Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN MINI PROJECT

HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN ASI EKLUSIF DENGAN STATUS GIZI


BALITA USIA 12-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KELURAHAN
DUREN SAWIT PERIODE MARET-APRIL 2020

Disusun oleh:
dr. Soraya Haji Muhamad

Pendamping:
dr. Amalia Damanik

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP


PUSKESMAS KELURAHAN DUREN SAWIT
2020

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya
sehingga Mini Project ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Mini Project ini disusun
untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam rangka menyelesaikan Program Internship
Dokter Indonesia Provinsi DKI Jakarta Puskemas Kelurahan Duren Sawit. Mini Project ini
berjudul: Hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif dengan status gizi balita usia 12-59
bulan di wilayah kerja Puskemas Kelurahan Duren Sawit Periode Maret - April 2020.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan petunjuk-
petunjuk, serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik dari institusi maupun dari luar
institusi Puskemas Kelurahan Duren Sawit. Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dr. Amalia Damanik sebagai dokter pendamping Puskesmas Kelurahan Duren


Sawit.
2. Rekan-rekan paramedis yang telah membantu pengerjaan mini project.
3. Kedua orang tua dengan segala curahan kasih sayang, restu, dan dukungan kepada
penulis.
4. Rekan – rekan dokter Internship.
5. Para ibu yang mau menjadi responden mini project ini.
Semoga tulisan ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam masalah kesehatan dan
memberikan manfaat bagi kita semua.

Jakarta, Juni 2020


Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................................1

Daftar Isi....................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

Latar Belakang.......................................................................................................................4

Rumusan Masalah..................................................................................................................5

Tujuan Penelitian...................................................................................................................5

Manfaat Penelitian.................................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................7

Status Gizi Balita...................................................................................................................7

Definisi Status Gizi................................................................................................................7

Penilaian Status Gizi..............................................................................................................7

Parameter untuk menentukan Status Gizi..............................................................................8

Klasifikasi Status Gizi...........................................................................................................8

ASI eksklusif.........................................................................................................................9

Kerangka Konsep................................................................................................................11

BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................................13

Desain penelitian.................................................................................................................13

Tempat dan Waktu...............................................................................................................13

Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian..........................................................................13

Definisi Operasional............................................................................................................14

Prosedur penelitian..............................................................................................................15

Teknik Pengumpulan dan Analisis Data.............................................................................16


Etika Penelitian....................................................................................................................16

Jadwal Penelitian.................................................................................................................17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................................18

4.1. Hasil Penelitian...............................................................................................................29

4.1. Pembahasan.....................................................................................................................31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................33

Kesimpulan..........................................................................................................................33

Saran....................................................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................34

LAMPIRAN.............................................................................................................................34
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masalah kesehatan yang terkait gizi di Indonesia semakin kompleks dalam


beberapa dekade mendatang karena Indonesia masih memerlukan waktu panjang
untuk mengatasi kemiskinan yang erat kaitannya dengan kekurangan gizi. Sampai saat
ini Indonesia masih menghadapi masalah gizi kurang seperti Kurang Energi Protein
(KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), dan Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY). Di sisi lain, prevalensi gizi lebih (overnutrition)
dengan segala implikasinya pada kesehatan dari waktu-ke waktu cenderung
meningkat seiring dengan derasnya arus global yang mempengaruhi budaya dan pola
makan masyarakat Indonesia.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi


berat-kurang mencapai 17,7%, terdiri dari 3,9% persen gizi buruk dan 13,8% gizi
kurang (Kemenkes RI, 2018). Di Puskemas Kelurahan Duren Sawit, terdapat 2771
balita. Tahun 2018 cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit
mencapai 60,74% dan meningkat menjadi 70,52% pada tahun 2019. Angka tersebut
menunjukkan bahwa Puskemas Kelurahan Duren Sawit mencapai target nasional
cakupan ASI eksklusif sebesar 80%.

Program gizi anak di seluruh dunia terus melakukan inovasi untuk mengurangi
angka kejadian gizi kurang tersebut. Salah satunya adalah dengan program pemberian
ASI Eksklusif (Cai, 2012). Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak
dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan
makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin dan mineral) (Depkes, 2014).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan ASI eksklusif untuk bayi
sampai berumur 6 bulan dan kemudian dilanjutkan bersama makanan pendamping
ASI sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih ( Marnoto, 2010).
Salah satu penyebab rendahnya keberhasilan pemberian ASI Ekslusif adalah
pemberian MP-ASI yang terlalu dini. Pemberian makanan tambahan sebelum usia 6
bulan ini dilakukan karena para ibu beranggapan bahwa ASI saja tidak cukup untuk
kebutuhan bayi setiap hari. Di samping karena kesibukan ibu serta anggapan bahwa
susu formula dapat membuat bayi merasa tenang dan tidak rewel. Selain itu
meningkatnya kebutuhan ASI bagi bayi berusia 3 hingga 6 bulan menimbulkan
persepsi ketidakcukupan produksi ASI, hal ini membuat ibu mudah berhenti
memberikan ASI Ekslusif. Hal lain yang menjadi faktor penyebab rendahnya cakupan
ASI Ekslusif antara lain maraknya promosi susu formula, tradisi di keluarga dan
psikologis ibu. (Puskemas Kelurahan Duren Sawit, 2019).
Terjadinya rawan gizi pada bayi disebabkan antara lain oleh karena ASI (Air
Susu Ibu) banyak diganti oleh susu formula dengan jumlah dan cara yang tidak sesuai
kebutuhan. ASI merupakan makanan yang bergizi yang mudah dicerna oleh bayi dan
langsung diserap. Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan mampu untuk
menghasilkan air susu ibu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya secara
penuh tanpa makanan tambahan bahkan ibu yang gizinya kurang baikpun dapat
menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan selama tiga bulan pertama
(Widyastuti E, 2007)

Manary dan Salomons menyatakan bahwa frekuensi atau durasi pemberian ASI
eksklusif yang tidak cukup menjadi faktor risiko untuk terjadinya defisiensi
makronutrien maupun mikronutrien pada usia dini. Keadaan gizi kurang yang banyak
ditemukan pada bayi-bayi terlihat ketika para ibu di daerah perkotaan memilih untuk
menggunakan susu formula sebagai pengganti ASI (Widyastuti E, 2009)

Dengan mengetahui hubungan riwayat pemberian ASI ekslusif dan status gizi
diharapkan dapat menjadi rujukan dalam pengambilan kebijakan mengenai
penanganan gizi kurang di Provinsi DKI jakarta khususnya di Puskemas Kelurahan
Duren Sawit.
Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan riwayat pemberian ASI ekslusif dengan status gizi
balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskemas Kelurahan Duren Sawit periode
Maret-April 2020?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan riwayat


pemberian ASI ekslusif dengan status gizi balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja
Puskemas Kelurahan Duren Sawit periode Maret-April 2020.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan akan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Peneliti
Sebagai pengetahuan dan informasi kepada peneliti mengenai hubungan antara
riwayat ASI eksklusif dan gizi balita di wilayah kerja Puskemas Kelurahan Duren
Sawit
2. Bagi Masyarakat
Dapat mengetahui pentingnya pengetahuan ASI eksklusif bagi gizi balita.
3. Pelayanan kesehatan
Sebagai informasi bagi pelayanan kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan dimana perlu diberi intervensi berupa penyuluhan kesehatan pada orang
tua mengenai ASI eksklusif.
4. Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber data untuk
kepentingan penelitian selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Status Gizi

Definisi status Gizi

Status gizi adalah gambaran keseimbangan antara kebutuhan tubuh akan


zat gizi dan penggunaannya dalam tubuh. Status gizi tersebut dapat dipengaruhi
oleh 2 hal pokok yaitu konsumsi makanan dan keadaan kesehatan tubuh atau infeksi
(Depkes RI, 2002)

Penialaian Status Gizi

Penilaian status gizi di lakukan dengan empat cara yaitu penilaian secara
klinis, biokimia, biofisik dan antropometri.

 Penilaian secara klinis yaitu penilaian yang mempelajari mengevaluasi tanda-


tanda fisik yang ditimbulkan sebagai akibat gangguan kesehatan dan penyakit
gizi kurang. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata,
rambut dan buccal mucosa atau organ yang dekat dengan permukaan kulit
misalnya kelenjar tiroid.
 Penilaian secara biokimia dilakukan dengan pengukuran zat gizi dalam darah,
urine, tinja serta beberapa jaringan tubuh saperti hati dan otot.
 Penilaian secara biofisik dilakukan dengan tiga cara yaitu uji radiologi, test
fungsi fisik dan sitologi.
 Penilaian secara antropometri berhubungan dengan pengukuran berbagai
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur. Penilaian secara
antropometri terbagi dua yaitu ukuran linear yang menunjukan keadaan kurang
gizi akibat kurang kalori dan protein yang di derita pada waktu lampau, dan
ukuran masa jaringan yang menunjukan keadaan kurang gizi pada saat
pengukuran di lakukan. (Depkes RI, 2002)
Parameter Untuk Menentukan Status Gizi

Jenis parameter yang sering dipakai untuk menentukan status gizi yakni umur,
berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala serta lingkar dada. Kesalahan penentuan
umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran
tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai
dengan penentuan umur yang tepat. Sedangkan berat badan merupakan salah
satu ukuran tubuh yang paling banyak digunakan karena dapat memberikan
gambaran masa jaringan termasuk cairan tubuh, berat badan sangat mudah
dipengaruhi oleh keadaan yang mendadak seperti terserang diare dan konsumsi
makanan yang menurun. Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi
keadaan sekarang. Dalam antropometri gizi, rasio lingkar kepala dan lingkar dada
digunakan untuk menentukan KEP pada balita (Depkes RI, 2002)

Klasifikasi Status Gizi

Dengan menggunakan indeks berat badan menurut umur, berdasarkan baku


rujukan WHO-NCHS:

Tabel 1 : Baku Antropometri menurut standart WHO-NCHS

Status gizi lebih terjadi karena sumber energi yang masuk ke dalam tubuh
melebihi energi yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan. Status gizi baik adalah
suatu keadaan kesehatan yang disebabkan oleh adanya keseimbangan antara
kebutuhan tubuh akan zat – zat gizi untuk berlangsungnya kehidupan, pertumbuhan,
pemeliharaan alat tubuh dan fungsi normal tubuh serta untuk menghasilkan tenaga
dari zat – zat gizi yang dikonsumsi. Status gizi sedang adalah disebabkan adanya
suatu keadaan yang berbeda diantara gizi baik dan gizi kurang.

Status gizi kurang adalah keadaan patologis yang berkembang dari kurang
makan sehingga pemakainnya dalam jangka waktu tertentu tidak mencukupi. Status
gizi buruk merupakan akibat terpenuhinya kebutuhan zat gizi dalam waktu lama
sehingga dapat menyebabkan penyakit defisiensi (FKUI, 2005)

ASI Ekslusif

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33


Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam
bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain
(kecuali obat, vitamin dan mineral). Pengaturan pemberian ASI eksklusif bertujuan
untuk : (Depkes RI, 2014)
a. menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif sejak
dilahirkan sampai dengan berusia enam bulan dengan memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangannya;
b. memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya; dan
c. meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, pemerintah daerah, dan
pemerintah terhadap ASI eksklusif.
ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung
protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi sehingga
pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi. Kolostrum
berwarna kekuningan dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga. Hari keempat
sampai hari kesepuluh ASI mengandung immunoglobulin, protein, dan laktosa lebih
sedikit dibandingkan kolostrum tetapi lemak dan kalori lebih tinggi dengan warna
susu lebih putih. Selain mengandung zat-zat makanan, ASI juga mengandung zat
penyerap berupa enzim tersendiri yang tidak akan menganggu enzim di usus. Susu
formula tidak mengandung enzim sehingga penyerapan makanan tergantung pada
enzim yang terdapat di usus bayi.
Berdasarkan stadium laktasi maka komposisi ASI dibagi menjadi 3 bagian yaitu
: (Sentra Laktasi Indonesia, 2008).
1. Kolostrum, adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti infeksi dan
berprotein tinggi. Pada hari pertama dan kedua meski ASI yang keluar sedikit
menurut ukuran awam, tetapi kolostrum yang terkandung dalam payudara
mendekati kapasitas lambung bayi usia 1-2 hari. Cairan emas yang encer dan
sering kali berwarna kuning atau dapat pula cairan menyerupai sel darah putih
yang dapat membunuh kuman penyakit. Kolostrum merupakan pencahar yang
ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi baru lahir dan
mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang.
Kolostrum banyak mengandung protein dibandingkan ASI yang matang.
Mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dibanding ASI yang matang,
sementara volumenya mencapai 150-300 ml/24 jam.
2. ASI Transisi (Peralihan)
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi
ASI matang. Kadar proteinnya makin rendah sedangkan kadar lemak dan
karbohidratnya meningkat seiring dengan peningkatan volume.
3. ASI Matang (Mature) Merupakan ASI yang keluar pada hari ke-14 dan seterusnya
dimana komposisinya relatif konstan. Pada ibu yang sehat dengan komposisi ASI
yang cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup
untuk bayi sampai umur 6 bulan.

Manfaat Air Susu Ibu (ASI)

1. Sumber zat kekebalan tubuh alami


2. Menurunkan angka kematian bayi
3. Mencegah penyakit gangguan pernapasan akut
4. Meningkatkan kecerdasan kognitif
5. Mencegah alergi
6. Mengurangi risiko asma

Manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6
bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan pemberian ASI eksklusif
serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi
berumur 6 bulan. Berdasarkan hal-hal tersebut, WHO-UNICEF membuat deklarasi
yang dikenal dengan Deklarasi innocenti. Deklarasi yang dilahirkan di Innocenti Italia
tahun 1990 ini bertujuan untuk melindungi, mempromosikan, dan memberi dukungan
pemberian ASI. Deklarasi yang juga ditandatangani Indonesia ini memuat hal-hal
berikut (Sentra Laktasi Indonesia, 2008).

“Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan


bayi secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi
diberi ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan. Setelah berumur 4-6 bulan,
bayi diberi makanan pendamping padat yang benar dan tepat. Sedangkan ASI tetap
diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Pemberian makanan untuk bayi ideal
seperti ini dapat dicapai dengan cara menciptakan pengertian serta dukungan dari
lingkungan sehingga ibu-ibu dapat menyusui secara eksklusif.”

Pada tahun 1999, UNICEF memberikan klarifikasi tentang rekomendasi


jangka waktu pemberian ASI eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama
World Health Assembly (WHA) dan banyak negara lainnya adalah menetapkan
jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Sentra Laktasi Indonesia,
2008).

Pemberian makanan padat/tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu


pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan bayi. Selain itu, tidak
ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian makanan padat/tambahan pada
usia 4 atau 5 bulan lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan
mempunyai dampak yang negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak
positif untuk perkembangan pertumbuhannya (Widyastuti E, 2007).

Untuk mencapai ASI ekslusif, WHO dan UNICEF merekomendasikan


langkah- langkah berikut untuk memulai dan mencapai ASI eksklusif, yaitu: (Sentra
Laktasi Indonesia, 2008).

 Menyusui dalam satu jam setelah kelahiran


 Menyusui secara esklusif: hanya ASI. Artinya, tidak ditambah makanan
atau minuman lain, bahkan air putih sekalipun.
 Menyusui kapan pun bayi meminta (on-demand), sesering yang bayi mau, siang
dan malam.
 Tidak menggunakan botol susu atau empeng.
 Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan tangan, disaat
tidak bersama anak.
 Mengendalikan emosi dan pikiran agak tenang.
 Setelah pemberian ASI eksklusif selama enam bulan tersebut, bukan berarti
pemberian ASI dihentikan. Seiring dengan pengenalan makanan kepada bayi,
pemberian ASI tetap dilakukan, sebaiknya menyusui dilakukan sampai anak
berusia dua tahun menurut rekomendasi WHO.

Kerangka Konsep

Riwayat pemberian ASI Status gizi balita


eksklusif pada balita

Berat badan lahir


Tingkat pendidikan ibu
Pola Asuh
Status pekerjaan ibu
BAB III

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross
sectional di mana pengukuran variabel independen dan variabel dependen dilakukan
pada waktu yang bersamaan. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan
ASI eksklusif dengan status gizi kurang pada anak usia 12-59 bulan di wilayah kerja
Puskemas Kelurahan Duren Sawit

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2020 di wilayah Puskemas
Kelurahan Duren Sawit

Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi penelitian ini adalah seluruh balita usia 12-59 bulan yang ada di
wilayah kerja Puskemas Kelurahan Duren Sawit

Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus uji hipotesis beda
dua proporsi, yaitu:

[ Z1- α /2√2P(1-P) + Z1-β√P1(1-P1)+P2(1-P2) ]2


n=
(P1-P2)2

Keterangan:
n = Besar sampel
Z1- α /2 = Nilai Z pada derajat kepercayaan 1-α/2 atau derajat kepercayaan α pada
uji dua sisi (two tail), yaitu sebesar 5% = 1.96.
Z1-β = Nilai Z pada kekuatan uji 1- β, yaitu sebesar 80% = 0.84.
P = Proporsi rata-rata = (P1-P2)/2.
P1 = Proporsi balita yang status gizi kurang dengan jumlah anggota keluarga
sedikit sebesar 0.182 ( Ruhana, 2008).
P2 = Proporsi balita yang status gizi kurang dengan jumlah anggota keluarga
banyak sebesar 0,421 ( Ruhana, 2008).

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh jumlah sampel minimal sebanyak 57.
Karena balita umur 12-59 bulan belum mampu berkomunikasi dengan baik, maka
yang menjadi responden pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai anak usia
12-59 bulan dengan kriteria tidak sedang menderita penyakit apapun pada saat
dilakukan penelitian.

Keterangan :
N = Jumlah populasi target
n = Jumlah sampel yang dibutuhkan
Ni = Jumlah populasi setiap posyandu
ni = Jumlah sampel yang dibutuhkan posyandu

Kriteria Inkulusi dan Ekslusi


Kriteria Inklusi

1. Ibu yang memiliki balita usia 12-59 bulan yang datang ke posyandu .
Kriteria Eksklusi

1. Balita dalam keadaan sakit saat ke posyandu.


2. Tidak bersedia untuk menjadi responden

Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
accidental sampling.

Definisi Operasional
Variabel Dependen
Status Gizi
Status gizi diperoleh berdasarkan indek antropometri menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1995/MENKES/SK/XII/2010,
tentang standar antropometri penilaian status gizi anak, indeks antropometri
Berat Badan menurut Umur (BB/U) dibagi menjadi beberapa kategori status.
Cara ukur : Mengukur berat badan bayi berdasarkan umur kemudian
dibandingkan dengan berat badan baku WHO-NCHS dan disajikan dalam
Z- score.

Alat : Timbangan berat badan

Hasil ukur :

0 = Gizi Kurang : Z Score < -2 SD sampai -3 SD

1 = Gizi Baik : Z Score ≥ -2 SD sampai +2 SD

Skala : ordinal

Variabel Independen ASI


eksklusif
Definisi ASI eksklusif menurut WHO (1990) adalah pemberian ASI saja tanpa
cairan atau makanan padat lainnya kecuali vitamin, mineral, atau obat dalam
bentuk tetes atau sirup selama 6 bulan kehidupannya.

Cara ukur : menggunakan kuesioner

Alat : kuesioner

Hasil ukur : 0 = ASI eksklusif

1 = Tidak ASI eksklusif

Skala : ordinal

Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terdiri dari tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.
1. Tahap persiapan:
a. mengajukan tema penelitian
b. berkoordinasi dengan bagian gizi Puskesmas Kelurahan Duren Sawit
c. menyusun kuesioner penelitian
2. Tahap pelaksanaan:
a) tahap pelaksanaan dimulai dengan informed consent kepada subyek penelitian
dan penjelasan prosedur penelitian.
b) prosedur pelaksanaan dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Meminta ibu subyek untuk bersedia di wawancara
2. Melakukan pengukuran berat badan subyek

Teknik Pengumpulan dan Analisis Data


Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Sebelum dilakukan
analisis, pada data yang terkumpul dilakukan pemeriksaan kelengkapan data, koding
dan data ditabulasi lalu dimasukkan ke dalam komputer. Pada analisis data, akan
dilakukan pebandingan status gizi pada subyek dengan riwayat ASI eksklusif dan
subyek tanpa riwayat ASI eksklusif. Data tersebut kemudian akan diuji dengan
bantuan SPSS for Windows v.16.0.
1. Analisis Univariat

Adapun variabel yang dianalisis secara univariat terdiri dari status gizi subyek dan

riwayat asi ekslusif

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam hal ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

variabel-variabel dalam penelitian berupa riwayat ASI eksklusif dan status gizi

subyek.

Etika Penelitian
Komponen etika penelitian meliputi:
1. Inform Concern
Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan serta maksud penelitian sebelum
menyerahkan surat permohonan menjadi responden penelitian sebagai permintaan
untuk menjadi responden.
2. Anonimity ( tanpa nama )
Peneliti tidak mencantumkan nama pada data tapi hanya memberikan kode sebagai
nomor urut subyek.
Jadwal Pelaksanaan
Untuk rencana kegiatan serta waktu pelaksanaan penelitian, dijadwalkan sebagai
berikut.

Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Rencana Kegiatan X1 X2 X3 X4

Pelaksanaan penelitian √ √
Pengolahan data √
Analisis data √
Penyusunan laporan √ √

Keterangan:
X: minggu ke-n, dimulai setelah proposal disetujui
√ : pelaksanaan rencana kegiatan
HASIL PENELITIAN

Analisis Univariat

1. Karakteristik Responden
Berdasarkan data yang didapat distribusi ibu dan balita adalah :

a. Karakteristik Balita
Karakteristik Frekuensi S
Responden
Jenis Kelamin
Laki-laki 34 44,2 %
Perempuan 43 55,8 %
Balita dalam penelitian ini adalah sebanyak 77 balita usia 12-59 bulan.
Populasi balita perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki. Balita
perempuan sebanyak 43 anak (55,8%) dan balita laki-laki sebanyak 34 anak
(44,2%).

b. Karakteristik Ibu
Karakteristik Frekuensi Presentase
Responden
Pendidikan Ibu
SD 11 14,3%
SMP 23 29,9%
SMA 32 41,6%
Sarjana 11 14,3%
Status Pekerjaan Ibu
Tidak bekerja 65 84,4%
Bekerja 12 15,6%

Berdasarkan data ibu balita, diketahui sebanyak 11 orang (14,3%) dengan


pendidikan terakhir SD, 23 orang (29,9%) pendidikan SMP, 32 orang (41,6%)
pendidikan SMA, dan 11 orang (14,3%) pendidikan sarjana. Ibu balita yang
menjadi responden dalam penelitian ini sebagian besar tidak bekerja. Jumlah
ibu
yang tidak bekerja sebanyak 65 orang (84,4%) dan ibu yang bekerja sebanyak
12 orang (15,6%).

2. Variabel Penelitian
a. Riwayat ASI eksklusif
ASI Eksklusif Frekuensi Presentase
Ya 60 77,9%
Tidak 17 22,1%

b. Status Gizi Balita


Status Gizi Frekuensi Presentase
Kurang 29 20,7%
Baik 48 79,3%

Analisis Bivariat

Hubungan ASI eksklusif dengan status gizi balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Duren Sawit dapat dilihat pada tabel berikut :

Hasil Uji Spearman Riwayat ASI Eksklusif dan Status Gizi


ASI eksklusif
2 status gizi 2
Spearman's rho ASI Correlation
1.000 -.103
eksklusif 2 Coefficient
Sig. (2-tailed) . .372
N 77 77
status gizi 2 Correlation
-.103 1.000
Coefficient
Sig. (2-tailed) .372 .
N 77 77
Dalam tabel tersebut ditunjukkan bahwa p > 0,05, dengan nilai p 0,372. Artinya
tidak terdapat korelasi yang bermakna secara statistik antara riwayat ASI eksklusif
dengan status gizi balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskemas Kelurahan Duren
Sawit.

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini didapatkan bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna
secara statistik antara riwayat ASI eksklusif dengan status gizi balita usia 12-59 bulan.
Penelitian ini bertolak belakang dengan teori yang menyebutkan bahwa pemberian
ASI dapat mencegah malnutrisi pada anak. Teori itu menyebutkan bahwa terdapat
korelasi positif antara pemberian ASI dengan status gizi anak. Semakin sering anak
yang mendapat perhatian (lewat menyusui) mempunyai probabilitas yang lebih baik
dibandingkan dengan bayi yang tidak disusui atau disusui tapi hanya sebentar saja.
Karena adanya pertambahan umur bayi yang disertai kenaikan berat badan maupun
tinggi badan, maka kebutuhan akan energi maupun nutrient akan bertambah pula
(Adriani, 2012).
Saat menginjak usia 6 bulan ke atas, ASI sebagai sumber nutrisi sudah tidak
mencukupi kebutuhan gizi bayi yang terus berkembang, sehingga anak perlu
diberikan makanan pendamping ASI (Waryana, 2010). Kebutuhan gizi anak terus
bertambah sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh yang cukup
pesat. Hal itu dapat dipengaruhi oleh umur, kecepatan pertumbuhan, banyaknya
aktivitas fisik, efisiensi penyerapan dan utilisasi makanannya (Adriani, 2012). Oleh
karena itu, kebutuhan zat gizi bayi umur 0-6 bulan berbeda dengan anak usia 7-36
bulan.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Basit pada
tahun 2012 dimana melalui penelitiannya “Risk factors for under-nutrition among
children aged one to five years in Udupi taluk of Karnataka, India” diperoleh hasil
bahwa tidak ditemukan adanya hubungan antara status gizi dengan rendahnya
pemberian ASI Eksklusif, pengetahuan ibu dan sanitasi lingkungan.
Andajani dkk (2010), menyatakan tidak adanya hubungan antara pemberian ASI
Eksklusif dengan status gizi balita dikarenakan sebagian besar ibu yang tidak
memberikan ASI Eksklusif disebabkan oleh tingkat pengetahuan yang kurang.
Pendidikan pada satu sisi mempunyai dampak positif yaitu ibu mengerti akan
pentingnya pemeliharaan kesehatan termasuk pemberian ASI ekslusif. Rendahnya
tingkat pengetahuan ibu tentang ASI menyebabkan ibu tidak memberikan ASI
Eksklusif kepada bayinya hal ini akan mempengaruhi status gizi balitanya. Pemberian
ASI pada bayi dianggap tidak modern dan menempatkan ibu pada kedudukan lebih
rendah dibandingkan dengan ibu golongan atas. Pengetahuan dan sikap petugas
kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang ASI sangat berpengaruh pada
keberhasilan menyusui (Asrinisa, 2009).
Memang tidak selalu bayi dengan bukan ASI eksklusif mempunyai status gizi
yang lebih buruk atau kurang dari bayi dengan ASI eksklusif. ASI eksklusif tidak
selalu menjadi faktor yang mempengaruhi status gizi, melainkan ada faktor-faktor
yang lebih mempengaruhi status gizi itu sendiri (Paramitha, 2010). Faktor-faktor
tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan
keluarga. Semakin tinggi pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan terdapat
kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, semakin baik pola
pengasuhan anak dan keluarga makin banyak memanfaatkan pelayanan yang ada.
Ketahanan pangan keluarga juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan,
dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan (Waryana,
2010). Faktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi anak adalah faktor genetik
(Proverawati, 2011).
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Balita usia 12-59 bulan di wilayah Puskemas Kelurahan Duren Sawit lebih banyak
yang mendapatkan ASI ekslusif daripada yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.
2. Balita usia 12-59 di wilayah Puskemas Kelurahan Duren Sawit lebih banyak yang
memiliki gizi baik daripada gizi buruk.
3. Tidak terdapat korelasi yang bermakna secara statistik antara riwayat ASI eksklusif
dengan status gizi balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskemas Kelurahan
Duren Sawit.

Saran

1. Bagi Petugas
Diharapkan para tenaga kesehatan yang ada di Puskemas Kelurahan Duren Sawit
lebih giat lagi dalam memberikan pendidikan kepada ibu hamil dan ibu menyusui
tentang pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan karena ASI telah terbukti
mempunyai banyak manfaat yang baik bagi ibu dan bayi, serta tetap melanjutkan
pemberian ASI sampai balita umur 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan
karena setelah bayi berusia 6 bulan ASI tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan
nutrisi bagi bayi. Para tenaga kesehatan juga diharapkan tetap memberikan
semangat kepada ibu yang mempunyai balita agar tetap datang ke posyandu untuk
melakukan penimbangan balita setiap bulan agar dapat diketahui jika ada masalah
malnutrisi pada balita sehingga dapat diberikan penanganan segera.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti variabel-variabel lain yang dapat
mempengaruhi status gizi kurang pada balita.
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M. & Wirjatmadi, B. (2012) Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana


Prenadamedia Group.

Andajani, Susilowati (2010) Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dan
Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi Anak Usia 7-36 Bulan di Posyandu
Delima 2 Dusun Sanan Desa Watugede Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.
Tersedia dalam:www.digilib.unair.ac.id [Accesed 21 Desember 2016]

Asrinisa R., Khomsan (2009) Pengetahuan, Sikap, dan Praktek ASI Ekslusif Serta Status Gizi
Bayi Usia 4-12 Bulan di Pedesaan dan Perkotaan. Tersedia
dalam:www.jurnal_gizi_dan_pangan.com.[Accesed 21 Desember 2016]

Buku Kuliah I. (2007). Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Indonesia: Jakarta

Depkes RI. (2002). Pedoman Pemantauan Status Gizi Posyandu. Direktorat Gizi
Masyarakat Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. EGC: Jakarta

Kementeri Kesehatan RI. (2018). Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk. Direktorat Jenderal
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak : Jakarta.

Kemenerian Kesehatan RI (2018) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:


1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
Jakarta: Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan : Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia 2014. Kemenkes RI : Jakarta.

Puskesmas Kelurahan Duren Sawit. (2019). Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Duren
Sawit Tahun 2095, Duren Sawit.
Proverawati, A. & Kusumawati, E. (2011) Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika

Sentra Laktasi Indonesia. Mengenal ASI eksklusif.

Waryana (2010) Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihana.

Widyastuti, E. (2009). Hubungan Riwayat Pemberian ASI eksklusif dengan Status Gizi Bayi
6- 12 bulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2007.
LAMPIRAN

Statistics

jenis kelamin subyek

N Valid 77

Missing 1

jenis kelamin subyek

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid perempuan 43 55.1 55.8 55.8

laki-laki 34 43.6 44.2 100.0

Total 77 98.7 100.0

Missing System 1 1.3

Total 78 100.0
Statistics

pekerjaan ibu

N Valid 77

Missing 1

pekerjaan ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak bekerja 65 83.3 84.4 84.4

bekerja 12 15.4 15.6 100.0

Total 77 98.7 100.0

Missing System 1 1.3

Total 78 100.0
Statistics

pola asuh

N Valid 77

Missing 1

pola asuh

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid pola asuh tidak baik 21 26.9 27.3 27.3

pola asuh baik 56 71.8 72.7 100.0

Total 77 98.7 100.0

Missing System 1 1.3

Total 78 100.0
Statistics

pendidikan ibu

N Valid 77

Missing 1

pendidikan ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid pendidikan rendah 34 43.6 44.2 44.2

pendidikan tinggi 43 55.1 55.8 100.0

Total 77 98.7 100.0

Missing System 1 1.3

Total 78 100.0
Statistics

pendidikan ibu

N Valid 77

Missing 1

pendidikan ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 11 14.1 14.3 14.3

SMP 23 29.5 29.9 44.2

SMA 32 41.0 41.6 85.7

perguruan tinggi 11 14.1 14.3 100.0

Total 77 98.7 100.0

Missing System 1 1.3

Total 78 100.0
Statistics

berat badan lahir

N Valid 77

Missing 1

berat badan lahir

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <2500 17 21.8 22.1 22.1

>2500 60 76.9 77.9 100.0

Total 77 98.7 100.0

Missing System 1 1.3

Total 78 100.0
Statistics

ASI eksklusif 2

N Valid 77

Missing 1

ASI eksklusif 2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid asi eksklusif 60 76.9 77.9 77.9

non asi eksklusif 17 21.8 22.1 100.0

Total 77 98.7 100.0

Missing System 1 1.3

Total 78 100.0
Statistics

frekuensi pemberian ASI

N Valid 77

Missing 1

frekuensi pemberian ASI

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 70 89.7 90.9 90.9

1 7 9.0 9.1 100.0

Total 77 98.7 100.0

Missing System 1 1.3

Total 78 100.0
Statistics

status gizi 2

N Valid 77

Missing 1

status gizi 2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid gizi kurang 29 37.2 37.7 37.7

gizi baik 48 61.5 62.3 100.0

Total 77 98.7 100.0

Missing System 1 1.3

Total 78 100.0
Correlations

ASI eksklusif 2 status gizi 2

Spearman's rho ASI eksklusif 2 Correlation Coefficient 1.000 -.103

Sig. (2-tailed) . .372

N 77 77

status gizi 2 Correlation Coefficient -.103 1.000

Sig. (2-tailed) .372 .

N 77 77
KUESIONER

No Responden :

Tanggal :

A. Identitas Balita

A.1 Nama : .....................................................

A.2 Tanggal Lahir : .....................................................

A.3 Jenis Kelamin : ......................................................

A.4 Anak ke berapa : ………………………………….

B. Identitas Orang Tua

B.1 Nama Ibu : .....................................................

B.2 Umur : .....................................................

B.3 Pekerjaan Ibu : .....................................................

B.4 Suku Suami : ………………………………….

B.5 Suku Ibu : ………………………………………

B.6 Alamat : ……………………………………….

B.7 No telepon : ……………………………………….

C. Status Gizi

Berat Badan anak ibu : …………………………………

C.2 Umur anak Ibu : ………………………………….


Pilihlah semua pertanyaan dengan memilih satu jawaban. Dengan memberikan tanda

silang (X) yang sesuai dengan keadaan ibu.

1. Apa pendidikan formal terakhir yang pernah ibu ikuti?

a. Tidak sekolah

b. Tamat SD

c. Tamat SMP

d. Tamat SMA

e. Tamat perguruan tinggi

2. Berapa berat badan anak ibu saat lahir?

a. <2500 gram
b. >2500 gram

3. Apa yang ibu berikan selama 6 bulan pertama usia anak ibu?

a. ASI (Air Susu Ibu) saja

b. ASI dan susu formula

c. Susu formula, air putih atau makanan lain seperti pisang dan lain-lain

4. Berapa kali ibu memberi ASI untuk anak ibu dalam satu hari?

a. Lebih dari 8 kali

b. Kurang dari 8 kali

5. Pada usia berapa anak Anda berhenti disusui (disapih)?

a. Kurang dari 2 tahun

b. Lebih dari 2 tahun

6. Berapa kali ibu memberi makan anak dalam sehari?

a. 3 kali
b. <3 kali

c. >3 kali

7. Apakah waktu pemberian makan diberikan secara teratur?

a. Teratur b. Kadang-kadang teratur c. Tidak pernah teratur

8. Jenis makanan yang diberikan kepada anak setiap anak makan dalam sehari?

a. jenis yang berbeda setiap kali makan

b. kadang-kadang berbeda jenis setiap kali makan

c. jenis yang sama setiap kali makan

9. Bagaimana ragam makanan yang diberikan kepada anak?

a. selalu beraneka ragam

b. sekali-kali beraneka ragam

c. tidak pernah beraneka ragam

10. Apakah makanan yang diberikan selalu memenuhi syarat empat sehat lima sempurna?

a. Ya (makanan pokok+lauk pauk+sayur mayur+buah-buahan+susu)

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

11. Bagaimana reaksi anak setiap makan?

a. Senang (menunjukkan ketertarikan terhadap makanan)

b. Kadang senang, kadang menangis

c. Menangis (tidak mau makan)

12. Situasi yang diciptakan ibu pada saat makan?

a. Menyenangkan bagi anak (sambil bermain)

b. Kadang-kadang menyenangkan bagi anak, kadang membosankan


c. Membosankan pada anak (dimeja makan/tempat yang sama setiap hari)

13. Apakah makanan dihabiskan oleh anak?

a. Dihabiskan

b. Kadang-kadang habis

c. Tidak pernah habis

14. Bila anak tidak mau makan, apa yang ibu lakukan?

a. Membujuk b. Memaksa c. Membiarkan

15. Apakah anak selalu didampingi saat makan?

a. Selalu b. Kadang-kadang c.Tidak pernah

16. Apakah ibu selalu memberikan makanan jajanan pada anak

a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

17. Apakah ada perlakuaan makanan untuk anak diutamakan daripada anggota keluarga
lainnya?

a.Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

18. Apakah ibu selau menyiapkan makanan untuk anak ibu?

a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

Anda mungkin juga menyukai