Anda di halaman 1dari 43

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

LAPORAN KASUS

“LOW BACK PAIN PADA LANSIA”

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Departemen Saraf

Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Pembimbing:
dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, Msc

Disusun Oleh:
Septiaji Wito Hartono
1910221045

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU SARAF


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA

2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

Low Back Pain (LBP) Pada Lansia

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Departemen Saraf
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Disusun Oleh:
Septiaji Wito hartono
1910221045

Telah Disetujui Oleh Pembimbing:

dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan, Sp.S, Msc


Tanggal: Februari 2020

2
BAB I

LAPORAN DAN DISKUSI KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. W
Umur : 90 thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Sawur 7/3 terban pabelan Kab. Semarang
No. CM : 18xxxx-20xx
Tanggal masuk RS : 29 Januari 2020 pukul 20.45 pasien rawat inap Bangsal Anyelir

Tanggal keluar RS : 04 Februari 2020

B. Data Dasar
Diperoleh dari pasien (autoanamnesis) dan keluarga pasien (autoaloanamnesa),
dilakukan pada tanggal 03 Februari 2020 pukul 10.45 WIB di bangsal Anyelir.

C. Keluhan Utama
Nyeri punggung bawah

D. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RSUD Ambarawa dengan keluhan nyeri pinggang sejak 1
tahun yang lalu, keluhan semakin memberat sejak ±2 minggu. Awalnya keluarga pasien
mengatakan nyeri pinggang tersebut timbul akibat pasien mengangkat jemuran 1
keranjang. Dalam 1 tahun itu, keluarga pasien mengatakan, selama 8 bulan terakhir
pasien hanya rutin untuk meminum jamu jamuan (kunci mas) untuk meredakan rasa
nyerinya, 3 bulan terakhir ini pasien juga sempat di bawa ke dokter spesialis saraf di
daerah salatiga sebanyak 2 kali dan di berikan obat suntik dan obat pulang untuk

3
mengobati rasa nyerinya. Dalam pengobatan keduanya, keluarga pasien mengatakan
merasa tidak cocok karena obat yang di berikan tidak memperbaiki gejala nyeri
punggungnya, keluarga pasien juga mengatakan tidak terjadi efek samping dari
pemberian obat tersebut.
Keluhan dirasakan terutama pada pinggang kiri dan nyeri menjalar ke
ekstremitas kiri bawah sampai pada telapak kaki kiri. Nyeri dirasakan hilang timbul,
nyeri punggung bawah dirasakan seperti sensasi diremas dan berdenyut. Keluhan timbul
±3 kali dalam satu minggu. Biasanya nyeri timbul saat pasien melakukan aktivitas
sehari-hari, seperti memasak, beribadah, mengasuh dan bermain dengan cucu nya. Bila
nyeri mulai terasa, biasanya pasien berbaring untuk beristirahat ataupun meminta salah
satu anggota keluarga untuk meminta memijatnya dan rasa nyeri pun berkurang. Skala
nyeri punggung bawah pasien berada di angka 7 dari 10.
Nyeri dari leher dan punggung atas disangkal. Tidak ada nyeri ketika batuk atau
mengejan. Pasein juga menyangkal adanya pusing, mual ataupun muntah. Rasa
kesemutan dan kelemahan di ekstremitas bawah disangkal. BAB dan BAK lancar.
Keluhan pipis berpasir, mengedan saat ingin mengeluarkan air pipis, dan anyang-
anyangan disangkal.

E. Riwayat Pengobatan
Pasien sempat meminum jamu (kunci mas) dan di bawa ke dokter spesialis saraf untuk
mengatasi nyerinya, tetapi tidak membaik

F. Riwayat Penyakit Dahulu


Keluarga pasien mengatakan 5 tahun yang lalu pasien pernah sempat mengalami
terjatuh saat bekerja mengangkut batu menggunakan keranjang panggul, dan
menyebabkan kaki bagian sebelah kiri terluka sehingga membuat pasien memutuskan
untuk berhenti bekerja, pasien juga sempat menjalani operasi untuk menyembuhkan
lukanya.
Keluarga mengakui bahwa pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan
riwayat DM. keluarga mengatakan bahwa hipertensi terjadi ketika pasien sedang dalam

4
keadaan banyak pikiran, saat hipertensi dan gula darahnya tinggi, pasien melakukan
pengobatan di bidan desa.
Riwayat sakit serupa sebelumnya : diakui
Riwayat hipertensi : diakui
Riwayat DM : diakui
Riwayat penyakit paru : disangkal
Riwayat penyakit gastrointestinal : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat patah tulang yang menyebabkan disabilitas : disangkal

G. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat hipertensi, DM : disangkal

H. Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi


Sebelumnya pasien sempat bekerja sebagai pengangkat batu dan penjual pisang
di pasar menggunakan keranjang panggul, pasien mulai melakukan aktivitasnya pada
pukul 06:00 sampai pukul 14:00. setelah selesai bekerja, pasien pulang dan melajutkan
aktivitas di rumah seperti memasak, mencuci, dan beribadah. Sampai pada akhirnya, ±5
tahun yang lalu pasien memutuskan untuk berhenti bekerja dikarenakan pasien
mengalami kecelakaan saat bekerja yaitu terjatuh dan membuat kaki bagian kiri
mengalami luka. Saat sudah mulai tidak aktif bekerja, pasien lebih banyak melakukan
aktifitas di rumah, dan pada saat ±1 tahun terakhir ini pasien sering mengeluh nyeri
pinggang yang menjalar ke kaki, nyeri pinggang tersebut semakin memburuk ±2 minggu
SMRS.
Sehari-harinya frekuensi makan pasien 3x/hari. Menu makanan pasien seperti
nasi, tempe/tahu, telur dan sayur-sayuran. Pasien jarang makan ayam atau daging. Setiap
harinya pasien minum air putih sebanyak ±8 gelas. Pasien tidak mempunyai kebiasaan
merokok diakui. Pasien mengaku jarang berolahraga.

5
I. Anamnesis Sistem
Sistem serebrospinal : cephalgia (-)
Sistem kardiovaskuler : tidak ada keluhan
Sistem respiratorius : sesak napas (-)
Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan
Sistem neurologis : rasa kesemutan di ektstremitas (-), nyeri menjalar ke
ekstremitas bawah (+)
Sistem integument : tidak ada keluhan
Sistem muskuloskeletal : nyeri di punggung bawah (+), nyeri di paha sampai ke telapak
kaki (+)
Sistem urogenital : nyeri saat BAK (-), kencing berpasir (-), harus mengejan saat
ingin BAK (-)
J. Resume Anamnesis
Pasien datang ke IGD RSUD Ambarawa dengan keluhan nyeri pinggang sejak 1
tahun yang lalu, keluhan semakin memberat sejak ±2 minggu. Nyeri dirasakan di
punggung bawah dan di bokong. Keluhan dirasakan terutama pada pinggang kiri dan
nyeri menjalar ke ekstremitas kiri bawah sampai pada telapak kaki kiri. Nyeri dirasakan
hilang timbul, nyeri punggung bawah dirasakan seperti sensasi diremas dan berdenyut.
Keluhan timbul ±3 kali dalam satu minggu. Biasanya nyeri timbul saat pasien melakukan
aktivitas sehari-hari, seperti memasak, beribadah, mengasuh dan bermain dengan cucu
nya.
Bila nyeri mulai terasa, biasanya pasien berbaring untuk beristirahat ataupun
meminta salah satu anggota keluarga untuk meminta memijatnya dan rasa nyeri pun
berkurang. Skala nyeri punggung bawah pasien berada di angka 7 dari 10. Nyeri dari
leher dan punggung atas disangkal. Tidak ada nyeri ketika batuk atau mengejan. Pasein
juga menyangkal adanya pusing, mual ataupun muntah. Rasa kesemutan dan kelemahan
di ekstremitas bawah disangkal. BAB dan BAK lancar. Keluhan pipis berpasir, mengedan
saat ingin mengeluarkan air pipis, dan anyang-anyangan disangkal.
Keluarga pasien mengatakan 5 tahun yang lalu pasien pernah sempat mengalami
terjatuh saat bekerja mengangkut batu menggunakan keranjang panggul, dan
menyebabkan kaki bagian sebelah kiri terluka sehingga membuat pasien memutuskan

6
untuk berhenti bekerja, pasien juga sempat menjalani operasi untuk menyembuhkan
lukanya.
Keluarga pasien juga mengatakan, bahwa pasien pernah mengalami nyeri
punggung sejak 1 tahun yang lalu, selama 8 bulan terakhir pasien hanya rutin untuk
meminum jamu jamuan (kunci mas) untuk meredakan rasa nyerinya, 3 bulan terakhir ini
pasien juga sempat di bawa ke dokter spesialis saraf sebanyak 2 kali dan di berikan obat
suntik dan obat pulang untuk mengobati rasa nyerinya.
Pasien sekarang sudah tidak bekerja, dan hanya melakukan aktifitas di dalam
rumah yaitu seperti memasak, beribadah dan memomong cucu. Setiap hari pasien makan
3x/hari. Menu makan pasien berupa nasi, protein nabati, dan sayur. Pasien cukup
mendapatkan asupan cairan, yaitu ± 8 gelas/hari

K. Diagnosis Sementara
Diagnosis Klinis : Nyeri pinggang kiri yang menjalar ke telapak kaki kiri
Diagnosis topis : Radiks n ischiadicus
Diagnosis etiologis : Ischialgia ;dd Non Spesifik LBP

L. Diskusi
Didapatkan pasien perempuan usia 90 tahun merasa nyeri punggung bawah dan
menjalar ke sampai telapak kaki. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP)
adalah nyeri dan rasa tidak nyaman di daerah punggung atara sudut bawah kosta (tulang
rusuk) sampa lumbosacral (tulang ekor). Nyeri dirasakan sejak ±1 tahun yang dirasakan
memberat pada ± 2 minggu SMRS. Nyeri yang dirasakan pasien bersifat kronik. Menurut
IASP, dikatakan nyeri kronik apabila terjadi selama lebih dari 3 bulan. Nyeri lebih
dirasakan pada punggung bawah sebelah kiri. Nyeri timbul setelah pasien melakukan
aktivitas di rumah seperti memasak, memomong cucu dan beribadah. Sebelumnya (5
tahun yang lalu) pasien aktif bekerja sebagai pengangkut batu dan menjual pisang
menggunakan pikulan. Aktivitas saat bekerja yang dilakukan pasien termasuk dalam
aktivitas berat yang membebankan tulang belakang. Kebanyakan kasus LBP terjadi
dengan adanya pemicu seperti kerja berlebihan, penggunaan kekuatan otot berlebihan,
ketegangan otot, cedera otot, ligament, maupun diskus yang menyokong tulang belakang.

7
Bila rasa nyeri timbul, pasien memilih untuk beristirahat dan tidur. Hal ini menunjukan
bahwa kontraksi dari otot dapat mempengaruhi rasa nyeri tersebut sehingga pasien lebih
nyaman tiduran saja.
Jika ditinjau dari jenisnya, nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri nosiseptif,
neurogenik, dan psikogenik. Nyeri nosiseptif timbul karena adanya kerusakan pada
jaringan somatik atau viseral sedangan nyeri neurogenik disebabkan oleh cedera pada
jalur serat saraf perifer. Keluhan nyeri pinggang yang menjalar sampai tungkai bawah,
hal ini menujukan adanya suatu kerusakan pada sistem saraf yang dapat menyebakan
fungsi motorik terganggu. Kemudian keluhan kaki kesemutan disangkal sehingga nyeri
yang terjadi tidak menimbulkan gangguan pada sistem sensorik.
Low back pain dibagi menjadi dua yaitu spesifik dan non spesifik, low back pain
spesifik terjadi bila nyeri punggung melibatkan kerusakan tulang belakang dan saraf,
sedangkan low back pain non spesifik jika nyeri punggung yang terjadi tidak melibatkan
saraf atau sumber nyeri berasal dari organ viseral.
Riwayat BAB dan BAK normal, menandakan keluhan yang dialami tidak
mengganggu fungsi vegetatif pasien. Setiap hari pasien makan 3x/hari. Menu makan
pasien berupa nasi, protein nabati, dan sayur. Dalam sehari rata-rata pasien minum air
putih sebanyak ±8 gelas/ hari. Menurut pedoman gizi seimbang Kemenkes, anjuran
minum air putih setiap hari sebanyak 8 gelas/hari atau setara dengan 2 liter/hari.

Low Back Pain (LBP)


a. Definisi
LBP adalah suatu sindroma klinis dengan manifestasi berupa nyeri dan rasa tidak
nyaman di daerah belakang tubuh dengan batas tulang costae 12 hingga lipatan glutea
dengan atau tanpa disertai penjalaran ke tungkai.
Nyeri juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal
paha. LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan
muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. LBP
merupakan gangguan musculoskeletal terkait kerja yang biasa ditemukan dan secara
ekonomi menghabiskan biaya tinggi, perlu investigasi yang mendetail. Nyeri yang
dirasakan bisa tumpul atau tajam, tersebar atau terlokalisir. Bila nyeri bersifat akut

8
dan berat disebut lumbago. Bila nyeri menjalar ke pantat sampai paha belakang dan
kaki disebut sciatica.

b. Klasifikasi Low Back Pain (LBP)


Banyak klasifikasi nyeri punggung bawah ditemukan dalam literatur, tetapi
tidak ada yang benar benar memuaskan. Masing- masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Ada yang berdasarkan struktur anatomis (nyeri pinggang primer,
sekunder, referal dan psikosomatik), ada yang berdasarkan sumber rasa nyeri
(viserogenik, neurogenik, vaskulogenik, spondilogenik dan psikogenik), berdasarkan
lama penyakitnya (akut, sub akut, kronis), berdasarkan etiologinya (spesifik dan non
spesifik).
Klasifikasi Berdasarkan Sumber Rasa Nyeri
Sementara klasifikasi sumber nyeri pinggang bawah dapat dibagi atas
beberapa jenis yaitu:
a) Viserogenik
Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber oleh adanya kelainan
pada organ dalam (viseral) seperti gangguan ginjal, usus, dan lain-lain.
b) Neurogenik
Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya penekanan pada
saraf punggung bawah.
c) Vaskulogenik
Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya gangguan
vaskuler disekitar punggung bawah.
d) Spondilogenik
Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya gangguan pada
struktur tulang maupun persendian tulang punggung bawah.
e) Psikogenik
Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya
gangguan psikologis pasien.
Klasifikasi menurut Onset
a) Akut low back pain

9
Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba
dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa
minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat
disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa
nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak
jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih
serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri.
Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat
dan pemakaian analgesik.

b) Chronic Low Back Pain


Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa
nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki
onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain
dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus
intervertebralis dan tumor.

c. Penyebab Low Back Pain (LBP)


Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya LBP, antara lain:
1. Kelainan Tulang Punggung (Spine) Sejak Lahir
Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Kelainan-kelainan
kondisi tulang vertebra tersebut dapat berupa tulang vertebra hanya setengah
bagian karena tidak lengkap pada saat lahir. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya
low back pain yang disertai dengan scoliosis ringan.
Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat menjadi
satu, namun keadaan ini tidak menimbulkan nyeri. Terdapat lubang di tulang
vertebra dibagian bawah karena tidak melekatnya lamina dan keadaan ini dikenal
dengan Spina Bifida. Penyakit spina bifida dapat menyebabkan gejala
gejala berat sepert club foot, rudi mentair foof, kelayuan pada kaki, dan
sebagainya. namun jika lubang tersebut kecil, tidak akan menimbulkan keluhan.
Beberapa jenis kelainan tulang punggung (spine) sejak lahir adalah:

10
a) Penyakit Spondylisthesis
Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan korpus vertebrae,
dimana arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebrae (Bimariotejo,
2009). Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi, namun ketika berumur 35
tahun baru menimbulkan nyeri akibat kelinan-kelainan degeneratif. Nyeri
pinggang ini berkurang atau hilang bila penderita duduk atau tidur dan akan
bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan.
b) Penyakit Kissing Spine
Penyakit ini disebabkan karena dua tau lebih processus spinosus
bersentuhan. Keadan ini bisa menimbulkan gejala dan tidak. Gejala yang
ditimbulkan adalah low back pain. Penyakit ini hanya bisa diketahui dengan
pemeriksaan X-ray dengan posisi lateral.
c) Sacralisasi Vertebrae Lumbal Ke V
Penyakit ini disebabkan karena processus transversus dari vertebra lumbal
ke V melekat atau menyentuh os sacrum dan/atau os ileum.

2. Low Back Pain karena Trauma

Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP. Pada


orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan menggunakan otot atau
melakukan aktivitas dengan beban yang berat dapat menderita nyeri pinggang
bawah yang akut.
Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan
kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan
terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot
cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun
pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis agar tidak
mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut. Secara patologis anatomis, pada low
back pain yang disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan,
seperti:
a) Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca

11
Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri pada
os sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk dan
saat posisi supine. Pada pemerikasaan, lassague symptom positif dan
pergerakan kaki pada hip joint terbatas.
b) Perubahan pada sendi Lumba Sacral
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan sacrum,
dan dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat
menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan
dapat menyebabkan keterbatasan gerak.

3. Low Back Pain karena Perubahan Jaringan


Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan
pada tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada
daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan
anggota bagian tubuh lain.
Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabkan oleh perubahan
jaringan antara lain:

a) Osteoartritis (Spondylosis Deformans)


Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot- ototnya
juga menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan terjadi nya
kekakuan pada otot atau sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang
antar tulang vetebra yang menyebabkan tulang belakang menjadi tidak
fleksibel seperti saat usia muda. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang
belakang hingga ke pinggang.
b) Penyakit Fibrositis
Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit ini ditandai
dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri
memberat saat beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan.
c) Penyakit Infeksi

12
Infeksi pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan
oleh bakteri dan infesi kronis, disebabkan oleh bakteri tuberculosis. Infeksi
kronis ditandai dengan pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam
serta kelelahan.

4. Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat


Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat
mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi
pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum
dan sebagainya. Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan duduk
dalam waktu yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya LBP.
Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan terjadinya
penekanan pada tulang belakang akibat penumpukan lemak, kelainan postur tubuh
dan kelemahan otot.

d. Faktor Resiko Low Back Pain (LBP)


1) Usia
Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur dekade kedua dan
insiden tertinggi dijumpai pada dekade kelima. Bahkan keluhan nyeri pinggang
ini semakin lama semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.
2) Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan nyeri
pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin
seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada
wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus
menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan
tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan
terjadinya nyeri pinggang.
3) Status Antropometri

13
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih resiko timbulnya nyeri
pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan
meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.

4) Pekerjaan
Faktor resiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot rangka
terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang,
gerakan berulang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, getaran, dan kerja statis.
5) Aktivitas / olahraga
Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi
yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran
yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau
seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu
menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau
menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak
menopang tulang belakang. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik
daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban
dari posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi
yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu.
Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasaan, beberapa
aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam
dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang monoton lebih dari
2 jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari 10 anak tangga dalam sehari,
berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat pula meningkatkan resiko timbulnya
nyeri pinggang.
6) Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok, diduga karena perokok memiliki kecenderungan untuk
mengalami gangguan pada peredaran darahnya, termasuk ke tulang belakang.
7) Abnormalitas struktur

14
Ketidaknormalan struktur tulang belakang seperti pada skoliosis, lordosis,
maupun kifosis, merupakan faktor resiko untuk terjadinya LBP.

e. Patofisiologi nyeri pada nyeri punggung bawah


Bangunan peka nyeri
Berbagai struktur yang peka terhadap nyeri terdapat di punggung bawah.
Strukturtersebut adalah periosteum, 1/3 bangunan luar anulus fibrosus, ligamentum,
kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua strukturtersebut mengandung nosiseptor
yang peka terhadap berbagai stimulus (mekanikal, termal, kimiawi). Bila reseptor
dirangsang oleh berbagai stimulus lokal, akan dijawab dengan pengeluaran berbagai
mediator inflamasi dan substansi lainnya, yang menyebabkan timbulnya persepsi
nyeri, hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan mencegah pergerakan untuk
memungkinkan perlangsungan proses penyembuhan
Mekanisme nyeri
Aktivasi nosiseptor menyebabkan nyeri dan sensitisasi nosiseptor menyebabkan
hiperalgesia. Terdapat dua jenis hiperalgesia yaitu primer yang terjadi di daerah lesi
dan sekunder di jaringan sehat. Hiperalgesia primer dapat dibangkitkan dengan
stimulasi termal maupun mekanikal dan hiperalgesia sekunder hanya dapat
dibangkitkan mekanikal. Hiperalgesia sekunder disebabkan kemampuan neuron di
kornu dorsalis medulla spinalis memodulasi transmisi impuls neuronal. Proses
modulasi ini terjadi karena impuls yang terus-menerus menstimulasi medulla spinalis
yang berasal dari daerah lesi sehingga neuron di kornu dorsal menjadi lebih sensitive.
Dalam fenomena sensitisasi sentral ada dua fenomena yang terjadi, yaitu :
1. wind up : sensitisasi neuron kornu dorsalis terutama wide dynamic range neuron
(WDR). Proses ini sangat bergantung pada glutamate dan reseptor NMDA
2. long term potentiation (LTP) merupakan peningkatan kepekaan neuron kornu
dorsalis (sensitisasi) berlangsung lebih lama dan masih terjadi walaupun input
sudah tidak ada.
Nyeri otot sangat berperan dalam terjadinya unspesific low back pain. Beberapa
nosiseptor terdapat di jaringan lunak yang sangat peka terhadap mediator inflamasi.
Pada jaringan somatic banyak yang peka terhadap ATP terutama pada saat lesi otot.

15
Impuls dari otot sebagian dibawa oleh serabut otot tanpa myelin yang umumnya
mempunyai tetrodotoxine resistence (TTXr)-Na channel (kanal Na yang resisten
terhadap tetrodotoxine) sehingga diperlukan obat yang dapat memblok reseptor
tersebut pada pasien penderita nyeri punggung bawah.
Timbulnya nyeri spontan di neuron kornu dorsalis ditentukan oleh Nitric oxide
(NO). Jika konsentrasinya menurun dapat menyebabkan nyeri spontan yang sejalan
dengan lesi otot.
Sebagian pasien dengan lesi saraf pusat maupun tei di samping memiliki gejala
negative yang berupaparesis atau paralisis, hipestesi, atau anastesi, juga menderita
gejala positif yaitu nyeri neuropatik. Nyeri neuropatik yang ditemukan pada pasien
nyeri punggung bawah berupa penekakan radiks sarafoleh hernia nuklesus
pulposus,penyempitan kanal spinalis, pembengkakan artikulasio, fraktur mikro,
penekanan tumor dan sebagainya.
Iritasi pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Kemungkinan
pertama penekanan terjadi pada selaput pembungkus syaraf yang kaya akan
nosiseptor dari nervi nervorum yang menimbulkan nyeri inflamasi yang dirasakan di
sepanjang dermatom serabut saraf tersebut. Kemungkinan kedua penekanan sampai
serabut saraf maka ada kemungkinan terjadi gangguan keseimbangan neuron sensorik
melalui perubahan molekuler yang dapat menyebabkan aktivitas sistem saraf aferen
menjadi abnormal dengan timbulnya aktivitas ektofik yang terjadi di luar reseptor,
akumulasi saluran ion natrium di daerah lesi menyebabkan timbulnya mechano-hot-
spot yang sangat peka terhadap rangsangan mekanikal maupun termal. Hal ini
menjadi dasar pemeriksaan Laseque.

f. Diagnosis
Anamnesis
a) Letak atau lokasi nyeri, penderita diminta menunjukkan nyeri dengan setepat –
tepatnya, atau keterangan yang rinci sehingga letaknya dapat diketahui dengan
tepat.
b) Penyebaran nyeri, untuk dibedakan apakah nyeri bersifat radikular atau nyeri
acuan.

16
c) Sifat nyeri, misalnya seperti ditusuk – tusuk, disayat, mendeyut, terbakar, kemeng
yang terus – menerus, dan sebagainya.
d) Pengaruh aktivitas terhadap nyeri, apa saja kegiatan oleh penderita yang dapat
menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa sehingga penderita mempunyai sikap
tertentu untuk meredakan rasa nyeri tersebut.
e) Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh, erat kaitannya dengan aktivitas tubuh,
perlu ditanyakan posisi yang bagaimana dapat memperberat dan meredakan rasa
nyeri.
f) Riwayat Trauma, perlu dijelaskan trauma yang tak langsung kepada penderita
misalnya mendorong mobil mogok, memindahkan almari yang cukup berat,
mencabut singkong, dan sebagainya.
g) Proses terjadinya nyeri dan perkembangannya, bersifat akut, perlahan,
menyelinap sehingga penderita tidak tahu pasti kapan rasa sakit mulai timbul,
hilang timbul, makin lama makin nyeri, dan sebagainya.
h) Obat – obat analgetik yang diminum, menelusuri jenis analgetik apa saja yang
pernah diminum.
i) Kemungkinan adanya proses keganasan.
j) Riwayat menstruasi, beberapa wanita saat menstruasi akan mengalami LBP yang
cukup mengganggu pekerjaan sehari – hari. Hamil muda, dalam trimester
pertama, khususnya bagi wanita yang dapat mengalami LBP berat.
k) Kondisi mental/emosional, meskipun pada umumnya penderita akan menolak bila
kita langsung menanyakan tentang “banyak pikiran” atau “pikiran sedang ruwet”
dan sebagainya. Lebih bijaksana apabila kita menanyakan kemungkinan adanya
ketidakseimbangan mental tadi secara tidak langsung, dengan cara penderita
secara tidak sadar mau berbicara mengenai faktor stress yang menimpanya.

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri punggung
meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan neurologi
meliputi evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks.
a) Inspeksi :

17
Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan
menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu herniasi diskus.
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat
nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya
skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh
spasme otot paravertebral.
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
- Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
- Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis
lumbal, karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen
sehingga menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.
- Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi
diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal
tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di
sebelahnya (jackhammer effect).
b) Palpasi :
- Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan
suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).
- Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri
dengan menekan pada ruangan intervertebralis.
- Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (stepoff)
pada palpasi di tempat/level yang terkena.
- Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari
adanya fraktur pada vertebra.
- Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
- Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron
(UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang
berupa UMN atau LMN.

18
Pemeriksaaan Motorik
Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk
menemukan abnormalitas motoris. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
- Berjalan dengan menggunakan tumit.
- Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.
- Jongkok dan gerakan bertahan ( seperti mendorong tembok )
Pemeriksaan Sensorik
Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan perhatian dari
penderita dan tak jarang keliru.
Refleks
Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella, respon
dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi terjadinya lesi
pada saraf spinal.
Special Test
- Tes Lasegue:
 Mengangkat tungkai dalam keadaan
ekstensi. Positif bila pasien tidak
dapat mengangkat tungkai kurang
dari 60° dan nyeri sepanjang nervus
ischiadicus. Rasa nyeri dan
terbatasnya gerakan sering menyertai radikulopati, terutama pada
herniasi discus lumbalis/ lumbo-sacralis.
- Tes Patrick dan anti-patrick:
 Fleksi-abduksi-eksternal rotation-ekstensi sendi panggul. Positif jika
gerakan diluar kemauan terbatas, sering disertai dengan rasa nyeri. Positif
pada penyakit sendi panggul, negative pada ischialgia.

19
- Tes kernig:
 Pasien terlentang, paha difleksikan, kemudian meluruskan tungkai bawah
sejauh mungkin anpa timbul rasa nyeri yang berarti. Positif jika terdapat
spasme involunter otot semimembraneus, semitensinous, biceps femoris
yang membatasi ekstensi lutut dan timbul nyeri.
- Tes Naffziger:
 Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS akan
meningkat, akan menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, timbul
nyeri radikuler. Positif pada spondilitis.
- Tes valsava:
 Penderita disuruh mengejan kuat maka tekanan LCS akan meningkat,
hasilnya sama dengan percobaan Naffziger.
- Spasme m. psoas:
 Diperiksa pada pasien yang berbaring terlentang dan pelvis ditekan kuat –
kuat pada meja oleh sebelah tangan pemeriksa, sementara tangan lain
menggerakkan tungkai ke posisi vertical dengan lutut dalam keadaan
fleksi tegak lurus. Panggulsecara pasif mengadakan hiperekstensi ketika
pergelangan kaki diangkat. Terbatasnya gerakan ditimbulkan oleh spasme
involunter m.psoas.
- Tes Gaenselen:
 Terbatasnya fleksi lumbal secara pasif dan rasa nyeri yang diakibatkan
sering menyertai penyakit pada art. Lumbal / lumbosacral. Dengan pasien
berbaring terlentang, pemeriksa memegang salah satu ekstremitas bawah
dengan kedua belah tangan dan menggerakkan paha sampai pada posisi
fleksi maksimal. Kemudian pemeriksa menekan kuat – kuat ke bawah
kearah meja dan ke atas kearah kepala pasien, yang secara pasif
menimbulkan fleksi columna spinalis lumbalis.

20
Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah (LED),
kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.
b) Pungsi Lumbal (LP) :
LP akan normal pada fase permulaan prolaps diskus, namun belakangan akan terjadi
transudasi dari low molecular weight albumin sehingga terlihat albumin yang sedikit
meninggi sampai dua kali level normal.

c) Pemeriksaan Radiologis :
a. Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang
dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan
degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-
kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan
suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
b. CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
c. Mielografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada pasien
yang sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau dengan alat fiksasi metal.
CT mielografi dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk melihat
dengan lebih jelas ada atau tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis pada
pasien yang menjalani operasi vertebra multipel dan bila akan direncanakan
tindakan operasi terhadap stenosis foraminal dan kanal vertebralis.
d. MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah
ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang
paling terkena. MRI sangat berguna bila:
- vertebra dan level neurologis belum jelas
- kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak
- untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi

21
- kecurigaan karena infeksi atau neoplasma
Mielografi atau CT mielografi dan atau MRI adalah alat diagnostik yang
sangat berharga pada diagnosis LBP dan diperlukan oleh ahli bedah saraf atau
ortopedi untuk menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan
adakah adanya sekwester diskus yang lepas dan mengeksklusi adanya suatu
tumor. Mumenthaler (1983) menyebutkan adanya 25% false negative diskus
prolaps pada mielografi dan 10% false positive dengan akurasi 67%.
a) Elektromiografi (EMG) :
Dalam bidang neurologi, maka pemeriksaan elektrofisiologis/neurofisiologis sangat
berguna pada diagnosis sindroma radiks. Pemeriksaan EMG dilakukan untuk :
- Menentukan level dari iritasi atau kompresi radiks
- Membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer
- Membedakan adanya iritasi atau kompresi radiks
b) Elektroneurografi (ENG)
Pada elektroneurografi dilakukan stimulasi listrik pada suatu saraf perifer tertentu
sehingga kecepatan hantar saraf (KHS) motorik dan sensorik (Nerve Conduction
Velocity/NCV) dapat diukur, juga dapat dilakukan pengukuran dari refleks dengan
masa laten panjang seperti F-wave dan H-reflex. Pada gangguan radiks, biasanya
NCV normal, namun kadang-kadang bisa menurun bila telah ada kerusakan akson
dan juga bila ada neuropati secara bersamaan.

g. Diagnosis Banding Nyeri Punggung Bawah


1. Penyebab Sistemik
- aneurisme aorta abdominalis
- nephrolitiasis
- infeksi ginjal
- kelainan metabolic
- tumor
- Ankilosing spondilosis
- Sindroma Reiter
- arthritis colitis ulseravitf

22
- psoriasis arthritis
- rheumatoid arthritis
- miopati radikulopati
2. Penyebab lokal yang berbahaya
- Tumor
- infeksi ruang diskus
- abses epidural
- fraktur
- hernia diskus
- stenosis spinal
- spondilolistesis
3. Patologi lokal yang menjalar menyerupai nyeri punggung bawah
- osteoarthritis pinggang
- nekrosis aseptis kaput femoral
- trauma nervus ischiadicus
- cyclic radiating low back pain
Berdasarkan etilogi :
1. NPB mekanikal (97%) :
- lumbar strain, sprain (70%)
- proses degenerative
- stenosis spinal
- fraktur kompresi osteoporotic
- spondilolistesis
- fraktur traumatic
- spondilolisis
2. NPB nonmekanikal (1%) :
- neoplasma (multiple myeloma, dll)
- infeksi
- arthritis inflamasi
- Scheurman sisease (Osteokondrosis)
- Paget disease

23
3. Penyakit visceral (2%)
- prostatitis
- nefrolitiasis
- aneurisma aorta

h. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Low Back Pain Akut
Sebagian besar pasien dapat diatasi secara efektif dengan kombinasi dari
pemberian saran dan analgesia yang tepat. Kronisitas low back pain dapat dihindari
dengan: memperhatikan aspek psikologis gejala yang ada, menghindari pemeriksaan
yang tidak perlu dan berlebihan, menghindari penatalaksanaan yang tidak konsisten,
serta memberikan saran untuk mencegah rekurensi (seperti: menghindari
pengangkatan beban yang berat). Faktor yang berhubungan dengan hasil dan
kronisitas low back pain :
- Distress: reaksi depresif, ketidakberdayaan.
- Pemahaman tentang nyeri dan disabilitas: rasa takut dan kesalahpahaman tentang
nyeri.
- Faktor perilaku: menghindari gerakan-gerakan yang memperberat.

Penatalaksanaan Low Back Pain Kronik yang menyebabkan Disabilitas


Penelitian telah menunjukkan bahwa pengaruh terpenting dalam perkembangan
kronisitas adalah psikologikal dibandingkan dengan biomekanikal. Faktor-faktor
psikologis yang dimaksud adalah distress berat, kesalahpahaman tentang nyeri dan
implikasinya, serta penghindaran aktivitas karena takut membuat rasa nyeri
bertambah parah. Terhadap pasien-pasien yang membutuhkan penanganan rujukan
spesialis, pilihan terapinya adalah interdisciplinary pain management programme
(IPMP). Dimana difokuskan pada fungsi dibandingkan penyakit, tatalaksana
dibandingkan penyembuhan, integrasi beberapa terapi spesifik, penatalaksanaan
multidisiplin, menekankan pada metode aktif daripada pasif, dan self care daripada
hanya menerima terapi.

24
Penatalaksanaan Low Back Pain Non Spesifik
- Aktivitas: lakukan aktivitas normal. Penting untuk melanjutkan kerja seperti
biasanya.
- Tirah baring: tidak dianjurkan sebagai terapi, tetapi pada beberapa kasus dapat
dilakukan. Tirah baring 2-3 hari pertama untuk mengurangi nyeri.
- Medikasi: obat anti-nyeri diberikan dengan interval biasa dan digunakan hanya
jika diperlukan. Mulai dengan parasetamol atau NSAID. Jika tidak ada perbaikan,
coba campuran parasetamol dengan opioid. Pertimbangkan tambahan muscle
relaxant tetapi hanya untuk jangka pendek, mengingat bahaya ketergantungan.
- Olahraga : harus dievaluasi lebih lanjut jika pasien tidak kembali ke aktivitas
sehari-harinya dalam 4-6 minggu.
- Manipulasi: dipertimbangkan untuk kasuskasus yang membutuhkan obat
penghilang nyeri ekstra dan belum dapat kembali bekerja dalam 1-2 minggu.
- Terapi dan intervensi lain: belum ada penelitian mengenai terapi dengan traksi,
termis ultrasound, akupuntur, sabuk penyangga, ataupun pijatan.

Nyeri Visceral Urogenital


Nyeri viseral biasanya menjalar dan mengarah ke daerah permukaan tubuh jauh dari
tempat asal nyerinya, namun berasal dari dermatom yang sama dengan asal nyeri. Sering kali,
nyeri visceral terjadi seperti kontraksi ritmis otot polos.
Ada dua jenis nyeri yang berasal organ genito-urinarius :
1. Nyeri lokal dirasakan di atau dekat organ yang terlibat. Dengan demikian, rasa sakit
dari sakit ginjal (T10-12, L1) dirasakan di sudut costovertebral dan pinggang, di bawah
tulang rusuk ke-12.
2. Nyeri alih/ penjalaran nyeri: dimaksud berasal dari suatu organ yang sakit tetapi
merasa agak jauh dari organ tersebut.
Khas pada sakit ginjal dirasakan sebagai rasa nyeri tumpul dan konstan pada sudut
costovertebral sedikit ke lateral otot sacrospinalis dan tepat di bawah tulang rusuk ke-12.
Nyeri ini sering menyebar sepanjang daerah subkostal menuju umbilicus atau kuadran
perut bagian bawah. Ini dapat dijumpai pada penyakit ginjal menyebabkan distensi tiba-
25
tiba kapsul ginjal. Pielonefritis akut (dengan edema mendadak) dan obstruksi saluran
kemih akut (dengan tekanan balik ginjal mendadak) keduanya menyebabkan rasa sakit
yang khas.
Nyeri saluran kemih biasanya dirangsang oleh obstruksi akut (bagian dari batu
atau klot). Rangsang nyeri oleh karena distensi dari kapsul ginjal yang dibarengi dengan
nyeri kolik (akibat spasme dari ginjal, otot pelvis dan ureter) yang menjalar dari sudut
costovertebral ke arah kuadran anterior abdomen, sepanjang perjalanan ureter. Posisi
sumbatan atau sumbatan dapat diperkirakan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan
fisik. Jika batu berada di ureter bagian atas maka sifat penjalaran nyeri ke arah testis,
dikarenakan asal dari inervasinya sama dengann ginjal dan ureter proksimal (T11-12).
Pada ureter medial nyeri alih/ penjalaran dapat dirasakan pada titik Mc burney dan dapat
disangkakan dengan appendicitis, pada sisi kiri, dapat disangkakan dengan divertikulitis
pada kolon desenden atau kolon sigmoid (T12-L1). Saat batu mencapai buli, gejala yang
muncul adalah iritatif, seperti urgensi dan frekuensi, karena mulai terjadi peradangan dan
edema.
Rasa nyeri akibat batu ginjal dan saluran kemih pada umumnya bersifat kolik
dimana pada bagian tengah dari bagian belakang tubuh. Rasa nyeri yang dihasilkan oleh
batu ginjal dan saluran kemih disebabkan oleh pelebaran atau peregangan dan kejang otot
dari ginjal dan saluran kemih yang disebabkan oleh obstruksi atau sumbatan pada saluran
ginjal dan saluran kemih. Pada ureter, peningkatan gerak peristaltik dan kejang otot dapat
berkontribusi dalam timbulnya nyeri akibat batu.
Peradangan lokal, iritasi dan edema yang disebabkan oleh adanya batu di lokasi
obstruksi/sumbatan juga berkontribusi dalam timbulnya nyeri kolik melalui aktivitas
reseptor kimia dan peregangan submukosa ginjal dan saluran kemih. Nyeri kolik
tergantung pada ambang nyeri individu, persepsi, kecepatan, dan derajat perubahan
tekanan hidrostatik dalam ureter proksimal dan renal pelvic. Gerakan peristatik dari
saluran kemih dan saluran ginjal serta migrasi dari batu menyebabkan perubahan posisi
batu sehingga dapat menimbulkan kambuhna nyeri kolik dan perubahan posisi dari nyeri
kolik.
Kandung kemih yang terlalu penuh akibat obstruksi akut merangsang nyeri pada
suprapubis secara langsung oleh karena distensinya. Pada kasus obstruksi kronis, nyeri

26
tersebut jarang bahkan mungkin tidak dirasakan oleh pasien, walaupun sudah besar sekali
bulinya. Nyeri buli terutama diakibatkan oleh adanya infeksi pada buli itu sendiri, dimana
akan dijalarkan atau dialihkan ke distal dari uretra dan berhubungan dengan proses miksi.
Nyeri yang dirasakan paa akhir kencing menggambarkan terjadinya sistitis berat.

M. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 13 Juli 2018
a. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15, E4 M6 V5
TD : 130/90 mmHg
HR : 83x/menit, reguler
RR : 21x/menit
Suhu : 36,4oC
Sat O2 : 98%
Kepala : Normosefal, jejas (-)
Mata : Ptosis -/-, eksoftalmus -/-, pupil bulat, Ø3 mm, refleks
cahaya +/+, reflek kornea +/+, konjungtiva anemis -/-
Mulut : Mukosa tidak hiperemis, luka di bibir (-), bibir kering (-),
gigi lengkap
Leher : Pembesaran KGB (-), tiroid tidak teraba membesar,
trachea teraba di tengah, benjolan di leher (-), nyeri tekan
leher belakang (-)
Thorax :
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : kuat angkat, ictus cordis teraba 2 cm medial di ICS 5 linea
midclavicula sinistra
Perkusi : Batas kiri bawah: ICS 5 mid axilaris anterior sinistra
Batas kiri atas: ICS 3 mid clavicularis sinistra

27
Batas kanan bawah: ICS 4 parasternal dekstra
Batas kanan atas: ICS 2 parasternal dekstra
Auskultasi : Bunyi Jantung I tunggal, intensitas normal
Bunyi jantung II splitting saat inspirasi dan tunggal saat
Ekspirasi (split tak konstan), intensitas normal, murmur(-
), gallop (-).
Pulmo
Inspeksi : Normochest, gerak dada simetris, retraksi suprasternal
dan supraclavicula (-)
Palpasi : Taktil fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler+/+ normal, ronkhi-/-,wheezing-/-

Abdomen : datar, supel, BU (+) normal, timpani, hepar dan lien tidak
teraba, nyeri tekan (-), jejas (-)
Ekstremitas :
Atas : Oedem -/-, jejas -/-, CRT <2 detik, akral dingin -/-
Bawah : Oedem -/-, jejas +/-, CRT <2 detik, akral dingin -/-
Status Lokalis (Punggung) : luka lecet/robek (-), jejas (-), deformitas (-), nyeri
ketok CVA (-) di punggung bawah, kaku punggung (-)
b. Status psikiatrik
Tingkah laku : Normoaktif
Perasaan hati : Normoritmik
Orientasi : Orientasi orang, tempat, dan waktu baik
Kecerdasan : DBN
Daya ingat : DBN

c. Status Neurologis
Sikap tubuh : dalam batas normal
Gerakan abnormal : tidak ada
Cara berjalan : normal

28
d. Pemeriksaan saraf kranial
Nervus Pemeriksaan Kanan Kiri
N. I. Olfaktorius Daya penghidu N N
Daya penglihatan N N
N. II. Optikus Pengenalan warna N N
Lapang pandang N N
Ptosis - -
Gerakan mata ke medial + +
Gerakan mata ke atas + +

N. III. Okulomotor Gerakan mata ke bawah + +


Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Bentuk pupil Bulat Bulat
Refleks cahaya langsung + +
Strabismus divergen - -
N. IV. Troklearis Gerakan mata ke lat-bwh - -
Strabismus konvergen - -
Menggigit N N
Membuka mulut N N
N. V. Trigeminus
Sensibilitas muka N N
Refleks kornea + +
Trismus - -
Gerakan mata ke lateral - -
N. VI. Abdusen
Strabismus konvergen - -
Kedipan mata N N
Lipatan nasolabial N N
Sudut mulut N N
Mengerutkan dahi N N
Menutup mata + +
N. VII. Fasialis Meringis + +
Menggembungkan pipi + +
Daya kecap lidah 2/3 ant Tdk dilakukan Tdk dilakukan
Meringis + +
Menggembungkan pipi + +
Daya kecap lidah 2/3 ant Tdk dilakukan Tdk dilakukan

29
Mendengar suara bisik dbn dbn
N. VIII.
Tes Rinne Tdk dilakukan Tdk dilakukan
Vestibulokoklearis
Tes Schwabach Tdk dilakukan Tdk dilakukan
Arkus Faring Simetris
Daya Kecap 1/3 Belakang Tdk dinilai
N.IX. Reflek Muntah Dalam batas normal
Glossofaringeus
Sengau Tidak
Tersedak Tidak

Arkus faring Dalam batas normal

Reflek muntah Dalam batas normal


N.X
Vagus Bersuara Dalam batas normal
Menelan Dalam batas normal
Memalingkan Kepala Dalam batas normal

N.XI Sikap Bahu Dalam batas normal


Aksesorius Mengangkat Bahu Dalam batas normal
Trofi Otot Bahu Tidak
Sikap lidah Dalam batas normal
Artikulasi Dalam batas normal
Tremor lidah -
N.XII
Menjulurkan lidah Dalam batas normal
Hipoglosus
Kekuatan lidah Dalam batas normal
Trofi otot lidah Dalam batas normal
Fasikulasi lidah Dalam batas normal

e. Fungsi Motorik
Dextra Sinistra
Gerakan Bebas Bebas
Superior 5 5
Kekuatan
Inferior 5 5
Tonus + +
Trofi Eu Eu
Refleks Fisiologis + +
Refleks patologis - -

30
Test Patrick : -/-
Test Contrapatrick : -/-
Test Laseigue’s : -/+
Test Crossed Laseque : -/-
Test Naffzinger’s : -/-
Test Valsava : -/-
Test Bragard Sign : -/+
Test Sicard : -/+
Test Door bell : -/-
Ketok CVA :-/-
Pemeriksaan Sensibilitas : normal

Pemeriksaan Fungsi Vegetatif


Miksi : BAK normal, inkontinensia urine (-), retensio urine (-),
anuria (-)
Defekasi : BAB cair (-), inkontinensia alvi (-), retensio alvi (-)

f. Labora torium
13/7/2018
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin 15.4 13,2-17,3 g/dL
Leukosit 7.71 3,8 – 10,6 ribu
Eritrosit 5.26 (H) 4.4-5.9 juta
Hematokrit 45.5 40-52 %
Trombosit 301 150-400 ribu
MCV 86.5 82 – 98
MCH 29.3 27 – 32 pg
MCHC 33.9 32 – 37 g/dL
Eosinofil 0.475 2-4 %
Basofil 0.984 0-1 %
Neutrofil 3.89 50-70 %
Limfosit 26.5 25-40 %
Monosit 5,57 2-8 %

31
Kimia Klinik
Glukosa Sewaktu 120 (H) 74 -106 mg/dL
Ureum 39 10-50 mg/dL
Creatinin 1.00 (L) 0.45-0.75mg/dL
HDL
HDL-direct 64 28-63 mg/dL
LDL-Cholesterol 129.9 <150 mg/dL
Asam Urat 4,37 2-7 mg/dL
Cholesterol 215 <200 Dianjurkan
200-230 Risiko sedang
>= 240 risiko tinggi
Trigliserida 109 70-140 mg/dL
Na+K+Cl
Natrium 131 (L) 136-146 mmol/L
Kalium 3.7 3,5-5,1 mmol/L
Chlorida 108 (H) 98-106 mmol/L
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif

g. Pemeriksaan Rontgen
X-Foto Vertebrolumbosacral AP/Lat
- Skoliosis lumbalis konveksitas ke kiri
- Spondilosis Lumbalis
- Tak tampak kompresi maupun listesis
- Penyempitan diskus intervertebralis L1-2. L2-3, L3-4, L4-5, disertai
Vacum phenomenon  Susp. HNP
- Sakralisasi VL5
- Sakroilitis kanan

32
N. Diskusi Kedua
Berdasarkan data-data diatas tersebut diatas, maka pada pasien ini didapatkan
keluhan nyeri pinggang, dengan lokasi nyeri lebih dirasakan pada pinggang kiri.
Nyeri pinggang kiri menjalar hingga ke ekstremitas kiri bawah sampai telapak kaki
kiri. Pada pasien ini, akan ditinjau apakah nyeri LBP tersebut bersifat spesifik atau
non spesifik, dan apakah LBP tersebut berasal dari viserogenik, vaskulogenik,
psikogenik, neurogenic atau spondilogenik.
Pada status psikiatri, tidak ditemukan adanya kelainan. Tingkah laku
normoaktif dan perasaan hati normoaktif. Hal ini dapat menyimpulkan bahwa sakit
pinggang/ nyeri pinggang yang dirasakan pasien bukan berasal dari kejiwaan atau
psikogenik. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya hasil yang positif pada laseque
crosed laseque test, Bragard test dan Sicard test pada kaki kiri pasien. Pada
pemeriksaan laseque dan crossed laseque, dilakukan elevasi kaki pasien saat
berbaring dan pasien mengaku nyeri pada saat sudut elevasi kaki mencapai < 60,
begitupun pada pemeriksaan crossed laseque, didapatkan adanya nyeri pada
ekstremitas bawah, hal ini mengindikasikan adanya kecurigaan HNP. Kemudian test
Bragard dan Sicard pada kaki kiri positif sementara pada kaki kanan negativ, hal ini

