Anda di halaman 1dari 60

PATOLOGI

PERSALINAN
d r. Fo n d a O ct a r i an i n g s i h . Sp .O G
Distosia Bahu
Definisi
Suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver obstetrik dikarenakan dengan tarikan biasa
ke arah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi.

Faktor Risiko
• Faktor risiko antepartum • Faktor risiko intrapartum

Riwayat distosia bahu Pemanjangan kala I persalinan


Makrosomia > 4,5 kg Pertus lama
Diabetes melitus Pemanjangan kala II persalinan
Indeks Massa Tubuh maternal Augmentasi oksitosin
> 30 kg/m² Persalinan pervaginam dengan bantuan
Induksi persalinan alat
Dampak
• Maternal : perdarahan persalinan disebabkan atonia uteri,
laserasi vagina, dan rupture perineum derajat 3 – 4.
• Neonatal : cedera pleksus brachialis

Diagnosis
• Kepala bayi lahir, bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan
• Kepala bayi lahir tetapi tetap menekan vulva dengan
kencang
• Dagu tertarik dan menekan perineum (turtle sign)
• Traksi kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap
tertahan di kranial simfisis pubis
Penatalaksanaan
ALARMER
A Ask for help Meminta bantuan dari teman sejawat atau perawat
L Lift / hyperflex Legs Manuver Mc Roberts
A Anterior shoulder disimpaction Manuver Massanti atau manuver Rubin
R Rotation of the posterior shoulder Manuver Wood’s cockscrew
M Manual removal posterior arm Manuver Schwartz
E Episiotomy
R Roll over into “all four” Manuver Gaskin

• Beberapa manuver yang lain : Kleidotomi, Manuver Zavanelli, Manuver Hibbard,


Simfisiotomi
• Manuver Mc Robert merupakan Langkah awal dalam penanganan distosia bahu
Hal-hal yang harus dicegah saat distosia bahu :
1. Panic, jangan panik
2. Pulling (on the head), jangan menarik kepala
3. pushing (on the fundus), jangan mendorong fundus
4. Pivoting, jangan menekuk kepala berlebihan dengan titik tumpu di koksa

Tujuan manuver :
• melepaskan bahu anterior yang tertahan oleh simfisis pubis
• Mengurangi diameter biakromial
• Memperbesar kapasitas rongga panggul
Manuver Mc Robert
• Posisi ibu (Mc Robert) : telentang dengan
memfleksikan kedua paha sehingga lutut menjadi
sedekat mungkin dengan dada dan rotasikan
kedua kaki ke arah luar (abduksi).
• Memerlukan dua orang asisten (memegang tungai
dan menekuk paha ibu ke arah abdomen).
• Episiotomi

Manuver Massanti
• Menekan suprapubic ke arah posterior menggunakan pangkal
tangan menekan bahu anterior agar masuk dibawah simfisis.
Manuver Rubin
Bahu janin didorong melalui perut ibu sehingga pindah dari satu sisi ke sisi lain. Jka
manuver tersebut tidak berhasil, tangan penolong mencapai bahu janin yang paling
mudah diakses, kemudian didorong ke arah permukaan anterior dada
menyebabkan abduksi kedua bahu, sehingga diameter antara kedua bahu menjadi
lebih kecil dan memungkinkan perpindahan bahu anterior dari belakang simfisis.
Manuver Woods
• Tangan diletakkan dibelakang bahu posterior janin
• Bahu kemudian diputar secara progresif 180
derajat sehingga bahu anterior dapat dilepaskan.

Manuver Schwartz
• Manual removal posterior arm
• Melahirkan bahu posterior dengan
mengambil/menyapu lengan posterior di depan
dada janin.
• Bahu posterior diputar ke salah satu diameter
oblik dari panggul
Malpresentasi
Definisi
Bagian terendah janin yang berada di segmen bawah rahim, bukan belakang kepala.

Presentasi Dahi
• Definisi
Presentasi kepala dengan defleksi sedang.
• Etiologi dan diagnosis
• Penyebab sama dengan presentasi muka
• Palpasi
• Pemeriksaan dalam (sutura frontalis, ubun-
ubun besar, pinggir orbita, pangkal hidung,
mulut dan dagu tidak teraba).
• Mekanisme Persalinan
• Janin kecil dan panggul luas : persalinan pervaginam
• Sebagian besar presentasi dahi memerlukan pertolongan persalinan
seksio sesarea untuk menghindari manipulasi vaginal.

• Terapi
Persalinan dilakukan seksio sesarea (mengingat potensi bahaya bagi ibu
dan anak).

• Prognosis

• Dahi transien : tergantung pada presentasi akhir.


• Dahi menetap : buruk untuk persalinan pervaginam, kecuali janin
kecil dan jalan lahir besar.
Presentasi Muka
• Definisi
Kepala defleksi maksimal sehingga oksiput
menyentuh punggung janin dan dagu menjadi
bagian terendah.

• Etiologi
• Presentasi muka primer :
 Struma kongenital
 Kelainan tulang leher
 Lilitan tali pusat yang banyak dileher
 Meningokel
 Anensefali
 Makrosomia
• Presentasi muka sekunder :  Bagian menumbung
 Panggul picak (platipeloid)  Hidramnion
 Dinding perut kendor
• Diagnosis
• Tonjolan kepala teraba seisi dengan punggung dan
diantara belakang kepala dan punggung teraba sudut
yang runcing (sudut Febre).
• Bunyi jantung anak terdengar di sisi bagian kecil.
• USG dan Rontgen pelvis antero-posterior dan lateral
• Pemeriksaan dalam : teraba orbita, hidung, tulang
pipi, mulut dan dagu.

• Mekanisme Persalinan
• Pergerakan cardinal, descent, rotasi internal, fleksi dan
Gerakan tambahan ekstensi dan rotasi eksternal.
• Dagu posterior (janin hidup atau perforasi mati) :
seksio secarea
• Dagu anterior : pervaginam

• Prognosis
Umumnya partus berlangsung
CREDITS: This presentation lama bydapat
template was created meningkatkan
Slidesgo,
including icons by Flaticon, and infographics & images
angka kematian janin. Risiko rupture perineum lebih by Freepik

besar.
Presentasi Majemuk
Kondisi Ketika ekstremitas teraba di samping bagian
terendah janin. Presentasi kepala disertai :
 Tangan menumbung
 Lengan menumbung
 Kaki menumbung
• Etiologi
Terjadi pintu atas panggul tidak menutup oleh bagian
depan janin (multipara, disproporsi sefalopelvik,
persalinan preterm, dan hidramnion.
• Tatalaksana
 Tangan menumbung : persalinan pervaginam (tidak
mengganggu persalinan spontan), ekstraksi forseps
(menganggu)
 Lengan menumbung : reposisi saat pembukaan
lengkap, (seksio sesarea (bila gagal reposisi)
 Kaki menumbung : reposisi
Presentasi Bokong
• Definisi
Kehamilan letak sungsang (memanjang) dengan
bokong bagian terendah.

• Klasifikasi
1. Presentasi bokong murni (frank breech) : sendi
paha fleksi, sendi lutut ekstensi, kaki dekat
dengan kepala.
2. Presentasi bokong kaki (complete breech) :
satu/dua sendi lutut fleksi
3. Presentasi kaki (incomplete breech) : satu/dua
Sebagian besar presentasi bokong akan berubah sendi lutut tidak fleksi, dan satu/dua
menjadi presentasi kepala setelah umur kehamilan 34 kaki/lutut di bawah bokong.
minggu
Prematuritas
Etiologi
Kelainan
Multiparitas
bentuk uterus

Faktor- faktor
yang
Panggul mempengaruhi
Hamil kembar
sempit

Plasenta
Hidrosefalus
previa
Diagnosis

• Terasa penuh di Pemeriksaan Fisik


bagian atas dan
gerakan terasa lebih • USG
banyak di bagian • Pelvimetri
• Pemeriksaan
bawah Leopold
• Pemeriksan dalam

Anamnesis Penunjang
• Teraba bulat keras
Leopold I • Kepala janin teraba secara ballotement
menempati fundus

