Anda di halaman 1dari 17

Gangguan sistem ekskresi

1. Glukosuria

Glukosuria,adalah ekskresi glukosa ke dalam urine sehingga menyebabkan dehidrasi karena


banyak air yang akan terekskresi ke dalam urine. Penyakit tersebut sering juga disebut penyakit
gula atau kencing manis (diabetes mellitus). Kadar glukosa dalam darah meningkat karena
kekurangan hormon insulin. Nefron tidak mampu menyerap kembali kelebihan glukosa,
sehingga kelebihan glukosa dibuang bersama urine.

Penyebab :

1. Terlalu berlebihan mengkonsumsi makanan yang mengandung gula.


2. Mengurangi konsumsi garam

Gejala penderita glukosuria :

1. Sering mengalami haus.


2. Banyak mengeluarkan air seni.
3. Memiliki kadar glukosa darah saat puasa yang lebih dari 120mh/dl, kadar glukosa
darah 2 jam sebelum makan lebih dari 200mg/dl.

Pencegahan :
1) Kontrol kebiasaan makan
2) Kendalikan berat badan
3) Olahraga secar teratur
4) Kelola faktro resiko lain (hipertensi, kadar lemak darah, dll)
5) Bagi yang beresiko tinggi, periksa glukosa darah setiap tahun

Pengobatan :

Cara mengatasi Glukosuria,


1. Dengan mengurangi konsumsi makanan dengan kandungan gula yang tinggi.
2. Lebih banyak konsumsi buah-buahan.
3. Mengkonsumsi obat-obatan yang berfungsi untuk memacu pengeluaran insulin, juga
meningkatkan sensitifitas insulin.

2. Penyakit hati (liver)

Penyakit hati(liver),seringkali disebabkan oleh infeksi virus,amoeba penyebab


disentri,cacing,plasmodium penyebab malaria,dan toxoplas sp. serta merupakan penyakit yang
disebabkan oleh berbagai faktor yang merusak hati,seperti penggunaan alkohol. Obesitas juga
berhubungan dengan kerusakan hati. Seiring waktu, kerusakan hati berdampak pada luka di
jaringan (sirosis)

Infeksi

Parasit dan virus dapat menginfeksi hati, menyebabkan peradangan dan mengurangi fungsi hati.
Virus yang menyebabkan kerusakan hati dapat menyebar melalui darah atau urin, makanan atau
air yang terkontaminasi, atau bersentuhan dekat dengan orang yang terinfeksi. Jenis yang paling
umum dari infeksi hati adalah virus hepatitis, termasuk:

 Hepatitis A
 Hepatitis B
 Hepatitis C

Kelainan sistem kekebalan tubuh

Penyakit di mana sistem kekebalan tubuh menyerang bagian-bagian tertentu dari tubuh
(autoimun) dapat mempengaruhi hati Anda. Contoh penyakit hati autoimun meliputi:

 Autoimmune hepatitis
 Primary biliary cirrhosis
 Primary sclerosing cholangitis
Genetika

Ada gen abnormal yang diturunkan dari salah satu atau kedua orang tua Anda dapat
menyebabkan berbagai zat untuk menumpuk dalam hati Anda, yang mengakibatkan kerusakan
hati. Penyakit hati genetik meliputi:

 Hemochromatosis
 Hiperoksaluria dan oxalosis
 Penyakit Wilson

Lainnya

Tambahan, penyebab umum dari penyakit hati termasuk:

 Penyalahgunaan alkohol kronis


 Lemak terakumulasi dalam hati (penyakit hati berlemak nonalkohol).

Orang dengan beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit hati termasuk :

 Penggunaan alkohol berat


 Penyuntikan obat menggunakan jarum bersama
 Tato atau tindikan
 Transfusi darah sebelum tahun 1992
 Terpapar darah dan cairan tubuh orang lain
 Hubungan seks tanpa kondom
 Paparan bahan kimia tertentu atau racun
 Diabetes
 Obesitas
 Tingginya kadar trigliserida dalam darah Anda.

Pengobatan

Pengobatan untuk penyakit hati tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan penyakit hati
Anda. Untuk overdosis parasetamol (juga dikenal sebagai acetaminophen overdosis), pengobatan
dengan membalikkan efek parasetamol. Jika penyebabnya adalah infeksi virus seperti hepatitis,
dokter akan meresepkan obat untuk mengobati infeksi dan memonitor hati Anda secara teratur.
Beberapa masalah hati dapat diobati dengan mudah dengan modifikasi gaya hidup, seperti
menghentikan penggunaan alkohol atau menurunkan berat badan yang mungkin menjadi bagian
dari program kesehatan Anda. Tapi masalah hati lain mungkin harus diobati dengan obat atau
mungkin memerlukan operasi. Selain itu, pengobatan untuk penyakit hati yang menyebabkan
gagal hati mungkin memerlukan transplantasi hati.

