. Faringopalatinus Epiglotis menutup laring
Median : M. Konstriktor (digerakkan M. Ekstrinsik)
Faringeus Superior

FARING
Cranial : M. Stilofaringeus ESOFAGUS
Kaudal : M. Faringopalatinus Otot sirkular
Otot longitudina
Dalam proses menelan akan terjadi :

○ Pembentukan bolus makanan dengan ukuran dan konsistensi yang baik


○ Upaya sfingter mencegah terhamburnya bolus ini dalam tahapan menelan

Fisiologi
○ Mempercepat masuknya bolus makanan ke dalam faring saat ekspirasi
○ Mencegah masuknya makanan dan minuman ke dalam nasofaring dan laring
○ Kerjasama otot rongga mulut untuk mendorong bolus makanan ke dalam lambung

menelan
○ Usaha untuk membersihkan kembali esofagus
TAHAP MENELAN

1 FASE ORAL

2 FASE FARINGEAL

3 FASE ESOFAGEAL
Odinofagia
Odinofagia atau nyeri tenggorok
merupakan gejala yang sering
dikeluhkan akibat adanya kelainan atau
peradangan di daerah nasofaring,
orofaring, dan hipofaring
Nyeri Menelan

Baru Saja Sudah lama

Muka/tenga
Belakang Kiri-kanan Unilateral Tengah Belakang Kiri-kanan
h

Rasa kering Beslag Panas

Ada Tidak Ada Ya Tidak

Pemeriksaan
Lateral Tonsil
band, Ulkus di
Tonsil Trismus, Kadang besar,detrit
merah, ptialismus, Corpus sesak granula (+) us (+)
Granula Bull Neck alienum (+) epiglotis
besar pus
Kemungkinan dx

Difteri Abses Corpus Epiglotitis Faringitis Tonsilitis Epiglotitis


Faringitis tonsil Tonsilitis alienum akut Kronis kronis TBC
Akut akut peritonsil
Faringitis akut

Infeksi akut mukosa & jaringan limfoid faring


• Penyebab tersering virus (Rhinovirus, Parainfluenza, Coxsackie virus)
• Dapat diikuti infeksi bakteri. Contoh: Streptococcus β hemolyticus, Hemophillus Influenza
• Penularan : Melalui udara pernafasan atau melalui makanan
• Umumnya bersama-sama dengan rhinitis akut
• Masa inkubasi 12 jam – 4 hari
Pemeriksaan faringoskopi :
Gambaran Klinis : • Mukosa hiperemis oedem, terutama “lateral
• Dapat dimulai dengan gejala
band”
pilek dahulu atau bersama-sama
• Pembesaran kelenjar leher yang nyeri tekan
• Tenggorok rasa kering &
panas, nyeri telan bagian
tengah tenggorok
• Demam atau meriang (sumer), Komplikasi :
nyeri kepala, malaise, nafsu • Laringitis Akut
makan menurun • Bronkitis
• Pada anak dapat terjadi demam • Bronkopneumonia
tinggi dan kejang
Terapi
1. Umumnya sembuh sendiri
2. Banyak istirahat, banyak minum yang
hangat, menghindari minum dingin
3. Analgesik/antipiretik, Asetosal/Parasetamol
3-4 x 500 mg sehari, anak-anak 10 mg/kgBB
x sehari
4. Untuk mengurangi rasa kering di tenggorok
dapat diberikan obat kumur : Gargarisma
Kan, Air Garam Hangat
Tonsilitis Akut

- Infeksi akut pada jaringan tonsil


- Sering pada anak-anak, terbanyak anak usia 5-10
tahun

Etiologi
- Bakteri  Streptococcus ß Hemolitikus, Streptococcus
viridan, Streptococcus piogenes
- Virus  adenovirus, virus influenza, herpes
Gejala klinik Pada Pemeriksaan :
• Plummy Voice
Keluhan :
• Foetor ex ore
• Mula – mula tenggorokan kering
• Ptialismus
• Nyeri telan yang makin hebat
• Tonsil hiperemi dan
• Anak tidak mau makan
• membengkak, banyak detritus
Nyeri menjalar ke telinga “referred
• Ismus fausium menyempit
pain”
• Palatum mole, arkus anterior dan
• Demam, pada anak-anak dapat
posterior tonsil oedem dan hiperemi
sangat tinggi dan menyebabkan
• Kelenjar getah bening
kejang
• jugulodigastrikus membesar
Mual, Muntah
dan nyeri tekan
● Istirahat, makan makanan lunak, minum hangat
Terapi
● Obat kumur (Gargarism khan)
● Analgetik/antipiretik : Paracetamol 3-4 x 500mg sehari, 3-5hari
● Antibiotik :
1. Kasus Berat
○ Penisilin Prokain 2 x 0,6-1,2 juta IU/hari IM diteruskan
dengan Fenoksimetil Penisilin 4 x 500mg/hari secara oral.
Pengobatan 5-10hari
2. Kasus Ringan
○ Fenoksimetil Penisilin 4 x 500mg/hari (Anak–anak 7,5-
12,5mg/kgBB)
○ Eritromisin 4 x 500mg/hari (Anak–anak 12,5mg/kgBB/dosis,
4 x sehari)
● Bila terjadi abses dilakukan insisi
Epiglotitis akut

Gejala :
a. Mendadak
b. Sakit menelan yang mendadak dan hebat
c. Demam tinggi
d. Lama-lama sesak → obstruksi jalan nafas
e. Suara baik
f. Tripod sign (badan bungkuk ke depan )
Terapi
● Rawat inap di RS, Intubasi dan trakeostomi
(bila diperlukan)
● Vocal rest
● Antibiotik Cefixim (50-100mg, 2 x sehari)
● Konservatif : Kortikosteroid (Dexamethasone
0,3mg/kgbb (IM))
● Bila abses : insisi posisi terlentang, kepala
direndahkan
● Nebulizer
Faringitis Kronik

Penyebabnya : Iritasi kronik sekret dari


rongga hidung yang menyebabkan ‘’ post
nasal drip’’ (misal oleh sinusitis maksilaris
kronik,etmoiditis) atau oleh iritasi, dan juga
dapat di sebabkan karena alergi
Gambaran klinis
Keluhan :
1. Rasa panas dan kering di tenggorok
2. Tenggorok gatal dan
berlendir (banyak dahak)
3. Rasa mengganjal
4. Batuk–batuk

Pemeriksaan :
5. Granul menebal dan agak merah

6. Sekret mukoid/mukopurulen
dan “postnasal drip”
Terapi
1. Menghilangkan iritasi
2. Mengobati penyebab dirongga hidung
3. Menghindarkan kontak dengan allergen
4. Granule yang tebal dapat di kauter dengan
AgNO3 50% atau dengan electrocauter
5. Obat-obat topikal : obat kumur, tablet hisap
6. Edukasi
Tonsilitis kronis

Radang kronik tonsil, kelanjutan infeksi akut


berulang atau infeksi subklinis pada tonsil
Gambaran klinik
Keluhan :
1. Nyeri tenggorok atau nyeri menelan ringan
yang bersifat kronik
2. Rasa mengganjal di tenggorok

3. Foetor ex ore

4. Badan lesu, anoreksia, sakit kepala

Pemeriksaan :
5. Tonsil umumnya membesar, hiperemi
6. Kripta melebar dan terisi detritus
7. Arkus anterior dan posterior hiperemi
Terapi
● Terapi lokal ditujukan pada higiene mulut
dengan obat kumur
● Dapat dilakukan tonsilektomi atau
adenotonsilektomi
Epistaksis
• Perdarahan akut yang
berasal dari lubang hidung,
rongga hidung atau
nasofaring
• Bukan suatu penyakit,
melainkan gejala dari suatu
kelainan yang hampir 90 %
dapat berhenti sendiri
SUMBER
PERDARAHAN
• Epistaksis anterior
Berasal dari pleksus
Kiesselbach atau a.etmoidalis
anterior. Perdarahan biasanya
ringan, mudah diatasi dan
dapat berhenti sendiri.
• Epistaksis posterior
Umumnya berat dan berasal dari
a.sfenopalatina dan a.etmoidalis
posterior. Sebagian besar darah
mengalir ke rongga mulut dan
memerlukan pemasangan tampon
posterior untuk mengatasi
perdarahan.
Etiologi

Lokal Sistemik

Trauma Hipertensi
Tumor Kelainan perdarahan
Idiopatik Infeksi
Patofisiologi pada orang
yang berusia
menengah
dan lanjut
arteri kecil dan sedang, terlihat perubahan progresif
dari otot pembuluh darah tunika media menjadi
jaringan kolagen.

Perubahan tersebut bervariasi dari fibrosis interstitial


sampai perubahan yang komplet menjadi jaringan
parut

gagalnya kontraksi pembuluh darah karena hilangnya


otot tunika media sehingga mengakibatkan perdarahan
yang banyak dan lama
Pada orang yang
lebih muda

memperlihatkan area yang tipis dan lemah

Kelemahan dinding
pembuluh darah ini
disebabkan oleh
iskemia lokal atau
trauma
Penatalaksanaan

1. Menghentikan perdarahan
2. Mencegah komplikasi
3. Mencegah berulangnya epistaksis
Menghentikan perdarahan

1. Metode trotter
Posisikan kepala menunduk dan condong ke depan. Tekan
cuping hidung selama 10-15 menit. Bernafas melalui mulut.
Kompres pangkal hidung dengan air dingin.
2. Tampon anterior
Bila perdarahan masih berlangsung, dilakukan
pemasangan tampon anterior yang dibuat dari kapas
atau kasa yang diberi pelumas vaselin atau salep
antibiotik. Pemakaian pelumas ini agar tampon mudah
dimasukkan dan tidak menimbulkan perdarahan baru
saat dimasukkan dan dicabut. Tampon dimasukkan
sebanyak 2-4 buah, disusun dengan teratur dan harus
dapat menekan asal perdarahan. Tampon
dipertahankan selama 2 kali 24 jam, harus dikeluarkan
untuk menghindari infeksi hidung
3. Tampon posterior
Dibuat dari kasa berukuran ± 3 x 2 x 2cm dan
mempunyai 3buah benang (2buah pada satu sisi dan
sebuah lagi pada sisi yang lainnya).
Mencegah komplikasi

• Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat langsung dari epistaksis atau sebagai akibat
dari penanganan yang kita lakukan.
• Akibat dari epistaksis yang hebat dapat terjadi syok dan anemia. Turunnya tekanan
darah yang mendadak dapat menimbulkan iskemi cerebri, insufisiensi koroner dan
infark miocard, hal-hal inilah yang menyebabkan kematian. Bila terjadi hal seperti ini
maka penatalaksaan terhadap syok harus segera dilakukan.
Mencegah berulangnya epistaksis

• Jangan mengorek hidung, terutama bila kuku panjang


• Jangan terlalu keras bila sisih (mengeluarkan lendir dari hidung)
• Menggunakan humidifier dalam ruangan selama winter
• Menggunakan semprot hidung berisi saline (over the counter) sebelum tidur
• Oleskan Vaseline/petroleum jelly dekat lubang hidung sebelum tidur
• Menghindari trauma pada wajah
• Menggunakan masker bila bekerja di laboratorium untuk menghindari menghirup zat-
zat kimia secara langsung
• Hindari asap rokok karena asap dapat mengeringkan dan mengiritasi mukosa
• Jika menderita alergi berikan obat antialergi untuk mengurangi gatal pada hidung
• Stop pemakaian aspirin karena akan memudahkan terjadinya mimisan dan membuat
mimisan berkepanjangan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai