Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu upaya dalam program perbaikan gizi adalah meningkatkan mutu konsumsi
makanan, sehingga berdampak pada perbaikan status gizi masyarakat. Sasaran program ini
adalah mewujudkan pola konsumsi makanan yang baik dan benar (Depkes RI, 1995).
Tahun 1998 telah dicanangkan program Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) yang dimotori oleh
Departemen Kesehatan, yang menjadi sasaran utama program Kadarzi adalah keluarga yang
mempunyai kelainan gizi, golongan pra-sejahtera dan sejahtera I. Perencanaan program
Kadarzi bertujuan agar pada tahun 2000 paling tidak setengah keluarga Indonesia telah
menjadi Keluarga Sadar Gizi. Disebut Keluarga Sadar Gizi jika sikap dan perilaku keluarga
dapat secara mandiri mewujudkan keadaan gizi sebaik-baiknya yang tercermin pada pola
konsumsi pangan yang beraneka ragam dan bergizi seimbang (Luciasari, dkk, 2006).
Sejalan dengan adanya Inpres nomor 8 tahun 1993, tentang Gerakan Penanggulangan
Masalah Pangan dan Gizi yang berisi empat strategi utama yaitu pemberdayaan keluarga,
pemberdayaan masyarakat, pemanfaatan kerjasama lintas sektor serta peningkatan mutu dan
cakupan pelayanan kesehatan, di dalam Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional (RAPGN)
2001-2005, Undang-Undang nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(Propenas) dan Indonesia Sehat 2010 ditetapkan bahwa 80% keluarga menjadi Keluarga
Sadar Gizi, karena keluarga mempunyai nilai yang amat strategis dan menjadi inti dalam
pembangunan seluruh masyarakat, serta menjadi tumpuan dalam pembangunan manusia
seutuhnya (Anonim, 2007).
Tingkat sadar gizi keluarga merupakan ukuran dari keberhasilan program Kadarzi,
diharapkan dengan adanya program Kadarzi dapat meningkatkan kesadaran gizi keluarga.
Tingkat sadar gizi keluarga dapat diukur dengan menggunakan indikator Kadarzi yaitu
makan aneka ragam makanan, memantau status gizi dengan cara menimbang berat badan,
menggunakan garam beryodium, memberikan ASI eksklusif kepada bayi dan biasa sarapan
pagi (Dinkes, 2001).
Pada umumnya masyarakat belum mengetahui atau belum mengerti apa itu sebenarnya
Kadarzi sehingga perilaku konsumsi pangan masyarakat, baik individu maupun keluarga
belum mengarah pada keseimbangan gizi sehingga timbul masalah gizi kurang dan gizi lebih,
serta penyakit degeneratif yang banyak tejadi sekarang ini. Hal ini terjadi karena kurang
memasyarakatnya Kadarzi dan masyarakat masih belum menerapkan indikator dari Kadarzi
itu secara keseluruhan. Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau pengetahuan untuk
menerapkan informasi yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari merupakan faktor penting
dalam masalah kurang gizi. Pandangan dan kepercayaan masyarakat khususnya ibu tentang
ilmu gizi harus dipertimbangkan sebagai bagian dari beberapa faktor penyebab yang
berpengaruh terhadap konsumsi makanan mereka.
1

Peningkatan pengetahuan dan praktik ibu rumah tangga tentang indikator Kadarzi,
seharusnya seiring dengan peningkatan perilaku berupa tindakan dalam penyusunan makanan
dengan menggunakan bahan makanan yang beraneka ragam dalam menu makanan
keluarganya.
Setiap keluarga akan mengkonsumsi makanan sehat bila tersedia aneka ragam makanan sehat
sesuai selera dan setiap keluarga memiliki daya beli yang memadai atau tinggi. Ketersediaan
pangan keluarga tergantung pada tingkat pendapatan untuk mengolah dan membeli pangan.
Besar kecilnya pendapatan keluarga berpengaruh terhadap kebiasaan makan individu. Oleh
karena itu, bagi masyarakat yang tingkat pendapatannya rendah perlu usaha untuk
meningkatkan pendapatan serta pembangunan sumber daya manusia (Budianto, 1998).
Keluarga sebagai kelompok komunitas dalam masyarakat digolongkan dalam dua kelompok
yaitu keluarga mampu dan keluarga tidak mampu. Keluarga tidak mampu yaitu keluarga
yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya dan sebagian besar pendapatannya untuk
kebutuhan dasar, sedangkan keluarga mampu adalah keluarga yang tingkat pendapatannya
sama atau di atas Upah Minimum Regional (UMR). Gambaran tentang pola konsumsi
makanan dan bukan makanan dari kelompok komunitas (keluarga miskin/tidak mampu dan
keluarga tidak miskin/mampu) menunjukkan bahwa secara umum porsi konsumsi makanan
dari keluarga miskin sampai sebesar 70,6% dibandingkan dengan porsi konsumsi bukan
makanan hanya 29,31%. Kondisi ini terjadi karena keluarga miskin masih menganggap
kebutuhan makanan sebagai kebutuhan utama mereka dibandingkan dengan kebutuhan
sekunder yang lain. Sementara untuk keluarga mampu hanya menghabiskan lebih kurang 1015% untuk kebutuhan makanannya. Bila tingkat pendapatan meningkat, maka akan terjadi
pergeseran keseimbangan antara kategori jenis makanan. Makanan pokok cenderung
mempunyai elastisitas yang paling rendah, sementara kebutuhan akan daging, lemak dan
minyak mempunyai elastisitas cukup tinggi. Lebih lanjut lagi pada tingkat pendapatan lebih
tinggi, konsumsi makanan ini akan mencakup pada kebutuhan yang terus menerus meningkat
akan terolah (Sutiono, 2002).
1.2 Pernyataan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi pernyataan
masalah adalah masih banyaknya para ibu yang belum mengetahui tentang Kadarzi di
kecamatan Krueng Barona Jaya.
1.3 Tujuan Mini Project
Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang Kadarzi di kecamatan Krueng Barona Jaya.

1.4 Manfaat Mini Project


1.4.1. Manfaat Ilmiah
Mini Project ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya tentang pengetahuan ibu-ibu tentang Kadarzi. Disamping itu temuan
ini akan memberikan masukan kepada masyarakat, terutama ibu-ibu agar lebih mengerti dan
memperhatikan kecukupan gizi anggota keluarga agar selalu dalam kondisi status gizi baik
dan terjaga kesehatannya.
1.4.2. Manfaat Praktis
Diharapkan hasil dari mini project ini dapat menjadi pedoman bagi petugas kesehatan dalam
memberikan informasi dan arahan kepada masyarakat, khususnya ibu, agar memperhatikan
pola makan dan perkembangan status gizi seluruh anggota keluarga.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
Kadarzi adalah keluarga yang berperilaku gizi seimbang, mampu mengenali dan
mengatasi masalah gizi anggota keluarganya. Yang dimaksud perilaku gizi seimbang adalah
pengetahuan, sikap dan praktek keluarga mengkonsumsi makanan seimbang dan berperilaku
hidup sehat (Depkes RI, 2004).
Kadarzi merupakan suatu gerakan yang terkait dengan program Kesehatan Keluarga
dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK).
Disebut Kadarzi, jika sikap dan perilaku keluarga dapat secara mandiri mewujudkan keadaan
gizi yang sebaik-baiknya yang tercermin dari pada konsumsi pangan yang beraneka ragam
dan bermutu gizi seimbang. Dalam keluarga sadar gizi sedikitnya ada seorang anggota
keluarga yang dengan sadar bersedia melakukan perubahan ke arah keluarga yang
berperilaku gizi baik dan benar. Bisa seorang ayah, ibu, anak, atau siapapun yang terhimpun
dalam keluarga itu (Depkes RI, 1998).
2.1.1 Pembinaan Kadarzi
Pembinaan keluarga sadar gizi maksudnya adalah melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kemampuan keluarga agar terwujud keluarga yang sadar gizi. Upaya
meningkatkan kemampuan keluarga itu dilakukan dengan edukasi, demo, diskusi, dan
pelatihan (Depkes RI, 1998).
2.1.2 Tujuan pembinaan Kadarzi
Tujuan pembinaan keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalah:
a. Mampu mengenali tanda-tanda sederhana keadaan kelainan gizi (gizi kurang dan gizi
lebih).
b. Mampu menerapkan susunan hidangan yang baik dan benar, sesuai dengan Pedoman
Umum Gizi Seimbang (PUGS).
c. Mampu mencegah dan mengatasi kejadian, atau mencari rujukan, manakala terjadi
kelainan gizi di dalam keluarga (Depkes RI, 1998).
2.1.3 Komponen Kadarzi
Menimbang Berat Badan
Menimbang berat badan adalah mengikuti perkembangan kesehatan dan pertumbuhan
anggota keluarga, terutama bayi, balita dan ibu hamil (Suparmanto, 2006). Pertumbuhan anak
dapat diamati secara cermat dengan menggunakan kartu menuju sehat (KMS) balita. Kartu
menuju sehat berfungsi sebagai alat bantu pemantauan gerak pertumbuhan (Arisman, 2007).
4

a) Manfaat memantau berat badan secara teratur


1) Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak balita.
2) Mengetahui kesehatan ibu hamil dan perkembangan janin, mencegah ibu melahirkan
bayi dengan berat badan lahir rendah dan terjadinya perdarahan pada saat melahirkan.
3) Mengetahui kesehatan anggota keluarga dewasa dan usia lanjut.
b) Akibat bila tidak memantau berat badan dan pertumbuhan anggota keluarga
1) Tidak mengetahui perkembangan dan pertumbuhan bayi dan anak balita secara normal.
2) Tidak mengetahui adanya gejala penyakit pada bayi, anak balita dan ibu hamil,
misalnya kekurangan zat gizi, kegemukan, gangguan pertumbuhan janin dan gangguan
kesehatan (Suparmanto, 2006).
Laju pertumbuhan anak, wanita dan pria hampir sama cepatnya sampai pada usia 9 tahun.
Selanjutnya antara 10-12 tahun, pertumbuhan anak perempuan mengalami percepatan lebih
dahulu karena tubuhnya memerlukan persiapan menjelang usia reproduksi, sementara pria
baru dapat menyusul 2 tahun kemudian. Anak berumur 1-3 tahun akan mengalami
pertambahan berat badan sebanyak 2-2,5 kg, dan tinggi badan rata-rata 12 cm setahun (tahun
kedua 12 cm, ketiga 8-9 cm).
Berat badan baku dapat mengacu pada baku berat badan dan tinggi badan dari WHO/NCHS,
atau rumus perkiraan berat badan anak. Pertambahan berat anak usia prasekolah berkisar
antara 0,7-2,3 kg dan tinggi badan 0,9-1,2 cm/tahun sehingga menyebabkan tubuh mereka
kelihatan kurus. Berat badan usia 7-10 tahun bertambah sekitar 2 kg dan tinggi badan 5-6 cm
setiap tahun. Menjelang puber pertambahan berat dapat mencapai 4-4,5 kg setahun.
Tabel 2.1 Rumus Perkiraan Berat Badan
Usia
Berat badan (kg)
Lahir
3,25
3-12 bulan
(Usia (bl) +9) : 2
1-6 tahun
(Usia (th) x 2 + 8
6-12 tahun
(Usia (th) x 7-5) : 2
(Nelson Textbook of Pediatrics 1992)
Tabel 2.2 Rumus Perkiraan Tinggi Badan
Umur

Tinggi Badan (cm)


Lahir
50
0 1 tahun
75
2 - 12 tahun
Usia (tahun) x 6 + 77
(Nelson Textbook of Pediatrics 1992)

Memantau berat badan sangat penting dilakukan. Adapun manfaat dari menimbang berat
badan antara lain adalah :
a. Perubahan berat badan menggambarkan perubahan konsumsi makanan atau gangguan
kesehatan.
b. Menimbang dapat dilakukan oleh keluarga dimana saja.
c. Keluarga dapat mengenali masalah kesehatan dan gizi anggota keluarganya.
d. Keluarga mampu mengatasi masalahnya baik oleh sendiri atau dengan bantuan petugas.
Memantau berat badan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Anak dapat ditimbang di rumah atau di posyandu atau di tempat lain sekurangnya 2 bulan
sekali.
b. Berat badan anak dimasukkan ke dalam KMS.
c. Bila grafik berat badan pada KMS Naik (sesuai garis pertumbuhannya), berarti anak
sehat, bila tidak naik berarti ada penurunan konsumsi makanan atau gangguan kesehatan
dan perlu ditindaklanjuti oleh keluarga atau meminta bantuan petugas kesehatan (Depkes.
2004).
Cara memantau berat badan orang dewasa
a. Ditimbang di rumah atau di tempat lain
b. Diukur Tinggi dan Berat Badan
c. Dihitung indeks massa tubuh (IMT)
Tabel 2.3 Cara Menghitung IMT
IMT =
Arti IMT:
< 17.0 = Sangat kurus
17.0 - 18.4 = Kurus
18.5 - 25.0 = Normal
25.1 - 27.0 = Gemuk
> 27.0 = Obesitas

Memberikan ASI Ekslusif


Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi, yang dapat memenuhi kebutuhan bayi
usia 06 bulan hingga 100%. ASI mengandung protein, lemak, vitamin, mineral, air, dan
enzim yang sangat dibutuhkan oleh tubuh bayi sehingga ASI akan mengurangi risiko
berbagai jenis kekurangan gizi. ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa
dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar payudara ibu, yang berguna sebagai
makanan bagi bayinya.

ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi yang baru lahir. ASI adalah makanan yang paling
sempurna dan bersih, mengandung antibodi yang sangat penting dan nutrisi yang tepat. ASI
adalah sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang sangat seimbang dan
disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. Memberikan ASI Ekslusif berarti hanya
memberikan ASI saja selama enam bulan kepada bayi, tanpa tambahan cairan lain seperti
susu formula, air teh, air putih serta tanpa tambahan makanan padat seperti bubur nasi, bubur
tim atau bubur susu (Kristiyanasari, 2009).
A. Manfaat ASI
1. ASI meningkatkan daya tahan tubuh
2. ASI meningkatkan kecerdasan
3. ASI meningkatkan jalinan kasih ibu dan bayi
B. Komposisi ASI
ASI berbeda dengan susu sapi. Komposisi ASI berlainan dengan komposisi susu sapi, karena
susu sapi disesuaikan dengan laju pertumbuhan anak sapi dan ASI disesuaikan dengan laju
pertumbuhan anak manusia. Komposisi ASI demikian spesifiknya sehingga komposisinya
berbeda dari ibu yang satu dengan ibu yang lainnya. Misalnya, komposisi air susu dari ibu
yang melahirkan bayi cukup bulan dengan ibu yang melahirkan kurang bulan berbeda,
walupun kedua ibu ini melahirkan pada waktu yang sama (Utamy, 2008).
Kolostrum Pelindung Kolosal
Kolostrum adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti-infeksi dan berprotein
tinggi. Cairan emas yang encer dan sering kali berwarna kuning atau dapat pula jernih ini
lebih menyerupai darah dari pada susu sebab mengandung sel hidup yang menyerupai sel
darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit (Utamy, 2008).
ASI Peralihan/Transisi
ASI peralihan merupakan ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum manjadi ASI
yang matang. Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin
tinggi. Volume akan makin meningkat. ASI Matang/Matur ASI matur merupakan ASI yang
dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan seterusnya, komposisi relatif konstan. Pada ibu yang
sehat dengan produksi ASI cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya yang paling baik
dan cukup untuk bayi sampai umur enam bulan (Utamy, 2008).
C. Keunggulan ASI
Bagi bayi tidak ada pemberian yang lebih berharga dari ASI. Hanya seorang ibu yang dapat
memberikan makanan terbaik bagi bayinya. ASI tidak ternilai harganya, selain meningkatkan
kesehatan dan kepandaian secara optimal, ASI juga membuat anak potensial memiliki emosi
7

yang stabil, spiritual yang matang, serta memiliki perkembangan sosial yang baik. Tidak ada
susu buatan manusia yang dapat mendekati apalagi menyamai keuntungan alami yang
diberikan oleh ASI (Kristiyanasari, 2008).
ASI dapat mencegah terjadinya anemia pada bayi karena mengandung zat besi yang dapat
diserap lebih baik dari pada zat besi dari sumber lainnya. Selain itu ASI juga membuat bayi
tidak kekurangan nutrisi karena ASI mampu memenuhi kebutuhan energi bayi sampai enam
bulan pertama. Selain itu dibandingkan dengan susu formula keunggulan ASI yang lain
adalah:
1. Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi (perasaan hangat yang
nyaman bagi ibu dan bayi).
2. ASI mengandung zat makanan yang jumlah dan komposisinya berubah-ubah disesuaikan
dengan pertumbuhan bayi yang tidak mungkin dibuat oleh manusia.
3. ASI mencegah reaksi alergi dan asma (Kristiyanasari, 2008).
Makan Beraneka Ragam
Makanan ialah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi yang berguna bila
dimasukkan kedalam tubuh. Zat makanan yang diperlukan oleh tubuh manusia meliputi
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Protein, zat lemak dan karbohidrat
disebut zat makanan pokok karena banyak memberikan kalori (Arisman, 2007).
Zat zat makanan yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Harus cukup memberikan kalori
2. Harus ada perbandingan yang baik antara zat makan pokok, yakni: karbohidrat, protein
dan lemak
3. Protein yang masuk harus cukup banyak dan mengandung asam amino
4. Harus cukup mengandung vitamin
5. Harus cukup mengandung garam mineral
6. Harus mudah dicernakan oleh alat pencerna
7. Harus bersifat higienis (Arisman. 2007).
Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang
dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik,
tubuh akan mengalami kekurangan zatzat gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial adalah zat
gizi yang hanya dapat diperoleh dari makanan. Dalam fungsi ini, zat gizi tersebut dinamakan
zat pembakar. Ada 3 fungsi zat gizi dalam tubuh:
1. Memberikan Energi
Zatzat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak dan protein.
Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan
kegiatan atau aktivitas. Kegiatan zat gizi termasuk zat organik yang mengandung karbon
yang dapat dibakar. Kegiatan zat gizi terdapat dalam jumlah paling banyak dalam bahan
pangan.
8

2. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan


Protein mineral dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena itu, diperlukan
untuk membentuk sel-sel baru, memelihara dan mengganti sel-sel rusak. Dalam fungsi ini
ketiga zat tersebut dinamakan zat pembangun.
3. Mengatur proses tubuh
Protein, mineral, air dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh. Protein
mengatur keseimbangan air dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara
netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal organisme yang bersifat
infektif (Almatsier, 2004).
A. Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa polihidoksi aldehid atau poli hidroksi keton atau senyawa yang
jika dihidrolisis akan menghasilkan salah satu zat energi yang diperlukan oleh tubuh.
Karbohidrat merupakan sumber energi utama. Selain sebagai sumber energi, karbohidrat
berfungsi dalam penyediaan bahan pembentuk protein dan lemak serta menjaga
keseimbangan asam dan basa (Irianto, 2007).
Tiga jenis karbohidrat utama adalah :
1. Monosakarida (monosa)
2. Disakarida (boisa)
3. Polisakarida (poliosa)
Sumber karbohidrat yang banyak dikonsumsi sebagai makanan pokok di Indonesia adalah
beras, jagung, umbi-umbian, singkong, talas, dan sagu. Sumber karbohidrat dalam bentuk
hasil olahan adalah mie hun, tepung-tepungan, roti, selai, sirup dan sebagainya. Sumber
karbohidrat berupa sayuran adalah sayur umbi-umbian seperti wortel, bit dan kacangkacangan (Almatsier, 2004).
B. Lemak
Lemak merupakan sumber energi paling padat, yang menghasilkan 9 Kkal untuk tiap gram
yaitu 2,5 kali lebih besar dari karbohidrat dalam protein. Dalam lemak oksigen lebih sedikit
dari pada yang terdapat dalam karbohidrat. Sehingga pada waktu pembakaran, lemak
mengikat lebih banyak oksigen sehingga panas yang dihasilkan lebih banyak. Lemak yang
disimpan di bawah kulit merupakan persediaan energi jangka panjang dan merupakan insulin
dalam tubuh.
Fungsi lemak adalah :
1. Sebagai sumber energi utama bagi tubuh
2. Merupakan bahan makanan cadangan
3. Dapat melarutkan vitamin A, D , E dan K
9

4. Pelindung organ-organ penting seperti mata ginjal dan jantung


5. Sebagai pelindung tubuh dari suhu yang rendah agar tidak kedinginan (Irianto, 2007).
Sumber lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah,
kacang kedelai, jagung dan sebagainya), mentega, margarin, dan lemak hewan (lemak daging
ayam). Sumber lemak lain adalah kacang-kacangan, biji-bijian, daging dan ayam, krim, susu,
keju dan kuning telur, serta makanan yang dimasak dengan lemak atau minyak (Almatsier,
2004).
C. Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air.
Seperlima bagian tubuh adalah protein, setengahnya adalah otot, seperlima di dalam tubuh
dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain atau di
dalam air. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain,
yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Sebagai sumber energi protein
sama dengan karbohidrat, karena menghasilkan 4 kkal/g protein.
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun mutu,
seperti telur, susu, daging unggas, ikan dan kerang. Sumber protein nabati adalah kedelai dan
hasilnya seperti tempe dan tahu serta kacang-kacangan lainnya. Dalam merencanakan diet, di
samping memperhatikan jumlah protein perlu diperhatikan mutunya (Almatsier. 2004).
D. Vitamin
Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil
dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh kecuali vitamin K. Oleh karena itu, harus
didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan
pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh. Vitamin
berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi, pertumbuhan dan pemeliharaan
tubuh, pada umumnya sebagai koenzim atau sebagai bagian dari enzim. Nilai gizi makanan
menjadi kurang bila makanan dimasak terlalu lama karena vitamin tersebut rusak atau larut
dalam air rebusan.
Jenis jenis vitamin:
1. Vitamin A
2. Vitamin C
3. Vitamin D
4. Vitamin K
5. Vitamin E (Irianto, 2007).

10

E. Mineral
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan,
fungsi tubuh baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan.
Di samping itu mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai
kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim. Keseimbangan ion-ion mineral dalam cairan tubuh
diperlukan untuk pengaturan pekerjaan enzim-enzim. Keseimbangan ion-ion mineral di
dalam cairan tubuh diperlukan untuk pengaturan enzim-enzim dalam tubuh (Irianto, 2007).
Gizi makanan merupakan faktor penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup
manusia. Kekurangan makanan dapat menimbulkan masalah kesehatan yang fatal. Makanan
bergizi terdapat pada berbagai jenis makanan. Makanan mempunyai sifat mudah rusak,
terutama bila penyimpanan dan pengolahannya salah. Karena itu untuk mengatasi hilangnya
nilai gizi makanan karena proses pengolahan dan pengawetan, maka diperlukan kegiatan
yang dapat menghindari hilangnya zat makanan yaitu dengan cara :
1. Memilih dan memperhatikan cara mengolah dan memasak makanan.
2. Pengayaan setelah selesai pengolahan makanan, maka ditambahkan vitamin dan mineral
pada hasil akhir.
3. Memperlengkapi karena tiap bahan makanan hanya mengandung zat makanan tertentu,
dengan kadar tertentu, maka sebaiknya makanan harus bervariasi untuk saling
melengkapi (Irianto, 2007).
Menggunakan Garam Beryodium
Garam beryodium yaitu garam yang telah ditambah zat yodium yang diperlukan oleh
tubuh. Manfaat garam beryodium adalah mencegah terjadinya penyakit gangguan akibat
kekurangan yodium (GAKY), membesar kelenjar gondok di daerah leher, sehingga
mengurangi daya tarik seseorang. Defisiensi yang berlangsung lama akan menyebabkan
gangguan fungsi kelenjar tiroid, yang secara perlahan kelenjar tersebut membesar sehinnga
menyebabkan gondok. Defisiensi yodium akan menguras cadangan yodium serta mengurangi
produksi T4. Penurunan T4 dalam darah memicu sekresi TSH yang kemudian meningkatkan
kegiatan kelenjar tiroid, selanjutnya memicu terjadinya hiperplasia tiroid. Efisiensi
pemompaan yodium bertambah dibarengi dengan pemecahan yodium tiroid (Arisman, 2007).
1. Defisiensi pada janin
Defisiensi yodium pada janin merupakan dampak dari kekurangan pada ibu. Keadaan ini
berkaitan dengan meningkatnya insidensi lahir mati, aborsi, cacat lahir, yang semua itu
sebenarnya dapat dicegah melalui intervensi yang tepat. Pengaruh utama defisiensi
yodium pada janin ialah kretinisme (kerdil) endemis, yang sangat berkaitan dengan
bentuk sporadik.
2. Defisiensi pada bayi baru lahir
11

Selain berpengaruh terhadap angka kematian, fungsi tiroid pada bayi baru lahir terhubung
dengan kenyataan bahwa otak bayi baru lahir hanya sepertiga ukuran normal otak
dewasa. Kekurangan yodium yang berlangsung lama akan berpengaruh terhadap fungsi
tiroid yang kemudian mengancam otak secara dini.
3. Defisiensi pada anak
Kekurangan yodium pada anak khas terkait dengan insidensi gondok. Angka kejadian
gondok meningkat bersama usia, dan mencapai puncaknya setelah remaja. Penelitian
terhadap anak sekolah yang tinggal di daerah endemis menunjukkan gangguan kinerja
belajar serta nilai kecerdasan (IQ).
4. Defisiensi pada orang dewasa
Pemberian yodium dalam bentuk garam, roti, atau minyak beryodium ternyata lebih
efektif dalam pencegahan gondok orang dewasa. Oleh karena itu cara ini lebih banyak
diterima di masyarakat yang bermukim di daerah endemis (Arisman, 2007).
Minum Suplemen Gizi
Suplemen adalah kombinasi dua atau lebih vitamin dan zat mineral yang dibutuhkan oleh
tubuh. Suplemen dapat berupa gabungan dari berbagai macam vitamin atau zat lain seperti
asam amino. Jenis suplemen tunggal bisa terdiri dari kalsium, zink, vitamin, asam folat, dan
lain-lain. Suplemen tidak diperlukan selama pengolahan makanan menerapkan pola gizi
seimbang. Asupan gizi paling bagus adalah dari makanan (Yokozu, 2009).
Sebagai contoh suplemen yang bagus untuk bayi adalah vitamin A juga merupakan suatu zat
yang sangat penting untuk tubuh, banyak penelitian yang telah membuktikan keterkaitan
antara kekurangan vitamin A dengan berbagai penyakit infeksi. Banyak sekali keadaan yang
mempengaruhi status vitamin A seseorang. Salah satu faktor yang penting ialah kekurangan
asupan vitamin A dan provitamin A (Arisman, 2007)
Kekurangan (defisiensi) vitamin A sering terdapat pada anak-anak balita. Tanda-tanda
kekurangan terlihat bila simpanan tubuh terpakai. Kekurangan vitamin A dapat merupakan
kekurangan primer akibat kurang konsumsi, atau kekurangan sekunder karena gangguan
penyerapan dan penggunaannya dalam tubuh, kebutuhan yang meningkat, ataupun karena
gangguan pada konversi karoten menjadi vitamin A. Kekurangan vitamin A sekunder dapat
terjadi pada penderita kurang energi protein (KEP), penyakit hati, alfa, beta-lipoproteinemia,
atau gangguan absorbsi. Kekurangan vitamin A banyak terdapat di negara berkembang
termasuk Indonesia.
Selain itu zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat dalam tubuh
mannusia, yaitu 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi
esensial dalam tubuh, sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai
alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam
12

tubuh di dalam jaringan tubuh. Kekurangan besi sejak tiga puluh tahun terakhir diakui
berpengaruh terhadap produktivitas kerja, penampilan kognitif dan sitem kekebalan tubuh.
Sumber besi adalah makanan hewani, seperti daging ayam, dan ikan. Sumber lain adalah
telur, sereal, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Defisiensi besi
merupakan defisiensi gizi yang paling umum terdapat, baik di negara maju maupun di negara
berkembang. Defisiensi besi dikaitkan dengan anemia gizi besi. Kehilangan besi dapat terjadi
karena konsumsi makanan yang kurang seimbang atau gangguan absorbsi besi. Selain itu
kekuranagan besi dapat terjadi karena perdarahan, akibat cacingan atau luka, dan akibat
penyakit gangguan absorbsi (Almatsier, 2004).
2.2.

Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indra yang dimiliki (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada
waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan, dimana pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan dibagi dalam persepsi terhadap objek
(Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan adalah hal apa yang diketahui oleh orang atau responden terkait dengan sehat
dan sakit atau kesehatan, misalnya tentang penyakit (penyebab, cara penularan, cara
pencegahan), gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, keluarga berencana
dan sebagainya. Secara garis besar pengetahuan dibagi dalam 6 tingkatan: (Notoatmodjo,
2010)
a) Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai memanggil (recall) memori yang telah ada sebelumnya
setelah mengamati sesuatu.
b) Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat
menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang
objek yang diketahui tersebut.
c) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami objek yang dimaksud dapat
menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang dikatehui tersebut pada situasi yang
lain.
d) Analisis (analysis)
Analisa adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, kemudian
mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau
objek yang diketahui.
13

e) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam
suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen yang dimilki.
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri
atau pengalaman orang lain. Seorang ibu akan membawa anaknya ke posyandu untuk
mendapatkan imunisasi setelah melihat anak tetangganya mengalami penyakit polio
sehingga cacat, karena anak tetangganya tersebut belum pernah mendapat imunisasi polio
(Notoatmodjo, 2010).

14

BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Jenis Mini Project
Jenis mini project yang dilakukan adalah dalam bentuk penelitian deskriptif yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara
objektif (Notoatmodjo, 2005).
3.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan:
a. Data Primer
Dikumpulkan dengan wawancara pada masyarakat dengan menggunakan kuesioner.
b. Data Sekunder
Data sekunder tentang gambaran umum lokasi penelitian yang meliputi profil komunitas
umum, data geografis, data demografis, sumber daya kesehatan yang ada, sarana
pelayanan kesehatan yang ada.
3.3 Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan mini project dilakukan dengan cara edukasi Kadarzi dan pengambilan data saat
berlangsungnya kegiatan pelayanan kesehatan di wilayah kecamatan Krueng Barona Jaya.
Pelaksanaan program dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Melakukan diskusi awal terkait pengetahuan Kadarzi
2. Membagikan kuesioner Kadarzi
3. Melakukan edukasi Kadarzi
3.4 Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam pelaksanaan mini project ini adalah semua ibu di wilayah puskesmas
Krueng Barona Jaya.
b. Sampel
Sampel dalam pelaksanaan mini project ini adalah ibu-ibu yang berobat di wilayah
puskesmas Krueng Barona Jaya.
3.4 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode random sampling
15

3.5 Metode Pengukuran Pengetahuan


Aspek pengukuran data dilakukan melalui jawaban responden dari pertanyaan pengetahuan
yang diberikan. Skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Sehingga skor
maksimum adalah jumlah jawaban benar dikali 1 dan skor minimum adalah jumlah jawaban
salah dikali 0. Sehingga menurut (Notoatmodjo, 2008) jika soal 10 jawaban dapat
dikategorikan sebagai berikut:
a. Baik : apabila benar menjawab >7 soal
b. Cukup : benar menjawab 5-7 soal
c. Kurang : apabila benar menjawab <5 soal.
3.6 Waktu Dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan dilakukan di wilayah puskesmas Krueng Barona Jaya yang
dilaksanakan selama bulan Juni, Juli, dan Agustus tahun 2014.

16

BAB IV
PENYAJIAN DATA
4.1 Profil Komunitas Umum
Krueng Barona Jaya adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh,
Indonesia. Kecamatan ini terletak di dekat wilayah Ulee Kareng, Banda Aceh. Di Kecamatan
Krueng Barona Jaya ini terdiri dari 12 Desa dan 3 Mukim, yaitu Kemukiman Ulee
Kareng/Lamreung yang terdiri dari 3 desa (Lueng Ie, Meunasah Papeun, dan Meunasah
Baktrieng). Kemukiman Lam Ujong yang terdiri dari 6 desa (Meunasah Baet, Meunasah
Intan, Meunasah Manyang, Gla Meunasah Baro, Rumpet, dan Lamgapang). Dan Kemukiman
Pango yang terdiri dari 3 desa (Miruk, Gla Deyah, dan Lampermai). Lamreung dikenal
sebagai kampung halaman seorang pahlawan nasional Aceh, yaitu Teuku Nyak Arief yang
juga dimakamkan di wilayah tersebut. Puskesmas Krueng Barona Jaya Aceh Besar melayani
pasien umum dan pasien BPJS yang mendapatkan pengobatan secara gratis.
4.2 Data Geografis
Kecamatan Krueng Barona Jaya merupakan salah satu dari 23 kecamatan di Kabupaten Aceh
Besar, yang teletak di sebelah Timur Kota Banda Aceh, dengan jarak tempuh dari Ibu Kota
Provinsi Aceh 6,5 km. Kecamatan Krueng Barona Jaya terletak pada 5,20-5,80 Lintang
Utara dan 950-450 Lintang Timur, dengan luas wilayah 12,37 km2 (1237 Ha), kecamatan
Krueng Barona Jaya merupakan kecamatan Ingin Jaya pada bulan Maret tahun 2005.
Adapun batas wilayah Krueng Barona Jaya adalah:

Sebelah Barat berbatas dengan Kota Madya Banda Aceh


Sebelah Timur berbatas dengan Kecamatan Kuta Baro
Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Ingin Jaya
Sebelah Utara berbatas dengan Kecamatan Darussalam
.
4.3 Data Demografis
Menurut hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk di Kecamatan Krueng Barona
Jaya 12.883 jiwa. Jumlah kepala keluarga mencapai 3176 KK, dengan rincian laki-laki
mencapai 6278 jiwa dan perempuan mencapai 6605 jiwa.
4.4 Sumber Daya Kesehatan yang ada
Puskesmas Krueng Barona Jaya memiliki tenaga kesehatan sebanyak 72 orang, yang terdiri
dari:

17

Tabel 4.1 Jenis Pegawai Kesehatan Puskesmas Krueng Barona Jaya tahun 2012
No.

Jenis Pegawai

Jumlah

1.
2.

Dokter Umum
Dokter Gigi

2 orang
1 orang

3.

S-1 Keperawatan

2 orang

4.

S-1 Kesehatan Masyarakat

8 orang

5.

S-1 Tek. Pangan

1 0rang

6.

AKBID

26 orang

7.

AKL

2 orang

8.
9.

AKG
AKZI

1 orang
2 orang

10.

AAK

1 orang

11.

Bidan

14 orang

12.

SPK

3 orang

13.

SPPH

1 orang

14.

Analisis

1 orang

15.

SPRG

1 orang

16.

Ass. Apoteker

2 orang

17.
18.

Pekarya
AKPER

2 orang
2 orang
Total

72 orang

4.5 Sarana Pelayanan Kesehatan yang ada


Dari hasil survey BPS tahun 2010 diketahui bahwa di Kecamatan Krueng Barona Jaya
terdapat 1 puskesmas, 2 puskesmas pembantu, dan 10 buah poskesdes (Puskesmas Krueng
Barona Jaya, 2012).
Adapun kegiatan pokok yang dijalankan oleh Puskesmas Krueng Barona Jaya adalah sebagai
berikut:
1. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas, meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.

Promosi Kesehatan masyarakat


Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana
Perbaikan Gizi Masyarakat
Pencegahan dan Pemberantasan penyakit menular serta Pengobatan
18

2. Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas :


a.
b.
c.
d.
e.

Upaya kesehatan sekolah


Upaya kesehatan gigi dan mulut
Upaya Kesehatan jiwa
Kesehatan usia lanjut
Pembinaan pengobatan tradisional

4.6 Hasil dan Pembahasan Mini Project


Selama dilakukannya penelitian, 27 orang ibu-ibu yang ditemui di wilayah Puskesmas
Krueng Barona Jaya pada berbagai kesempatan bersedia untuk menjadi responden dalam
mini project ini.
4.6.1 Data demografi responden
Tabel 4.5 Data Demografi Responden
Jumlah Responden

Presentase (%)

Kelompok umur
- 20 29 tahun
- 30 39 tahun
- 40 49 tahun

10
12
5

37%
44%
19%

Pendidikan tertinggi
- SD
- SMP
- SMA
- Diploma (D1/D2/D3)
- Sarjana (S1/S2/S3)

2
10
8
2
5

7%
37%
30%
7%
19%

Jumlah anak
- 1 anak
- 2 anak
- 3 anak
- 4 anak
- 5 anak

11
8
4
3
1

41%
30%
15%
11%
4%

Berdasarkan data demografi responden, mayoritas ibu-ibu yang bersedia menjadi responden
berumur antara 30-39 tahun (44%), dengan pendidikan terakhir SMP (37%), dan memiliki 1
anak (41%).
19

4.6.2 Gambaran jawaban terhadap pertanyaan Kadarzi


Tabel 4.6 Gambaran Jawaban Responden
Persentase
jawaban benar
(%)

Komponen pertanyaan kuesioner Kadarzi

1. Pengertian Keluarga Sadar Gizi


2. Perilaku gizi seimbang
3. Cara memantau pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga
4. Manfaat memantau pertumbuhan dan perkembangan
5. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)
6. Contoh zat makanan pokok
7. Vitamin yang larut dalam lemak
8. Pengertian garam beryodium
9. Pengertian suplemen gizi
10. Vitamin untuk penglihatan dan pencegahan penyakit infeksi

85%
96%
89%
74%
89%
59%
33%
70%
89%
56%

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat persentase jawaban responden yang benar terhadap 10
pertanyaan terkait Kadarzi yang terdapat di kuesioner. Dapat dilihat, mayoritas ibu
mengetahui dengan baik tentang perilaku gizi seimbang (96%), cara memantau pertumbuhan
dan perkembangan anggota keluarga (89%), pengertian suplemen gizi (89%), dan pengertian
Keluarga Sadar Gizi (85%). Di sisi lain, banyak ibu yang mengalami kesulitan ketika ditanya
tentang contoh zat makanan pokok (59%), vitamin untuk penglihatan dan pencegahan
penyakit infeksi (56%), dan vitamin yang larut dalam lemak (33%).
4.6.3 Hubungan tingkat pendidikan terhadap nilai
Grafik 4.1 Distribusi Nilai Kuesioner Berdasarkan Tingkat Pendidikan
12
10
8
6

Nilai rata-rata kuesioner

4
2
0
SD

SMP

SMA

D2

D3

S1

S2

20

Berdasarkan grafik diatas, secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan terkait
Kadarzi cenderung meningkat seiring dengan meninkatkanya jenjang pendidikan responden.
Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah responden dengan tingkat
pendidikan yang lebih baik cenderung memiliki latar belakang keluarga yang baik sehingga
lebih memperhatikan kualitas asupan gizi anak.
Namun, jenjang pendidikan tidak semata-mata menjadi penghalang untuk memiliki
pengetahuan yang baik terkait Kadarzi. Ini ditunjukkan pada grafik yang memperlihatkan
bahwa pengetahuan Kadarzi pada responden yang berpendidikan SMP lebih baik daripada
yang berpendidikan SMA, D3, dan S1.
4.6.4 Tingkat pengetahuan Kadarzi
Grafik 4.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan tentang Kadarzi

4%
Baik

48%

48%

Cukup
Kurang

Berdasarkan grafik diatas, dari 27 responden yang dinilai tingkat pengetahuannya terkait
kadarzi, 13 ibu (48%) mempunyai pengetahuan baik, 13 ibu (48%) mempunyai pengetahuan
cukup, dan 1 ibu (3%) mempunyai pengetahuan kurang.
Hasil ini menunjukkan mayoritas ibu-ibu yang menjadi responden dalam mini project ini
memiliki pemahaman yang cukup dan baik tentang Kadarzi. Selain karena latar belakang ibuibu di wilayah Krueng Barona Jaya yang relatif baik, hasil ini juga didukung oleh adanya
upaya konsisten dari Puskesmas Krueng Barona Jaya untuk mensosialisasikan pentingnya
pengetahuan Kadarzi dalam berbagai kesempatan.

21

BAB V
DISKUSI
1. Apa semua indikator terdapat di kuesioner?
Kuesioner yang digunakan dalam mini project ini merupakan kuesioner yang telah divalidasi
sebelumnya. Setiap pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner ini mencakup masing-masing
indikator untuk menilai pengetahuan terkait Kadarzi.
2. Apa jenis penelitian yang digunakan dalam mini project ini?
Mini project ini merupakan jenis penelitian dekskriptif dengan menggunakan metode
accidental sampling, dimana peneliti mengambil semua responden yang tersedia pada saat
penelitian dengan kriteria tertentu.
3. Apakah cukup hanya menggunakan 27 sampel dalam pelaksanaan mini project ini?
Dengan alasan keterbatasan waktu dan kesediaan responden, diharapkan hasil dari mini
project ini dapat menampilkan gambaran umum tentang pengetahuan ibu-ibu di wilayah
Puskesmas Krueng Barona Jaya terkait Kadarzi.
4. Apakah pelaksanaan mini project ini dilakukan secara bertahap?
Pelaksanaan mini project ini dilakukan pada setiap kesempatan yang memungkinkan diselasela waktu pelayanan di wilayah Puskesmas Krueng Barona Jaya. Diantaranya saat pelayanan
di Poli Umum, Posyandu, Puskesmas Pembantu, dan kegiatan penyuluhan di lapangan.
5. Pengetahuan tidak bisa dinilai secara langsung dan dievaluasi dalam waktu singkat.
Bagaimana menyikapinya?
Dalam pelaksanaan mini project ini, peneliti menggunakan kuesioner yang telah divalidasi.
Sehingga diharapkan pengetahuan para ibu tetap dapat diketahui dan dievaluasi melalui
pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner yang diberikan.
Melalui edukasi yang diberikan diharapkan dapat menambah pengetahuan ibu yang pada
akhirnya dapat meningkatkan perbaikan dalam sikap dan tindakan ibu tentang Kadarzi dalam
kehidupan sehari-harinya.

22

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari mini project yang telah dilakukan di Puskesmas Krueng Barona Jaya
Kabupaten Aceh Besar tentang tingkat pengetahuan Kadarzi dapat disimpulkan bahwa:
1. Mayoritas responden tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang jenis zat makanan pokok,
vitamin untuk penglihatan dan pencegahan penyakit infeksi, dan vitamin yang larut dalam lemak.

2. Latar belakang pendidikan memiliki pengaruh terhadap pengetahuan responden terhadap


Kadarzi
3. Secara keseluruhan didapatkan tingkat pengetahuan mayoritas responden terkait Kadarzi
berada di kategori baik dan cukup.
6.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan fungsi posyandu sebagai wahana masyarakat dalam mengetahui secara dini
perihal adanya gangguan dalam pertumbuhan balita.
2. Peningkatan pendidikan dan promosi gizi yang lebih intensif dan sistematis melalui
advokasi, sosialisasi, dan pendampingan keluarga.
3. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas unit kesehatan masyarakat, terutama
dalam pengelolaan dan tatalaksana masalah gizi.
4. Dukungan sarana dan prasarana untuk peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan gizi.
5. Peningkatan surveilans berbasis masyarakat.

23

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2004, Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia


Anonymous, 2007. Mengenal 13 Pedoman Umum Gizi Seimbang. www. gizi. net.
Arisman. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Budianto, J, dkk. 1998. Strategi Menuju Perilaku Makan Sehat Dan Implikasinya
Pada Perencanaan Ketersediaan Pangan, Widya Karya Nasional Pangan Dan Gizi.
Jakarta: Bina Kerjasama Iptek LIPI.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta:
Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
Departemen Kesehatan RI. 1998. Keluarga Mandiri Sadar Gizi. Jakarta: Direktorat
Bina Gizi Masyarakat.
Departemen Kesehatan RI. 2004, Keluarga Sadar Gizi. Jakarta: Direktorat Bina Gizi
Masyarakat
Dinas Kesehatan Sumut. 2001. Bekalku Membina Keluarga Sadar Gizi. Medan
Dinas Kesehatan Sumut. 2006. Rencana Aksi Pangan Dan Gizi Sumut 2006-2010.
Medan
Irianto, K, & Waluyo, K. 2007, Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: Yrama Widya.
Kristiyanasari, W. 2009. ASI, Menyusui & SADARI. Yogyakarta.
Luciasari, dkk. 1996. Menjaga Kesehatan Balita. Jakarta: Puspa Swara.
Notoatmodjo, S, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Asdi Mahasatya
Suparmanto, Astuti, Sri. 2007. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi
(KADARZI). Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
Sutiono, B. 2002. Menu Gizi Seimbang. Jakarta: Balai Pustaka.
Utamy, R. 2008. ASI Ekslusif. Jakarta: Trubus Agriwiya.
Yokozu, 2009, Dampak Suplemen Bagi Kesehatan. http://yokozu. Blogspot. com. 27
oktober 2010.

24

Anda mungkin juga menyukai