PENDAHULUAN
A. Judul Praktikum
Pendengaran, Penghidu, dan Keseimbangan
B. Waktu Pelaksanaan Praktikum
Hari, tanggal
: Selasa, 07 April 2014
Waktu
: 13.00 s/d 15.00
C. Tujuan praktikum
- Setelah praktikum ini praktikan diharapkan paham mengenai fungsi
-
pendengaran
Setelah praktikum ini praktikan diharapkan paham mengenai fungsi
keseimbangan
Setelah praktikum ini praktikan diharapkan paham mengenai pemeriksaan
fungsi pendengaran
D. Dasar teori
1. Gelombang suara dan fisiologi pendengaran
a. Gelombang suara
Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari
daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekulmolekul udara yang berselang-seling dengan daerah-daerah bertekanan
rendah karena penjarangan (rarefaction) molekul tersebut. Setiap alat yang
mampu menghasilkan pola gangguan molekul udara tersebut adalah sumber
suara. Suatu contoh sederhana adalah garpu tala (Sherwood, 2012).
Suara ditandai oleh (Sherwood, 2012):
1) Nada (tone)
Nada suatu suara (misalnya nada C atau G) ditentukan oleh
frekuensi getaran. Semakin besar frekuensi getaran, semakin tinggi
nada. Gelombang suara yang dapat dideteksi oleh telinga manusia
adalah mulai dari frekuensi dari 20 sampai 20.000 siklus per detik,
tetapi paling peka untuk frekuensi antara 1000 dan 4000 siklus per
detik.
2) Intensitas (kekuatan)
Intensitas suara bergantung pada amplitude gelombang suara atau
perbedaan tekanan antara daerah pemadatan bertekanan tinggi dan
daerah peregangan bertekanan rendah. Dalam rentang pendengaran,
suara15-22 kali pada tingkap oval. Selain itu, efek dari pengungkit tulangtulang pendengaran juga turut berkontribusi dalam peningkatan tekanan
gelombang suara (Guyton, 2007; Sherwood, 2012).
Gerakan stapes yang menyerupai piston terhadap jendela oval
menyebabkan timbulnya gelombang tekanan di kompartemen atas. Karena
cairan tidak dapat ditekan, tekanan dihamburkan melalui dua cara sewaktu
stapes menyebabkan jendela oval menonjol kedalam yaitu, perubahan
posisi jendela bundar dan defleksi membrana basilaris (Sherwood, 2012).
Pada jalur pertama, gelombang tekanan mendorong perilimfe ke depan
di kompartemen atas, kemudian mengelilingi helikoterma, dan ke
kompartemen bawah, tempat gelombangtersebut menyebabkan jendela
bundar menonjol ke luar untuk mengkompensasi peningkatan tekanan.
Ketika stapes bergerak mundur dan menarik jendela oval ke luar, perilimfe
mengalir ke arah yang berlawanan mengubah posisi jendela bundar ke arah
dalam (Sherwood, 2012).
Pada jalur kedua, gelombang tekanan frekuensi yang berkaitan dengan
penerimaan suara mengambil jalan pintas. Gelombang tekanan di
kompartemen atas dipindahkan melalui membrana vestibularis yang tipis,
ke dalam duktus koklearis dan kemudian melalui mebrana basilaris ke
kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela
bundar menonjol bergantian (Sherwood, 2012).
Membran basilaris yang terletak dekat telinga tengah lebih pendek dan
kaku, akan bergetar bila ada getaran dengan nada rendah. Getaran yang
bernada tinggi pada perilimfe skala vestibuli akan melintasi membrana
vestibularis yang terletak dekat ke telinga tengah. Sebaliknya nada rendah
akan menggetarkan bagian membrana basilaris di daerah apeks. Getaran ini
kemudian akan turun ke perilimfe skala tympani, kemudian keluar melalui
tingkap bulat ke telinga tengah untuk diredam. Karena organ corti
menumpang pada membrana basilaris, sewaktu membrana basilaris
bergetar, sel-sel rambut juga bergerak naik turun dan rambut-rambut
tersebut akan membengkok ke depan dan belakang sewaktu membrana
basilaris
menggeser
(Sherwood, 2012).
Perubahan bentuk
posisinya
mekanis
terhadap
rambut
membrana
yang
maju
tektorial
mundur
ini
Hemotimpanum,
Dislokasi
tulang
pendengaran
(Mansjoer A, 2010).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Maharjan dkk tahun 2009 di
Teaching Hospital, Sinamangal, Nepal dengan penelitian yang berjudul
Observation of hearing loss in patients with chronic suppurative otitis
media tubotympanic type didapatkan hasil, bahwa terdapat hubungan yang
signifikant antara otitis media supuratif dengan terjadinya tuli konduksi, ini
terlihat dari hasil penelitian, bahwa sebanyak 119 telinga dari 100 pasien
mengalami perforasi membran tympani, dengan 72 telinga yang mengalami
pada
penderita
tuli
konduksi
adalah
memanjang
(Soepardi, 2012).
Penatalaksanaan dan terapi utama tuli konduksi adalah dengan
mengatasi kelainan atau penyakit yang menyebabkan tuli konduksi tersebut,
jika penyebabnya berupa Atresia liang telinga maka harus dilakukan
Operasi rekonstruksi untuk memperbaiki fungsi pendengaran dan untuk
kosmetik juga (Soepardi, 2012).
Jika Serumen, dilakukan dengan membersihkan serumen di liang
telinga bisa dengan pengait, suction, atau dengan irigasi (Soepardi, 2012).
Jika Otitis Eksterna Sirkumsripta yang dilakukan adalah Incisi dinding
furunkel
yang
ebal,
aspirasi
abcess,
antibiotika,
analgetika
Timpanosklerosis,
merupakan
masalah
bagi
jutaan
orang.
Kehilangan
trauma kapitis, trauma akustik, dan pajanan bising. Dan tuli sensorineural
retrokoklea disebabkan oleh neuroma akustik, tumor sudut pons serebelum,
mieloma multipel, cedera otak, perdarahan otak, dan sebagainya
(Mulyarjo, 2008).
Perjalanan penyakit dari tuli sensorineural disebabkan oleh beberapa
hal sesuai dengan etiologi yang sudah disebutkan diatas. Pada tuli
sensorineural (perseptif) kelainan terdapat pada koklea (telinga dalam),
nervus VIII atau di pusat pendengaran. Sel rambut dapat dirusak oleh
tekanan udara akibat terpapar oleh suara yang terlalu keras untuk jangka
waktu yang lama dan iskemia. Kandungan glikogen yang tinggi membuat
sel rambut dapat bertahan terhadap iskemia melalui glikolisis anaerob
(Mulyarjo, 2008).
Sel rambut juga dapat dirusak oleh obat-obatan, seperti antibiotik
aminoglikosida dan agen kemoterapeutik cisplatin, yang melalui stria
vaskularis akan terakumulasi di endolimfe. Hal ini yang menyebabkan tuli
telinga dalam yang nantinya mempengaruhi konduksi udara dan tulang.
Ambang pendengaran dan perpindahan komponen aktif membran basilar
akan terpengaruh sehingga kemampuan untuk membedakan berbagai nada
frekuensi yang tinggi menjadi terganggu. Akhirnya, depolarisasi sel rambut
dalam tidak adekuat dapat menghasilkan sensasi suara yang tidak biasa dan
mengganggu (tinnitus subyektif). Hal ini bias juga disebabkan oleh eksitasi
neuron yang tidak adekuat pada jaras pendengaran atau korteks auditorik.
(Mulyarjo, 2008).
Kekakuan membran basilar mengganggu mikromekanik yang akan
berperan dalam ketulian pada usia lanjut. Tuli telinga dalam juga
disebabkan oleh sekresi endolimfe yang abnormal. Jadi, loop diuretics pada
dosisi tinggi tidak hanya menghambat kotranspor Na + -K+ -2Cl- ginjal,
tetapi juga di pendengaran. Kelainan genetik pada kanak K+ di lumen juga
diketahui menyebabkan hal tersebut. Kanal K+ terdiri atas dua subunit
(IsK/KvLQT1) yang juga diekspresikan pada organ lain, berperan dalam
proses repolarisasi. Defek KvLQT1 atau IsK tidak hanya mengakibatkan
ketulian, tetapi juga perlambatan repolarisasi miokardium (Mulyarjo, 2008).
untuk
menghadapi
keadaan
yang
sulit
untuk
mendengarkan
(Mulyarjo, 2008).
Tuli sensorineural yang disebabkan oleh penyakit metabolik tertentu
(diabetes, hipotiroidisme, hiperlipidemia, dan gagal ginjal) atau gangguan
autoimun (poliartritis dan lupus eritematosus) dapat diberikan pengobatan
medis sesuai penyakit yang mendasarinya. Beberapa individu dengan tuli
sensorineural yang berat, dapat dipertimbangkan untuk melakukan
implantasi bedah perangkat elektronik di belakang telinga yang disebut
implan koklea yang secara langsung merangsang saraf pendengaran
(Mulyarjo, 2008).
Pasien dengan gangguan pendengaran sensorineural yang berat
mungkin dapat mendengar suara setelah melakukan implantasi koklea. Jika
tinitus disebabkan oleh tumor akustik, otosklerosis, atau kondisi tekanan
telinga meningkat dalam hidrolik (sindromMeniere), operasi untuk
mengangkat lesi atau menyamakan tekanan dapat dilakukan. Tinitus
berkurang atau sembuh sekitar 50% dari kasus yang berat setelah menjalani
operasi (Mulyarjo, 2008).
3. Tes pendengaran, prinsip, dan interpretasinya
a. Tes bisik
Ada 3 syarat utama bila kita melakukan tes bisik, yaitu (Soepardi, 2010) :
1) Syarat tempat
- Ruangan harus sunyi
- Tidak terjadi echo / gema. Caranya dinding dibuat tidak rata, atau
dilapis dengan soft board maupun korden.
- Jarak minimal 6 meter.
2) Syarat penderita
- Kedua mata penderita kita tutup agar ia tidak melihat gerakan bibir
pemeriksa.
- Telinga pasien yang diperiksa, dihadapkan ke arah pemeriksa.
- Telinga pasien yang tidak diperiksa, ditutup (masking). Caranya
dengan menekan tragus ke arah meatus akustikus eksternus atau
dengan menyumbat telinga menggunakan kapas yang telah dibasahi
gliserin.
- Penderita diminta mengulangi dengan keras dan jelas setiap kata
yang diucapkan pemeriksa.
3) Syarat pemeriksa
Tes Penala
Dasar fisiologi pemeriksaan:
Telinga dalam (koklea) terletak pada kavitas bertulang di dalam os
temporalis (labyrinth tulang) getaran di seluruh tulang tengkorak dapat
menyebabkan getaran pada cairan koklea (Soepardi, 2010).
Masking phenomenon adanya bunyi akan menurunkan kemampuan
seseorang mendengar bunyi lain masa refrakter relatif dan absolut
reseptor dan serat n.auditorik berkaitan dengan nada (Soepardi, 2010).
Berikut yang termasuk dalam rangkaian tes penala sebagai penilaian tuli
secara kualitatif (Soepardi, 2010) :
1) Tes Rinne
- Merupakan tes kualitatif
saraf
c) Rinne (-) : intensitas AC < BC Tuli Konduktif
2) Tes Weber
- Tes weber ini bertujuan untuk membandingkan hantaran tulang
-
3) Tes Schwabach
-
orang
yang
diperiksa
dengan
pemeriksa
yang
pendengarannya normal.
-
Cara pemeriksaan :
a) Penala digetarkan.
b) Dasarnya diletakkan ada prosesus mastoideus op
c) Bila sudah tidak didengar lagi, penala dipindahkan pada
proc.mastoideus pemeriksa.
d) Bila masih terdengar kesan: pendengaran op memendek.
e) Bila pemeriksa juga tidak mendengar ulangi tes kembali.
f)
Interpretasi :
a) Normal apabila BC op = BC pemeriksa .
b) Bila BC op < pemeriksa Schwabach memendek telinga
op yang diperiksa tuli saraf
c) Bila BC op > pemeriksa Schwabach memanjang telinga
op yang diperiksa tuli konduktif.
c. Audiogram
Audiometri berasal bahasa Latin yaitu dari kata audire yang bearti
pendengarandan metrios yang berarti mengukur, jadi secara hafiah
audiometric adalah pemeriksaan untuk menguji fungsi pendengaran.
Audiometri adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengetahui level
pendengaran seseorang. Pemeriksaan audiometri dalam ilmu medis maupun
ilmu hiperkes tidak saja dapat digunakan untuk mengukur ketajaman
pendengaran, tetapi juga dapat untuk menentukan lokasi kerusakan
anatomis yang menimbulkan gangguan pendengaran. Alat yang digunakan
untuk menguji pendengaran adalah audiometer yang pada kedua belah
telinga secara bergantian (Asroel, 2009).
Audiometer merupakan suatu peralatan elektronik yang digunakan
untuk menguji pendengaran, dima audiometer mampu menghasilkan suara
yang memenuhi syarat sebagai bahan pemeriksa yaitu frekuensi (125-8000),
dan intensitas suara yang dapat diukur (-10 s/d 100 dB) (Asroel, 2009).
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Gangguan
keseimbanganPemeriksaan
audiometri
memerlukan
Kiri
Kiri
<
Kiri
>
) dengan
menggunakan tinta merah untuk telinga kanan dan biru untuk telinga
kiri.
- Hantaran tulang (BC) dihubungkan dengan garis putus-putus
( - - - - - -) dengan menggunakan tinta merah untuk telinga kanan dan
biru untuk telinga kiri.
Interpretasi audiogram :
1)
Audiogram Normal (telinga kanan)
AC dan BC berimpit atau kurang dari 25dB.
dengan
konduktif.
hantaran
udaramenunjukkan
beratnya
ketulian
menunjukkan
pendengaran
lebih
pada
frekuensi
rendah
(Guyton, 2007).
tingkat
patologi
koklea,
kadang
disebut
depolarisasi
bergantung
pada
arah
gerakan
cairan
(Sherwood, 2012).
Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi kepala
rotasional atau angular. Masing masing telinga mengandung tiga kanalis
semisirkularis yang tersusun dalam bidang tiga dimensi yang tegak lurus satu
sama lain. Pada dasar setiap kanalis sirkularis terdapat suatu pembesaran yang
disebut ampula. Rambut rambut terbenam di dalam lapisan gelatinosa di
atasnya, disebut kupula, menonjol ke dalam endolimfe di dalam ampula.
Kupula bergoyang sesuai arah gerakan cairan. Pada awal bergerak, cairan di
dalam kanalis tidak bergerak searah dengan rotasi tetapi tertinggal di belakang
akibat inersia. Sel rambut vestibularis terdiri dari kinosilium, bersama dengan
20 sampai 50 stereosilia (Sherwood, 2012).
Sel rambut mengalami depolarisasi bergantung pada saluran ion yang
diatur secara mekanis oleh pergeseran berkas rambut. Sel rambut membentuk
sinaps dengan ujung terminal neuron aferen yang aksonnya menyatu dengan
akson
struktur
vestibularis
lain
membentuk
nervus
vestibularis
(Sherwood, 2012).
Organ otolit memberi informasi tentang posisi kepala relatif terhadap
gravitasi dan juga mendeteksi perubahan kecepatan gerakan lurus. Utrikulus
dan sakulus adalah struktur berbentuk kantung yang berada di dalam ruang
bertulang di antara kanalis semisirkularis dan koklea. Pada lapisan gelatinosa
disini terbenam banyak kristal kecil kalsium karbonat yang disebut otolit.
Utrikulus bergerak oleh setiap perubahan pada gerakan linier horizontal, saat
mulai berjalan maju mula mula membran otolit tertinggal di belakang
endolimfe dan sel rambut karena inersianya yang lebih besar. Sakulus berfungsi
serupa denga utrikulus, namun berespon secara selektif terhadap gerakan
kepala menjauhi posisi horizontal dan terhadap akselerasi dan deselerasi linier
vertikal (Sherwood, 2012).
5. Fisiologi keseimbangan
Apparatus vestibularis merupakan bagian penting dalam telinga yang
mengatur fungsi keseimbangan dan koordinasi gerakan kepala dengan gerakan
mata serta posisi tubuh. Apparatus vestibularis meliputi kanalis semisirkularis
dan organ otolit (utrikulus dan sakulus) yang terletak di bagian temporal dekat
koklea. Komponen-komponen vestibularis memiliki sel rambut yang berespons
terhadap deformasi mekanis karena rangsangan dari gerakan spesifik endolimfe
(Sherwood, 2011).
mulai
atau
berhenti
berputar,
jungkir-balik,
atau
menengok.
Pada
bagian
dasar
saluran
semisirkularis
terdapat
bagian
bersilia.
Sel
rambut
berfungsi
sebagai
reseptor
dan
dinamakan krista. Krista terbenam dalam suatu zat seperti gelatin yang
disebut kupula.
Apabila
kepala
melakukan
gerakan
menggeleng,
saraf
ke
otak.
Bagian
tersebut
yang
berperan
Metode pemeriksaan
1. Pemeriksaan garpu tala
Pemeriksaan
ketajaman
pendengaran
dapat
dilakukan
dengan
garputala
mewajibkan
pemeriksa
dalam
kondisi
Schwabach
memendek
(untuk
konduksi
udara)
(Satyanegara, 2010).
Tabel 1.1 Interpretasi hasil pemeriksaan garputala (Bagai, 2006).
Tes Rinne
+ (Positif)
Tes Weber
Simetris
Tes
Schwabach
Sama
Interpretas
i
Normal
- (Negatif)
+ (Positif)
Lateralisasi
ke Memanjang
Conductiv
sisi sakit
Lateralisasi
loss (CHL)
Sensoryne
ke Memendek
sisi sehat
hearing
ural
hearing
loss
(SNHL)
2.
Audiogram
Audiologi ialah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk fungsi
pendengaran
yang
erat
hubungannya
dengan
habilitasi
dan
pendengaran,
serta
cara
pemeriksaannya.
Pemeriksaan
ketulian yaitu tuli konduksi, sensorineural atau tuli campur juga dapat ditentukan
(Soetirto, 2004).
F.
G.
0 25 dB
normal
b) >25 40 dB
tuli ringan
c)
>40 55 dB
tuli sedang
d) >55 70 dB
e)
>70 90 dB
tuli berat
f)
>90 dB
diminta membandingkan suara di sisi mana yang lebih terdengar jelas (Bagai,
2006).
Apabila pasien mengalami lateralisasi (suara yang menguat pada salah
satu sisi), hal ini menandakan pada sisi tersebut mungkin terjadi conductive
hearing loss maupun sensoryneural hearing loss pada sisi kontralateral.Pada
pasien sensoryneural hearing loss akan terjadi lateralisasi ke sisi yang sehat,
sedangkan pada pasien conductive hearing loss akan terjadi lateralisasi ke sisi
yang sakit (Bagai, 2006).
3. Tes Schwabah
Tes ini dilakukan dengan cara menggetarkan garputala berukuran 512 Hz
dan meletakkannya pada processus mastoideus os temporalis pasien. Prinsip
pemeriksaan
ini
adalah
membandingkan
BC
penderita
dan
BC
hearing
loss, sedangkan
jika
dapat
: Lathif Suryandana
Umur
: 20 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tanggal praktikum
: 7 April 2015
Hasil praktikum :
Rinne
Positif
Swabach
Sama dengan
AC > BC
Pemeriksa
Weber
Diagnosis
Normal
B. Pembahasan
1. Tes Rinne
Pada praktikum ini, pemeriksaan rinne dengan cara menggetarkan garputala
berukuran 512 Hz dan meletakkannya pada processus mastoideus os temporalis.
