Anda di halaman 1dari 5

FARINGITIS, TONSILITIS, TONSILOFARINGEAL AKUT.

Konsep Medis
A. Definisi
Faringitis akut merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukan semua infeksi akut pada
faring. Termasuk tonsilitis (tonsilofaringitis) yang berlangsung hingga 14 hari dan merupakan
peradangan akut membran mukosa faring dan struktur lain disekitarnya. Karena letaknya
yang sangat dekat dengan hidung dan tonsil, jarang terjadi pada tonsilitis namun juga
mencakup nasofaringitis streptokokus beta hemolitikus group A (SBHGA) adalah infeksi aku
orofaring dan atau nasofaring oleh SBHGA (Rahajoe, 2012).
B. Etiologi
Bakteri dan virus merupakan penyebab dari farngitis dan virus mrupakan menjadi penyebab
terbanyak seperti :
- Virus Epstein Barr, disertai dengan gejala infeksi mononukleus seperti splenomearis
geheralsita.
- Infeksi virus campak
- Cytomegalovirus
- Virus Rubella
- Virus penyebab penyakit respiratory seperti adenovirus, Rhinovirus, dan virus
parainfluenza.

Mikroorganisme Kelainan yang ditimbulkan

Bakteri
Streptokokus , group A Faringitis, tonsilitis, demam scarlet
Streptokokus, group C dan G Faringitis, tonsilitis, scarlatiniform
Campuran bakteri anaerob Vincent’s angina
Neisseria gonorrhoeae Faringitis, tonsilitis
Corunebacterium diphteriae Difteri
Arcanobacterium haemolyticum Faringitis, scarlatiniform
Yersinia enterocolitica Faringitis, enterokolitis
Yersinia pestis Plague
Frnacisella tularensis Tularemia (oropharyngeal form)
Virus
Virus Rhino Common cold/rhinitis
Virus Corona Common cold
Virus Adeno Pharyngoconjunctiva fever, IRA
Virus Herpes Simplex 1 & 2 Faringitis, gingivostomatitis
Virus parainfluenza Cold, croup
Virus coxsackie A Heparangina, hand-foot-and-mouth- disease
Virus Epstein-Bar Infeksi mononucleosis
Virus setomegalo Mononucleusis virus setomegalo
Virus imunodeviciency virus Infeksi HIF primer
Virus influenza A & B influenza
Mikoplasma
Mycoplasma pneumoniae Pneumoniae, bronchitis, faringitis
Klamadia
Chlamaydia psittaci IRA, Pneumonia
C. pneumoniae Pneumonia , faringitis
Sumber : clinical infectious Diseases 1997 ; 25 ; 574-83 (buku ajar respirologi anak)

C. Manifestasi klinik
Tanda-dan gejala faringitis :
1. Awitan akut disertai mual-mual
2. Faring hiperemis
3. Tonsil bengkan dengan eksudasi
4. Kelenjar getah bening leher anterior bengkak dan nyeri
5. Uvula bengkak dan merah
6. Ekskoriasi hidung disertai lesi impetigo sekunder
7. Ruam skarlatina
8. Petekie palatinum mole
9. Nyerri tenggorokan, nyeri telan, sulit menelan, mulut berbau
10. Demam, tonsil hyperemia, otalagia (sakit ditelinga)

D. Pemeriksaan penunjang
1. Leukosit : terjadi peningkatan
2. Hb : terjadi penurunan
3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat
E. Penatalaksanaan
1. Tata laksana umum
o Istirahat cukup dan pemberian nutrisi yang cukup
o Pemberian obat kumur dan obat hisap pada anak yang lebih besar untuk
mengurangi nyeri tenggorokan
o Pemberian antipiretik, dianjurkan paracetamol atau ibuprofen
2. Terapi antibiotok
Pemberian antibiotik harus berdasarkan gejala klinis dengan faringitis straptokokus
dan diharapkan didukung hasil Rapid antigen defection test dan/atau kultur positif
dari usap tenggorokan. Antibiotik empiris dapat diberikan padaa anak dengan klinis
mengarah ke faringitis streptokokus, tampak toksik dan tidak ada fasilitas
pemeriksaaan la boratorium. Golongan penisilin (pilihan utk faringitis streptokokus)
yaitu penisilin V oral 15-30 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis selama 10 hari atau
Amoksisilin 50mg/kgBB/hari dibagi 2 selama 6 hari.
Bila alergi penisilin dapat diberikan
o Eritromisin estolat 20-40 mg/kgBB/hari dengan pemberian 2,3 atau 4 kal perhari
selamaa 10 hari.
o Eritromisin etil suksinat 40 mg/kgBB/ hari
o Makrolid baru misalnya azitromisin dosis tunggal 10 mg/kgBB/hari selama 3 hari.

Penanganan faringitis streptokokus persisten al:

o Klindamisin oral 20-30 mg/kgBB/hari (10hari)


o Amoksisilin clavulanat 40 mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis selama 10 hari
o Injeksi benzathine penicillin G intramuskular, dosis tunggal 600.000 IU (BB<30 kg)
atau 1.200.000 IU (BB<30kg)

F. Patofisiologi

Invasi kuman patogen Penyebaran limfogen Faring & tonsil


(bakteri/virus)

Tonsilitis akut Proses inflamasi

Edema tonsil Hipertermi Tonsil dan adenoid


membesar

Nyeri telan Obstruksi pada tuba


lustakii

Sulit makan dan minum Nyeri

Penyebaran limfogen Kurangnya Infeksi sekunder


pendengaran

Gangguan persepsi Otitis media


atau sensori
pendengaran

SINUSITIS
A. Definisi
Sinusitis merupakam suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput lendir sinus
paranasal. Akibat peradangan ini dapat menyebabkan pembentukan cairan atau
kerusakan tulang dibawahnya. Sinus paranasal adalah rongga-rongga yang terdapat pada
tulang-tulang wajah. Terdiri dari sinus frontal [ Didahi], sinus edmoid [pangkal hidung],
sinus maksila [pipi kanan dan kiri], sinus sfenoid [disinusitis etmoid] [Efiaty 2007]

Sinusitis dibagi menjadi:

1. Akut (berlangsung kurang dari 4 minggu)

2. Sub akut (berlangsung antara 4-12 minggu)

3. Kronik (berlansung lebih dari 12 minggu

B. Etiologi

Sinus paranasal salah satu fungsinya adalah menghasilkan lendir yang dialirkan kedalam
hidung, untuk selanjutnya dialirkan ke belakang, ke arah tenggorokan untuk ditelan
kesaluran pencernaan. Semua keadaan yang mengakibatkan tersumbatnya aliran lendir
dari sinus ke rongga hidung akan menyebabkan terjadinya sinusitis.

Secara garis besar penyebab sinusitis ada 2 macam, yaitu:

1. Faktor lokal adalah semua kelainan pada hidung yang dapat mengakibatkan terjadinya
sumbatan antara lain infeksi, alergi, kelainan anatomi, tumor, benda asing, iritasi polutan
dan gangguan pada mukosilia (rambut halus pada selaput lendir)

2. Faktor sistemik adalah keadaan diluar hidung yang dapat menyebabkan sinusitis; antara
lain gangguan daya tahan tubuh (diabetes, AIDS) penggunaan obat-obat yang dapat
mengakibatkan sumbatan hidung.

C. Manifestasi klinis

1. Hidung tersumbat

2. Nyeri didaerah sinus

3. Sakit kepala

4. Hiposmia/anosmia

5. Halitosis

6. Post nasal drip yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak

Pemeriksaan penunjang:

1. Rinoskopi anterior: Mukosa merah, mukosa bengkak, mukopus di meatus medius


2. Rinoskopi postorior: Mukopus nasofaring

3. Nyeri tekan pipi sakit

4. Transiluminasi: kesuraman pada sisi sakit

5. X foto sinus paranasalis: kesuraman, gambaran `airfluidlevel`, penebalan mukosa

Penatalaksanaan:

Prinsip pengobatan ialah menghilangkan gejala, memberantas infeksi, dan menghilangkan


penyebab. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara konservatif dan pembenahan.

Pengobatan konservatif terdiri dari:

1. Istirahat yang cukup dan udara disekitarnya harus bersih dengan kelembaban yang ideal
45-55%

2. Antibiotika yang adekuat paling sedikit selama 2 minggu

3. Analgetika untuk mengatasi rasa nyeri

4. Dekongestan untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan lebih daripada 5
hari karena dapat terjadi rebound congestion dan rinitis medikamentosa. Selain itu pada
pemberian dekongestan terlalu lama dapat timbul rasa nyeri, rasa terbakar, dan rasa
kering karena atrofi mukosa dan kerusakan silia.

5. Antihistamin jika ada faktor alergi

6. Kortikosteroid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang cukup parah.
Pengobatan operatif dilakukan hanya jika ada gejala sakit yang kronis, otitis media kronik,
bronkitis kronis, atau ada komplikasi seperti abses orbita atau komplikasi abses
intrakranial.

Prinsip operasi sinus ialah untuk memperbaiki saluran-saluran sinus paranalis yaitu
dengan cara membebaskan muara sinus dari sumbatan. Operasi dapat dilakukan dengan
alat sinoskopi.

Anda mungkin juga menyukai