Anda di halaman 1dari 40

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Kesehatan keluarga adalah suatu keadaan yang mencerminkan status

kesehatan dari keluarga, sementara keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat. Ditinjau dari kedudukan keluarga sebagai unit terkecil, maka kesehatan keluarga dengan sendirinya akan menjadi faktor yang sangat strategis dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Terwujudnya keadaan sehat merupakan idaman dari semua pihak baik secara individu, keluarga maupun semua anggota masyarakat. Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU No. 23 Tahun 1992). Menurut Bloom (1974) menyatakan bahwa status kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor penting yang saling berkaitan yaitu; faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, faktor keturunan dan faktor perilaku. Karena keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat, maka kesehatan keluarga juga akan dipengaruhi oleh 4 faktor tersebut. Penilaian yang baik terhadap ke empat faktor ini dalam kesehatan keluarga, akan dapat memberikan gambaran tentang masalah kesehatan keluarga, selanjutnya memberikan solusi untuk masalah tersebut. Kepaniteraan Klinik Rotasi II yang dilaksanakan di Puskesmas merupakan wadah yang tepat untuk menerapkan pengelolaan masalah kesehatan masyarakat khususnya masalah kesehatan dalam keluarga sebagai unit terkecil masyarakat. Puskesmas sebagai sarana dan fasilitas kesehatan terdepan dalam menangani dan mengatasi masalah kesehatan masyarakat memiliki peranan yang sangat penting dalam mengelola masalah kesehatan keluarga. Budaya bersih merupakan cerminan sikap dan perilaku masyarakat dalam menjaga dan memelihara kebersihan pribadi dan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Penyakit menular berbasis lingkungan dan perilaku seperti tuberkulosis paru, infeksi saluran pernapasan atas, diare dan penyakit kulit masih merupakan masalah kesehatan yang juga dapat ditemukan di komunitas terkecil pada masyarakat, yaitu lingkungan keluarga (Depkes, 2000).

Keluarga Binaan Skabies 1

Skabies merupakan penyakit kulit akibat infestasi tungau Sarcoptes scabiei. Penyakit yang mempengaruhi semua jenis ras di dunia tersebut ditemukan hampir pada semua negara di seluruh dunia dengan angka prevalensi yang bervariasi. Di beberapa negara berkembang prevalensinya dilaporkan 6-27% populasi umum dan insidens tertinggi pada anak usia sekolah dan remaja. Perkembangan penyakit ini juga dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi yang rendah, tingkat higiene yang buruk, kurangnya pengetahuan, dan kesalahan dalam diagnosis serta penatalaksanaan. Di Indonesia, penyakit ini masih menjadi masalah tidak saja di daerah terpencil, tetapi juga di kota-kota besar bahkan di Jakarta. Kondisi kota Jakarta yang padat merupakan faktor pendukung perkembangan skabies. Berdasarkan pengumpulan data Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia (KSDAI) tahun 2001, dari 9 rumah sakit di 7 kota besar di Indonesia, jumlah penderita skabies terbanyak didapatkan Jakarta yaitu 335 kasus di 3 rumah sakit. Masalah kesehatan yang terkait dengan faktor yang berpengaruh diidentifikasi dengan memperhatikan konsep Mandala of Health, dan diselesaikan dengan pendekatan individual untuk penatalaksanaan klinisnya dan pendekatan keluarga dan komunitas untuk penyelesaian faktor yang berpengaruh. Pendekatan tersebut diterapkan secara menyeluruh, paripurna, terintegrasi dan

berkesinambungan. Penatalaksanaan kasus bertujuan mengidentifikasi masalah klinis pada pasien dan keluarga serta faktor-faktor yang berpengaruh, menyelesaikan masalah klinis pada pasien dan keluarga, dan mengubah perilaku kesehatan pasien dan keluarga serta partisipasi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga diperlukan adanya upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan secara umum, khususnya tentang penyakit menular sehingga diharapkan ada perubahan sikap serta diikuti dengan perubahan prilaku kebersihan perorangan dengan hasil akhir menurunnya angka kesakitan penyakit menular. Upaya peningkatan, pencegahan dan penanggulangan masalah penyakit menular dapat ditempatkan sebagai ujung tombak paradigma sehat untuk mencapai Indonesia sehat 2010 (Harryanto, 2004).