Rekomendasi umum untuk pasien dengan penyakit hati yang berat meliputi :

 Makan karbohidrat dalam jumlah besar. Karbohidrat harus menjadi sumber utama kalori
dalam diet ini.
 Makan asupan lemak dalam jumlah sedang, seperti yang ditentukan oleh dokter.
Peningkatan karbohidrat dan lemak membantu mencegah pemecahan protein dalam hati.
 Memiliki sekitar 1 gram protein per kilogram berat badan. Ini berarti bahwa orang
dengan 154-pound (70 kilogram) harus makan 70 gram protein per hari. Ini tidak
termasuk protein dari makanan dan sayuran bertepung. Seseorang dengan hati yang rusak
parah mungkin perlu makan lebih sedikit protein. Bicarakan dengan dokter Anda tentang
kebutuhan protein Anda.
 Konsumsi suplemen vitamin, terutama vitamin B kompleks.
 Mengurangi jumlah garam yang Anda konsumsi (biasanya kurang dari 1500 miligram per
hari) jika Anda mempertahankan cairan.

3. ALBUMINURIA

Albuminuria adalah suatu kondisi di mana urin mengandung protein albumin yang banyak.
Albumin adalah protein utama yang terdapat dalam darah, sehingga albuminuria disebut juga
sebagai proteinuria. Protein merupakan senyawa kompleks yang terdapat di hampir semua
bagian tubuh, termasuk otot, tulang, rambut, dan kuku. Protein yang berada dalam aliran darah
juga melakukan sejumlah fungsi penting seperti melindungi tubuh dari infeksi, membantu
pembekuan darah, dan menjaga keseimbangan cairan di seluruh tubuh.

Mekanisme terjadinya albuminuria :

Saat darah melewati ginjal yang sehat, maka ginjal akan menyaring produk limbah dan zat-zat
sisa yang tidak dibutuhkan oleh tubuh lalu membuangnya melalui urin. Sedangkan albumin dan
protein lain merupakan zat yang masih diperlukan oleh tubuh sehingga tidak dikeluarkan.
Namun, ketika ginjal mengalami kerusakan dalam menyaring, maka protein dari darah dapat
bocor ke dalam urin. Jika proteinuria tidak terkontrol, peningkatan jumlah protein dalam urin
dapat menyebabkan kerusakan ginjal menjadi lebih berat. Seiring waktu, hal ini dapat
menyebabkan gagal ginjal.
Penyebab Albuminuria Dua faktor risiko yang paling umum yang dapat menyebabkan
albuminuria adalah sebagai berikut:

 Diabetes Tekanan
 Darah Tinggi (hipertensi)

Keduanya dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, sehingga menyebabkan


albuminuria atau proteinuria.

Contoh penyebab albuminuria selain darah tinggi dan diabetes meliputi:

 Obat-obatan
 Trauma atau cedera
 Racun
 Infeksi
 Gangguan sistem kekebalan tubuh
 Peningkatan produksi protein di dalam tubuh dapat menyebabkan
proteinuria. Contoh termasuk multiple myeloma dan amiloidosis .

Faktor risiko lainnya termasuk:

Kegemukan
Usia di atas 65 tahun
Riwayat keluarga penyakit ginjal
Preeklamsia ( tekanan darah tinggi dan proteinuria pada kehamilan )

Gejala Albuminuria

Albuminuria tidak memiliki tanda-tanda atau gejala pada tahap awal. Banyaknya protein dalam
urin dapat ditandai dengan urin yang berbusa. Disamping itu, karena protein telah meninggalkan
tubuh, darah tidak bisa lagi menyerap cukup cairan, sehingga dapat terjadi pembengkakan di
tangan, kaki, perut, atau wajah. Pembengkakan ini disebut edema. Ini adalah tanda-tanda
hilangnya protein (proteinuria) dalam jumlah besar dan menunjukkan bahwa penyakit ginjal
telah berkembang.

Semua orang dengan diabetes tipe I dan tipe 2 yang berusia antara 12 dan 70 tahun harus
menjalani tes urine untuk memeriksa albuminuria setidaknya sekali setahun. Pedoman saat ini
menyarankan skrining untuk albuminuria pada pasien dengan faktor risiko penyakit ginjal kronis,
termasuk diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit sistemik, usia lebih dari 60 tahun, dan riwayat
keluarga gagal ginjal. Jika positif, hasilnya harus dikonfirmasi dengan tes urine kedua.
Pengobatan Albuminuria

Jika seseorang memiliki diabetes, hipertensi, atau keduanya, tujuan pertama pengobatan
albuminuria adalah mengontrol glukosa darah atau gula darah, dan tekanan darah. Orang dengan
diabetes harus tes glukosa darah dengan rutin, mengikuti rencana makan yang sehat, mengambil
obat yang diresepkan, dan melakukan olahraga atau latihan yang direkomendasikan oleh dokter

4. Sirosis Hati

Ada banyak penyebab sirosis. Penyebab paling umum adalah kebiasaan meminum alkohol dan
infeksi virus hepatitis C. Sel-sel hati Anda berfungsi mengurai alkohol, tetapi terlalu banyak
alkohol dapat merusak sel-sel hati. Infeksi kronis virus hepatitis C menyebabkan peradangan
jangka panjang dalam hati yang dapat mengakibatkan sirosis. Sekitar 1 dari 5 penderita hepatitis
C kronis mengembangkan sirosis. Tetapi hal ini biasanya terjadi setelah sekitar 20 tahun atau
lebih dari infeksi awal.

Penyebab umum sirosis lainnya meliputi:

1. Infeksi kronis virus hepatitis B.


2. Hepatitis autoimun. Sistem kekebalan tubuh biasanya membuat antibodi untuk
menyerang bakteri, virus, dan kuman lainnya. Pada hepatitis autoimun,sistem
kekebalan tubuh membuat antibodi terhadap sel-sel hati yang dapat
menyebabkan kerusakan dan sirosis.
3. Penyakit yang menyebabkan penyumbatan saluran empedu sehingga tekanan
darah terhambat dan merusak sel-sel hati. Sebagai contoh, sirosis bilier
primer, primary sclerosing, dan masalah bawaan pada saluran empedu.
4. Non-alcohol steato-hepatitis (NASH). Ini adalah kondisi di mana lemak
menumpuk di hati sehingga menciptakan jaringan parut dan sirosis. Kelebihan
berat badan (obesitas) meningkatkan risiko Anda mengembangkan non-
alcohol steato-hepatitis.
5. Reaksi parah terhadap obat tertentu.
6. Beberapa racun dan polusi lingkungan.
7. Infeksi tertentu yang disebabkan bakteri dan parasit.
8. Gagal jantung parah yang dapat menyebabkan tekanan balik darah dan
kemacetan di hati.
9. Beberapa penyakit warisan langka yang dapat menyebabkan kerusakan pada
sel-sel hati, seperti hemokromatosis (kondisi yang menyebabkan timbunan
abnormal zat besi di hati dan bagian lain tubuh) dan penyakit Wilson (kondisi
yang menyebabkan penumpukan abnormal zat tembaga di hati dan bagian lain
tubuh).

Cara Pengobatan:

Secara umum, kerusakan sel-sel hati tidak dapat direhabilitasi. Tujuan pengobatan adalah
mencegah pembentukan jaringan parut hati lebih lanjut, atau memperlambat kerusakan sel-sel
hati. Sirosis cenderung semakin memburuk jika penyebab yang mendasari tetap ada.

Oleh karena itu perlu upaya untuk memperlambat atau menghentikan penyebab sirosis, misalnya:

1. Tidak minum alkohol jika alkohol adalah penyebabnya.


2. Pengobatan untuk mengendalikan virus hepatitis.
3. Steroid atau obat penekan kekebalan lainnya untuk mengobati penyakit
autoimun menyebabkan kerusakan hati.
4. Penghapusan kelebihan zat besi yang terjadi pada hemokromatosis.

Berbagai pengobatan mungkin disarankan, tergantung pada tingkat keparahan sirosis dan gejala
yang berkembang, antara lain:

1. Diet rendah natrium atau diuretik untuk mengurangi cairan yang terakumulasi
dalam tubuh.
2. Obat untuk mengurangi gatal.
3. Obat-obatan yang dapat membantu mengurangi hipertensi portal.
4. Pengurangan cairan yang menumpuk di perut (ascites).
Bila pasien mengalami pendarahan usus sehingga muntah darah, atau mengeluarkan
darah melalui tinja, atau tinja menjadi hitam, dokter mungkin akan segera melakukan
tindakan untuk mengatasinya. Berbagai teknik bedah dapat digunakan untuk
menghentikan perdarahan dan mengurangi risikonya lebih lanjut.
Dalam kasus yang parah di mana jaringan parut meluas dan hati nyaris tidak bisa
berfungsi, maka transplantasi hati mungkin adalah satu-satunya pilihan.
5. Batu Ginjal

Penyebab : Batu ginjal terbentuk dari adanya pengendapan garam kalsium di dalam rongga
ginjal, saluran ginjal, atau kandung kemih. Bentuk batu ginjal seperti kristal yang tidak dapat
larut. Kandungan zat yang ada di dalamnya adalah kalsium oksalat, asam urat, dan kristal
kalsium fosfat. Penyebab adanya endapan garam ini karena penderita terlalu banyak
mengkonsumsi garam mineral, sedangkan air di konsumsi hanya sedikit. Selain itu, dipengaruhi
perilaku buruk penderita yang sering menahan buang air kecil. Batu ginjal tersebut lebih lanjut
dapat menimbulkan hidronefrosis. Hidronefrosis adalah membesarnya salah satu ginjal karena
urine tidak dapat mengalir keluar. Hal itu akibat penyempitan aliran ginjal atau tersumbat oleh
batu ginjal.
Gejala : Timbul rasa nyeri yang luar biasa di sekitar pinggang, keluar keringat yang
begitu banyak, urat nadi mulai melemah, wajah terlihat pucat dan tekanan darah
menurun.
Pencegahan : Perbanyaklah minum air putih agar air seni lancar minimal 8 gelas
sehari. Hindari minum atau memasak menggunakan air yang kandungan kapurnya
tinggi. Jika menderita penyakit gout dan hiperparatiroid segera atasi. Lakukan
olahraga rutin dengan tujuan agar metabolisme di dalam tubuh berjalan dengan baik.
Jangan duduk terlalu lama saat bekerja. Sangat tidak disarankan untuk menahan air
seni, karena Kristal-kristal tersebut bisa mengendap membentuk batu ginjal. Hindari
makanan yang mengandung kalsium tinggi, seperti susu dengan kalsium tinggi.
Pengobatan : Penyakit ini dapat diatasi dengan pembedahan dan sinar laser. Tujuan
dari pembedahan untuk membuang endapan garam kalium. Tujuan menggunakan
sinar laser untuk memecahkan endapan garam kalsium.
6. Hemokromatosis

Hemokromatosis, (Hemochromatosis) adalah kondisi dimana tubuh menyerap dan menimbun


zat besi secara berlebihan dari makanan yang dikonsumsi. Proses penyerapan dan penimbunan
ini berlangsung selama bertahun-tahun dan dapat mengakibatkan kerusakan pada ginjal, sendi,
pankreas, dan jantung, serta menimbukan kematian jika tidak ditangani.

Hemokromatosis dapat terjadi karena mutasi genetik atau kondisi lain yang memengaruhi
penyerapan zat besi oleh tubuh. Gejala biasanya muncul pada usia 30 sampai 60 tahun. Pada
wanita, gejala lebih jarang muncul karena zat besi berlebih dapat dikeluarkan secara alami
melalui siklus menstruasi atau pada saat melahirkan. Gejala baru muncul ketika wanita
memasuki masa menopause.

Gejala Hemokromatosis

Hemokromatosis biasanya tidak langsung menimbulkan gejala. Gejala baru akan muncul setelah
penumpukan zat besi mencapai batas tertentu. Gejala-gejalanya antara lain:

 Sering merasa lelah dan lemas.


 Nyeri sendi.
 Nyeri perut.
 Berat badan menurun.
 Sulit ereksi (bagi pria).
 Menstruasi tidak lancar atau berhenti (bagi wanita).
 Sering buang air kecil.
Dalam jangka panjang, penderita dapat mengalami gejala lanjutan seperti:

 Kulit menjadi lebih gelap,dan bersifat permanen.


 Sering merasa haus dan sering buang air kecil.
 Pembengkakan pada perut, tangan, hingga kaki.
 Napas pendek.
 Nyeri dada.
 Nyeri hebat dan kaku pada sendi dan jari.
 Diabetes.
 Gagal hati.
 Denyut jantung tidak beraturan (aritmia).
 Gagal jantung.
 Penurunan gairah
 Penyusutan testis.

Penyebab Hemokromatosis

Tubuh memerlukan zat besi untuk memproduksi hemoglobin dalam sel darah merah yang
berfungsi untuk mengikat dan mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh. Zat besi diserap dari
makanan yang dikonsumsi, sesuai kebutuhan. Umumnya hanya 8-10% zat besi dari makanan
yang diserap oleh tubuh. Sedangkan pada penderita hemokromatosis, penyerapan zat besi bisa
sampai 4 kali lipat dari normal. Selain itu, terdapat juga gangguan pada proses pengangkutan zat
besi di dalam tubuh, yang berkaitan dengan kerja hormon hepcidin. Pengangkutan zat besi oleh
ferroportin dihambat oleh hepcidin, sehingga zat besi tidak dapat dimetabolisme dan
dikeluarkan dari dalam tubuh. Apabila penumpukan zat besi ini terjadi dalam jangka waktu lama,
akan mengakibatkan kerusakan fatal pada berbagai organ tubuh.

Berdasarkan penyebabnya, penyakit hemokromatosis dikelompokan menjadi dua, yaitu primer


dan sekunder.

Hemokromatosis Primer

Hemokromatosis primer disebabkan oleh mutasi gen HFE yang berfungsi mengatur jumlah
penyerapan zat besi oleh tubuh. Terdapat 2 jenis mutasi gen HFE, yaitu C282Y dan H63D.

Hemokromatosis akan muncul apabila seseorang mewarisi kelainan genetik ini dari kedua
orangtuanya (ayah dan ibu), dan pasti akan menurunkan kelainan ini ke anaknya.

Sementara apabila seseorang mewarisi kelainan ini hanya dari salah satu orangtua (ayah saja atau
ibu saja), maka dia hanya merupakan pembawa sifat (carrier) yang bisa saja tidak menunjukkan
gejala apapun, namun berpotensi menurunkan kelainan ini ke anaknya.

Ada 2 jenis hemokromatosis primer khusus yang perlu diketahui, yaitu:

 Juvenile hemochromatosis. Kondisi ini disebabkan oleh mutasi gen hemojuvelin, bukan
pada gen HFE. Gejala muncul lebih awal, yaitu antara usia 15 sampai 30 tahun.
 Neonatal hemochromatosis. Penimbunan zat besi yang parah sehingga menyebabkan
kerusakan hati pada bayi baru lahir, dan biasanya berujung pada kematian.

Hemokromatosis Sekunder

Dikatakan hemokromatosis sekunder apabila kelainan penyerapan dan penimbunan zat besi
dalam tubuh disebabkan oleh adanya faktor atau gangguan lain, seperti:

 Anemia.
 Sering melakukan transfusi darah (khususnya pada penderita anemia bulan sabit dan
talasemia).
 Dialisis atau cuci darah pada organ hati.
 Penyakit hati kronis.
 Terlalu banyak mengonsumsi alkohol.

Risiko terkena hemokromatosis sekunder meningkat jika ada riwayat penyakit diabetes dan
jantung dalam keluarga. Selain itu, mengonsumsi suplemen yang mengandung vitamin C dan zat
besi dalam jangka watu lama juga dapat meningkatkan penyerapan dan penimbunan zat besi oleh
tubuh.

Diagnosis Hemokromatosis

Diagnosis hemokromatosis ditegakkan dengan pemeriksaan darah, meliputi pemeriksaan:

 Serum ferritin, untuk mengetahui kadar zat besi dalam organ hati.
 Serum transferrin saturation, untuk mengetahui kadar zat besi dalam darah.
 DNA, untuk mengetahui jika ada kelainan genetik yang dapat mengakibatkan
hemokromatosis. Pemeriksaan ini biasa dilakukan pada penderita yang dicurigai
hemokromatosis primer.

Dapat juga dilakukan pemeriksaan lain untuk memeriksa adanya kerusakan pada organ hati,
seperti:

 Pemeriksaan fungsi hati


 MRI
 Biopsi hati

Pengobatan Hemokromatosis

Tidak semua jenis hemokromatosis bisa disembuhkan, khususnya hemokromatosis primer.


Pengobatan dilakukan untuk menekan gejala agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut. Beberapa
tindakan yang biasa dilakukan dalam kasus hemokromatosis di antaranya adalah:

Phlebotomy
Phlebotomy atau vena section adalah pengobatan yang menjadi pilihan utama untuk
mengeluarkan zat besi berlebih dari dalam tubuh penderita melalui pengambilan darah. Awalnya
pengambilan darah akan dilakukan secara rutin dalam waktu yang cukup dekat, biasanya setiap
minggu, sampai kadar zat besi kembali normal. Kemudian pengambilan darah dilakukan dengan
interval waktu lebih panjang, misalnya 2 hingga 4 bulan sekali, untuk memastikan kadar zat besi
dalam tubuh dalam batas normal. Pada penderita hemokromatosis primer, tindakan ini perlu
dilakukan seumur hidup.

Terapi khelasi

Khelasi (chelation) biasanya disarankan bagi penderita yang tidak dapat melakukan phlebotomy,
misalnya jika memiliki anemia, gangguan pada jantung, atau pembuluh darah kecil. Dalam hal
ini, penderita akan diberikan obat yang dapat mengikat dan mengeluarkan zat besi melalui urin
dan tinja.

Pengaturan pola makan

Penderita diajurkan untuk menghindari makanan atau minuman yang mengandung zat besi,
termasuk juga minuman beralkohol.

Komplikasi Hemokromatosis

Penyakit hemokromatosis yang tidak diobati dengan tepat dapat mengakibatkan komplikasi
serius, seperti:

 Sirosis hati, meningkatkan risiko kanker pada organ hati.


 Kerusakan pada pankreas, menekan produksi insulin yang dapat mengakibatkan
diabetes.
 Kardiomiopati, kerusakan pada otot jantung yang dapat menyebabkan gagal jantung.
 Arthritis, kerusakan pada sendi.
 Perubahan warna kulit, menjadi berwarna perunggu atau abu-abu.
 Masalah reproduksi, seperti impotensi pada pria dan gangguan siklus menstruasi pada
wanita.
7. Diabetes mellitus

Diabetes melitus (atau diabetes) adalah kondisi kronis dan seumur hidup yang mempengaruhi
kemampuan tubuh Anda untuk menggunakan energi yang ditemukan dalam makanan. Ada tiga
jenis diabetes utama: diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes gestasional.
Semua jenis diabetes melitus memiliki kesamaan. Biasanya, tubuh Anda memecah gula dan
karbohidrat yang Anda makan menjadi gula khusus yang disebut glukosa. Glukosa membakar
sel-sel di tubuh Anda. Tapi sel membutuhkan insulin, hormon, dalam aliran darah Anda untuk
mengambil glukosa dan menggunakannya untuk energi. Dengan diabetes melitus, baik tubuh
Anda tidak cukup membuat insulin, tidak dapat menggunakan insulin yang dimilikinya, atau
kombinasi keduanya.
Karena sel-sel tidak bisa menyerap glukosa, itu bisa terjadi di dalam darah Anda. Kadar glukosa
darah tinggi dapat merusak pembuluh darah kecil di ginjal, jantung, mata, atau sistem saraf
Anda. Itulah sebabnya diabetes - terutama jika tidak diobati - pada akhirnya dapat menyebabkan
penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, kebutaan, dan kerusakan saraf pada saraf di kaki.

Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 juga disebut insulin-dependent diabetes. Dulu disebut remaja diabetes onset,
karena sering dimulai pada masa kanak-kanak.
Diabetes tipe 1 adalah kondisi autoimun. Ini disebabkan oleh tubuh yang menyerang pankreas
sendiri dengan antibodi. Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas yang rusak tidak membuat
insulin.
Jenis diabetes ini mungkin disebabkan oleh predisposisi genetik. Bisa juga akibat dari sel beta
yang salah di pankreas yang biasanya menghasilkan insulin.

Sejumlah risiko medis terkait dengan diabetes tipe 1. Banyak dari mereka berasal dari kerusakan
pada pembuluh darah kecil di mata Anda (disebut retinopati diabetes), saraf (neuropati diabetik),
dan ginjal (nefropati diabetik). Yang lebih serius lagi adalah meningkatnya risiko penyakit
jantung dan stroke.