• Menunjukkan punggung berada di salah


Leopold II satu sisi perut dan bagian-bagian kecil di
sisi lain

Leopold • Jika belum masuk pintu atas panggul


III bokong dapat diraba

Leopold • Menunjukkan jika bokong sudah atau


IV belum berada di bawah simfisis
Pemeriksaan dalam vagina

Incomplete
Frank breech Complete breech
breech

• Teraba • Kaki dapat • Salah satu atau


tuberositas iskia dirasakan kedua kaki
janin, sakrum, bersama lebih rendah
dan anus bokong dari bokong
Ultrasonografi
Pemeriksaan
penunjang
- Taksiran berat janin
- Penilaian volume air ketuban
- Konfirmasi letak plasenta
- Jenis presentasi bokong
- Keadaan hiperekstensi kepala
- Kelainan kongenital
- Diameter biparietal
Penanganan dalam masa kehamilan

• mencapai usia kehamilan 36


minggu
• Terdapat fasilitas untuk
melakukan operasi sectio
Versi caesarea emergency
• Tidak terdapat kontraindikasi
eksternal • Untuk mengubah presentasi
bokong menjadi presentasi
kepala
kontraindikasi komplikasi

Selaput ketuban solusio plasenta


pecah ruptur uterus
Plasenta previa persalinan prematur
Malformasi uterus fetal distress
Kehamilan multifetal kematian
External Cephalic Version Forward roll
Penanganan pada persalinan

• Pembukaan benar-benar lengkap


• Selaput ketuban sudah pecah
• His adekuat
• Tafsiran berat badan janin < 3600 gram (2000-3800 gram)
• Frank breech atau complete breech presentation
• Adekuasi panggul adekuat
• Tidak ada hiperekstensi kepala janin (disebut stargazer fetus atau
flying fetus)
< 4  sectio caesarean adalah pilihan.
4  evaluasi kembali secara cermat, khususnya taksiran berat badan janin, bila
tidak yakin atau alat diagnostik tidak memadai, dapat dilakukan persalinan
perabdominal.
5  dilakukan persalinan pervaginam
Persalinan pervaginam

• Spontaneous breech delivery


• Partial breech extraction
• Total breech extraction
Kriteria Persalinan Pervaginam

• Letak bokong murni atau bokong kaki


Kriteria sempurna
• Usia kehamilan ≥ 34 minggu
fetus • Taksiran berat janin 2000-3500 gram
• Kepala janin harus fleksi

Kriteria • Pelvis ibu harus cukup besar


• Tidak ada indikasi lain terhadap ibu atau
maternal janin untuk seksio sesarea
Prosedur melahirkan secara Bracht
• Ibu dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di
depan vulva.
• Saat bokong membuka vulva, dilakukan episiotomi.
Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram secara
bracht yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang
paha sedangkan jari-jari lain memegang panggul.
• Pada saat tali pusat lahir dan tampak teregang, segera
kendorkan tali pusat tersebut
• Penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin
dengan cara punggung janin didekatkan ke perut ibu.
Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa melakukan
tarikan
• Dengan gerakan hiperlordosis ini berturut-turut lahir pusar,
perut, bahu dan lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh
kepala
Melahirkan bahu dan lengan :

• Metode Louvset
• Metode Klasik (Deventer)
• Metode Mueller

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik
Berikut ini melahirkan bahu dan lengan dengan
cara Louvset :
• Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil dilakukan
traksi curam ke bawah badan janin diputar setengah lingkaran,
sehingga bahu belakang menjadi bahu depan.
• Sambil melakukan traksi, badan janin diputar kembali ke arah
yang berlawanan setengah lingkaran demikian seterusnya bolak-
balik sehingga bahu belakang tampak di bawah simfisis dan
lengan dapat dilahirkan.
Metode Louvset :

Tubuh janin dipegang Sambil dilakukan traksi Tubuh janin diputar


dengan pegangan curam bawah, tubuh kembali 180 kearah
femuropelvik. janin diputar 1800 ke yang berlawanan
arah yang berlawanan sehingga bahu
sehingga bahu belakang belakang kembali
menjadi bahu depan menjadi bahu depan
dibawah arcus pubis dan dibawah arcus pubis
dapat dilahirkan dan dapat dilahirkan
Metode Klasik (Deventer) :

Melahirkan lengan belakang pada Melahirkan lengan depan pada


teknik melahirkan bahu cara teknik melahirkan bahu cara
KLASIK KLASIK
Metode Mueller :

Melahirkan bahu
depan dg
ekstraksi pd
bokong dan bila
perlu dibantu dg Melahirkan
telunjuk jari lengan
tangan kanan u/ belakang
mengeluarkan
lengan depan
Persalinan Kepala
 Cara Mauriceau ( Viet – Smellie)
 Cara Prague terbalik
Berikut ini melahirkan kepala dengan cara
Mauriceau :
• Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke
dalam jalan lahir.
• Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk serta jari ke
empat mencengkeram fossa canina sedangkan jari yang lain
mencengkeram leher.
• Badan anak diletakkan di atas lengan bawah penolong seolah-olah
janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ke tiga penolong
mencengkeram leher janin dari arah punggung.
• Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil
seorang asisten melakukan fundal pressure.
• Saat suboksiput tampak di bawah simfisis, kepala janin dielevasi ke
atas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut
lahir dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya
seluruh kepala.
Prague terbalik
Seksio Sesarea
• Taksiran berat janin ≥ 3500 gram
• Defleksi kepala janin
Kriteria • Prematuritas
janin • Presentasi kaki
• Bagian terendah janin belum engage
• gawat janin

Kriteria • Primigravida tua


• Riwayat persalinan yang buruk
materna
• Adanya kesempatan panggul
l • Kelainan pada rahim
Komplikasi

Komplikasi ibu Komplikasi anak

• Perdarahan • Aspirasi
• Trauma jalan lahir • Asfiksia
• Infeksi • Trauma intrakranial
• Fraktur/dislokasi
• Paralisa nervus brachialis
Malposisi
Definisi
Malposisi merupakan posisi abnormal dari vertex kepala janin (dengan ubun-ubun kecil
sebagai penanda) terhadap panggul ibu.

Klasifikasi
1. Posisi Oksipitalis Transversalis Persisten
2. Posisi Oksipitalis Posterior Persisten
1. Posisi Oksipitalis Transversalis Persisten
• Persentasi belakang kepala dengan ubun-ubun kecil menetap di samping.
• Disebabkan oleh kelainan panggul, otot dasar panggul lemah pada multiparitas,
disfungsi uterus hipotonik, terutama disfungsi uterus hipotonik pada kala II, dan
kelainan janin, janin kecil atau mati.
• Diagnosis Pada pemeriksaan dalam teraba sutura sagitalis melitang dengan
ubun – ubun kecil terendah berada disamping kanan atau kiri.
• Pada high transverse arrest dapat dicoba dengan koreksi manual untuk memutar
ubun – ubun kecil ke depan dan bila gagal dapat dilakukan seksio sesaria.
• Pada deep transverse arrest dapat dilakukan koreksi manual untuk memutar ubun –
ubun kecil ke depan/belakang dan persalinan diselesaikan dengan forsep dengan
ubun – ubun depan atau belakang.
2. Oksipitalis Posterior Persisten
• UUK tidak berputar kedepan tetapi tetap berada dibelakang, yang disebut Positio
Ociput Posterior.
• Malposisi sering dijumpai pada panggul anthropoid, endroid dan kesempitan
midpelvis, letak punggung janin dorsoposterior dan putar paksi salah satu tidak
berlangsung pada keadaan perut gantung, janin kecil atau janin mati, arkus pubis
sangat luas, dolichocephalic, dan panggul sempit.
• Diagnostik dapat ditegakkan dengan pemeriksaan abdomen, dimana bagian bawah
perut teraba mendatar, ekstremitas janin teraba anterior dan pada auskultasi, DJJ
terdengar di samping, serta pada pemeriksaan vagina, fontanella posterior dekat
sakrum, fontanella anterior dengan mudah teraba jika kepala dalam keadaan
defleksi.
Penanganan
• Jika ada tanda-tanda persalinan macet • Jika pembukaan lengkap dan jika kepala
atau DJJ lebih dari 180 atau kurang dari janin teraba 3/5 atau lebih diatas simfisis
100 pada fase apapun, lakukan seksio pubis (PAP) atau kepala stasion lakukan
sesarea. seksio sesarea.
• Jika pembukaan serviks belum lengkap • Atau kepala janin di antara 1/5 dan 3/5
dan tidak ada tanda obstruksi, akselerasi diatas simfisis pubis atau bagian terdepan
persalinan dengan oksitosin. kepala janin diantara stasion 0 dan-2
• Jika pembukaan serviks lengkap dan maka lakukan ekstraksi vakum atau
tidak ada kemajuan pada fase seksio sesarea. T
pengeluaran periksa kemungkinan • etapi jika kepala tidak lebih dari 1/5 diatas
adanya obstruksi. Jika tidak ada simfisis pubis atau bagian terdepan dari
obstruksi, akselerasi persalinan dengan kepala janin berada di stasion 0, lakukan
oksitoksin. ekstraksi vakum atau ekstraksi cunam.
Ketuban Pecah
Dini (KPD)
Definisi
Pecahnya selaput ketuban dalam kehamilan
atau persalinan sebelum pembukaan 4 cm