33
menunjukan adanya gangguan pada radiks dan mengarah kepada radikulopati.
Pemeriksaan neurologis tidak didapatkan adanya kelemahan motorik pada pasien.
Pada pemeriksaan fisik nyeri ketok CVA, dilakukan pada bagian punggung
bawah kanan dan kiri. Nyeri ketok CVA adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan
meninju permukaan ulnar kepalan tangan kanan yang beralaskan volar tangan kiri
(fish percussion) untuk melihat apakah ada nyeri yang disebabkan oleh organ visceral
pada pinggang kanan dan kiri (costovertebrae). Pada pasien ini, tidak ditemukan
adanya nyeri ketok pada CVA. Hal ini menyimpulkan bahwa penyakit ginjal yang
dialami pasien tidak menyebabkan nyeri pada pinggang / punggung bawah pasien dan
bukan penyebab dari low back pain yang dialami oleh pasien sehingga menyingkirkan
penyebab nyeri dari visceral atau LBP viserogenik.
Pemeriksaan rontgen vertebrolumbosacral dilakukan untuk melihat kelainan
pada tulang belakang pasien. Hasil rontgen pada pasien ini menunjukkan skoliosis
lumbalis, spondilosis lumbalis, tampak penyempitan diskus intervertebralis L1-2, L2-
3, L3-4, L4-5 serta adanya sakralisasi VL 5. Skoliosis adalah kondisi melengkungnya
tulang belakang ke samping secara tidak normal. Skoliosis dapat dibedakan menurut
etiologinya, yaitu sebagai berikut:
a. Scoliosis idiopatik
Kasus skoliosis yang tidak diketahui penyebab pastinya disebut idiopatik.
Skoliosis idiopatik ini tidak dapat dicegah, dan tidak dipengaruhi oleh faktor
usia, olahraga, maupun postur tubuh. Faktor genetika diduga memainkan
peranan penting dalam terjadinya kondisi ini. Skoliosis idiopatik diderita
sebanyak 80 persen dari jumlah penderita skoliosis.
b. Skoliosis degenerative
Skoliosis degeneratif terjadi akibat kerusakan bagian tulang belakang secara
perlahan-lahan. Skoliosis tipe ini menimpa orang dewasa karena seiring
bertambahnya usia, beberapa bagian tulang belakang menjadi lemah dan
menyempit. Selain itu ada beberapa penyakit atau gangguan yang
berhubungan dengan tulang belakang yang bisa menyebabkan skoliosis
degeneratif, seperti osteoporosis, penyakit Parkinson, motor neurone disease,
sklerosis multipel, dan kerusakan tulang belakang yang terjadi akibat operasi.

34
Mengingat faktor usia pasien, diduga skoliosis pasien adalah bersifat
degenerative
c. Skoliosis kongenital
Skoliosis kongenital atau bawaan disebabkan oleh tulang belakang yang tidak
tumbuh dengan normal saat bayi dalam kandungan.
d. koliosis neuromuskular.
Kelainan bentuk tulang belakang yang disebabkan oleh gangguan persarafan
dan otot seperti pada penyakit lumpuh otak atau distrofi otot.

Gambar skoliosis thoracalis dan Lumbalis

Selain itu, terdapat adanya penyempitan diskus intervertebralis yang


kemungkinan terjadi akibat fraktur kompresi maupun skoliosis berat yang idalami pasien.
Berdasarkan faktor usia dari pasien, kelainan struktur tulang bisa saja terjadi akibat
adanya proses degeneratif pada tulang akibat penuaan, sehingga dapat terjadi
osteoporosis pada tulang dan menyebabkan adanya kelainan pada struktur tulang
belakang seperti fraktur kompresi tulang.
Penyempitan diskus intervertebralis dan gejala pada pasien dapat kita curigai
adanya HNP, namun untuk

35
memastikan, dibutuhkan pemeriksaan penunjang lebih lanjut. Hernia Nucleus
Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan annulus fibrosus dari diskus intervertebralis
lumbal pada spinal canal atau rupture annulus fibrosus dengan tekanan dari nucleus
pulposus yang menyebabkan kompresi pada element saraf. Pada umumnya HNP pada
lumbal sering terjadi pada L4-L5 dan L5- S1. Kompresi saraf pada level ini melibatkan
root nerve L4, L5, dan S1. Hal ini akan menyebabkan nyeri dari pantat dan menjalar
ketungkai. Kebas dan nyeri menjalar yang tajam merupakan hal yang sering dirasakan
penderita HNP.

Gambar herniasi nucleus pulposus


36
Nyeri menjalar dari pinggang menuju ke ekstremitas bawah dapat dilihat melalui
dermatome dengan adanya gangguan jalur saraf yaitu tampak penyempitan diskus
intervertebralis L1-2, L2-3, L3-4, L4-5 sebagaimana jalur dermatom sebagai berikut

Gambar dermatome
O. Diagnosis Akhir
Diagnosis Klinis : Nyeri pinggang kiri yang menjalar hingga telapak kaki kiri kronik
Diagnosis Topis : Radiks n ischiadicus
Diagnosis Etiologis : Radikulopati entrapment; suspect e.c HNP
Diagnosis planning : MRI

P. Planning
Pada pasien diberikan terapi:
a. Non Farmakologi
- Istirahat/ tirah baring
- Edukasi pasien
- Pemasangan korset
- Kontrol poliklinik syaraf
- Konsul spesialis Bedah saat rawat jalan
b. Farmakologi
- Inj. Ketorolac 2x30 mg
- Inj. Ranitidin 2x1 amp
- Inj. Mecobalamin 1x500 mg
- Per oral diazepam 2 x2 mg
- Per oral Amitripilin 2x 1/2
- Per oral gabapentin 2x300

Q. Diskusi Ketiga
Tatalaksana pada pasien ini meliputi tatalaksana non farmakologi dan farmakologi sebagai
berikut:
a. Ketorolac 2x30 mg
Ketorolac merupakan salah satu jenis obat antiinflamasi non steroid (NSAID).
Indikasi penggunaan ketorolac adalah untuk inflamasi akut dalam jangka aktu
penggunaan maksimal 5 hari, untuk meredakan nyeri sedang sampai dengan berat.

38
Pada kasus ini, ketorolac digunakan untuk meredakan nyeri yang dirasakan oleh
pasien.
b. Amitripilin 2x1/2
Amitriptilin merupakan antidepresi trisiklik. Amitriptilin bekerja dengan
menghambat pengambilan kembali neurotransmiter di otak. Amitriptilin
mempunyai dua gugus metil, termasuk amin tersier sehingga lebih resposif
terhadap depresi akibat kekurangan serotonin. Senyawa ini juga mempunyai
aktivitas sedatif dan antikolinergik yang cukup kuat. Diindikasikan untuk pasien
dengan gejala utama depresi terutama bila berkaitan dengan kecemasan, tegang,
atau kegelisahan.
c. Ranitidin 2x1amp
Ranitidin merupakan suatu antagonis histamin pada reseptor H2 yang menghambat
kerja histamine secara kompetitif pada reseptor H2 sehingga mengurangi sekresi
asam lambung. Kadar dalam serum yang diperlukan untuk menghambat 50%
perangsangan sekresi asam lambung adalah 36-94 mg/ml.
d. Mecobalamin 1x500mg
Mecobalamin merupakan salah satu vitamin B12 yang paling aktif di daam tubuh.
Vitamin B12 mempunyai efek antinosiseptif. Vitamin B12 atau bentuk aktif
(metilkobalamin) mampu memperbaiki keluhan-keluhan somatik nyeri dan
parestesi, serta mampu memperbaiki gejala-gejala otonom. Studi Mauro dkk,
menunjukkan suplementasi mecobalamine 1000 ug sekali sehari selama 2 minggu
memperbaiki skala nyeri (VAS) maupun indeks kualitas hidup pasien LBP (low
back pain) lebih bermakna dibandingkan plasebo.
e. Diazepam 2mg
Diazepam merupakan Digunakan dalam pengobatan untuk terapi anxiolytic,
relaksasi otot rangka (skelet), antikonvulsan, antagonis kardiotoksisitas akibat
keracunan klorokuin, dan meredakan gejala ketagihan alcohol.
f. Gabapentin 2x300
Gabapentin merupakan neurotransmiter inhibitor di korteks serebral,
neurotransmiter inhibitor berguna untuk mengeblok aktivitas otak yang berlebihan.

39
Mekanisme gabapentin sebagai antikejang dan psikotropik masih belum
sepenuhnya dipahami. Mekanisme gabapentin sebagai anti nyeri melibatkan α2δ-1
yakni sebuah subunit kanal kalsium yang sensitive voltase, dimana target utama
dan pengikatan spesifik subunit ini dapat menghasilkan aksi yang bertanggung
jawab untuk menurunkan nyeri.
R. Prognosis
- Death : bonam
- Disease : bonam
- Disability : bonam
- Discomfort : dubia ad bonam
- Dissatisfaction : dubia ad bonam

S. Follow-Up
Tanggal S O A P
30 Januari Pasien datang ke IGD TD : 130/90 mmHg LBP Inf. RL 20 tpm
2020 RSUD Ambarawa N : 92x/mnt Inj. Ranitidin 2x1amp
06.45 pukul 20.45 WIB RR : 21x/mnt Inj. Mecobalamin 1x1
dengan keluhan nyeri S : 36,5oC Inj. Ketorolac 2x30
punggung bawah SpO2 : 98% P.O Candesartan 1x8 mg
sejak ±2 minggu Nyeri tekan
SMRS. Nyeri punggung bawah (+)
menjalar ke tungkai Nyeri ketok CVA -/-
(+), cephalgia (-),
mual/muntah (-), Hasil lab (+)
BAB/BAK lancar
31 Januri Nyeri punggung GCS: 15 LBP Inf. RL 20 tpm
2020 bawah (+), masih E4 M6 V5 Ischialgia Inj. Ranitidin 2x1amp
HP III terasa sakit saat TD : 130/80 sinistra Inj. Mecobalamin 1x1
bangun, cephalgia (-) N : 90x/mnt Inj. Ketorolac 2x30
RR : 20x/mnt P.O Diazepam 2 x2mg
S : 36oC P.O Amitripilin 2x1/2

Konsul fisioterapi

01 Februari Nyeri punggung GCS: 15 LBP Inf. RL 20 tpm


2020 bawah (+), semalam E4 M6 V5 Ischialgia Inj. Ranitidin 2x1amp
HP IV bisa tidur, cephalgia TD : 160/90 sinistra Inj. Mecobalamin 1x1
(-), mual/muntah (-), N : 65x/mnt Inj. Ketorolac 2x30
BAB/BAK lancar RR : 20x/mnt P.O Diazepam 2 x2mg
S : 36,4oC P.O Amitripilin 2x1/2
P.O Gabapentin 2x300

02 Februari Nyeri punggung GCS: 15 LBP Inf. RL 20 tpm


2020 bawah (+), cephalgia E4 M6 V5 Ischialgia Inj. Ranitidin 2x1amp
HP V (-), mual/muntah (-), TD : 160/90 sinistra Inj. Mecobalamin 1x1

40
BAB/BAK lancer, N : 80x/mnt Inj. Ketorolac 2x30
Chepalgia (-) RR : 20x/mnt P.O Diazepam 2 x2mg
S : 36,5oC P.O Amitripilin 2x1/2
P.O Gabapentin 2x300

03 februari Nyeri punggung GCS: 15 LBP Inf. RL 20 tpm


2020 bawah (+) berkurang E4 M6 V5 Ischialgia Inj. Ranitidin 2x1amp
HP VI dari kemarin, TD : 150/100 sinistra Inj. Ketorolac 2x30
mual/muntah (-), N : 80x/mnt P.O Diazepam 2 x2mg
BAB/BAK lancar RR : 22x/mnt P.O Amitripilin 2x1/2
S : 36oC P.O Gabapentin 2x300
P.O Vit B Komp 2x1
P.O Amlodipin 2x1

Mendapatkan Korset

41
DAFTAR PUSTAKA

1. Mahadewa, Tjokorda dan Sri Maliawan. 2009. Diagnosis dan Tatalaksana


Kegawat daruratan Tulang Belakang Untuk Mahasiswa, Paramedis, Dokter
Umum dan Dokter residen. CV Sagung Seto.
2. Soeharso dan Harsono.2007.Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
3. Patrianingrum M, Oktaliansah E, Surahman E.2015.Prevalensi dan faktor risiko
nyeri punggung bawah di lingkungan kerja anestesiologi Rumah Sakit Dr. Hasan
Sadikin Bandung. Jurnal Anestesi Perioperatif.: vol 3.
4. Lumbantobing SM, Tjokonegoro A, Junada A. 1983. Nyeri Pinggang
Bawah.Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
5. Nursamsu, Handono Kalim.2004.Penatalaksanaan Nyeri Pinggang. Malang.
Lab./SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Brawijaya.
6. Dorland, W.A.2002.Newman.Kamus Kedokteran Dorland.Jakarta.EGC
7. Koes BW, van Tulder MW, Thomas S.2006.Clinical review: Diagnosis and
treatment of low back pain. BMJ ;332:1430–4.
8. Suryamiharja A, Meliala L. 2000. Penuntun Penatalaksanaan Nyeri Neuropatik.
Edisi Kedua. Medikagama Press. Yogyakarta
9. Hruska K.2000.Pathophysiology of renal osteodystrophy. Washington
University School of Medicine

42
PR Presus LBP
Perbedaan nyeri pinggang dan pinggul
Sakit pinggang atau flank pain adalah rasa sakit pada bagian samping kanan dan kiri tubuh,
tepatnya daerah di bawah tulang rusuk dan di atas panggul.
Sensasi nyeri biasanya terasa lebih buruk di satu sisi pinggang. Ada yang lebih merasakan sakit
pinggang kanan atau nyer di pinggang kiri. Rasa nyerinya bahkan dapat menyebar ke bagian depan
tubuh sampai ke bagian bawah.
Sakit pinggang adalah keluhan yang cukup umum. Kebanyakan orang mengalami nyeri
pinggang setidaknya sekali dalam hidup yang biasanya bersifat ringan dan sementara. Biasanya,
nyeri pinggang terjadi saat otot menegang sehabis melakukan pekerjaan berat. Namun, ada
banyak organ dan otot penting di atau dekat sisi kiri dan kanan tubuh. Sakit pinggang yang menetap
atau parah dapat didasari oleh penyebab medis yang serius, seperti dehidrasi, infeksi saluran
kemih, atau sakit ginjal. Pinggang adalah daerah di kedua sisi batang tubuh (torso), tepat di antara
tulang rusuk paling bawah dan pinggul. Pinggang itu sendiri memiliki banyak organ serta jaringan
otot di sekitarnya. Maka, gejala sakit pinggang dapat saja timbul ketika ada salah satu jaringan
atau organ di sana yang terganggu atau cedera.

Nyeri pinggul adalah rasa sakit yang dirasakan pada bagian dalam pinggul atau
selangkangan. Pinggul adalah persinggungan sendi di mana panggul dan kaki (femur) bertemu.
Kondisi ini merupakan keluhan umum yang dapat disebabkan oleh banyak faktor. Nyeri pinggul
kadang-kadang dapat disebabkan oleh penyakit dan kondisi di area lain dari tubuh Anda, seperti
punggung bawah.
Pinggul adalah sendi yang menonjol antara tulang paha dan daerah panggul (pelvis).
Terdiri dari bola dan dudukannya untuk memberikan ruang yang lebih luas untuk pergerakan
pinggul bawah sehingga membuat seseorang dapat berjalan, menari, duduk, dan mengangkat
benda. Pinggul juga memiliki tulang rawan yang mencegah gesekan ketika tulang pinggul
digerakkan. Ligamen menahan sendi pinggul untuk mencegah terjadinya pemisahan sendi.
Otot, di lain sisi, juga membantu menahan ligamen dan sendi pinggul menyatu bersama.

43

Anda mungkin juga menyukai