Pengobatan diabetes tipe 1 melibatkan pengambilan insulin, yang perlu disuntikkan melalui
kulit ke jaringan lemak di bawahnya. Metode penyuntikan insulin meliputi:
1. Jarum suntik
2. Pena insulin yang menggunakan kartrid pre-filled dan jarum halus
3. Jet injector yang menggunakan udara bertekanan tinggi untuk mengirim semprotan
insulin melalui kulit
4. Pompa insulin yang mengeluarkan insulin melalui tabung fleksibel ke kateter di bawah
kulit perut
5.
Diabetes tipe 2
Sejauh ini, bentuk diabetes yang paling umum adalah diabetes tipe 2, terhitung 95% kasus
diabetes pada orang dewasa. Sekitar 26 juta orang dewasa Amerika telah didiagnosis menderita
penyakit ini. Dulu disebut diabetes onset dewasa, namun dengan epidemi anak obesitas dan
kelebihan berat badan, lebih banyak remaja sekarang mengembangkan diabetes tipe 2. Diabetes
tipe 2 juga disebut diabetes non-insulin-dependent.
Diabetes tipe 2 sering merupakan bentuk diabetes yang lebih ringan daripada tipe 1. Namun
demikian, diabetes tipe 2 masih dapat menyebabkan komplikasi kesehatan utama, terutama pada
pembuluh darah terkecil di tubuh yang memberi nutrisi pada ginjal, saraf, dan mata. Diabetes
tipe 2 juga meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
Dengan diabetes tipe 2, pankreas biasanya menghasilkan insulin. Tapi jumlah yang dihasilkan
tidak cukup untuk kebutuhan tubuh, atau sel-sel tubuh resisten terhadapnya. Resistensi insulin,
atau kurangnya sensitivitas terhadap insulin, terutama terjadi pada sel lemak, hati, dan otot.
Orang yang mengalami obesitas - lebih dari 20% dari berat badan ideal mereka untuk tinggi
badan mereka - berisiko tinggi terkena diabetes tipe 2 dan masalah medis terkaitnya. Orang
gemuk memiliki resistansi insulin. Dengan resistensi insulin, pankreas harus bekerja terlalu keras
untuk menghasilkan lebih banyak insulin. Tapi meski begitu, tidak cukup insulin untuk menjaga
gula tetap normal.
Tidak ada obat untuk diabetes. Diabetes tipe 2 dapat dikontrol dengan manajemen berat badan,
nutrisi, dan olahraga. Sayangnya, diabetes tipe 2 cenderung maju, dan obat diabetes sering
dibutuhkan.
Tes A1C adalah tes darah yang memperkirakan kadar glukosa rata-rata dalam darah Anda
selama tiga bulan sebelumnya. Tes A1C periodik dapat disarankan untuk melihat seberapa baik
diet, olahraga, dan pengobatan bekerja untuk mengendalikan gula darah dan mencegah
kerusakan organ. Tes A1C biasanya dilakukan beberapa kali dalam setahun.
Gestational Diabetes
Diabetes yang dipicu kehamilan disebut gestational diabetes (kehamilan, sampai tingkat tertentu,
menyebabkan resistensi insulin). Hal ini sering didiagnosis pada kehamilan tengah atau akhir.
Karena kadar gula darah tinggi pada ibu beredar melalui plasenta ke bayi, diabetes gestasional
harus dikontrol untuk melindungi pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Menurut National Institutes of Health, tingkat diabetes gestasional yang dilaporkan adalah antara
2% sampai 10% kehamilan. Gestational diabetes biasanya sembuh sendiri setelah kehamilan.
Setelah diabetes gestasional, bagaimanapun, membuat ibu berisiko terkena diabetes tipe 2 di
kemudian hari. Sampai 10% wanita dengan diabetes gestasional mengembangkan diabetes tipe 2.
Hal ini dapat terjadi di mana saja dari beberapa minggu setelah melahirkan sampai bulan atau
tahun kemudian.
Dengan diabetes gestasional, risiko pada bayi yang belum lahir bahkan lebih besar daripada
risiko pada ibu. Risiko pada bayi termasuk kenaikan berat badan abnormal sebelum lahir,
masalah pernafasan saat lahir, dan obesitas dan risiko diabetes yang lebih tinggi di kemudian
hari. Resiko pada ibu termasuk memerlukan operasi caesar karena bayi yang terlalu besar, juga
kerusakan pada jantung, ginjal, saraf, dan mata.

Gejala Diabetes Secara Umum


Diabetes tidak datang secara tiba-tiba. Jika dicermati lebih lanjut, terdapat beberapa gejala
diabetes yang biasa dialami oleh penderitanya. Beberapa gejala diabetes secara umum tersebut
antara lain adalah:
1. Frekuensi buang air kecil yang terlalu sering. Tingginya kadar glukosa atau gula dalam darah
membuat tubuh menarik air dari sel ke darah. ‘Kelebihan’ cairan ini kemudian dikeluarkan
dalam bentuk urin, sehingga frekuensi buang air kecil pun meningkat.
2. Lebih cepat haus. Tubuh membutuhkan asupan cairan yang lebih banyak karena frekuensi
buang air kecil yang terlampau sering. Rasa haus ini adalah reaksi tubuh agar tetap terhidrasi dari
asupan cairan.
3. Rasa lapar yang berlebihan. Kondisi ini terjadi karena tubuh tidak dapat menggunakan
glukosa sebagai sumber energi dengan baik; sehingga secara alami tubuh akan memberi respon
pada Anda untuk terus makan guna memperoleh lebih banyak energi.
4. Penurunan berat badan secara drastis. Hal ini terjadi karena tubuh tidak bisa memakai
glukosa secara efektif. Akibatnya lemak akan dipecah untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi
sehingga pasien mengalami penurunan berat badan secara tiba-tiba.
5. Kelelahan kronis. Ketika tubuh gagal mengolah glukosa menjadi energi, maka pasien akan
terasa lesu dan menjadi mudah lelah.
6. Penglihatan mulai kabur. Kadar glukosa yang terlalu tinggi juga dapat berpengaruh terhadap
kemampuan penglihatan pasien diabetes.

Perbedaan Ciri-Ciri Diabetes Tipe 1 dan 2


Ciri-ciri diabetes pada tipe 1 dan 2 memang hampir sama. Gejala diabetes tipe 1 maupun 2
hampir tidak bisa dibedakan bila Anda tidak segera mendapatkan penanganan medis. Namun,
ada beberapa hal yang mungkin bisa membedakan gejala diabetes tipe 1 dan 2.

Ciri-Ciri Gejala Diabetes Tipe 1


Meskipun gejala diabetes tipe 1 dan 2 nyaris sama, tetapi gejala diabetes tipe 1 sering datang
secara tiba-tiba. Gejala bisa terjadi dalam hitungan hari atau minggu, sehingga bisa membuat
kondisi penderitanya bertambah parah.
Ciri-Ciri Gejala Diabetes Tipe 2
Sementara ciri-ciri diabetes tipe 2 umumnya akan berkembang secara bertahap. Gejala pada
diabetes tipe 2 juga bisa ditandai dengan proses penyembuhan luka yang terbilang lambat atau
rasa nyeri maupun mati rasa di kaki.

Mencegah Gejala Diabetes di Usia Muda


Bukan hanya orang dewasa atau lansia saja, anak muda juga bisa terkena diabetes, terutama
penggemar makanan dan minuman manis tinggi gula atau memiliki berat badan yang berlebih
(obesitas). Namun, Anda tidak perlu khawatir karena ada beberapa tips untuk menghindari gejala
diabetes pada usia muda, di antaranya adalah:
1. Konsumsi makanan yang sehat. Kurangi asupan gula, makanan berlemak, makanan cepat saji,
atau makanan yang digoreng setiap harinya.
2. Bergerak lebih aktif. Gerakkan tubuh Anda dengan menyalurkan hobi di masa muda, seperti
melakukan olahraga, berkebun, atau bermusik. Perbanyak aktivitas gerak di luar ruangan
dibanding bermain gadget di dalam ruangan.
3. Manajemen berat badan. Jaga berat badan ideal dengan melakukan diet dan olahraga secara
teratur untuk menghindari obesitas.
Perlu diketahui bahwa diabetes termasuk penyakit kronis jangka panjang yang tidak dapat
disembuhkan. Sekali Anda terkena diabetes, maka Anda harus hidup dengan penyakit ini selama
sisa usia Anda. Maka dari itu, hindarilah penyakit diabetes dengan beberapa upaya di atas selagi
Anda bisa. Jangan sampai menyesal di kemudian hari.

8. Athlete’s foot

Kaki atlet - juga disebut tinea pedis - adalah infeksi jamur menular yang mempengaruhi kulit
pada kaki. Bisa juga menyebar ke kuku kaki dan tangan. Infeksi jamur disebut athlete's foot
karena biasanya terlihat pada atlet.
Kaki atlet tidak serius, tapi terkadang sulit untuk disembuhkan. Jika Anda menderita diabetes
atau sistem kekebalan tubuh yang lemah dan menduga Anda memiliki kaki atlet, Anda harus
segera menghubungi dokter Anda.
Kaki atlet terjadi saat jamur tinea tumbuh di kaki. Anda bisa menangkap jamur melalui kontak
langsung dengan orang yang terinfeksi, atau dengan menyentuh permukaan yang terkontaminasi
jamur. Jamur tumbuh subur di lingkungan yang hangat dan lembab. Biasanya ditemukan di
kamar mandi, di lantai ruang ganti, dan di sekitar kolam renang.

Faktor risiko :
Siapa pun bisa mendapatkan kaki atlet, namun perilaku tertentu meningkatkan risiko Anda.
Faktor yang meningkatkan risiko terkena athlete's foot meliputi:

 mengunjungi tempat-tempat umum bertelanjang kaki, terutama ruang loker, pancuran,


dan kolam renang
 berbagi kaus kaki, sepatu, atau handuk dengan orang yang terinfeksi
 memakai sepatu pas kaki pendek yang pas
 menjaga kaki Anda tetap basah dalam jangka waktu yang lama
 memiliki kaki berkeringat
 Memiliki luka kulit atau kuku ringan di kaki Anda

Gejala :
Ada banyak kemungkinan gejala kaki atlet, yang meliputi:
1. gatal, menyengat, dan terbakar di antara jari-jari kaki
2. gatal, menyengat, dan terbakar di telapak kaki
3. Lepuh di kaki yang gatal
4. retak dan mengupas kulit di kaki, paling sering di antara jari-jari kaki dan di telapak kaki
5. Kulit kering di telapak atau sisi kaki
6. Kulit mentah di kaki
7. kuku jari yang berubah warna, tebal, dan rapuh
8. kuku kaki yang menarik diri dari tempat tidur kuku
Diagnosa :
Seorang dokter mungkin mendiagnosis kaki atlet dengan gejalanya. Atau, dokter mungkin
memesan tes kulit jika mereka tidak yakin adanya infeksi jamur yang menyebabkan gejala Anda.
Pemeriksaan lesi potassium hydroxide (KOH) kulit adalah tes yang paling umum untuk kaki
atlet. Seorang dokter mengikis area kecil kulit yang terinfeksi dan menempatkannya dalam
potassium hydroxide (KOH). KOH menghancurkan sel normal dan membuat sel jamur tidak
tersentuh sehingga mudah terlihat di bawah mikroskop

Anda mungkin juga menyukai