Anda di halaman 1dari 6

Pemeriksaan Penunjang

Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan radiologis dan
laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing yang bersifat radioopak
dapat dibuat rongent foto segera setelah kejadian, benda asing radiolusen dibuatkan rongentfoto
setelah 24 jam kejadian, karena sebelum 24 jam kejadian belum menunjukkan gambaran
radiologis yang berarti. Biasanya setelah 24 jam baru tampak tanda-tanda atelektasis atau
emfisema.
Video fluoroskopi merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara
keseluruhan, dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan adanya obstruksi parsial.
Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan
asam basa, serta tanda-tanda infeksi saluran napas

Penatalaksanaan
Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan tepat, perlu
diketahui dengan baik lokasi tersangkutnya benda asing tersebut. Secara prinsip benda asing di
saluran napas dapat ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dengan trauma
minimum. Umumnya penderita dengan aspirasi benda asing datang ke rumah sakit setelah
melalui fase akut, sehingga pengangkatan secara endoskopik harus dipersiapkan seoptimal
mungkin, baik dari segi alat maupun personal yang telah terlatih. Penderita dengan benda asing
di laring harus mendapat pertolongan segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya
beberapa menit.
Persiapan ekstraksi benda asing harus dilakukan sebaik-baiknya dengan tenaga medis/operator,
kesiapan alat yang lengkap. Besar dan bentuk benda asing harus diketahui dan mengusahakan
duplikat benda asing serta cunam yang sesuai benda asing yang akan dikeluarkan. Benda asing
yang tajam harus dilindungi dengan memasukkan benda tersebut ke dalam lumen bronkoskop.
Bila benda asing tidak dapat masuk ke lumen alat maka benda asing kita tarik secara bersamaan
dengan bronkoskop.
Di Instalasi Gawat Darurat, terapi suportif awal termasuk pemberian oksigen, monitor jantung
dan pulse oxymetri dan pemasangan IV dapat dilakukan. Bronkoskopi merupakan terapi pilihan
untuk kasus aspirasi. Pemberian steroid dan antibiotik preoperatif dapat mengurangi komplikasi
seperti edema saluran napas dan infeksi. Metilprednisolon 2 mg/kg IV dan antibiotik spektrum
luas yang cukup mencakupStreptokokus hemolitik dan Staphylococcus aureus dapat
dipertimbangkan sebelum tindakan bronkoskopi.
Riwayat, pemeriksaan fisik dan radiologi sering menunjukkan dugaan benda asing saluran napas
tanpa diagnosis pasti. Pada keadaan ini harus dibuktikan adanya benda asing secara endoskopi

untuk menyingkirkan dari diagnosis diferensial. Keterlambatan mengeluarkan benda asing akan
menambah tingkat kesulitan terutama pada anak, tetapi ahli endoskopi menyatakan walaupun
bronkoskopi harus dilakukan pada waktu yang tepat dan cepat untuk mengurangi risiko
komplikasi terapi tidak harus dilakukan terburu-buru tanpa persiapan yang baik dan hati-hati.
Penatalaksanaan dan teknik ekstraksi benda asing harus dinilai kasus per kasus sebelum tindakan
ekstraksi.
Bronkoskopi
Prinsip penanganan benda asing di saluran napas adalah mengeluarkan benda asing tersebut
dengan segera dalam kondisi paling maksimal dan trauma paling minimal. Penentuan cara
pengambilan benda asing dipengaruhi oleh faktor misalnya umur penderita, keadaan umum,
lokasi dan jenis benda asing, tajam atau tidaknya benda asing dan lamanya benda asing berada di
saluran napas. Sebenarnya tidak ada kontraindikasi absolut untuk tindakan bronkoskopi, selama
hal itu merupakan tindakan untuk menyelamatkan nyawa (life saving). Pada keadaan tertentu
dimana telah terjadi komplikasi radang saluran napas akut, tindakan dapat ditunda sementara
dilakukan pengobatan medikamentosa untuk mengatasi infeksi. Pada aspirasi benda asing
organik yang dalam waktu singkat dapat menyebabkan sumbatan total, maka harus segera
dilakukan bronkoskopi, bahkan jika perlu tanpa anestesi umum.
Penatalaksanaan Bronkoskopi
Benda asing di bronkus dapat dikeluarkan dengan bronkoskopi kaku maupun bronkoskopi
serat optik. Pada bayi dan anak-anak sebaiknya digunakan bronkoskopi kaku untuk
mempertahankan jalan napas dan pemberian oksigen yang adekuat, karena diameter jalan napas
pada bayi dan anak-anak sempit. Pada orang dewasa dapat dipergunakan bronkoskop kaku atau
serat optik, tergantung kasus yang dihadapi. Ukuran alat yang dipakai juga menentukan
keberhasilan tindakan. Keterampilan operator dalam bidang endoskopi juga berperan dalam
penentuan pelaksanaan tindakan bronkoskopi.
Bronkoskop kaku mempunyai keuntungan antara lain ukurannya lebih besar variasi cunam
lebih banyak, mempunyai kemampuan untuk mengekstraksi benda asing tajam dan kemampuan
untuk dilakukan ventilasi yang adekuat. Selain keuntungan di atas, penggunaan bronkoskop kaku
juga mempunyai kendala yaitu tidak bisa untuk mengambil benda asing di distal, dapat
menyebabkan patahnya gigi geligi, edema subglotik, trauma mukosa, perforasi bronkus dan
perdarahan. Pada pemakaian teleskop maupun cunam penting diperhatikan bahwa ruang untuk
pernapasan menjadi sangat berkurang, sehingga lama penggunaan alat-alat ini harus dibatasi
sesingkat mungkin. Bronkoskop serat optik dapat digunakan untuk orang dewasa dengan benda
asing kecil yang terletak di distal, penderita dengan ventilasi mekanik, trauma kepala, trauma
servikal dan rahang.
Beberapa faktor penyulit mungkin dijumpai dan dapat menimbulkan kegagalan bronkoskopi
antara lain adalah faktor penderita, saat dan waktu melakukan bronkoskopi, alat, cara

mengeluarkan benda asing, kemampuan tenaga medis dan para medis, dan jenis anestesia. Sering
bronkoskopi pada bayi dan anak kecil terdapat beberapa kesulitan yang jarang dijumpai pada
orang dewasa, karena lapisan submukosa yang longgar di daerah subglotik menyebabkan lebih
mudah terjadi edema akibat trauma. Keadaan umum anak capet menurun, dan cepat terjadi
dehidrasi dan renjatan. Demam menyebabkan perubahan metabolisme, termasuk pemakaian
oksigen dan metabolisme jaringan, vasokontriksi umum dan perfusi jaringan terganggu. Adanya
benda asing di saluran napas akan mengganggu proses respirasi, sehingga benda asing tersebut
harus segera dikeluarkan.
Pemberian kortikosteroid dan bronkodilator dapat mengurangi edema laring dan
bronkospasme pascatindakan bronkoskopi. Pada penderita dengan keadaaan sakit berat, maka
sambil menunggu tindakan keadaan umum dapat diperbaiki terlebih dahulu, misalnya: rehidrasi,
memperbaiki gangguan keseimbangan asam basa, dan pemberian antibiotika. Keterlambatan
diagnosis dapat terjadi akibat kurangnya pengetahuan dan kewaspadaan penderita maupun orang
tua mengenai riwayat tersedak sehingga menimbulkan keterlambatan penanganan.
Kesulitan mengeluarkan benda asing saluran napas meningkat sebanding dengan lama
kejadian sejak aspirasi benda asing. Pada benda asing yang telah lama berada di dalam saluran
napas atau benda asing organik, maka mukosa yang menjadi edema dapat menutupi benda asing
dan lumen bronkus, selain itu bila telah terjadi pembentukkan jaringan granulasi dan striktur
maka benda asing menjadi susah terlihat.
Cara lain untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total ialah
dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat dilakukan pada anak maupun
dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing yang masuk ke dalam laring ialah pada saat
inspirasi. Dengan demikian paru penuh dengan udara, diibaratkan sebagai botol plastik yang
tertutup, dengan menekan botol itu, maka sumbatnya akan terlempar keluar.
Komplikasi perasat Heimlich adalah kemungkinan terjadinya ruptur lambung atau hati dan
fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya tidak dengan
menggunakan kepalan tangan tetapi cukup dengan dua buah jari kiri dan kanan. Pada sumbatan
benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak dapat digunakan. Dalam hal ini penderita
dapat dibawa ke rumah sakit terdekat yang memiliki fasilitas endoskopik berupa laringoskop dan
bronkoskop.
1)

PUKULAN DAN HENTAKAN UNTUK SUMBATAN BENDA ASING

Pada penderita sadar yang mengalami aspirasi sehingga menyebabkan sumbatan partial
sebaiknya penderita disuruh batuk dan meludahkannya. Pada penderita yang mengalami
sumbatan total baik penderitanya sadar ataupun tidak apalagi sianosis, maka segera lakukan
tindakan yang mungkin masih efektif dan dibenarkan.
Langkah-langkah untuk pukulan dan hentakan yang dianjurkan:

Pada penderita sadar:


1.
Penderita disuruh membatukkan keluar benda asing tersebut. Bila dalam beberapa detik
tindakan tersebut gagal, suruh penderita membuka mulut, dan bila penderita tidak sadar, buka
mulutnya secara paksa, dan segera bersihkan mulut dan faringnya dengan jari. Kalau keadaan
memungkinkan kita menggunakan laringoskop dan forsep Magill untuk mengeluarkan benda
asing tersebut.
2.
Bila cara no.1 gagal, maka pada penderita sadar: Lakukan tiga sampai empat kali pukulan
punggung diikuti tiga sampai lima kali hentakan abdomen atau dada dan ulangi usaha-usaha
pembersihan.
Pada penderita tidak sadar:
Penderita diletakkan pada posisi horizontal dan usahakan ventilasi paru. Jika tindakan ini gagal,
maka lakukan pukulan punggung sebanyak 3-5 kali, diikuti 3-5 kali hentakan abdomen atau
hentakan dada. Ulangi usaha pembersihan dan ventilasi. Jika tindakan tersebut juga mengalami
kegagalan, maka ulangi urutan ventilasi, pukulan punggung, hentakan dada, penyapuan dengan
jari sampai penolong berhasil memberi ventilasi atau sampai perlengkapan untuk mengeluarkan
benda asing dari jalan nafas secara langsung tiba. Selama melakukan tindakan-tindakan tersebut
diatas periksa denyut nadi pembuluh darah besar, bila tidak teraba, segera lakukan Resusitasi
Jantung Paru.
3.
Tindakan terakhir yang masih dapat kita lakukan adalah, krikotirotomi, dan ini hanya dapat
dilakukan oleh tenaga terlatih.
Gambar 2.3 Back Blow pada Pasien Sadar

2)
CARA-CARA MELAKUKAN PEMUKULAN PUNGGUNG DAN HENTAKAN
ABDOMEN
Untuk pukulan punggung (A) lakukan 3 sampai 5 kali pukulan dengan pangkal telapak
tangan diatas tulang belakang korban diantara kedua tulang belikatnya. Jika mungkin rendahkan
kepala dibawah dadanya untuk memanfaatkan gravitasi.
Untuk hentakan abdomen (B) berdirilah di belakang penderita, lingkarkan kedua lengan
penolong mengitari pinggang penderita, pergelangan atau kepalan tangan penolong berpegangan
satu sama lain, letakkan kedua tangan penolong pada abdomen antara pusat dan prosesus
sifoideus penderita dan kepalan tangan penolong menekan ke arah abdomen dengan hentakan
cepat. Ulangi 3 sampai 5 kali. Hindari prosesus sofoideus. Hentakan dada diatas sternum bawah
kurang menimbulkan bahaya, lebih-lebih pada wanita hamil atau gemuk.
Gambar 2.4 Heimlich Abdominal Trust pada Pasien Sadar

3)
CARA-CARA PUKULAN PUNGGUNG (A) DAN HENTAKAN ABDOMEN (B)
UNTUK SUMBATAN BENDA ASING PADA KORBAN BERBARING YANG TIDAK
SADAR
Untuk pukulan punggung (A) gulirkan penderita pada sisinya sehingga menghadap penolong,
dengan dadanya bertumpu pada lutut penolong, berikan 3 sampai 5 kali pukulan tajam dengan
pangkal telapak tangan penolong diatas tulang belakang penderita, diantara kedua tulang belikat.
Untuk hentakan abdomen (B) letakkan penderita telentang (muka menghadap ke atas), penolong
berlutut disamping abdomen penderita atau mengangkanginya. Penolong meletakkan tangan
diatas tangan lainnya, dengan pangkal telapak tangan sebelah bawah digaris tengah antara pusat
dan prosesus sifoideus penderita. Miringkan sehingga bahu penolong berada diatas abdomen
penderita dan tekan ke arah diafragma dengan hentakan cepat ke dalam dan keatas. Jangan
menekan ke arah kiri atau kanan garis tengah. Jika perlu ulangi 3 sampai 5 kali.
Gambar 2.5 Heimlich Abdominal Trust pada Pasien tidak Sadar
4)

PUKULAN PUNGGUNG PADA BAYI DAN ANAK KECIL

Peganglah anak dengan muka kebawah, topanglah dagu dan leher dengan lutut dan satu tangan
penolong kemudian lakukan pemukulan pada punggung secara lembut antara kedua tulang
belikat bayi. Pada tindakan hentakan dada, letakkan bayi dengan muka menghadap keatas pada
lengan bawah penolong, rendahkan kepala dan berikan hentakan dada secara lambat dengan dua
atau tiga jari seperti kalau kita melakukan kompresi jantung luar. Jika jalan nafas anak hanya
tersumbat partial, anak masih sadar serta dapat bernafas dalam posisi tegak, maka sebaiknya
tindakan dikerjakan dengan peralatan yang lebih lengkap, bahkan mungkin menggunakan
tindakan anestesi. Tindakan hentakan abdomen jangan dilakukan pada bayi dan anak kecil.
5)

MEMBERSIHKAN JALAN NAFAS

Membersihkan jalan nafas ada dua cara :


a.

Dengan manual

b.

Dengan penghisapan

Penghisapan benda asing dari jalan anfas ada dua cara:


1.
Penghisapan benda asing dari daerah faring, hendaknya menggunakan penghisapan
dengan tekanan negatif yang besar.
2.
Penghisapan benda asing dari daerah trakheobronkus, hendaknya menggunakan
penghisap dengan tekanan negatif yang lebih kecil, karena kalau terlalu besar dapat
menyebabkan paru kolaps, sehingga paru dapat cedera dan penderita dapat mengalami asfiksi.

Untuk penghisapan di daerah trakheobronkus dan nasofaring sebaiknya menggunakan kateter


dengan ujung lengkung dan lunak yang diberi jelly mulai dari ujung kateter sampai hampir
seluruh kateter. Ujung yang lengkung tersebut memungkinkan kateter dapat dimasukkan ke
dalam salah satu bronkus utama, sedangkan kalau kita menggunakan kateter yang lurus biasanya
masuk ke bronkus kanan. Kalau kita ingin memasukkan kateter kedalam bronkus utama kiri
sebaiknya kepala penderita dimiringkan ke kanan. Diameter kateter seharusnya kurang dari
setengah diameter pipa trakea.

Anda mungkin juga menyukai