Anda di halaman 1dari 40

PRESENTASI KASUS

CARSINOMA MAMAE
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Bedah
Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul

Disusun Oleh:

Rheza Tuszakka
20100310162

Diajukan Kepada:
dr Gunawan Siswadi Sp B

BAGIAN ILMU BEDAH


RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
CARSINOMA MAMAE

Disusun oleh
Rheza Tuszakka
20100310162

Telah dipresentasikan pada tanggal:

Dan telah di setujui oleh:

Dosen pembimbing
dr Gunawan Siswadi Sp B

ii

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, atas rahmat dan karunia Allah SWT, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan tugas presentasi kasus CARSINOMA MAMAE. Tujuan pembuatan
presentasi kasus ini untuk memenuhi salah satu dari syarat program pendidikan
profesi sub bidang ilmu bedah RSUD Panembahan Senopati kabupaten Bantul dan
menambah pengetahuan penulis tentang Carsinoma Mamae sebagai salah satu kasus
di bagian bedah.
Terimakasih yang sebanyak- banyaknya penulis ucapkan kepada:
1. dr Gunawan Siswadi Sp B selaku SMF sekaligus pembimbing laporan kasus
di bagian bedah
2. dr Suryo Hapsara Sp B selaku pembimbing laporan kasus di bagian bedah
3. semua dokter dan perawat di RSUD panembahan senopati bantul yang banyak
membantu penulis di bagian bedah
4. rekan rekan dokter muda atas semangat, dorongan dan bantuannya.

Akhirnya penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya.

Penulis

Rheza Tuszakka

iii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................. Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN ................................ Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ........................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI .......................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I. KASUS ...................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 6
A. EMBRIOLOGI...................................................................................... 6
B. ANATOMY .......................................................................................... 7
C. FISIOLOGI ......................................................................................... 12
D. ETIOLOGI .........................................1Error! Bookmark not defined.
E. KLASIFIKASI ...................................1Error! Bookmark not defined.
F. FAKTOR RESIKO .............................. Error! Bookmark not defined.
G. TANDA GEJALA................................ Error! Bookmark not defined.
H. PROGNOSIS ....................................... Error! Bookmark not defined.
I. PENATALAKSANAAN ..................... Error! Bookmark not defined.
J. SISTEM SATDIUM............................................................................32
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................Error!
Bookmark not defined.

iv

BAB I
PRESENTASI KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Ny. M

Umur

: 48 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Bangsal

: Melati

B. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama

: Benjolan pada payudara

semenjak 7bln

SMRS.
b. Keluhan Tambahan

: Luka di sebelah puting payudara kanannya.

c. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluhkan adanya benjolan di


payudara kanan sejak 7 bulan SMRS. Awalnya dirasakan benjolan sebesar
kelereng. Pasien mengatakan bahwa benjolan semakin membesar. Benjolan
tunggal berbentuk bulat, tidak nyeri apabila ditekan, tidak ada darah yang
keluar dari puting payudaranya. Pasien juga mengeluh terdapat luka di sebelah
kanan putting payudara kanannya, serta terdapat benjolan di ketiak kanan
sebesar kelereng. Keluhan lain (-).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat penyakit jantung disangkal
b. Riwayat penyakit ginjal disangkal
c. Riwayat penyakit kencing manis
d. Riwayat hipertensi disangkal
e. Riwayat stroke disangkal

e. Riwayat Penyakit Keluarga

C.

1.

Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal

2.

Riwayat penyakit gula

: disangkal

3.

Riwayat stroke

: disangkal

4.

Riwayat penyakit jantung

: disangkal

5.

Riwayat penyakit ginjal

: disangkal

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum

: Lemah

Kesadaran

: Composmentis

Tanda vital

: Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 84 x/menit

Respirasi

: 20 x/menit

Suhu

: 36,1C

1. Pemeriksaan Kepala
1. Wajah

= Oedem (-)

2. Rambut

= Warna rambut putih-hitam.

3. Mata

= Konjungtiva pucat (-), sklera kuning (-), pupil isokor

4. Hidung

= Discharge (-/-), napas cuping hidung (-/-),

5. Mulut

= Bibir sianosis (-).

2. Leher
1.

Jugular vein pressure meningkat (-), kelenjar thyroid membesar (-)

2.

Pembesaran nodus limfonodi (-)

3. Pemeriksaan Thorax
a. Pulmo
- Inspeksi

= Dada simetris, tidak ada retraksi.

- Palpasi

= Vokal fremitus kanan = kiri, tidak ada ketinggalan


gerak

- Perkusi

= Sonor seluruh lapang paru.


2

- Auskultasi

= Suara dasar vesicular +/+


Suara tambahan : wheezing(-), ronkhi(-)

- Pemeriksaan status lokalis =


Inspeksi

: payudara tampak unsimetris, benjolan

tidak tampak saat inspeksi pada kedua payudara,


tampak ulserasi (+), perdarahan (+) nipple discharge
(-) retraksi (+), dimpling (-), peau dorange (+),
nodul satelit (-).
Palpasi

: terdapat masa tumor tunggal pada

payudara kanan kuadran medial dengan ukuran 5cm


x 6 cm, teraba keras, bentuk ireguler, batas tegas,
permukaan berbenjol benjol, terdapat ulcerasi,
terfiksir, nyeri tekan (-)
Pembesaran KGB aksila (_) kanan, terfiksir, ukuran
2x 1 cm, konsistensi padat, nyeri tekan (-).
b. Cor
- Inspeksi

= Ictus cordis tak tampak

- Palpasi

= Ictus cordis tak kuat angkat

- Perkusi

= Batas jantung :
Batas kanan atas

: SIC II LPS dekstra

Batas kanan bawah : SIC IV LPS dextra

- Auskultasi

Batas kiri atas

: SIC II LPS sinistra

Batas kiri bawah

: SIC V LMC sinistra

= S1S2, reguler, bising (-), gallop (-)

4. Pemeriksaan Abdomen
1. Inspeksi

= perut datar, jaringan parut (-)

2. Palpasi

= supel, nyeri tekan (-)

3. Perkusi

= timpani seluruh lapang perut

4. Auskultasi

= peristaltik usus (+) normal.


3

5. Pemeriksaan Ekstremitas
a. Superior

= Oedem (-/-), akral hangat (+/+), nadi kuat (+/+)

b. Inferior

= Oedem (-/-), akral hangat (+/+), nadi kuat (+/+),

ulkus
peds (+/-) selulitis (+/-)

D.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah Lengkap
2. SGOT/SGPT
3. Ureum/kreatinin
4. GDS
5. EKG
6. Ro Thorax
7. Usg upper lower abdomen
8. Hasil PA

Hasil Pemeriksaan Penunjang :

1. - Hemoglobin

: 10,4

( 12 16 g / dl )

- Lekosit

: 3,28

( 4,00 10,00 103 / l )

- Eritrosit

: 3,84

( 4,00 - 5,00 106 / l )

- Trombosit

: 207

( 150 - 450 103 / l )

- Hematokrit

: 31,8

( 36,0 - 46,0 vol% )

Hitung Jenis Lekosit


- Eosinofil

:0

( 2 4% )

- Basofil

:0

( 0 1% )

- Batang

:2

( 2 5% )

- Segmen

: 73

( 51 67% )

- Limfosit

: 21

( 20 35% )

- Monosit

:4

( 4 8% )
4

- Ureum

: 23

(17-43 mg/dl)

- Kreatinin

: 0,54

(0,90-1,30 mg/dl)

- SGOT

: 32

(< 37 U/L)

- SGPT

: 30

( <41 U/L )

GDS

: 158

(80 200 mg/dL)

Foto Rontgen Thorax PA: Cardiomegali, pulmo tak tampak kelainan


USG upper lower abdomen: tak tampak kelainan pada hepar, VF, lien,
pankreas, kedua ren, U dan uterus. Tak tampak tanda tanda metastase pada
organ tersebut di atas. Tak tampak asicites limfadenopathy paraaorta.
Hasil PA: Organ

: mammae

Makroskopik

: jaringan payudara tanpa tanda benang ukuran 22x12x7


cm dilapisi kulit bentuk elips 15-8cm, putting menonjol
diameter 1,5 cm. disamping putting dengan nodul
diameer 6cm. Pembelahan lamier ujung 1rmsk 1ebih
panjang lamiler didapat masa putih batas tak tegas
7x7x6cm, jarak terdekat dengan irisan operasi 0,5cm,
dari masa 2 kupe (B) dari putting 1 kupe (c)

Mikroskopik

: sediaan menunjukkan

5 kelenjar limfe dengan sarang tumor


Karsinoma duktal tumbuh dengan invasive
Kesimpulan : payudara: karsinoma duktal
E.

DIAGNOSA KLINIS

F.

Carsinoma Mamae
Terapi

Infus Nacl 15 tpm

Injeksi ceftriaxon 1gr / 8 jam

Radikal mastektomy dextra

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.

EMBRIOLOGI
Mammae terbentuk dari penebalan ectodermal (mammary ridges, milk line)

pada minggu ke-5 atau ke-6 pembentukan fetus. Payudara dibentuk disekitar ridge,
yang terbentang dari dasar forelimb (nantinya axilla)

hingga rego hind limb

(nantinya inguinal. Tetapi nantinya ridge ini akan menghilang /atrofi pada akhir
trimester, kecuali bagian-bian kecil yang dapat bertahan disekitar dada seperti putting
susu yang muncul disepanjang milk line. Ektoderma yang tumbuh kedalam
membentuk duktus dan lobules susu, sehingg mammae dapat berkembang menjadi
suatu organ. Mamae kembali berkembang pada masa pubertas, karena adanya
pengaruh hormone mammotrophic. Terdapat 5 phase dari perkembangan payudara
pada masa pubertas, yaitu phase satu saat usia 8-10 tahun dimana putting semakin
menonjol tetapi belum ada perkembangan pada kelenjar mammae, phase kedua pada
usia 10-12 tahun dimana mulai terbentuknya kelenjar mammae agau pembentuka
kelenjar subaerolar, phase ketiga terjadi pada usia 11-13 tahun, dimana kelenjar
terbentuk, dan volumenya meningkat serta terjadi pigmentasi areolar, kemudian
proses ini berlanjut di phase empat pada usia 12-14 tahun dimana areola samakin
jelas membesar dan pigmentasi juga semakin jelas. Terakhir, pada fase ke lima pada
usia 13-17 tahun, pembentukan dan perkembangan payudara menjadi sempurna.

II.

ANATOMY
Pada pria, mammae tetap rudimenter dengan komponen kelenjar mammae

berkembang tidak sempurna, dimana acini berkembang tidak sempurna dengan


ductus yang pendek, serta terjadi defisiensi perkembangan papilla mammae,
parenkim, dan aerola. Pada pria aerola berada pada intercostal 4.
Pada wanita, mammae berkembang menjadi susunan yang kompleks.
Payudara perempuan dewasa masing-masing terletak di torak anterior dengan
dasarnya terletak dari kira-kira iga kedua atau ketiga sampai iga keenam atau ketujuh.
Kompleks puting-areola terletak antara costa IV dan V. Medial payudara mencapai
pinggir sternum dan di lateral setentang garis mid aksilaris dan meluas keatas ke
aksila melalui suatu ekor aksila berbentuk piramid. Payudara melekat diantara
subcutaneous fat dan fasia otot pektoralis mayor, otot serratus anterior, oblix entern
dan rectus abdo minis.

Mammae terdiri dari kelenjar susu, jaringan ikat dan jaringan lemak. Masingmasing kelenjar susu terdiri dari 15-20 lobus, dan mempunyai mempunyai ductus
lactiferous yang menutup secara radial sehingga dapat membuka puting. Jaringan
lemak membungkus lobus, jaringan lemak membentuk dan mengisi payudara,
memberikan ukuran yang berbeda-beda pada tiap orang.

Aerola adalah hiperpigmentasi yang melngkari putting susu, disekeliling


aerola terdapat Montgommery tubercles yang berukuran kecil dan dapat melumasi
seluruh daerah putting-aerola selama laktasi. Epitel aerola adalah sel khusus
myoepitelial yang dapat berkontraksi dibawah pengaturan oxitosin, epitel ini meluas
ke seluruh system duktus
Terdapat ligament yang terbentang sepanjang fascia pektoralis profunda
sampai lapisan fascia superfisialis di dalam dermis yang berfungsi menyokong
mammae, disebut sebagai Ligamentum Coopers. Oleh karena itu, jika terdapat tumor
pada payudara yang melibatkan ligamentum Cooper dapat menyebabkan penyusutan
(penarikan) pada kulit dan retraksi kulit.

Payudara mendapat suplai darah utama dari cabang a. mammary interna,


cabang bagian lateral dari a.intercostal posterior, dan cabang dari a.axillary termasuk
a.thoracic lateral, dan cabang-cabang pectoral dari a.thoracoacromial.

Pembuluh darah vena akan mengikuti pembuluh darah arteri dengan drainase
vena menuju axilla. Tiga kelompok vena yang paling berperan adalah v.axilla (yang
mempunyai peran utama dalam drainase), v.torakalis interna dan v.intercostal
posterior. Pleksus vertebra Batson's dari v.paravertebra yang berjalan sepanjang tulang
belakang dan memanjang dari dasar tengkorak ke sacrum, dapat memberikan rute metastasis
kanker payudara ke tulang belakang, tengkorak, tulang panggul, dan sistem saraf pusat.

10

Cabang kornu lateral dari nervus intercostal ke 3 sampai ke 6 memberikan persarafan


sensorik pada payudara dan dinding dada anterolateral. Cabang ini keluar dari ruang
intercostal diantara m.serratus anterior. Cabang kutaneus yang timbul dari plexus cervical,
khususnya cabang-cabang n.supraclavicular, mempersarafi kulit bagian atas payudara.
N.interocosobrachial adalah kulit cabang kutaneus lateral n.interkostal kedua, dan dapat
terlihat ketika pembedahan bagian axila. Reseksi n.intercostabrachial menyebabkan
hilangnya sensasi pada lengan atas.

Di bagian dalam dari m.pectoralis mayor terdapat m.pectoralis minor yang


berhubungan dengan letak pembuluh limfe axilla, pembagian pembuluh limfe pada
daerah tersebut dimaksudkan untuk mempermudah pembedahan dan mempermudah
menilai stadium kanker. Tingkat I adalah pembuluh limfe axilla yang terletak dari
lateral sampai batas lateral m.pectoralis minor. Tingkat II terdapat tepat di bagian
dalam m.pectoralis minor. Bagian III adalah pembuluh limfe yang terletak dari
medial sampai batas medial dari m.pectoralis minor dan termasuk pembuluh limfe
subclavicular. Rotters node atau pembuluh limfe intrapectorial terletak antara
m.pectoralis mayor dan m.pectoralis minor.

11

III.

FISIOLOGI PAYUDARA
Perkembanagan payudara dan fungsi payudara dipengaruhi oleh hormone

estogren, progesterone, prolactin, oxytocin, horon tyroid, cortisol dan growth


hormone. Hormon estogeren, progesterone, dan prolactin memiliki efek trophic yang
penting

bagi perkembangan payudara dan fungsi payudara normal. Estrogen

mempengruhi perkembangan payudara, sedangkat progresteron bertangungjaab


terfadap diferensasi epitel dan perkembangan lobus. Prolactin merupakan hormone
utama yang menstimulus proses lactogenesis pada periode kehamilan akhir dan
postpartum.
Hermon neurotropic dari hipotalamus bertanggung jawab terhadap regulasi
dan sekresi hormone yang mempengaruhi jaringan di payudara. Hormon
gonadotropin leutinizing dan folicel stimulating mengatur pelepasan estrogen dan
progresteron dari ovarium. Hipotalamus melepaskan gonadotrophinreleasing
hormone yang merangsang kelenjar hipofisi anterior melepaskan LH dan FSH dari sel
basofilik. Disini terdapat umpan balik dari sirkulasi estrogen dan progresteron,
terhadap pengaturan sekresi LH, FSH, dan GnRH. Hormon-hormon tersebut berguna
sebagai perkembangan, fungsi, dan pemeliharaan jaringan payudara. Setelah lahir,
kadar estrogen dan progresteron pada bayi perempuan menurun hal ini masih
berlangsung hingga masa kanak-kanak karena sensitivitas umpan balik negatif dari
axis hipotalamus-hipofisis dari hormon ini. Kemudian pada masa pubertas terjadi
penurunan sensitivitas umpan balik negative axis hipotalamus-hipofisis dan
meningkatnya sensitivitas umpan balik positif dari estrogen. Kejadia physiologic
meningkatkan sekresi GnRh, FSH, dan LH sehingga terjadi peningkatan sekresi
estrogen dan progresteron oleh ovarium, yang nantinya terbentuk siklus menstruasi.
Pada awal siklus menstruasi, terjadi penambahan ukuran dan kepadatan payudara,
yang diikuti dengan pembesaran jaringan payudara dan proliferasi epital. Timbulnya
mentruasi pembengkakan payudara mereda, dan proliferasi epitel berkurang.

12

Pada masa kehamilan estrogen dan progrestin di ovarium dan placenta


meningkat, yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan subtansi pada
payudara. Payudara membesar, bersamaan dengan proliferasi duktus dan lobus,
areolar semakin gelap, kelenjar Montgomery semakin menonjol. Pada trimester
pertama dan kedua duktus minos bercabang dan berkembang. Pada trimester ketiga
lemak mengumouk di epitel alveolar dan rongga ductus. Pada akhir kehamilan,
prolactin merangsang sintesis lemak susu dan protein. Setelah plasenta keluar,
estrogen dan progresteron yang beredar menjadi berkurang, yang menimbulkan
pugeluaran penuh aksi laktogenik dari prolactin. Produksi dan pengeluaran susu
diatur oleh reflex saraf yang berasal dari ujung saraf putting-aerola. Proses laktasi
membutuhkan stimulasi dari reflex saraf yang kemudian menimbulkan sekresi
prolactin dan pengeluaran susu. Oksitosin keluar akibat adanya stimulus dari
menyusui baik visual, auditory, dan olfaktori. Oksitosin menyebabkan kontraksi pada
13

sel ioepitelial sehingka terjadi penekanan pada alveioli, kemudian susu masuk ke
dalam sinus laktiferus. Setelah menyusui, pelepasan prolactin dan oksitosin
berkurang. Ketika proses mnyusui terhenti maka terjadi peningkatan tekanan didalam
duktus dan alveoli. Ketika menopause terjadi penurunan sekresi estrogen dan
progresteron olih ovarium dan inovulasi duktus dan alveoli mammae. Terjadi
peningkatan densitas di sekitar jaringan ikat fibrosa dan jaringan dipayudara diganti
dengan jaringan adipose.

14

IV.

ETIOLOGI
Etiologi Ca mammae masih belum diketahui secara pasti, namun

penyebabnya sangat multi faktorial yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara
lain:
1. Usia
Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Risiko terbesar
ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun.
2. Mutasi Gen
Gen-gen tersebut yaitu BRCA-1 pada (17 q 21), p53 pada (17 p 13), BRCA-2
pada (13) dan pada pria biasanya dihubungkan dengan mutasi androgenreceptor gen pada (kromosm Y)
BRCA-1
5-10% dari kanker payudara dikarenakan penurunan mutasi germline seperti
BRCA1 dan BRCA2, yang diwariskan dengan cara dominan autosomal
dengan berbagai penetrance. BRCA1 terletak di lengan kromosom 17q,
meliputi wilayah sekitar 100 kilobases (kb) DNA genom, dan berisi 22 exons
pengkodean. Full-length messenger RNA 7.8 KB dan mengkode protein asam
amino 1863. BRCA1 maupun BRCA2 berfungsi sebagai gen supresor tumor,
dan untuk setiap gen, hilangnya kedua alel diperlukan untuk inisiasi dari
kanker.

BRCA-2
BRCA2 terletak di lengan kromosom 13q dan meliputi wilayah sekitar 70 kb
DNA genom. Daerah pengkode 11,2-kb mengandung 26 pengkodean exons.
Fungsi biologis BRCA-2 kemungkinan beruhubungan denga pengerusakan
respon jalur DNA.
Kanker mammae dapat berasal dari mutasi satu atau lebih gen penting dalam
tubuh..

15

3. Pernah menderita kanker payudara.


Harvey dan Brinton mengemukakan wanita dengan riwayat Ca mammae
primer mempunyai resiko 3 sampai 4 kali lebih besar untuk timbulnya Ca
mammae kontralateral. Resiko timbulnya Ca mammae primer kedua pada
mammae kontralateral meninggi pada wanita yang mempunyai riwayat
penyakit yang sama dalam keluarga.
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki
risiko tertinggi untuk menderita kanker payudara. Setelah payudara yang
terkena diangkat, maka risiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat
meningkat sebesar 0,5-1%/tahun.
4. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker,
memiliki risiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.
5. Hormonal
WHO menyatakan bahwa tidak terdapat peningkatan maupun penurunan
insidens Ca mammae yang berhubungan dengan penggunaan kotrasepsi
injeksi seperti depot-medroxyprogesterone acetate (DMPA). Berdasarkan
beberapa penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa penggunaan esterogen
sebagai terapi penganti hormon (Hormone Replacement Therapy = HRT)
pada wanita perimenopause dan post menopause sedikit meningkatkan resiko
Ca mammae. Resiko meningkat jika pada wanita yang menerima Estrogen
Hormon Replacement Therapy tersebut sebelumnya pernah menderita
kelainan benigna pada mammae-nya
6. Faktor diet
The Committee on Diet, Nutrition, and Cancer of The National Academy of
Sciences menyimpulkan adanya hubungan sebab akibat antara makanan
berlemak dan insiden dari Ca mammae. Makanan yang berlemak tinggi dapat
meningkatkan resiko Ca mammae dua kali lipat.

16

7. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker


Risiko menderita kanker payudara agak lebih tinggi pada wanita yang pernah
menderita penyakit payudara non-kanker yang menyebabkan bertambahnya
jumlah saluran air susu dan terjadinya kelainan struktur jaringan payudara
(hiperplasia atipik).
8. Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun.
Semakin dini menarche, semakin besar risiko menderita kanker payudara.
Risiko menderita kanker payudara 2-4 kali lebih besar pada wanita yang
mengalami menarche sebelum usia 12 tahun.
9. Menyusui dan Menopause
Dahulu dikatakan bahwa wanita yang menyusui untuk waktu lama (lebih dari
6 bulan selama hidupnya) mempunyai resiko yang lebih rendah untuk
menderita Ca mammae dibandingkan wanita yang tidak menyusui. Namun
saat ini pendapat itu tidak lagi disetujui. Untuk wanita yang mengalami
menopause pada usia diatas 55 tahun, resiko timbulnya Ca mammae 2 kali
lebih besar dibandingkan dengan mereka yang mulai menopause sebelum usia
45 tahun. Induksi menopause buatan dapat menurunkan resiko Ca mammae,
misalnya pada wanita-wanita yang mengalami oophorectomy (pengangkatan
ovarium) pada usia kurang dari 35 tahun.
10. Obesitas
Obesitas sebagai faktor risiko kanker payudara masih diperdebatkan.
Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor risiko kanker
payudara kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang
obesitas. Penelitian membuktikan bahwa resiko Ca mammae mempunyai
hubungan langsung dengan berat badan. Resiko untuk Ca mammae pada
wanita obese 1,5 sampai 2 kali lebih tinggi daripada wanita tidak obese.
11. Radiasi
Wanita yang tetap hidup setelah pemboman Hirosima dan Nagasaki dan
pernah menjalani pengobatan dengan radiasi dosis tinggi untuk akut
17

postpartum mastitis, dan yang pernah menjalani pemeriksaan fluoroscopy


thorax untuk pengobatan TBC paru, mempunyai resiko lebih tinggi untuk
menderita Ca mammae. Exposure multiple dengan dosis yang relative kecil
beresiko sama dengan exposure tunggal dosis besar.
12. Alkohol
Penelitian juga menunjukkan bahwa risiko kanker payudara meningkat pada wanita
yang mengkonsumsi alkohol. Konsumsi alkohol dikenal meningkatkan kadar serum
estradiol yang ikut meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh.

13. Paritas dan Fertilitas


Wanita yang infertil dan nullipara mempunyai kemungkinan 30-70 % lebih
tinggi untuk menderita Ca mammae dibandingkan dengan multipara. Wanita
yang pernah hamil dan melahirkan pada usia 18 tahun mempunyai resiko Ca
mammae sekitar 1/3 kali dibandingkan dengan wanita yang hamil untuk
pertama kalinya pada usia diatas 35 tahun. Hal ini berhubungan dengan
adanya rangsangan secara terus menerus oleh esterogen dan kurangnya
konsentrasi progesterone dalam darah, akan tetapi wanita yang hamil dan
melahirkan untuk pertama kalinya pada usia diatas 30 tahun mempunyai
resiko menderita Ca mammae lebih tinggi dibandingkan nullipara.

V.

KLASIFIKASI
A. Carcinoma In Situ
Sel-sel kanker dianggap insitu atau invasif tergantung dari apakah dia
mengenai dasar membran. Pada kanker payudara in situ tidak mengenai stroma
sekitar, sel kanker hanya mengenai ductus dan aleveolar. Karena dapat terjadi
penjalaran, akurasi diagnosis tentang karsinoma in situ perlu dilakukan analisis
mikrosopoik mulitple. Karsinoma in situ dibagi menjadi dua, yaitu lobular carsinoma
in situ (LCIS) dan ductal carcinoma in situ, selain itu karsinoma in situ diketahui
dapat berkembang menjadi kanker invasif.

18

1. Lobular Carcinoma In Situ (LCIS)


Lobular Carcinoma In Situ (LCIS) berasal dari ductus lobular terminal dan
hanya berkembang pada payudara wanita. LCIS dikarakteristik dengan distensi dan
distorsi ductus lobular terminal oleh sel kanker, dimana membesar namun dengan
ratio sitoplasmik dan nukleus yang normal. Ciri khas dari kanker ini adalah
sitoplasma berlendir globulus.
Kanker ini rata-rata terjadi pada usia 44-47, paling sering terjadi pada
perumpuan ras putih dibandingkan perumuan Afrika-Amerika. Kanker payudara
invasif berkembang dari 25-35% perempuan dengan LCIS. LCIS dianggap sebagai
penanda risiko untuk kanker payudara invansif. Diketahui perempuan dengan riwayat
LCIS sebesar 65% berkembang menjadi kanker invasif ductal.
Insidensi Ca lobularis belum pasti. Diduga Ca lobularis in situ merupakan 3
% dari seluruh tumor mammae, sedangkan jenis infiltratif-nya merupakan 10 % dari
semua Ca mammae.

19

2. Ductal Carcinoma In Situ (DCIS)


Ductal Carcinoma In Situ paling sering ditemukan pada perempuan, tapi
sekitar 5% terjadi pada laki-laki. DCIS merupakan faktor risiko paling tinggi
mberkembang menjadi kanker invasiv. Secara histologis, DCIS dikarakteristik
sebagai proliferasi epitel, menghasilkan pertumbuhan papilla dari ductus lumina.
Pada awal perkembangan, sel kanker tidak menunjukkan pleomorphism, mitosis, atau
atipia, yang memungkinkan sulitnya membedakan antara DCIS dengan hiperplasia
jinak mammae. Sel-sel mempunyai sifat mikroskopik keganasan, tetapi tidak
menginvasi membrane basalis epitel duktus. Jika dibiarkan tanpa diterapi, selalu
timbul adenokarsinoma invasive, walaupun waktu untuk perkembangan neoplasma
invasive itu bias diukur dalam tahun atau dasawarsa.

B. Carcinoma Mammae Invasive


Secara umum kanker memiliki prognosis yang buruk. Foote dan Stewart
membagi klasifikasi carcinoma mammae invasive, yaitu:
I.

Paget's disease of the nipple

II.

Invasive ductal carcinoma


A.

Adenocarcinoma with productive fibrosis (scirrhous, simplex, NST)

B.

Medullary carcinoma 4%

C.

Mucinous (colloid) carcinoma 2%

D.

Papillary carcinoma 2%

E.

Tubular carcinoma (and ICC) 2%

III.

Invasive lobular carcinoma 10%

IV.

Rare cancers (adenoid cystic, squamous cell, apocrine)

20

a) Penyakit Paget
Paget disease of the nipple adalah invasi dermis papilla mammae oleh
carcinoma ductal, berupa suatu lesi kronis pada areola dan nipple dengan erupsi
eczematoid, krusta, bersisik, dan hiperemis. Tumor primernya dapat tidak teraba pada
palpasi dan erosi atau krusta sering terkacaukan dengan dermatitis. Angka
kejadiannya adalah sekitar 2 % dari seluruh Ca mammae dan hampir selalu timbul
bersama-sama dengan Ca ductal atau invasive. Gejalanya berupa nyeri, gatal, panas
dan kadang berdarah. Penting sekali untuk dilakukan biopsi papilla mammae.
Penyakit paget harus diterapi sebagai carcinoma ductal invasive, biasanya masih pada
stadium 1.

b) Carcinoma ductus menginfiltrasi dengan fibrosis produktif (Infiltrating


adenocarcinoma with productive fibrosis)
Neoplasma ini mewakili 75-78 % carcinoma mammae invasive dan disertai
dengan desmoplasia dan fibrosis. Tersering timbul pada wanita usia perimenopause
atau postmenopause (decade VI) sebagai suatu massa soliter, tidak nyeri, konsistensi
keras, berbatas tidak tegas. Carcinoma ini menginfiltrasi kulit secara diffuse dengan
keterlibatan ligamentum Cooper yang menghasilkan peau dorange atau edema kulit
yang luas.
c) Carcinoma Medullare
Sekitar 3-5 % keganasan mammae, neoplasma ini dianggap berasal dari
ductus yang besar dan ditandai oleh penampilan makroskopik hemorrhagic yang
lunak. Biasanya mobile dan terletak profunda di dalam mammae. Saat diagnosis, kulit
sering tertarik diatas massa sferis besar yang berdiameter lebih dari 3 cm. Riwayat
progresifitas lambat, walaupun tumor dapat membesar dengan cepat, sekunder
terhadap perdarahan atau nekrosis. Hanya kurang dari 20 % kasus Ca medullare ini
yang timbul bilateral dan kurang dari 10 % yang mengandung esterogen dan
progesteron reseptor. Carcinoma ini mempunyai 5 year survival rate lebih baik

21

dibandingkan Ca ductus atau lobolus invasif. Prognosis terpenting pada Ca medullare


adalah keterlibatan metastase ke KGB axillaris.

d) Comedo carcinoma
Salah satu bentuk Ca invasif yang berasal dari ductus, sekitar 5-10 % dari
semua Ca mammae. Seperti varian in situ nya, ia mempunyai sumbat materi seperti
pasta yang dapat dikeluarkan dari permukaan neoplasma. Pertumbuhannya lambat,
dapat meluas dalam waktu beberapa tahun. Lesinya berukutan sekitar 5 cm, yang
pada sepertiga pasien dapat metastase ke KGB axillaris. Pada terapi dini, survival rate
5 dan 10 tahunnya masing-masing 73 % dan 58 %, setelah mastectomy yang adekuat.
Secara makroskopis, tumor ini berbatas tegas, kenyal, dan berwarna keabu-abuan.

e) Colloid / mucinous carcinoma


Merupakan suatu adenocarcinoma yang secara tipikal membentuk materi
gelatin yang menjadi bagian utama carcinoma ini. Angka kejadiannya sekitar 2 %
dari seluruh Ca mammae. Neoplasma jenis ini mempunyai potensi pertumbuhan yang
lambat dengan metastasis lanjut. Survival rate 5 dan 10 tahunnya masing-masing 73
% dan 59 %. Secara makroskopik tumor ini berbatas tegas tetapi tidak berkapsul. Bila
dipotong, benang materi mukoid melekat pada scalpel.

f) Papillary carcinoma
Angka kejadiannya kurang dari 2 % dari seluruh Ca mammae, sering
ditemukan pada usia 70-an, dan mempunyai 5 year survival rate terbaik. Lesi
biasanya kecil, jarang melebihi 2-3 cm dan berbatas tegas. Dapat timbul nekrosis,
perdarahan sentral, dan menghasilkan sekret yang keluar dari papilla.

g) Tubular carcinoma
Merupakan suatu lesi yang berasal dari ductus, berdiferensiasi baik, yang
digambarkan membentuk tubulus. Ca ini merupakan 2 % dari semua Ca mammae.
22

Neoplasma jenis ini sering menyerupai Scleroticans adenosis maupun penyakit


fibrokistik mammae dan harus dibedakan dari hyperplasia atipik fokal. Survival ratenya mendekati 100 %.

VI.

FAKTOR RISIKO

A. Faktor Risiko Tinggi


1. Berusia >40 Tahun
2. Riwayat kanker pada salah satu payudara (terutama sebelum menopause)
3. Riwayat Kanker Pada Keluarga
4. Hiperplasia dengan atipia
5. Paritas
a. Wanita yang tidak pernah melahirkan (nullparity)
b. Wanita yang hamil pertama pada usia >31 tahun (3-4 kali berisiko
terkena kanker payudara dibandingkan pada usia <18 tahun)
6. Lobular carcinoma in situ (30% berisiko kanken invasive)
7. Pada laki-laki dengan sindrom klinefelter, gynecomastia, dan riwayat keluarga
laki-laki pernah mengalami kangker payudara
B. Faktor Risiko Sedang
1. Menarche 11 tahun
2. Menopause 55 tahun
3. Riwayat penggunaan terapi hormone pengganti (estrogen oral)
4. Riwayat kanker ovarium, fundus uteri, atu kolon
5. Diabetes
6. Konsumsi alcohol
C. Faktor Yang Diketahui Menurunkan Risiko
1. Keturunan asia
2. Masa kehamilan usia kurang dari 18 tahun
3. Early Menopause
4. Mensterilkan (Vasektome, Tubektomi) sebelum 37 tahun
23

VII.

TANDA GEJALA
Kanker payudara awal biasanya asimtomatis. Biasanya pasien datang dengan

keluhan:

Tonjolan pada dada, atau di ketiak terasa keras, tedak beraturan


bentuknya, tidak nyeri

Payudaraa dan puting mengalami perubahan ukuran, bentuk, atau rasa


ketika diraba (kemerahan, dipling, peant dorange)

Keluar discharge pada puting (darah, bening, kuning, hijau, pus)

Selain itu ada juga gejala-gejala lain yang dapat menunjang kanker payudara,
yaitu

Nyeri tulang

Tidak nyaman atau nyeri di payudara

Pembengkakan pada daerah ketiak (sebelah payudara yang terkena


kanker)

VIII.

Penurunan berat badan

DIAGNOSIS
A. Inspeksi
Ahli bedah akan melakukan inspeksi pada payudara wanita. Simetri, ukuran
dan bentuk payudara dinilai, adanya edema (peau dorange), retraksi papilla
mammae, eritema.
B. Palpasi
Sebagai bagian dari pemeriksaan fisik, payudara dipalpasi secara hati-hati.
Pemeriksaan pasien dalam posisi berbaring merupakan posisi yang terbaik. Ahli
bedah akan melakukan palpasi secara lembut dari sisi ipsilateral, memeriksa seluruh
kuadran payudara dari sternum bagian lateral sampai m. Latissimus dorsi, dan dari
clavicula inferior sampai rectus bagian atas. Secara sistematis mencari pembesaran
KGB.

24

C. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada penyakit yang terlokalisasi tidak didapatkan kelainan hasil pemeriksaan
laboratorium. Kenaikan kadar alkali fosfatase serum dapat menujukkan adanya
metastasis pada hepar. Pada keganasan yang lanjut dapat terjadi hiperkalemia.
Pemeriksaan laboratorium lain meliputi:

Kadar CEA (Carcino Embryonic Antigen)

MCA (Mucinoid-like Carcino Antigen)

CA 15-3 (Carbohydrat Antigen), Antigen dari globulus lemak susu

BRCA1 pada kromosom 17q (tahun 1990 oleh Mary Claire King- didukung
ole The Breast Cancer Linkage Consortium) dari BRCA2 dari kromosom
13.

Gen AM (ataxia-telangiectasia) : ditemukan gen ini pada pasien bias sebagai


predisposisi timbulnya Ca mammae

2. Radiologi

X-foto thorax dapat membantu mengetahui adanya keganasan dan


mendeteksi adanya metastase ke paru-paru

Mammografi
25

Dapat membantu menegakkan diagnosis apakah lesi tersebut ganas atau


tidak. Dengan mammografi dapat melihat massa yang kecil sekalipun yang
secara palpasi tidak teraba, jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan
screening. Adanya proses keganasan akan memberikan tanda-tanda primer
dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign, adanya
perbedaan yang nyata ukuran klinik dan rontgenologis dan adanya
mikrokalsifikasi. Tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit,
bertambahnya vascularisasi, perubahan posisi papilla dan areola, adanya
bridge of tumor, keadaan daerah tunika dan jaringan fibroglanduler tidak
teratur, infiltrasi jaringan lunak belakang mammae dan adanya metastasis ke
kelenjar.

USG (Ultrasonografi)
Dengan USG selain dapat membedakan tumor padat atau kistik, juga dapat
membantu untuk membedakan suatu tumor jinak atau ganas. Ca mammae
yang klasik pada USG akan tampak gambaran suatu lesi padat, batas
ireguler, tekstur tidak homogen. Posterior dari tumor ganas mammae
terdapat suatu Shadowing. Selain itu USG juga dapat membantu staging
tumor ganas mammae dengan mencari dan mendeteksi penyebaran lokal
(infiltrasi) atau metastasis ke tempat lain, antara lain ke KGB regional atau
ke organ lainnya (misalnya hepar). Ultrasonography juga digunakan sebagai
penuntun untuk melakykan fine-needle aspiration biopsy, core needle
biopsy.

Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)


FNAB dilanjutkan dengan FNAC (Fine Needle Aspiration Cytology)
merupakan teknik pmeriksaan sitologi dimana bahan pemeriksaan diperoleh
dari hasil punksi jarum terhadap lesi dengan maupun tanpa guiding USG.
FNAB sekarang lebih banyak digunakan dibandingkan dengan cutting
needle biopsy karena cara ini lebih tidak nyeri, kurang traumatic, tidak

26

menimbulkan hematoma dan lebih cepat menghasilkan diagnosis. Cara


pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, namun
tidak dapat memastikan tidak adanya keganasan. Hasil negatif pada
pemeriksaan ini dapat berarti bahwa jarum biopsi tidak mengenai daerah
keganasan sehingga biopsy eksisi tetap diperlukan untuk konfirmasi hasil
negative tersebut.

IX.

PENATALAKSANAAN
Untuk stadium 0 atau Carcinoma in situ, terapi ini bertujuan untuk mencegah

atau sebagai diteksi tahap awal terhadap carcinoma invasi. Untuk LCIS dilakukan
tidakan bilateral masektomi total atau chemoprevention tamofixen. Untuk DCIS
masectomi masi merupakan gold standar dari tindakan, biasanya dilakukan apabila
kanker berukuran > 4cm atau berada di >1 kuadran. Selain itu untuk DCIS bisa
dilakukan lumpectomy dengan terapi radiasi, atau dilakukan lumpectomy saja, atau
pemberian tamoxifen
Stadium I, II, III awal (stadium operable) sifat pengobatan adalah kuratif.
Pengobatan pada stadium I, II dan IIIa adalah operasi primer, terapi lainnya bersifat
adjuvant. Untuk stadium I dan II pengobatannya adalah radikal mastectomy atau
modified radikal mastectomy dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika adjuvant.

Macam-macam operasi carcinoma mammae

27

Stadium IIIa terapinya adalah simple mastectomy dengan radiasi dan


sitostatika adjuvant. Stadium IIIb dan IV sifat pengobatannya adalah paliatif, yaitu
terutama untuk mengurangi penderitaan dan memperbaiki kualitas hidup. Untuk
stadium IIIb atau yang dinamakan locally advanced pengobatan utama adalah radiasi
dan dapat diikuti oleh modalitas lain yaitu hormonal terapi dan sitostatika. Stadium
IV pengobatan primer adalah yang bersifat sistemik yaitu hormonal dan khemoterapi.
1. Modified radical mastectomy
Kanker yang besar dan residual setelah adjuvant terapi (khususnya pada
payudara yang kecil), kanker multisentris, dan pasien dengan komplikasi terapi
radiasi merupakan indikasi dilakukannya operasi ini (Zollinger Atlas of Surgical
Operation).Prosedur ini paling banyak digunakan, terdapat 2 bentuk prosedur yang
biasa digunakan oleh para ahli bedah.

Prosedur Patey dan modifikasi dari Scanlon


M. pectoralis mayor tetap dipertahankan sedangkan M. pectoralis minor dan
kelenjar limfe level I, II dan III pada axilla diangkat. Scanlon memodifikasi
prosedur Patey dengan memisahkan tetapi tidak mengangkat M. pectoralis
minor, sehingga kelenjar limfe apical (level III) dapat diangkat dan saraf
pectoral lateral dari otot mayor dipertahankan.

Prosedur yang dibuat oleh Auchincloss


Berbeda dari prosedur Patey, yaitu dengan tidak mengangkat atau
memisahkan M. Pectoralis minor. Modifikasi ini membatasi pengangkatan
komplit dari kelenjar limfe paling atas, Auchincloss menerangkan bahwa
hanya 2 % dari pasien yang memperoleh manfaat dengan adanya
pengangkatan kelenjar limfe sampai level tertinggi. Ini yang membuat
prosedur Auchincloss menjadi prosedur yang paling populer untuk Ca
mammae di Amerika Serikat.

28

2. Total Mastectomy
Total mastectomy kadang disebut juga dengan simple mastectomy yang
mencakup operasi pengangkatan seluruh mammae, axillary tail dan fascia pectoralis.
Total mastectomy tidak mencakup diseksi axilla dan sering dikombinasi dengan
terapi radiasi post operasi. Prosedur ini didasarkan pada teori bahwa KGB merupakan
sumber suatu barrier terhadap sel-sel Ca mammae dan seharusnya tidak diangkat,
juga ada alasan bahwa terapi radiasi akan dapat menahan penyebaran sel-sel ganas
sebagai akibat trauma operasi.

3. Hormonal terapi
30-40 % Ca mammae adalah hormon dependen. Hormonal terapi adalah terapi
utama pada stadium IV disamping khemoterapi. Untuk wanita premenopause terapi
hormonal berupa terapi ablasi yaitu bilateral oophorectomy. Untuk post menopause
terapinya berupa pemberian obat anti esterogen, dan untuk 1-5 tahun menopause jenis
terapi tergantung dari aktivitas efek esterogen. Efek esterogen positif dilakukan terapi
ablasi, efek esterogen negative dilakukan pemberian obat-obatan anti esterogen.

4. Chemoterapy
Terapi ini bersifat sistemik dan bekerja pada tingkat sel. Terutama diberikan
pada Ca mammae yang sudah lanjut, bersifat paliatif, tapi dapat pula diberikan pada
Ca mammae yang sudah dilakukan mastectomy bersifat terapi adjuvant. Biasanya
diberikan kombinasi CMF (Cyclophosphamide, Methotrexate, Fluorouracil).
Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali diberikan segera setelah
pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun. Pengobatan ini
menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup penderita.
Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan kemoterapi
tunggal. Tetapi tanpa pembedahan maupun penyinaran, obat-obat tersebut tidak dapat
menyembuhkan kanker payudara.

29

Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah, luka terbuka
di mulut yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara.
Pada saat ini muntah relatif jarang terjadi karena adanya obat ondansetron. Tanpa
ondansetron, penderita akan muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3 hari setelah
kemoterapi. Berat dan lamanya muntah bervariasi, tergantung kepada jenis
kemoterapi yang digunakan dan penderita. Selama beberapa bulan, penderita juga
menjadi lebih peka terhadap infeksi dan perdarahan. Tetapi pada akhirnya efek
samping tersebut akan menghilang.
Tamoxifen adalah obat penghambat hormon yang bisa diberikan sebagai terapi
lanjutan setelah pembedahan. Tamoxifen secara kimia berhubungan dengan estrogen
dan memiliki beberapa efek yang sama dengan terapisulih hormon (misalnya
mengurangi risiko terjadinya osteoporosis dan penyakit jantung serta meningkatkan
risiko terjadinya kanker rahim). Tetapi tamoxifen tidak mengurangi hot flashes
ataupun merubah kekeringan vagina akibat menopause.
Obat penghambat hormon lebih sering diberikan kepada:

Kanker yang didukung oleh estrogen

Penderita yang tidak menunjukkan tanda-tanda kanker selama lebih dari 2


tahun setelah terdiagnosis

Kanker yang tidak terlalu mengancam jiwa penderita.

Obat tersebut sangat efektif jika diberikan kepada penderita yang berusia 40
tahun dan masih mengalami menstruasi serta menghasilkan estrogen dalam
jumlah besar atau kepada penderita yang 5 tahun lalu mengalami menopause.
Tamoxifen memiliki sedikit efek samping sehngga merupakan obat pilihan
pertama. Selain itu, untuk menghentikan pembentukan estrogen bisa
dilakukan pembedahan untuk mengangkat ovarium (indung telur) atau terapi
penyinaran untuk menghancurkan ovarium.

30

Jika kanker mulai menyebar kembali berbulan-bulan atau bertahun-tahun


setelah pemberian obat penghambat hormon, maka digunakan obat penghambat
hormon yang lain.
Aminoglutetimid adalah obat penghambat hormon yang banyak digunakan
untuk mengatasi rasa nyeri akibat kanker di dalam tulang. Hydrocortisone (suatu
hormon

steroid)

biasanya

diberikan

pada

saat

yang

bersamaan,

karena

aminoglutetimid menekan pembentukan hydrocortisone alami oleh tubuh.

5. Neoadjuvant chemotherapy
Kemoterapi yang diberikan sebelum tindakan bedah ataupun terapi radiasi.
Dengan adanya terapi ini, maka ahli bedah dapat melakukan terapi bedah konservatif
pada Ca mammae stadium lanjut. Tujuan dari terapi ini adalah untuk menyusutkan
tumor yang besar sehingga dapat dilakukan bedah konservatif untuk mengangkat
tumor Tindakan bedah konservatif adalah yang dikenal dengan nama Breast
Conserving Treatment yaitu tindakan bedah dengan hanya mengangkat tumor yang
diikuti diseksi axilla dan radiasi kuratif.

6. Sentinel lymph nodes biopsy


Sentinel lymph nodes adalah nodi limfe yang pertama kali dicapai oleh sel
kanker yang bermetastasis pada Ca mammae. Sentinel lymph nodes biopsy adalah
prosedur diagnosis terbaru yang digunakan untuk mengetahui apakah sudah terdapat
metastasis Ca mamme ke kelenjar limfe axilla. sel tumor, maka selanjutnya tidak
perlu lagi mengangkat kelenjar limfe lainnya yang terdapat pada daerah axilla

7. Radiation therapy
Diberikan secara teratur selama beberapa minggu setelah dilakukan
lumpectomy atau partial mastectomy dengan tujuan untuk membunuh sel tumor yang
tersisa yang terdapat di dekat area tumor. Radiasi dilakukan tergantung dari besar
31

tumor, jumlah KGB axilla yang terkena. Kadang terapi radiasi diberikan sebelum
tindakan bedah untuk menyusutkan ukuran tumor yang besar sehingga mudah untuk
diangkat.
Terapi radiasi sangat efektif mengurangi terjadinya rekurensi Ca mammae
pada kedua mammae dan dinding thorax. Tipe terapi radiasi yang paling banyak
digunakan untuk Ca mammae adalah terapi radiasi yang diberikan dari sumber yang
berada diluar tubuh yang dikenal dengan nama external-beam radiation therapy.
Terapi radiasi juga dapat diberikan dengan cara menanamkan pil ke dalam area tumor
(internal radiation therapy).

X.

SISTEM STADIUM DAN PROGNOSIS


Stadium kanker mammae ditentukan oleh hasil reseksi bedah dan pencitraan. Sistem
yang paling banyak digunakan untuk menentukan stadium kanker berdasarkan American
Joint Community on Cancer (AJCC). Sistem ini didasarkan pada deskripsi dari tumor primer
(T), status kelenjar getah bening regional (N), dan adanya metastasis jauh (M).
Pengelompokan terbaru telah memasukkan penggunaan sentinel node biopsi dan termasuk
klasifikasi ukuran deposit metastasis pada kelenjar sentinel, serta jumlah dan lokasi node
metastasis regional disertai angka harapan hidup 5 tahun.

American Joint Committee on Cancer, Stadium Kanker Mammae, 2002


Tumor Primer (T)
Tx

Tumor pimer tidak dinilai

Tis

Carcinoma in situ (LCIS atau DCIS) atau pagets disease pada puting
tanpa tumor

T1

Tumor 2 cm

T1a

Tumor 0.1 cm, 0.5 cm

T1b

Tumor >0.5 cm, 1 cm

T1c

Tumor >1 cm, 2 cm

32

T2

Tumor >2 cm, 5 cm

T3

Tumor >5 cm

T4

Tumor dalam berbagai ukuran dengan perluasan sampai ke dinding


dada atau kulit

T4a

Tumor meluas sampai dinding dada (termasuk m. pectoralis)

T4b

Tumor meluas ke kulit dengan ulserasi, edema dan nodul satelit

T4c

Gabungan T4a dan T4b

T4d

Karsinoma inflammatory

Pembuluh Limfe/Node (N)


N0

Tidak ada keterlibatan kel.limfe regional, tidak diteliti lebih jauh

N0 (i-)

Tidak ada keterlibatan kel.limfe regional, IHC (-)

N0 (i+)

Keterlibatan kel.limfe mencakup <0.2 mm

N0

Tidak ada keterlibatan kel.limfe, PCR (-)

(mol-)
N0

Tidak ada keterlibatan kel.limfe, PCR (+)

(mol+)
N1

Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3 dan atau int. mammary (+) dari
biopsy

N1(mic) Micrometastasis (>0.2 mm, none >2.0 mm)


N1a

Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3

N1b

Metastasis ke kel.limfe int. mammary dengan biopsy sentinel

N1c

Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3 dan kel. limfe int. Mammary dengan
biopsy

33

N2

Metastasis ke kel.limfe axilla 4-9 atau int. mammary disertai klinik (+)
tanpa metastasis ke axilla

N2a

Metastasis ke kel.limfe axilla 4-9 paling tidak 1 >2.0 mm

N2b

Int. mammary klinik nampak, kel.limfe axilla (-)

N3

Metastasis ke 10 kel.limfe axilla atau kombinasi metastasis kel.limfe


axilla dan int. mammary metastasis

N3a

10 kel.limfe axilla (>2.0 mm), atau kel.limfe infraclavicular

N3b

Klinik int. mammary (+) 1 kel.limfe (+) atau >3 kel.limfe axilla (+)
dengan int. mammary (+) dari biopsy

N3c

Metastasis ke ipsilateral supraclavicular nodes (IAN)

M (Metastasis)
M0

Tidak terdapat metastasi jauh

M1

Terdapat metastasis jauh

American Joint Committee on Cancer Kelompok Stadium dan Angka


Harapn Hidup
STAGE TNM

Angka harapan hidup 5 tahun (%)

Tis, N0, M0

100

T1, N0, M0

100

IIA

T0, N1, M0

92

T1, N1, M0
T2, N0, M0
IIB

T2, N1, M0

81

34

STAGE TNM

Angka harapan hidup 5 tahun (%)

T3, N0, M0
IIIA

T0, N2, M0

67

T1, N2, M0
T2, N2, M0
T3, N1, M0
T3, N2, M0
IIIB

T4, N0, M0

54

T4, N1, M0
T4, N2, M0
[]

IIIC

Semua T, N3, M0

IV

Semua T, Semua N, M1 20

35

DAFTAR PUSTAKA

Norton, Jeffry A, et al. 2000. Surgery: Basic Science and Clinical Evidence Part 2.
New York: Springer-Verlag.
Brunicardi, F. Charles, et al. 2010. Schwartzs Principles of Surgery 9th Edition. Mc
Graw Hill: United State of America.
Caslclato, Dennis A. 2000. Manual of Clinical Oncology 4th Edition. Lippincott
Williams & Wilkin: Philadelphia
Protokol Penatalaksanaan Kanker Payudara. PERABOI. 2003
Mc.Ninn. 1994. Last Anatomy: Regional and Applied 9th Edition. Longman Group:
UK
Kaufmann, Manfred, dkk. 2006. Atlas of Breast Surgery. Frankfurt : Springer
Wright, Mary Jo, et al. SurgicalTreatment of Breast Cancer. Accesed from
http://emedicine.medscape.com/article/1276001-overview#aw2aab6b5 [3 April 2014]
Swart,

Rachel.

2014.

Breast

Cancer

Screening.

Accesed

from

http://emedicine.medscape.com/article/1945498-overview#aw2aab6b2 [3 April 2014]

36

Anda mungkin juga menyukai