Faktor Predisposisi
• Selaput ketuban tipis
• Infeksi
• Perubahan tekanan intrauterin mendadak
• Keturunan
• Merokok, dll.
Diagnosis
• Anamnesis
Pasien mengeluhkan keluar cairan dari vagina.
• Pemeriksaan
 Inspekulo melihat cairan ketuban keluar OUE
 Tes lakmus (Nitrazin) : merah  biru (positif)
 Ter arbonasi
 Kristalisasi
 Sitologi
 USG : jumlah cairan ketuban (Amniotic Fluid Index/AFI)

Komplikasi
• Persalinan prematur • Sindrom Deformitas Janin
• Infeksi
• Hipoksia dan Asfiksia
Terapi Antibiotik
• Sebagai terapi profilaksis.
Antibiotik yang dianjurkan adalah derivat ampisilin atau eritromisin ( Ampisilin 4 x 500 mg
atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari).
• Kuman yang paling banyak pada KPD : Streptococcus grup B dan Escherichia coli.

Terapi Pematangan Paru


• Betametason 12 mg IM setiap 24 jam selama 2 hari
atau
• Deksametason 6 mg setiap 12 jam selama 2 hari
Keduanya memiliki efektivitas yang sama.
Pengelolaan KPD

• Pengelolaan Aktif • Pengelolaan Konservatif


• Induksi persalinan secepatnya dengan oksitosin, • UK (Usia Kehamilan) <32 – 34 minggu : dirawat
dapat pula diberikan misoprostol 25-50 µg sampai air ketuban tidak lagi keluar.
intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. • UK 32 – 37 minggu, belum inpartu, infeksi (-), tes
• Bila terdapat kontraindikasi persalinan busa (-) : deksametason, observasi tanda-tanda
pervaginam dipilih seksio sesarea. infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi UK
 Skor pelvik <5 : pematangan serviks, induksi. 37 minggu.
Jika gagal akhiri persalinan dengan SC. • UK 32 – 37 minggu, inpartu, infeksi (-) : tokolitik,
 Skor pelvik >5 : induksi persalinan. deksametason dan induksi setelah 24 jam.
• UK 32 – 37 minggu, infeksi (+) : antibiotik dan
• Syarat pengelolaan aktif : induksi, nilai tanda-tanda infeksi.
 Usia kehamilan 20 - <26 minggu dan ≥ 34 • UK 32 – 37 minggu berikan steroid untuk
minggu pematangan paru
 Infeksi
 Tanda-tanda inpartu
 Gawat janin
Kala II Lama
• Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir dengan
keluarnya janin.
• Persalinan kala II lama adalah kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam pada primi dan
lebih dari 1 jam pada multipara. Diagnosa kala II lama yaitu ditandai dengan tanda dan
gejala klinis pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengejan tetapi tidak ada kemajuan
pengeluaran kepala.

Tanda dan Gejala


Pada ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, dan pernafasan cepat. Di
daerah lokal sering dijumpai edema vulva, edema serviks, cairan berbau terdapat
mekonium.
Pada janin
• DJJ cepat/ tidak teratur, air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan,
berbau.
• Kaput succedaneum yang besar.
• Moulage kepala yang hebat
• kematian janin dalam kandungan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Friedman, persalinan terbagi
menjadi:
• Kala I
Kala I dimulai dari adanya kontraksi uterus yang menyebabkan pembukaan
serviks. Kala I dibagi menjadi fase laten dan fase aktif.
• Kala II
Didefinisikan sebagai pembukaan serviks lengkap hingga lahirnya bayi
• Kala III
Merupakan tahap dilahirkannya plasenta
Nullipara Multipara
 
Prolonged latent phase > 20 jam >14 jam

 Protracted dilation < 1.2 cm/ jam < 1.5 cm/ jam

 Protracted descent < 1 cm/ jam < 2 cm / jam

 Arrest of dilation >2 jam >2 jam

 Arrest of descent >2 jam >1 jam

 Prolonged second stage >2 jam >1 jam

 Prolonged third stage >30 menit >30 menit


Etiologi
• Kelainan letak janin • Pimpinan partus yang salah
• Kelainan-kelainan panggul • Janin besar, ada kelainan congenital
• Kelainan his • Primitua
• Ketuban pecah dini

Dampak persalinan lama pada ibu-janin


• Infeksi Intrapartum Efek pada janin
• Ruptura Uteri • Kaput suksadeneum
• Cincin retraksi patologis • Molase Kepala Janin
• Pembentukan fistula
• Cedera otot-otot panggul
Penanganan
• Memperbaiki keadaan umum ibu
 Puasa karena mungkin akan dilakukan tindakan dalam narkose
 Pasang kateter menetap Pemberian oksigen
 Pemberian cairan, kalori dan elektrolit: yaitu glukosa 5% atau 10% atau
garam fisiologis sebanyak 1 liter dalam waktu yang singkat kemudian
dilanjutkan dengan tetesan yang biasa
• Koreksi terhadap infeksi:
  Antibiotik ; Ampicillin 3 x 1 gram iv
 Kortikosteroid 1-3 mg/kg BB untuk syok septik dan anti stress
• Menyelesaikan Persalinan
Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forceps. Manual
aid pada letak sungsang dan embriotomi bila janin meninggal
Seksio Sesarea
Daftar Pustaka
1. Pribadi A , Permadi W, et.al. 2021. Obstetri Patalogi. Jakarta: Sagung Seto
2. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
3. Sumampouw, H. Dkk. Partus Kasep. PEDOMAN DIAGNOSIS DAN TERAPI
LAB / UPF ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH DOKTER SOETOMO SURABAYA. 1994. Hal. 55
– 58.
4. Mochtar, R. Partus Lama dan Partus Terlantar. SINOPSIS OBSTETRI Jilid I.
Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 1998. Hal . 384– 386
5. Mansjoer, A. dkk. Distosia. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid I. Media Aesculapius Jakarta. 2001. hal
. 303 – 309.
6. Martohoesodo, S. dkk. Patologi Persalinan dan Penanganannya. ILMU
KEBIDANAN. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta. 2002.
Hal. 587 – 637.
Daftar Pustaka
7. Mochtar, R. Distosia karena kelainan jalan lahir. SINOPSIS OBSTETRI Jilid I.
Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 1998. Hal. 323 – 325
8. Sastrawinata,S.R. Dystocia. OBSTETRI PATOLOGI. Bagian Obstetri &
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung. ELSTAR
OFFSET. Bandung. 1981. Hal. 154 – 205.
9. Mochtar, R. Distosia karena kelainan janin. SINOPSIS OBSTETRI Jilid I.
Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 1998. Hal. 339 - 372
Terima Kasih 

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai