Anda di halaman 1dari 59

PENGGUNAAN OBAT PADA

SISTEM RESPIRASI
Afifah

Departemen Farmakologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman
Kasus

 Sdr. Budi usia 25 tahun datang ke praktik dokter keluarga dengan keluhan
demam. Pasien juga mengeluh sering bersin. Keluhan dirasakan sejak 2 hari
yang lalu. Pasien juga mengeluh batuk serta hidung meler. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan: TD 110/70 mmHg, Nadi: 92 x/menit, suhu: 38,2oC, R: 20
x/menit. Mukosa hidung hiperemis dan terdapat discharge.
 Bagaimana penatalaksanaan kasus tsb?
INFLUENZA

 Keluhan:  PF
 Demam  Febris
 Bersin  Rinore
 Batuk  Mukosa hidung edem
 Sakit tenggorokan
 Hidung meler  Px penunjang:
 Nyeri sendi dam badan  Tidak perlu
 Sakit kepala
 Badan lemah
 Diagnosis
 Tiba-tiba
 Demam
 Gejala saluran pernafasan (batuk)
 Sumber penularan

 DD
 Faringitis
 Tonsilitis
 Laringitis
Penatalaksanaan
 Self limited disease
 Tingkatkan daya tahan tubuh (istirahat 2-3 hari, kurangi keg fisik, makanan kalori dan protein
tinggi, buah dg vitamin tinggi)
 Terapi simptomatik
 Antipiretik
 Parasetamol
 Ibuprofen 3-4x200-400 mg/hari(5-10mg/kgBB)
 Dekongestan
 Pseudoefedrin (60mg setiap 4-6 jam)
 Antihistamin
 Klorfeniramin 4-6mg 3-4x/hari
 Difenhidramin 25-50mg tiap 4-6jam
 Loratadin 10 mg (anak: 0,3 mg/kgBB) atau citerizin 10 mg (anak: 0,3mg/kgBB) dosis tunggal
 Antitusif atau ekspektoran
Kasus

 Sdr. Budi usia 25 tahun datang ke praktik dokter keluarga dengan keluhan
nyeri untuk menelan. Keluhan dirasakan sejak 4 hari yang lalu. Pasien juga
mengeluh demam, dan batuk. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: TD 110/80
mmHg, Nadi: 92 x/menit, suhu: 38,3oC, R: 20 x/menit. Mulut: faring
hiperemis.
 Bagaimana penatalaksanaan kasus tsb?
FARINGITIS AKUT
Jenis faringitis Gejala khas

Viral Diawali rinitis faringitis


Demam disertai rinorea dan mual
 Keluhan Bakterial Nyeri kepala hebat, muntah,
 Nyeri tenggorokan terutama saat sering tdp pembesaran KGB
menelan
Fungal Terutama nyeri tenggorok dan
 Demam nyeri menelan
 Sekret dari hidung Kronik hiperplastik Mula2 tenggorok kering,
 Batuk (ada/tidak) gatalbatuk berdahak
 Nyeri kepala Kronik atrofi Umumnya tenggorokan kering dan
tebal serta mulut berbau
 Mual
Tb Nyeri hebat pd faring dan tdk
 Muntah
respon dg pengobatan bakterial
 Lemah non spesifik
 Nafsu makan berkurang Faringitis Riwayat hubungan seksual,
gonorea/luetika terutama oral
Penatalaksanaan

 Istirahat cukup
 Minum air putih cukup
 Berkumur dg air hangat dan berkumur dg antiseptik utk menjaga kebersihan
mulut.
 Faringitis fungal: nystatin 100.000-400.000 IU, 2x/hari
 Faringitis kronik hiperplastik: kaustik faring dg nitras argentin 25%
 Virus:
 Anti virus metisoprinol (isoprenosin) 60-100 mg/kgBB (dewasa), 50 mg/kgBB dibagi
dalam 4-6x/hari
 Bakteri (terutama streptociccus grup A):
 Amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3x/hari selama 10 hari (anak)
 Amoksisilin 3x500 mg 6-10 hari atau eritromisin 4x500mg/hari (dewasa)
 Gonorea
 Sefalosporin gen III (Seftriakson 2grIV/IM) dosis tunggal
 Kronik hiperplastik
 Penyakit hidung dan sinus paranasal harus diobati
 Kaustik 1x/hari selama 3-5 hari
 Kronik atrofi
 Ditujukan utk rinitis atrofi
 Antitusif atau ekspektoran (jika diperlukan)
 Analgetik antipiretik
 Kortikosteroid
 Deksametason 3x0,5mg 3 hari (dewasa) dan 0,01 mg/kgBB/hari dibagi dlm 3x/hari
selama 3 hari (anak)
LARINGITIS

 Keluhan:
 Serak/suara hilang
 Gejala lokal (suara parau)
 Sesak nafas dan stridor
 Nyeri tenggorokan terutama saat menelan atau bicara
 Gejala radang umum (demam, malaise)
 Batuk kering lama dg dahak kental
 Gejala common cold
 Obstruksi jalan nafas
 Laringitis kronik
PF

 Laringoskopi indirek (khusus untuk pasien dewasa):


 1. Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis dan
membengkak terutama di bagian atas dan bawah pita suara.
 2. Biasanya terdapat tanda radang akut di hidung atau sinus paranasal.
 3. Pada laringitis kronik, dapat ditemukan nodul, ulkus dan penebalan mukosa
pita suara.
Penatalaksanaan

 Non medikamentosa  Medikamentosa


 Istirahat suara  Analgetik-antipiratik
 Rehabilitasi suara  Antibiotik (bakteri)
 Tingkatkan asupan cairan  Penisilin (streptococus grup A)
 Pemasangan pipa endotrakea atau  PPI (refluks laringofaringeal)
trakeostomi (pd sumbatan laring)
 Kortikosterois (laringitis berat)
 Tuberkulosis
 Anti Tb
 Luetika
 Penisilin dosis tinggi
TONSILITIS AKUT

 Keluhan  PF Tonsilitis akut


 Rasa kering di tenggorokan  Tonsil hipertrofik dg ukuran ≥ T2
 Nyeri tenggorok  Hiperemis dan tdp dedtritus di dlm
 Referred pain ke telinga kripti yg memenuhi permukaan
tonsil.
 Demam
 Palatum mole, arkus anterior dan
 Sakit kepala, lesu, nafsu makan < posterior udem dan hiperemis
 Plummy voice/ hot potato voice  Kelenjar limfe leher dpt membesar
(suara terdengar spt org yg dan nyeri tekan
mulutnya penuh makanan panas)
 Mulut berbau (foetor ex ore)
TONSILITIS KRONIK
 Keluhan:
 Pd Kronis  mengganjal di tenggorok, tenggorok kering dan nafas berbau
(halitosis)
 Pd stomatitis ulseromembranosa demam tinggi (39oC), nyeri di mulut, gigi
dan kepala, sakit tenggorokan, lemah, gusi mudah berdarah, hipersalivasi.
 Tonsilitis kronik
 Tampak tonsil membesar dg permukaan tdk rata, kriptus melebar berisi detritus
 Pembesaran kelenjar limfe submandibula dan tonsil yg mengalami perlengketan
 Tonsilitis difteri
 Tampak tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor, makin lama makin luas
 Tampak pseudomembran yg melekat erat pada dasar tonsil shg bisa diangkat mudah
berdarah
Penatalaksanaan

 Istirahat cukup
 Makan makanan lunak
 Jaga kebersihan mulut
 Obat kumur antiseptik
 Obat oral sistemik
Jenis tonsilitis Terapi
Viral Analgetik-antipiretik
Antivirus metisoprinol 60-100 mg/kgBB (dewasa), 50
mg/kgBB (anak) dibagi 4-6 kali/hari
Bakteri Bila diduga penyebabny Streptococcus grup A 
Antibiotik
Penisilin G benzatin 50.000/kgBB/IM dosis tunggal, atau
Amoksisilin 50 mg/kgBB dibagi 3x/hari 10 hari (anak),
3x500 mg 6-10 hari, atau
Eritromisin 4x500 mg/hari
Kortikosteroid
Analgetik-antipiretik
Difteri Anti difteri serum 20.000-100.000 unit segera tanpa
menunggu hasil kultur.
Antibiotik: penisilin atau eritromisin 25-50 mg/kgBB/hr
Antipiretik
Angina plaut vincent Antibiotik spektrum luas 1 minggu
(stomatitis Vit c dan Vit B kompleks
ulseromembranosa)
Kasus

 Anak X berusia 6 tahun diantar ibunya ke Puskesmas dengan keluhan batuk


kering. Keluhan dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Awalnya pasien merasa
demam ringan dan dan sakit tenggorokan selama 8 hari yang lalu. Kemudian
keluar cairan encer dari hidung dan semakin lama semakin kental dan
berwarna. Pada PF didapatkan afebril, nadi 80 x/menit, reguler. Pemeriksaan
umum dbn. Pada peeriksaan thorax didapatkan ronki pada kedua sisi. BB 20
kg
 Diagnosis?
 Etiologi?
 Penatalaksanaan?
BRONKITIS AKUT

 Keluhan
 Batuk 2-3mgg
 Dahak dpt berwarna jernih, putih, kekuning-kuningan atau kehijauan
 Demam (biasanya ringan)
 Rasa berat dan tdk nyaman di dada
 Sesak nafas
 Mengi
 Batuk darah (jika iritasi)
Pemeriksaan Fisik

 Pada pemeriksaan paru dapat ditemukan:


 Inspeksi : Pasien tampak kurus dengan barrel shape chest (diameter
anteroposterior dada meningkat).
 Palpasi : fremitus taktil dada normal
 Perkusi : sonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah
 Auskultasi : suara nafas vesikuler atau bronkovesikuler, dengan ekpirasi
panjang, terdapat ronki basah kasar yang tidak tetap (dapat hilang atau
pindah setelah batuk), wheezing dengan berbagai gradasi (perpanjangan
ekspirasi hingga mengi) dan krepitasi.
Px penunjang

 1. Pemeriksaan sputum dengan pengecatan Gram akan banyak didapat


leukosit PMN dan mungkin pula bakteri.
 2. Foto thoraks pada bronkitis kronis memperlihatkan tubular shadow berupa
bayangan garis-garis yang paralel keluar dari hilus menuju apex paru dan
corakan paru yang bertambah.
 3. Tes fungsi paru dapat memperlihatkan obstruksi jalan napas yang
reversibel dengan menggunakan bronkodilator
Penatalaksanaan
 Istirahat cukup
 Antitusif
 Kodein 10 mg, 3x/hari
 Ekspektoran
 GG, bromheksin, ambroksol, dll
 Antipiretik
 Parasetamol
 Bronkodilator
 Salbutamol, terbutalis sulfat, teofilin, aminofilin, dll
 Antibiotik
 Ampisilin, eritromisin, spiramisin 3x500mg/hari (bakteri)
Chronic Bronchitis
Common Bacterial Pathogens Isolated from
Sputum of Patients with Acute Exacerbation
of Chronic Bronchitis
SINUSITIS
 Keluhan
 1. Gejala yang dialami, sesuai dengan kriteria
pada tabel 10.10
 2. Onset timbulnya gejala, dibagi menjadi:
 a. Akut : < 12 minggu
 b. Kronis : ≥ 12 minggu
 3. Khusus untuk sinusitis dentogenik:
 a. Salah satu rongga hidung berbau busuk
 b. Dari hidung dapat keluar ingus kental atau tidak
beringus
 c. Terdapat gigi di rahang atas yang berlubang /
rusak
Dasar Penegakkan Diagnosis
Rinosinusitis Akut (RSA)
ASMA BRONKIAL
Penatalaksanaan
Klasifikasi Asma anak menurut PNAA 2004
Eksaserbasi (serangan)
Penatalaksanaan asma stabil
Tata laksana asma eksaserbasi
PNEUMONIA

 Penegakan diagnosis
 Diagnosis pasti : foto thorax tdp infiltrat baru atau infiltrat progresif + 2
gelaja atau lebih:
 Batuk-batuk bertambah
 Perubahan karakteristik dahak/ purulen
 Demam
 PF: ditemukan tanda2 konsolidasi, suara napas bronkial dan ronki
 Leukosit >10.000 atau 4500
Penatalaksanaan

 Pengobatan suportif/simtomatik
 Terapi definitif  pemberian antibiotik harus diberikan <8jam
 Rawat jalan:
 Sebelumnya sehat: azitromisin, klaritomisisn, eritromisin (rekomendasi kuat)
 Doksisiklin (rekomendasi lemah)
 Tdp komorbid (peny.jantug kronik, paru, hati, ginjalm DM, alkoholisme, keganasan:
moksifloksasin, levofloksasin (750 mg) (rekomendasi kuat)
 Beta laktam+makrolid: amoksisilin dosis tinggi (1gr, 3x1/hari) atau amoksisilin-
klavulanat (2 gr, 2x1/hari)(rekomendasi kuat); alternatif obat lain: ceftriakson,
cefpodoxime dan cefuroksim (500mg, 2x1/hr), doksisiklin
RINITIS AKUT

 Keluhan  PF
 Keluar ingus dari hidung (rinorea)  Suhu dapat meningkat
 Hidung tersumbat  Rinoskopi anterior:
 Dapat disertai rasa panas atau  Tampak kavum nasi sempit, terdapat
gatal pada hidung sekret serous atau mukopurulen,
mukosa konka udem dan hiperemis.
 Bersin-bersin
 Pada rinitis difteri tampak sekret
 Dapat disertai batuk
yang bercampur darah. Membran
keabu-abuan tampak menutup konka
inferior dan kavum nasi bagian
bawah, membrannya lengket dan
bila diangkat mudah berdarah.
Penatalaksanaan

 Non medikamentosa
 Istirahat cukup
 Menjaga asupan bergizi dan sehat
 Medikamentosa
 Simtomatik
 Analgeti-antipiretik, dekongestan topikal, dekongestan oral (pseudoefedrin,
fenilpropanolamin, fenilefrin)
 Antibiotik
 Bila terdapat infeksi sekunder bakteri (amoksisilin, eritromisisn, sefadroksil)
 Rinitis difteri: penisilin sistemik, anti toksin difteri
PPOK
Penatalaksanaan

PPOK Stabil
 Bronkodilator dalam bentuk oral, kombinasi golongan β2 agonis (salbutamol)
dengan golongan xantin (aminofilin dan teofilin). Masing-masing dalam dosis
suboptimal, sesuai dengan berat badan dan beratnya penyakit. Untuk dosis
pemeliharaan, aminofilin/teofilin 100-150 mg kombinasi dengn salbutamol 1
mg.
 Kortikosteroid digunakan dalam bentuk inhalasi, bila tersedia.
 Ekspektoran dengan obat batuk hitam (OBH)
 Mukolitik (ambroxol) dapat diberikan bila sputum mukoid.
Penatalaksanaan PPOK eksaserbasi akut
ringan
 Oksigen (bila tersedia)
 Bronkodilator
Pada kondisi eksaserbasi, dosis dan atau frekuensi bronkodilator kerja pendek ditingkatkan dan
dikombinasikan dengan antikolinergik.
Bronkodilator yang disarankan adalah dalam sediaan inhalasi. Jika tidak tersedia, obat dapat
diberikan secara injeksi, subkutan, intravena atau perdrip, misalnya: Adrenalin 0,3 mg subkutan,
digunakan dengan hati-hati.
Aminofilin bolus 5 mg/kgBB (dengan pengenceran) harus perlahan (10 menit) utk menghindari
efek samping.dilanjutkan dengan perdrip 0,5-0,8 mg/kgBB/jam.
 Kortikosteroid Diberikan dalam dosis 30 mg/hari diberikan maksimal selama 2 minggu.
Pemberian selama 2 minggu tidak perlu tapering off.
 Antibiotik yang tersedia di Puskesmas
 Pada kondisi telah terjadi kor pulmonale, dapat diberikan diuretik dan perlu berhati-hati dalam
pemberian cairan.
Tuberculosis paru

 Prinsip terapi
 Harus diberikan dalam kombinasi, dg jumlah
 Tujuan terapi
dan dosis cukup
 Menyembuhkan, mengembalikan  Dianjurkan OAT-FDC
kualitas hiduo dan produktivitas
 Obat ditelan sekaligus dlm perut kosong
 Mencegah kematian
 Semua pasien (termasuk HIV) yg blm pernah
 Mencegah kekambuhan
diobati harus diberi lini pertama
 Mengurangi penulatan  Menjamin kepatuhan perlu PMO
 Mencegah resistensi  Monitor dg px dahak berkala: akhir tahap
awal, bulan ke-5 dan akhir pengobatan
 Pengobatan TB tahap awal
 Rifampisin, isoniazid, pirazinamid, etambutol
 Pd tahap awal pasien mendapat 4 jenis obat diminum setiap hari.
 Bila pengobatan tahap awal adekuat, daya penularan menurun dalam 2 mgg
 Pasien TB paru BTA + sebagian besar mjd BTA – (konversi), kemudian dilanjutkan
tahap lanjut.

 Pengobatan tahap lanjutan


 Rifampisin, isoniazid
 Pd tahap lanjutan pasien mendapat 2 jenis obat, dlm jangka waktu minimal 4 bulan
 Obat dpt diminum secara intermiten yaitu 3x/mgg (obat program) atau tiap hari
(non program)
 Tahap lanjutan penting utk membunuh kuman persistensshg mencegah kekambuhan
Panduan OAT lini pertama

 Kategori 1: 2HRZE/4H3R3
 Artinya: pengobatan tahap awal 2 bulan diberikan tiap hari dan tahap lanjutan 4
bulan diberikan 3x dlm seminggu.
 Kategosi 2: 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
 Diberikan pd TB paru pengobatan ulang (TB kambuh, gagal pengobatan, putus obat)
 Pengobatan terdiri dari 2 bulan RHZE + suntik streptomisin, dan 1 bulan HRZE.
Pengobatan tahap awal diberikan tiap hari. Tahap lanjutan diberikan HRE selama 5
bulan, 3x seminggu.
 OAT sisipan: HRZE
 Apabila pemeriksaan dahak masih + pd akhir pengobatan tahap awal kategori 1
atau 2, maka diberi sisipan selama 1 bulan dg HRZE
TB Anak
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai