CARSINOMA MAMAE
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Bedah
Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul
Disusun Oleh:
Rheza Tuszakka
20100310162
Diajukan Kepada:
dr Gunawan Siswadi Sp B
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
CARSINOMA MAMAE
Disusun oleh
Rheza Tuszakka
20100310162
Dosen pembimbing
dr Gunawan Siswadi Sp B
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, atas rahmat dan karunia Allah SWT, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan tugas presentasi kasus CARSINOMA MAMAE. Tujuan pembuatan
presentasi kasus ini untuk memenuhi salah satu dari syarat program pendidikan
profesi sub bidang ilmu bedah RSUD Panembahan Senopati kabupaten Bantul dan
menambah pengetahuan penulis tentang Carsinoma Mamae sebagai salah satu kasus
di bagian bedah.
Terimakasih yang sebanyak- banyaknya penulis ucapkan kepada:
1. dr Gunawan Siswadi Sp B selaku SMF sekaligus pembimbing laporan kasus
di bagian bedah
2. dr Suryo Hapsara Sp B selaku pembimbing laporan kasus di bagian bedah
3. semua dokter dan perawat di RSUD panembahan senopati bantul yang banyak
membantu penulis di bagian bedah
4. rekan rekan dokter muda atas semangat, dorongan dan bantuannya.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya.
Penulis
Rheza Tuszakka
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................. Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN ................................ Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ........................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI .......................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I. KASUS ...................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 6
A. EMBRIOLOGI...................................................................................... 6
B. ANATOMY .......................................................................................... 7
C. FISIOLOGI ......................................................................................... 12
D. ETIOLOGI .........................................1Error! Bookmark not defined.
E. KLASIFIKASI ...................................1Error! Bookmark not defined.
F. FAKTOR RESIKO .............................. Error! Bookmark not defined.
G. TANDA GEJALA................................ Error! Bookmark not defined.
H. PROGNOSIS ....................................... Error! Bookmark not defined.
I. PENATALAKSANAAN ..................... Error! Bookmark not defined.
J. SISTEM SATDIUM............................................................................32
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................Error!
Bookmark not defined.
iv
BAB I
PRESENTASI KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. M
Umur
: 48 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
Bangsal
: Melati
B. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
semenjak 7bln
SMRS.
b. Keluhan Tambahan
C.
1.
2.
: disangkal
3.
Riwayat stroke
: disangkal
4.
: disangkal
5.
: disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: Lemah
Kesadaran
: Composmentis
Tanda vital
: Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
: 36,1C
1. Pemeriksaan Kepala
1. Wajah
= Oedem (-)
2. Rambut
3. Mata
4. Hidung
5. Mulut
2. Leher
1.
2.
3. Pemeriksaan Thorax
a. Pulmo
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
- Palpasi
- Perkusi
= Batas jantung :
Batas kanan atas
- Auskultasi
4. Pemeriksaan Abdomen
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
5. Pemeriksaan Ekstremitas
a. Superior
b. Inferior
ulkus
peds (+/-) selulitis (+/-)
D.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah Lengkap
2. SGOT/SGPT
3. Ureum/kreatinin
4. GDS
5. EKG
6. Ro Thorax
7. Usg upper lower abdomen
8. Hasil PA
1. - Hemoglobin
: 10,4
( 12 16 g / dl )
- Lekosit
: 3,28
- Eritrosit
: 3,84
- Trombosit
: 207
- Hematokrit
: 31,8
:0
( 2 4% )
- Basofil
:0
( 0 1% )
- Batang
:2
( 2 5% )
- Segmen
: 73
( 51 67% )
- Limfosit
: 21
( 20 35% )
- Monosit
:4
( 4 8% )
4
- Ureum
: 23
(17-43 mg/dl)
- Kreatinin
: 0,54
(0,90-1,30 mg/dl)
- SGOT
: 32
(< 37 U/L)
- SGPT
: 30
( <41 U/L )
GDS
: 158
: mammae
Makroskopik
Mikroskopik
: sediaan menunjukkan
DIAGNOSA KLINIS
F.
