Disusun oleh:
dr. Soraya Haji Muhamad
Pendamping:
dr. Amalia Damanik
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya
sehingga Mini Project ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Mini Project ini disusun
untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam rangka menyelesaikan Program Internship
Dokter Indonesia Provinsi DKI Jakarta Puskemas Kelurahan Duren Sawit. Mini Project ini
berjudul: Hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif dengan status gizi balita usia 12-59
bulan di wilayah kerja Puskemas Kelurahan Duren Sawit Periode Maret - April 2020.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan petunjuk-
petunjuk, serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik dari institusi maupun dari luar
institusi Puskemas Kelurahan Duren Sawit. Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................................1
Daftar Isi....................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
Latar Belakang.......................................................................................................................4
Rumusan Masalah..................................................................................................................5
Tujuan Penelitian...................................................................................................................5
Manfaat Penelitian.................................................................................................................6
ASI eksklusif.........................................................................................................................9
Kerangka Konsep................................................................................................................11
Desain penelitian.................................................................................................................13
Definisi Operasional............................................................................................................14
Prosedur penelitian..............................................................................................................15
Jadwal Penelitian.................................................................................................................17
4.1. Pembahasan.....................................................................................................................31
Kesimpulan..........................................................................................................................33
Saran....................................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................34
LAMPIRAN.............................................................................................................................34
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Program gizi anak di seluruh dunia terus melakukan inovasi untuk mengurangi
angka kejadian gizi kurang tersebut. Salah satunya adalah dengan program pemberian
ASI Eksklusif (Cai, 2012). Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak
dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan
makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin dan mineral) (Depkes, 2014).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan ASI eksklusif untuk bayi
sampai berumur 6 bulan dan kemudian dilanjutkan bersama makanan pendamping
ASI sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih ( Marnoto, 2010).
Salah satu penyebab rendahnya keberhasilan pemberian ASI Ekslusif adalah
pemberian MP-ASI yang terlalu dini. Pemberian makanan tambahan sebelum usia 6
bulan ini dilakukan karena para ibu beranggapan bahwa ASI saja tidak cukup untuk
kebutuhan bayi setiap hari. Di samping karena kesibukan ibu serta anggapan bahwa
susu formula dapat membuat bayi merasa tenang dan tidak rewel. Selain itu
meningkatnya kebutuhan ASI bagi bayi berusia 3 hingga 6 bulan menimbulkan
persepsi ketidakcukupan produksi ASI, hal ini membuat ibu mudah berhenti
memberikan ASI Ekslusif. Hal lain yang menjadi faktor penyebab rendahnya cakupan
ASI Ekslusif antara lain maraknya promosi susu formula, tradisi di keluarga dan
psikologis ibu. (Puskemas Kelurahan Duren Sawit, 2019).
Terjadinya rawan gizi pada bayi disebabkan antara lain oleh karena ASI (Air
Susu Ibu) banyak diganti oleh susu formula dengan jumlah dan cara yang tidak sesuai
kebutuhan. ASI merupakan makanan yang bergizi yang mudah dicerna oleh bayi dan
langsung diserap. Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan mampu untuk
menghasilkan air susu ibu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya secara
penuh tanpa makanan tambahan bahkan ibu yang gizinya kurang baikpun dapat
menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan selama tiga bulan pertama
(Widyastuti E, 2007)
Manary dan Salomons menyatakan bahwa frekuensi atau durasi pemberian ASI
eksklusif yang tidak cukup menjadi faktor risiko untuk terjadinya defisiensi
makronutrien maupun mikronutrien pada usia dini. Keadaan gizi kurang yang banyak
ditemukan pada bayi-bayi terlihat ketika para ibu di daerah perkotaan memilih untuk
menggunakan susu formula sebagai pengganti ASI (Widyastuti E, 2009)
Dengan mengetahui hubungan riwayat pemberian ASI ekslusif dan status gizi
diharapkan dapat menjadi rujukan dalam pengambilan kebijakan mengenai
penanganan gizi kurang di Provinsi DKI jakarta khususnya di Puskemas Kelurahan
Duren Sawit.
Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan riwayat pemberian ASI ekslusif dengan status gizi
balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskemas Kelurahan Duren Sawit periode
Maret-April 2020?
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
1. Peneliti
Sebagai pengetahuan dan informasi kepada peneliti mengenai hubungan antara
riwayat ASI eksklusif dan gizi balita di wilayah kerja Puskemas Kelurahan Duren
Sawit
2. Bagi Masyarakat
Dapat mengetahui pentingnya pengetahuan ASI eksklusif bagi gizi balita.
3. Pelayanan kesehatan
Sebagai informasi bagi pelayanan kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan dimana perlu diberi intervensi berupa penyuluhan kesehatan pada orang
tua mengenai ASI eksklusif.
4. Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber data untuk
kepentingan penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Status Gizi
Penilaian status gizi di lakukan dengan empat cara yaitu penilaian secara
klinis, biokimia, biofisik dan antropometri.
Jenis parameter yang sering dipakai untuk menentukan status gizi yakni umur,
berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala serta lingkar dada. Kesalahan penentuan
umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran
tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai
dengan penentuan umur yang tepat. Sedangkan berat badan merupakan salah
satu ukuran tubuh yang paling banyak digunakan karena dapat memberikan
gambaran masa jaringan termasuk cairan tubuh, berat badan sangat mudah
dipengaruhi oleh keadaan yang mendadak seperti terserang diare dan konsumsi
makanan yang menurun. Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi
keadaan sekarang. Dalam antropometri gizi, rasio lingkar kepala dan lingkar dada
digunakan untuk menentukan KEP pada balita (Depkes RI, 2002)
Status gizi lebih terjadi karena sumber energi yang masuk ke dalam tubuh
melebihi energi yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan. Status gizi baik adalah
suatu keadaan kesehatan yang disebabkan oleh adanya keseimbangan antara
kebutuhan tubuh akan zat – zat gizi untuk berlangsungnya kehidupan, pertumbuhan,
pemeliharaan alat tubuh dan fungsi normal tubuh serta untuk menghasilkan tenaga
dari zat – zat gizi yang dikonsumsi. Status gizi sedang adalah disebabkan adanya
suatu keadaan yang berbeda diantara gizi baik dan gizi kurang.
Status gizi kurang adalah keadaan patologis yang berkembang dari kurang
makan sehingga pemakainnya dalam jangka waktu tertentu tidak mencukupi. Status
gizi buruk merupakan akibat terpenuhinya kebutuhan zat gizi dalam waktu lama
sehingga dapat menyebabkan penyakit defisiensi (FKUI, 2005)
ASI Ekslusif
Manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6
bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan pemberian ASI eksklusif
serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi
berumur 6 bulan. Berdasarkan hal-hal tersebut, WHO-UNICEF membuat deklarasi
yang dikenal dengan Deklarasi innocenti. Deklarasi yang dilahirkan di Innocenti Italia
tahun 1990 ini bertujuan untuk melindungi, mempromosikan, dan memberi dukungan
pemberian ASI. Deklarasi yang juga ditandatangani Indonesia ini memuat hal-hal
berikut (Sentra Laktasi Indonesia, 2008).
Kerangka Konsep
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross
sectional di mana pengukuran variabel independen dan variabel dependen dilakukan
pada waktu yang bersamaan. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan
ASI eksklusif dengan status gizi kurang pada anak usia 12-59 bulan di wilayah kerja
Puskemas Kelurahan Duren Sawit
Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus uji hipotesis beda
dua proporsi, yaitu:
Keterangan:
n = Besar sampel
Z1- α /2 = Nilai Z pada derajat kepercayaan 1-α/2 atau derajat kepercayaan α pada
uji dua sisi (two tail), yaitu sebesar 5% = 1.96.
Z1-β = Nilai Z pada kekuatan uji 1- β, yaitu sebesar 80% = 0.84.
P = Proporsi rata-rata = (P1-P2)/2.
P1 = Proporsi balita yang status gizi kurang dengan jumlah anggota keluarga
sedikit sebesar 0.182 ( Ruhana, 2008).
P2 = Proporsi balita yang status gizi kurang dengan jumlah anggota keluarga
banyak sebesar 0,421 ( Ruhana, 2008).
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh jumlah sampel minimal sebanyak 57.
Karena balita umur 12-59 bulan belum mampu berkomunikasi dengan baik, maka
yang menjadi responden pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai anak usia
12-59 bulan dengan kriteria tidak sedang menderita penyakit apapun pada saat
dilakukan penelitian.
Keterangan :
N = Jumlah populasi target
n = Jumlah sampel yang dibutuhkan
Ni = Jumlah populasi setiap posyandu
ni = Jumlah sampel yang dibutuhkan posyandu
1. Ibu yang memiliki balita usia 12-59 bulan yang datang ke posyandu .
Kriteria Eksklusi
Definisi Operasional
Variabel Dependen
Status Gizi
Status gizi diperoleh berdasarkan indek antropometri menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1995/MENKES/SK/XII/2010,
tentang standar antropometri penilaian status gizi anak, indeks antropometri
Berat Badan menurut Umur (BB/U) dibagi menjadi beberapa kategori status.
Cara ukur : Mengukur berat badan bayi berdasarkan umur kemudian
dibandingkan dengan berat badan baku WHO-NCHS dan disajikan dalam
Z- score.
Hasil ukur :
Skala : ordinal
Alat : kuesioner
Skala : ordinal
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terdiri dari tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.
1. Tahap persiapan:
a. mengajukan tema penelitian
b. berkoordinasi dengan bagian gizi Puskesmas Kelurahan Duren Sawit
c. menyusun kuesioner penelitian
2. Tahap pelaksanaan:
a) tahap pelaksanaan dimulai dengan informed consent kepada subyek penelitian
dan penjelasan prosedur penelitian.
b) prosedur pelaksanaan dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Meminta ibu subyek untuk bersedia di wawancara
2. Melakukan pengukuran berat badan subyek
Adapun variabel yang dianalisis secara univariat terdiri dari status gizi subyek dan
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam hal ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
variabel-variabel dalam penelitian berupa riwayat ASI eksklusif dan status gizi
subyek.
Etika Penelitian
Komponen etika penelitian meliputi:
1. Inform Concern
Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan serta maksud penelitian sebelum
menyerahkan surat permohonan menjadi responden penelitian sebagai permintaan
untuk menjadi responden.
2. Anonimity ( tanpa nama )
Peneliti tidak mencantumkan nama pada data tapi hanya memberikan kode sebagai
nomor urut subyek.
Jadwal Pelaksanaan
Untuk rencana kegiatan serta waktu pelaksanaan penelitian, dijadwalkan sebagai
berikut.
Rencana Kegiatan X1 X2 X3 X4
Pelaksanaan penelitian √ √
Pengolahan data √
Analisis data √
Penyusunan laporan √ √
Keterangan:
X: minggu ke-n, dimulai setelah proposal disetujui
√ : pelaksanaan rencana kegiatan
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
1. Karakteristik Responden
Berdasarkan data yang didapat distribusi ibu dan balita adalah :
a. Karakteristik Balita
Karakteristik Frekuensi S
Responden
Jenis Kelamin
Laki-laki 34 44,2 %
Perempuan 43 55,8 %
Balita dalam penelitian ini adalah sebanyak 77 balita usia 12-59 bulan.
Populasi balita perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki. Balita
perempuan sebanyak 43 anak (55,8%) dan balita laki-laki sebanyak 34 anak
(44,2%).
b. Karakteristik Ibu
Karakteristik Frekuensi Presentase
Responden
Pendidikan Ibu
SD 11 14,3%
SMP 23 29,9%
SMA 32 41,6%
Sarjana 11 14,3%
Status Pekerjaan Ibu
Tidak bekerja 65 84,4%
Bekerja 12 15,6%
2. Variabel Penelitian
a. Riwayat ASI eksklusif
ASI Eksklusif Frekuensi Presentase
Ya 60 77,9%
Tidak 17 22,1%
Analisis Bivariat
Hubungan ASI eksklusif dengan status gizi balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Duren Sawit dapat dilihat pada tabel berikut :
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna
secara statistik antara riwayat ASI eksklusif dengan status gizi balita usia 12-59 bulan.
Penelitian ini bertolak belakang dengan teori yang menyebutkan bahwa pemberian
ASI dapat mencegah malnutrisi pada anak. Teori itu menyebutkan bahwa terdapat
korelasi positif antara pemberian ASI dengan status gizi anak. Semakin sering anak
yang mendapat perhatian (lewat menyusui) mempunyai probabilitas yang lebih baik
dibandingkan dengan bayi yang tidak disusui atau disusui tapi hanya sebentar saja.
Karena adanya pertambahan umur bayi yang disertai kenaikan berat badan maupun
tinggi badan, maka kebutuhan akan energi maupun nutrient akan bertambah pula
(Adriani, 2012).
Saat menginjak usia 6 bulan ke atas, ASI sebagai sumber nutrisi sudah tidak
mencukupi kebutuhan gizi bayi yang terus berkembang, sehingga anak perlu
diberikan makanan pendamping ASI (Waryana, 2010). Kebutuhan gizi anak terus
bertambah sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh yang cukup
pesat. Hal itu dapat dipengaruhi oleh umur, kecepatan pertumbuhan, banyaknya
aktivitas fisik, efisiensi penyerapan dan utilisasi makanannya (Adriani, 2012). Oleh
karena itu, kebutuhan zat gizi bayi umur 0-6 bulan berbeda dengan anak usia 7-36
bulan.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Basit pada
tahun 2012 dimana melalui penelitiannya “Risk factors for under-nutrition among
children aged one to five years in Udupi taluk of Karnataka, India” diperoleh hasil
bahwa tidak ditemukan adanya hubungan antara status gizi dengan rendahnya
pemberian ASI Eksklusif, pengetahuan ibu dan sanitasi lingkungan.
Andajani dkk (2010), menyatakan tidak adanya hubungan antara pemberian ASI
Eksklusif dengan status gizi balita dikarenakan sebagian besar ibu yang tidak
memberikan ASI Eksklusif disebabkan oleh tingkat pengetahuan yang kurang.
Pendidikan pada satu sisi mempunyai dampak positif yaitu ibu mengerti akan
pentingnya pemeliharaan kesehatan termasuk pemberian ASI ekslusif. Rendahnya
tingkat pengetahuan ibu tentang ASI menyebabkan ibu tidak memberikan ASI
Eksklusif kepada bayinya hal ini akan mempengaruhi status gizi balitanya. Pemberian
ASI pada bayi dianggap tidak modern dan menempatkan ibu pada kedudukan lebih
rendah dibandingkan dengan ibu golongan atas. Pengetahuan dan sikap petugas
kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang ASI sangat berpengaruh pada
keberhasilan menyusui (Asrinisa, 2009).
Memang tidak selalu bayi dengan bukan ASI eksklusif mempunyai status gizi
yang lebih buruk atau kurang dari bayi dengan ASI eksklusif. ASI eksklusif tidak
selalu menjadi faktor yang mempengaruhi status gizi, melainkan ada faktor-faktor
yang lebih mempengaruhi status gizi itu sendiri (Paramitha, 2010). Faktor-faktor
tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan
keluarga. Semakin tinggi pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan terdapat
kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, semakin baik pola
pengasuhan anak dan keluarga makin banyak memanfaatkan pelayanan yang ada.
Ketahanan pangan keluarga juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan,
dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan (Waryana,
2010). Faktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi anak adalah faktor genetik
(Proverawati, 2011).
BAB V
Kesimpulan
1. Balita usia 12-59 bulan di wilayah Puskemas Kelurahan Duren Sawit lebih banyak
yang mendapatkan ASI ekslusif daripada yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.
2. Balita usia 12-59 di wilayah Puskemas Kelurahan Duren Sawit lebih banyak yang
memiliki gizi baik daripada gizi buruk.
3. Tidak terdapat korelasi yang bermakna secara statistik antara riwayat ASI eksklusif
dengan status gizi balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskemas Kelurahan
Duren Sawit.
Saran
1. Bagi Petugas
Diharapkan para tenaga kesehatan yang ada di Puskemas Kelurahan Duren Sawit
lebih giat lagi dalam memberikan pendidikan kepada ibu hamil dan ibu menyusui
tentang pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan karena ASI telah terbukti
mempunyai banyak manfaat yang baik bagi ibu dan bayi, serta tetap melanjutkan
pemberian ASI sampai balita umur 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan
karena setelah bayi berusia 6 bulan ASI tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan
nutrisi bagi bayi. Para tenaga kesehatan juga diharapkan tetap memberikan
semangat kepada ibu yang mempunyai balita agar tetap datang ke posyandu untuk
melakukan penimbangan balita setiap bulan agar dapat diketahui jika ada masalah
malnutrisi pada balita sehingga dapat diberikan penanganan segera.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti variabel-variabel lain yang dapat
mempengaruhi status gizi kurang pada balita.
DAFTAR PUSTAKA
Andajani, Susilowati (2010) Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dan
Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi Anak Usia 7-36 Bulan di Posyandu
Delima 2 Dusun Sanan Desa Watugede Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.
Tersedia dalam:www.digilib.unair.ac.id [Accesed 21 Desember 2016]
Asrinisa R., Khomsan (2009) Pengetahuan, Sikap, dan Praktek ASI Ekslusif Serta Status Gizi
Bayi Usia 4-12 Bulan di Pedesaan dan Perkotaan. Tersedia
dalam:www.jurnal_gizi_dan_pangan.com.[Accesed 21 Desember 2016]
Buku Kuliah I. (2007). Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Indonesia: Jakarta
Depkes RI. (2002). Pedoman Pemantauan Status Gizi Posyandu. Direktorat Gizi
Masyarakat Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. EGC: Jakarta
Kementeri Kesehatan RI. (2018). Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk. Direktorat Jenderal
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak : Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan : Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia 2014. Kemenkes RI : Jakarta.
Puskesmas Kelurahan Duren Sawit. (2019). Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Duren
Sawit Tahun 2095, Duren Sawit.
Proverawati, A. & Kusumawati, E. (2011) Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika
Widyastuti, E. (2009). Hubungan Riwayat Pemberian ASI eksklusif dengan Status Gizi Bayi
6- 12 bulan di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2007.
LAMPIRAN
Statistics
N Valid 77
Missing 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Total 78 100.0
Statistics
pekerjaan ibu
N Valid 77
Missing 1
pekerjaan ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Total 78 100.0
Statistics
pola asuh
N Valid 77
Missing 1
pola asuh
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Total 78 100.0
Statistics
pendidikan ibu
N Valid 77
Missing 1
pendidikan ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Total 78 100.0
Statistics
pendidikan ibu
N Valid 77
Missing 1
pendidikan ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Total 78 100.0
Statistics
N Valid 77
Missing 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Total 78 100.0
Statistics
ASI eksklusif 2
N Valid 77
Missing 1
ASI eksklusif 2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Total 78 100.0
Statistics
N Valid 77
Missing 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Total 78 100.0
Statistics
status gizi 2
N Valid 77
Missing 1
status gizi 2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Total 78 100.0
Correlations
N 77 77
N 77 77
KUESIONER
No Responden :
Tanggal :
A. Identitas Balita
C. Status Gizi
a. Tidak sekolah
b. Tamat SD
c. Tamat SMP
d. Tamat SMA
a. <2500 gram
b. >2500 gram
3. Apa yang ibu berikan selama 6 bulan pertama usia anak ibu?
c. Susu formula, air putih atau makanan lain seperti pisang dan lain-lain
4. Berapa kali ibu memberi ASI untuk anak ibu dalam satu hari?
a. 3 kali
b. <3 kali
c. >3 kali
8. Jenis makanan yang diberikan kepada anak setiap anak makan dalam sehari?
10. Apakah makanan yang diberikan selalu memenuhi syarat empat sehat lima sempurna?
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
a. Dihabiskan
b. Kadang-kadang habis
14. Bila anak tidak mau makan, apa yang ibu lakukan?
17. Apakah ada perlakuaan makanan untuk anak diutamakan daripada anggota keluarga
lainnya?