Apabila pasien tidak dapat mendengar suara dengungan lagi, pemeriksa segera
memindahkan garputala ke 1-2 cm lateral meatus acusticus externus (Bagai,
2006).
Pasien harus memberikan tanda apabila pasien tidak dapat mendengarkan
dengungan lagi. Prinsip tes Rinne adalah membandingkan konduksi suara
melalui udara (air conduction) dengan konduksi suara melalui tulang (bone
conduction). Tes Rinne dinyatakan positif apabila AC > BC, dimana
interpretasinya bisa normal atau sensoryneural hearing loss (Bagai, 2006).
Interpretasi hasil dari tes rinne (Bagai, 2006) :
- Normal
: Positif (Pasien mendengar setelah
diletakkan di depan liang telinga)
- Tuli sensoryneural
: Positif (Pasien mendengar setelah
diletakkan di depan liang telinga)
- Tuli konduksi
: Negatif (Pasien tidak mendengar penala setelah
diletakkan di depan liang telinga). Kadang-kadang
terjadi false rinne (pseudo positif atau pseudo
suara
dengungan
garputala.
Jika
pasien
masih
dapat
Aplikasi klinis
a. Otitis Media
Otitis media merupakan peradangan di telinga tengah. Pada otitis media
yang memiliki onset cepat dan singkat dikenal sebagai otitis media akut.
Beberapa tanda yang muncul pada otitis media akut adalah otalgia, otorrhea,
demam, mual, muntah atau diare. Pada membran timpani ditemukan penuh atau
bulging, terbatas erak pada pneumatik otoskop, dan dapat dijumpai eritem pada
membran timpani (Bluestone, 2007).
Selain eritem pada membran timpani, pada otitis media juga dijumpai
kelainan fungsi tuba eustachia yang dapat berdampak pada gejala seperti, Tuli,
otalgia, dan tinnitus. Kehilangan pendengaran merupakan komplikasi dan sekuel
tersering dari otitis media, dapat bersifat konduktif, sensorineural, atau keduanya
(Bluestone, 2007).
Tuli konduktif, baik fluktuatif maupun persisten sering muncul pada
pasien anak dengan otitis media akut yang disertai efusi. Tuli konduktif pada
otitis media, biasanya berkisar antara 15 sampai 40 dB, rata-rata kehilangan 27
dB. Fungsi pendengaran dapat kembali normal, ketika efusi pada telinga tengah
sembuh (Bluestone, 2007).
Tuli neurosensori dapat disebabkan oleh otitis media. Tuli dapat berupa
tuli ringan, sedang, berat atau profound. Tuli sensorineural yang reversible
merupakan efek dari peningkatan tekanan dan kekakuan dari membran fenestra
rotundum. Tuli sensorineural permanen disebabkan karena penyebaran infeksi
melewati membran fenestra rotundum menuju labirintus, perkembangan fistula
perilimfe di fenestra rotundum maupun vestibular, atau juga karena komplikasi
supuratif seperti labirintitis atau bahkan meningitis (Bluestone, 2007).
b. Sindroma Meniere
Sindroma Meniere adalah kelainan kronik pada telinga dalam yang
menyebabkan ketidak nyamanan dan penurunan kualitas hidup, meskipun tidak
kolesterol),
audiometer,
tes
keseimbangan
(menggunakan
perubahan
struktur
tulang
karena
otosklerotik)
(Crane, 2011).
c. Presbikusis
Presbikusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut mulai usia 65 tahun
akibat proses degenerasi organ pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi
telinga) yang terjadi secara progresif lambat, dapat dimulai pada frekuensi
rendah atau tinggi serta tidak ada kelainan yang mendasari selain proses menua
secara umum (Soepardi, 2007).
Gacek dan Schucknecht mengidentifikasi 4 lokasi penuaan koklea dan
membagi presbikusis menjadi 4 tipe berdasarkan lokasi tersebut. Perubahan
histologi kini berhubungan dengan gejala yang timbul dan hasil pemeriksaan
auditorik. Prevalensi terbanyak menurut penelitian adalah jenis metabolic 34,6%,
jenis lainnya neural 30,7%, mekanik 22,8% dan sensorik 11,9%. Adapun
keempat tipe dari prebikusis adalah presbikusis sensorik, presbikusis neural,
presbikusis metabolic (Strial presbyacusis), dan presbikusis mekanik( Cochlear
presbykusis) (Muyassaroh, 2013).
Keluhan utama presbikusis berupa berkurangnya pendengaran secara
perlahan-lahan dan progresif, simetris pada kedua telinga. Kapan berkurangnya
pendengaran tidak diketahui pasti. Keluhan lainnya adalah telinga berdenging
(tinitus nada tinggi). Pasien dapat mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk
memahaminya, terutama bila diucapkan dengan cepat di tempat dengan latar
belakang yang bising (cocktail party deafness). Bila intensitas suara ditinggikan
akan timbul suara nyeri di telinga, hal ini disebabakan oleh faktor kelemahan
saraf (recruitment) (Soepardi, 2007).
Pemeriksaan fisik pada penderita biasanya normal setelah pengambilan
serumen yang merupakan problem pada penderita usia lanjut dan penyebab
kurang pendengaran terbanyak. Pada pemeriksaan otoskopi, tampak membran
timpani normal atau bisa juga suram, dengan mobilitas yang berkurang.
Pemeriksaan tambahan tes penala Uji rinne positif Hantaran Udara Hantaran
Tulang, Uji Weber, Uji Schwabach memendek (Soepardi, 2007).
Pemeriksaan penunjang yang biasanya dilakukan adalah pemeriksaan
audiometri. Pemeriksaan audiometri nada murni menunjukkan suatu tuli
sensorineural nada tinggi bilateral dan simetris. Pemeriksaan audiometri nada
murni ditemukan perurunan ambang dengar nada murni yang menunjukkan
gambaran tuli sensorineural. Pada tahap awal terdapat penurunan yang tajam
(sloping) setelah frekuensi 1000 Hz. Penatalaksanaan prebikusis bertujuan untuk
memperbaiki efektifitas pasien dalam berkomunikasi dan memaksimalkan
pendengaran pasien, atau yang biasa disebut dengan rehabilitasi (Dewi, 2011).
III. KESIMPULAN
1. Proses pendengaran terjadi mengikuti alur yang dimulai dari adanya gelombang
suara yang mencapai membran tympani. Saat membran timpani bergetar rantai
tulang-tulang juga bergerak dengan frekuensi sama sebagai respon terhadap
gelombang suara, memindahkan frekuensi gerakan tersebut dari membrana
timpani ke jendela oval. Tulang stapes yang bergetar masuk keluar dari tingkat
oval menimbulkan getaran pada perilimfe di skala vestibuli. Pergerakan dari
perilimfe ini yang nantinya akan menghasilkan gerakan dari sel-sel rambut luar
dan dalam sehingga impuls mekanik dapat diubah menjadi impuls listrik untuk
kemudian dihantarkan ke otak.
2. Apparatus vestibularis merupakan bagian penting dalam telinga yang mengatur
fungsi keseimbangan dan koordinasi gerakan kepala dengan gerakan mata serta
posisi tubuh. Apparatus vestibularis meliputi kanalis semisirkularis dan organ
otolit (utrikulus dan sakulus) yang terletak di bagian temporal dekat koklea.
Kanalis semisirkularis bergerak sebagai respon keseimbangan terhadap gerakan
rotasi kepala, sedangkan organ otolit bergerak sebagai respon keseimbangan
terhadap gerakan kepala linier baik vertikal (utrikulus) maupun horizontal
(sakulus).
3. Terdapat dua jenis pemeriksaan untuk menilai fungsi pendengaran yaitu
penilaian secara kualitatif dan kuantitatif. Untuk penilaian secara kualitatif dapat
digunakan tes Penala maupun tes bisik, tes ini hanya dapat mengidentifikasi jenis
kelainan. Sedangkan untuk penilaian secara kuantitatif dapat dilakukan
menggunakan Audiometri, pemeriksaan ini selain dapat digunakan untuk
menjelaskan jenis kelainan dapat juga untuk identifikasi derajat keparahan.