Carsinoma Mamae
Terapi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
EMBRIOLOGI
Mammae terbentuk dari penebalan ectodermal (mammary ridges, milk line)
pada minggu ke-5 atau ke-6 pembentukan fetus. Payudara dibentuk disekitar ridge,
yang terbentang dari dasar forelimb (nantinya axilla)
(nantinya inguinal. Tetapi nantinya ridge ini akan menghilang /atrofi pada akhir
trimester, kecuali bagian-bian kecil yang dapat bertahan disekitar dada seperti putting
susu yang muncul disepanjang milk line. Ektoderma yang tumbuh kedalam
membentuk duktus dan lobules susu, sehingg mammae dapat berkembang menjadi
suatu organ. Mamae kembali berkembang pada masa pubertas, karena adanya
pengaruh hormone mammotrophic. Terdapat 5 phase dari perkembangan payudara
pada masa pubertas, yaitu phase satu saat usia 8-10 tahun dimana putting semakin
menonjol tetapi belum ada perkembangan pada kelenjar mammae, phase kedua pada
usia 10-12 tahun dimana mulai terbentuknya kelenjar mammae agau pembentuka
kelenjar subaerolar, phase ketiga terjadi pada usia 11-13 tahun, dimana kelenjar
terbentuk, dan volumenya meningkat serta terjadi pigmentasi areolar, kemudian
proses ini berlanjut di phase empat pada usia 12-14 tahun dimana areola samakin
jelas membesar dan pigmentasi juga semakin jelas. Terakhir, pada fase ke lima pada
usia 13-17 tahun, pembentukan dan perkembangan payudara menjadi sempurna.
II.
ANATOMY
Pada pria, mammae tetap rudimenter dengan komponen kelenjar mammae
Mammae terdiri dari kelenjar susu, jaringan ikat dan jaringan lemak. Masingmasing kelenjar susu terdiri dari 15-20 lobus, dan mempunyai mempunyai ductus
lactiferous yang menutup secara radial sehingga dapat membuka puting. Jaringan
lemak membungkus lobus, jaringan lemak membentuk dan mengisi payudara,
memberikan ukuran yang berbeda-beda pada tiap orang.
Pembuluh darah vena akan mengikuti pembuluh darah arteri dengan drainase
vena menuju axilla. Tiga kelompok vena yang paling berperan adalah v.axilla (yang
mempunyai peran utama dalam drainase), v.torakalis interna dan v.intercostal
posterior. Pleksus vertebra Batson's dari v.paravertebra yang berjalan sepanjang tulang
belakang dan memanjang dari dasar tengkorak ke sacrum, dapat memberikan rute metastasis
kanker payudara ke tulang belakang, tengkorak, tulang panggul, dan sistem saraf pusat.
10
11
III.
FISIOLOGI PAYUDARA
Perkembanagan payudara dan fungsi payudara dipengaruhi oleh hormone
12
sel ioepitelial sehingka terjadi penekanan pada alveioli, kemudian susu masuk ke
dalam sinus laktiferus. Setelah menyusui, pelepasan prolactin dan oksitosin
berkurang. Ketika proses mnyusui terhenti maka terjadi peningkatan tekanan didalam
duktus dan alveoli. Ketika menopause terjadi penurunan sekresi estrogen dan
progresteron olih ovarium dan inovulasi duktus dan alveoli mammae. Terjadi
peningkatan densitas di sekitar jaringan ikat fibrosa dan jaringan dipayudara diganti
dengan jaringan adipose.
14
IV.
ETIOLOGI
Etiologi Ca mammae masih belum diketahui secara pasti, namun
penyebabnya sangat multi faktorial yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara
lain:
1. Usia
Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Risiko terbesar
ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun.
2. Mutasi Gen
Gen-gen tersebut yaitu BRCA-1 pada (17 q 21), p53 pada (17 p 13), BRCA-2
pada (13) dan pada pria biasanya dihubungkan dengan mutasi androgenreceptor gen pada (kromosm Y)
BRCA-1
5-10% dari kanker payudara dikarenakan penurunan mutasi germline seperti
BRCA1 dan BRCA2, yang diwariskan dengan cara dominan autosomal
dengan berbagai penetrance. BRCA1 terletak di lengan kromosom 17q,
meliputi wilayah sekitar 100 kilobases (kb) DNA genom, dan berisi 22 exons
pengkodean. Full-length messenger RNA 7.8 KB dan mengkode protein asam
amino 1863. BRCA1 maupun BRCA2 berfungsi sebagai gen supresor tumor,
dan untuk setiap gen, hilangnya kedua alel diperlukan untuk inisiasi dari
kanker.
BRCA-2
BRCA2 terletak di lengan kromosom 13q dan meliputi wilayah sekitar 70 kb
DNA genom. Daerah pengkode 11,2-kb mengandung 26 pengkodean exons.
Fungsi biologis BRCA-2 kemungkinan beruhubungan denga pengerusakan
respon jalur DNA.
Kanker mammae dapat berasal dari mutasi satu atau lebih gen penting dalam
tubuh..
15
16
V.
KLASIFIKASI
A. Carcinoma In Situ
Sel-sel kanker dianggap insitu atau invasif tergantung dari apakah dia
mengenai dasar membran. Pada kanker payudara in situ tidak mengenai stroma
sekitar, sel kanker hanya mengenai ductus dan aleveolar. Karena dapat terjadi
penjalaran, akurasi diagnosis tentang karsinoma in situ perlu dilakukan analisis
mikrosopoik mulitple. Karsinoma in situ dibagi menjadi dua, yaitu lobular carsinoma
in situ (LCIS) dan ductal carcinoma in situ, selain itu karsinoma in situ diketahui
dapat berkembang menjadi kanker invasif.
18
19
II.
B.
Medullary carcinoma 4%
C.
D.
Papillary carcinoma 2%
E.
III.
IV.
20
a) Penyakit Paget
Paget disease of the nipple adalah invasi dermis papilla mammae oleh
carcinoma ductal, berupa suatu lesi kronis pada areola dan nipple dengan erupsi
eczematoid, krusta, bersisik, dan hiperemis. Tumor primernya dapat tidak teraba pada
palpasi dan erosi atau krusta sering terkacaukan dengan dermatitis. Angka
kejadiannya adalah sekitar 2 % dari seluruh Ca mammae dan hampir selalu timbul
bersama-sama dengan Ca ductal atau invasive. Gejalanya berupa nyeri, gatal, panas
dan kadang berdarah. Penting sekali untuk dilakukan biopsi papilla mammae.
Penyakit paget harus diterapi sebagai carcinoma ductal invasive, biasanya masih pada
stadium 1.
21
d) Comedo carcinoma
Salah satu bentuk Ca invasif yang berasal dari ductus, sekitar 5-10 % dari
semua Ca mammae. Seperti varian in situ nya, ia mempunyai sumbat materi seperti
pasta yang dapat dikeluarkan dari permukaan neoplasma. Pertumbuhannya lambat,
dapat meluas dalam waktu beberapa tahun. Lesinya berukutan sekitar 5 cm, yang
pada sepertiga pasien dapat metastase ke KGB axillaris. Pada terapi dini, survival rate
5 dan 10 tahunnya masing-masing 73 % dan 58 %, setelah mastectomy yang adekuat.
Secara makroskopis, tumor ini berbatas tegas, kenyal, dan berwarna keabu-abuan.
f) Papillary carcinoma
Angka kejadiannya kurang dari 2 % dari seluruh Ca mammae, sering
ditemukan pada usia 70-an, dan mempunyai 5 year survival rate terbaik. Lesi
biasanya kecil, jarang melebihi 2-3 cm dan berbatas tegas. Dapat timbul nekrosis,
perdarahan sentral, dan menghasilkan sekret yang keluar dari papilla.
g) Tubular carcinoma
Merupakan suatu lesi yang berasal dari ductus, berdiferensiasi baik, yang
digambarkan membentuk tubulus. Ca ini merupakan 2 % dari semua Ca mammae.
22
VI.
FAKTOR RISIKO
VII.
TANDA GEJALA
Kanker payudara awal biasanya asimtomatis. Biasanya pasien datang dengan
keluhan:
Selain itu ada juga gejala-gejala lain yang dapat menunjang kanker payudara,
yaitu
Nyeri tulang
VIII.
DIAGNOSIS
A. Inspeksi
Ahli bedah akan melakukan inspeksi pada payudara wanita. Simetri, ukuran
dan bentuk payudara dinilai, adanya edema (peau dorange), retraksi papilla
mammae, eritema.
B. Palpasi
Sebagai bagian dari pemeriksaan fisik, payudara dipalpasi secara hati-hati.
Pemeriksaan pasien dalam posisi berbaring merupakan posisi yang terbaik. Ahli
bedah akan melakukan palpasi secara lembut dari sisi ipsilateral, memeriksa seluruh
kuadran payudara dari sternum bagian lateral sampai m. Latissimus dorsi, dan dari
clavicula inferior sampai rectus bagian atas. Secara sistematis mencari pembesaran
KGB.
24
C. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada penyakit yang terlokalisasi tidak didapatkan kelainan hasil pemeriksaan
laboratorium. Kenaikan kadar alkali fosfatase serum dapat menujukkan adanya
metastasis pada hepar. Pada keganasan yang lanjut dapat terjadi hiperkalemia.
Pemeriksaan laboratorium lain meliputi:
BRCA1 pada kromosom 17q (tahun 1990 oleh Mary Claire King- didukung
ole The Breast Cancer Linkage Consortium) dari BRCA2 dari kromosom
13.
2. Radiologi
Mammografi
25
USG (Ultrasonografi)
Dengan USG selain dapat membedakan tumor padat atau kistik, juga dapat
membantu untuk membedakan suatu tumor jinak atau ganas. Ca mammae
yang klasik pada USG akan tampak gambaran suatu lesi padat, batas
ireguler, tekstur tidak homogen. Posterior dari tumor ganas mammae
terdapat suatu Shadowing. Selain itu USG juga dapat membantu staging
tumor ganas mammae dengan mencari dan mendeteksi penyebaran lokal
(infiltrasi) atau metastasis ke tempat lain, antara lain ke KGB regional atau
ke organ lainnya (misalnya hepar). Ultrasonography juga digunakan sebagai
penuntun untuk melakykan fine-needle aspiration biopsy, core needle
biopsy.
26
IX.
PENATALAKSANAAN
Untuk stadium 0 atau Carcinoma in situ, terapi ini bertujuan untuk mencegah
atau sebagai diteksi tahap awal terhadap carcinoma invasi. Untuk LCIS dilakukan
tidakan bilateral masektomi total atau chemoprevention tamofixen. Untuk DCIS
masectomi masi merupakan gold standar dari tindakan, biasanya dilakukan apabila
kanker berukuran > 4cm atau berada di >1 kuadran. Selain itu untuk DCIS bisa
dilakukan lumpectomy dengan terapi radiasi, atau dilakukan lumpectomy saja, atau
pemberian tamoxifen
Stadium I, II, III awal (stadium operable) sifat pengobatan adalah kuratif.
Pengobatan pada stadium I, II dan IIIa adalah operasi primer, terapi lainnya bersifat
adjuvant. Untuk stadium I dan II pengobatannya adalah radikal mastectomy atau
modified radikal mastectomy dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika adjuvant.
27
28
2. Total Mastectomy
Total mastectomy kadang disebut juga dengan simple mastectomy yang
mencakup operasi pengangkatan seluruh mammae, axillary tail dan fascia pectoralis.
Total mastectomy tidak mencakup diseksi axilla dan sering dikombinasi dengan
terapi radiasi post operasi. Prosedur ini didasarkan pada teori bahwa KGB merupakan
sumber suatu barrier terhadap sel-sel Ca mammae dan seharusnya tidak diangkat,
juga ada alasan bahwa terapi radiasi akan dapat menahan penyebaran sel-sel ganas
sebagai akibat trauma operasi.
3. Hormonal terapi
30-40 % Ca mammae adalah hormon dependen. Hormonal terapi adalah terapi
utama pada stadium IV disamping khemoterapi. Untuk wanita premenopause terapi
hormonal berupa terapi ablasi yaitu bilateral oophorectomy. Untuk post menopause
terapinya berupa pemberian obat anti esterogen, dan untuk 1-5 tahun menopause jenis
terapi tergantung dari aktivitas efek esterogen. Efek esterogen positif dilakukan terapi
ablasi, efek esterogen negative dilakukan pemberian obat-obatan anti esterogen.
4. Chemoterapy
Terapi ini bersifat sistemik dan bekerja pada tingkat sel. Terutama diberikan
pada Ca mammae yang sudah lanjut, bersifat paliatif, tapi dapat pula diberikan pada
Ca mammae yang sudah dilakukan mastectomy bersifat terapi adjuvant. Biasanya
diberikan kombinasi CMF (Cyclophosphamide, Methotrexate, Fluorouracil).
Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali diberikan segera setelah
pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun. Pengobatan ini
menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup penderita.
Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan kemoterapi
tunggal. Tetapi tanpa pembedahan maupun penyinaran, obat-obat tersebut tidak dapat
menyembuhkan kanker payudara.
29
Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah, luka terbuka
di mulut yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara.
Pada saat ini muntah relatif jarang terjadi karena adanya obat ondansetron. Tanpa
ondansetron, penderita akan muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3 hari setelah
kemoterapi. Berat dan lamanya muntah bervariasi, tergantung kepada jenis
kemoterapi yang digunakan dan penderita. Selama beberapa bulan, penderita juga
menjadi lebih peka terhadap infeksi dan perdarahan. Tetapi pada akhirnya efek
samping tersebut akan menghilang.
Tamoxifen adalah obat penghambat hormon yang bisa diberikan sebagai terapi
lanjutan setelah pembedahan. Tamoxifen secara kimia berhubungan dengan estrogen
dan memiliki beberapa efek yang sama dengan terapisulih hormon (misalnya
mengurangi risiko terjadinya osteoporosis dan penyakit jantung serta meningkatkan
risiko terjadinya kanker rahim). Tetapi tamoxifen tidak mengurangi hot flashes
ataupun merubah kekeringan vagina akibat menopause.
Obat penghambat hormon lebih sering diberikan kepada:
Obat tersebut sangat efektif jika diberikan kepada penderita yang berusia 40
tahun dan masih mengalami menstruasi serta menghasilkan estrogen dalam
jumlah besar atau kepada penderita yang 5 tahun lalu mengalami menopause.
Tamoxifen memiliki sedikit efek samping sehngga merupakan obat pilihan
pertama. Selain itu, untuk menghentikan pembentukan estrogen bisa
dilakukan pembedahan untuk mengangkat ovarium (indung telur) atau terapi
penyinaran untuk menghancurkan ovarium.
30
steroid)
biasanya
diberikan
pada
saat
yang
bersamaan,
karena
5. Neoadjuvant chemotherapy
Kemoterapi yang diberikan sebelum tindakan bedah ataupun terapi radiasi.
Dengan adanya terapi ini, maka ahli bedah dapat melakukan terapi bedah konservatif
pada Ca mammae stadium lanjut. Tujuan dari terapi ini adalah untuk menyusutkan
tumor yang besar sehingga dapat dilakukan bedah konservatif untuk mengangkat
tumor Tindakan bedah konservatif adalah yang dikenal dengan nama Breast
Conserving Treatment yaitu tindakan bedah dengan hanya mengangkat tumor yang
diikuti diseksi axilla dan radiasi kuratif.
7. Radiation therapy
Diberikan secara teratur selama beberapa minggu setelah dilakukan
lumpectomy atau partial mastectomy dengan tujuan untuk membunuh sel tumor yang
tersisa yang terdapat di dekat area tumor. Radiasi dilakukan tergantung dari besar
31
tumor, jumlah KGB axilla yang terkena. Kadang terapi radiasi diberikan sebelum
tindakan bedah untuk menyusutkan ukuran tumor yang besar sehingga mudah untuk
diangkat.
Terapi radiasi sangat efektif mengurangi terjadinya rekurensi Ca mammae
pada kedua mammae dan dinding thorax. Tipe terapi radiasi yang paling banyak
digunakan untuk Ca mammae adalah terapi radiasi yang diberikan dari sumber yang
berada diluar tubuh yang dikenal dengan nama external-beam radiation therapy.
Terapi radiasi juga dapat diberikan dengan cara menanamkan pil ke dalam area tumor
(internal radiation therapy).
X.
Tis
Carcinoma in situ (LCIS atau DCIS) atau pagets disease pada puting
tanpa tumor
T1
Tumor 2 cm
T1a
T1b
T1c
32
T2
T3
Tumor >5 cm
T4
T4a
T4b
T4c
T4d
Karsinoma inflammatory
N0 (i-)
N0 (i+)
N0
(mol-)
N0
(mol+)
N1
Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3 dan atau int. mammary (+) dari
biopsy
N1b
N1c
Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3 dan kel. limfe int. Mammary dengan
biopsy
33
N2
Metastasis ke kel.limfe axilla 4-9 atau int. mammary disertai klinik (+)
tanpa metastasis ke axilla
N2a
N2b
N3
N3a
N3b
Klinik int. mammary (+) 1 kel.limfe (+) atau >3 kel.limfe axilla (+)
dengan int. mammary (+) dari biopsy
N3c
M (Metastasis)
M0
M1
Tis, N0, M0
100
T1, N0, M0
100
IIA
T0, N1, M0
92
T1, N1, M0
T2, N0, M0
IIB
T2, N1, M0
81
34
STAGE TNM
T3, N0, M0
IIIA
T0, N2, M0
67
T1, N2, M0
T2, N2, M0
T3, N1, M0
T3, N2, M0
IIIB
T4, N0, M0
54
T4, N1, M0
T4, N2, M0
[]
IIIC
Semua T, N3, M0
IV
Semua T, Semua N, M1 20
35
DAFTAR PUSTAKA
Norton, Jeffry A, et al. 2000. Surgery: Basic Science and Clinical Evidence Part 2.
New York: Springer-Verlag.
Brunicardi, F. Charles, et al. 2010. Schwartzs Principles of Surgery 9th Edition. Mc
Graw Hill: United State of America.
Caslclato, Dennis A. 2000. Manual of Clinical Oncology 4th Edition. Lippincott
Williams & Wilkin: Philadelphia
Protokol Penatalaksanaan Kanker Payudara. PERABOI. 2003
Mc.Ninn. 1994. Last Anatomy: Regional and Applied 9th Edition. Longman Group:
UK
Kaufmann, Manfred, dkk. 2006. Atlas of Breast Surgery. Frankfurt : Springer
Wright, Mary Jo, et al. SurgicalTreatment of Breast Cancer. Accesed from
http://emedicine.medscape.com/article/1276001-overview#aw2aab6b5 [3 April 2014]
Swart,
Rachel.
2014.
Breast
Cancer
Screening.
Accesed
from
36