Keluarga Binaan Skabies 2

1.2.

Tujuan Penulisan Tujuan pembuatan laporan kasus yang berjudul SKABIES ini adalah

untuk membahas faktor risiko, cara penularan, gejala-gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan secara komprehensif bagi penderita penyakit ini, mengingat kasus skabies sangat banyak mengenai masyarakat.

Keluarga Binaan Skabies 3

BAB II SKABIES 2.1. Sinonim Kudis, The Itch, Gudig, Budukan, Gatal Agogo.1

2.2.

Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan

sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya.1-3

2.3.

Epidemiologi Skabies ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang

bervariasi. Dibeberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6% - 27% populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja. Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan Seksual).4-6

2.4.

Etiologi Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo

Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi.7,8,9 Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,

punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 450 mikron x 250 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 240 mikron x 150 200 mikron. Bentuk dewasa Keluarga Binaan Skabies 4

mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.1

Gambar 1 . Sarcoptes Scabiei4

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 .1

Gambar 2. Siklus hidup Sarcoptes scabiei7

Keluarga Binaan Skabies 5

Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8 12 hari.1

Gambar 3. Sarcoptes scabiei membuat terowongan dalam stratum korneum4

Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3 4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. 1-3 Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7 14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang.1,3,6

2.5. Patogenesis. Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh Keluarga Binaan Skabies 6

sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kirakira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.3-6

Gambar 4. Kelainan kulit pada Scabies8

2.6. Cara Penularan. Penyakit scabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak langsung. Yang paling sering adalah kontak langsung dan erat atau dapat pula melalui alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan penyakit ini dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang yang sehat. Di Amerika Serikat dilaporkan, bahwa scabies dapat ditularkan melalui hubungan seksual meskipun bukan merupakan akibat utama.1,6,7,9 Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disatu tempat yang relative sempit. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program

Keluarga Binaan Skabies 7

kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada.3,9

Gambar 5. Siklus hidup dan Penularan Scabies4

Penularan scabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas. Di Jerman terjadi peningkatan

Keluarga Binaan Skabies 8

insidensi, sebagai akibat kontak langsung maupun tak langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk. Dibeberapa sekolah didapatkan kasus pruritus selama beberapa bulan yang sebagian dari mereka telah mendapatkan pengobatan skabisid.5

2.7. Gejala Klinis. Ada 4 tanda cardinal yaitu :


1.

Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. 1

2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier). 1-8 3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. 1-8

Gambar 6. Papul pada scabies8

Keluarga Binaan Skabies 9

Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. 1-8

Gambar 7. Area predileksi Scabies6

Keluarga Binaan Skabies 10

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. 1-8 Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.1-8

2.8. Klasifikasi. Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain :1 1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated). Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.3 2. Skabies incognito. Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.3-5 3. Skabies nodular Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia lakilaki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi

hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.3 4. Skabies yang ditularkan melalui hewan. Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak

Keluarga Binaan Skabies 11

menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.7 5. Skabies Norwegia. Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.1 6. Skabies pada bayi dan anak. Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. 2 7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden). Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.8

2.9. Pembantu Diagnosis Cara menemukan tungau Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan diatas sebuah kaca objek, lalu ditutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya.1

Keluarga Binaan Skabies 12

1) Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar. 2) Dengan membuat biopsi irisan. Caranya: lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya. 3) Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin.

2.10. Diagnosis Diagnosis scabies ditegakkan atas dasar :2,4 1. Ada terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok, panjangnya beberapa millimeter sampai 1 cm dan pada ujungnya tampak vesikula, papula atau pustula. 2. Tempat predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan tangan bagian volar, siku, lipat ketiak bagian depan, areola mammae, sekitar umbilicus, abdomen bagian bawah, genitalia eksterna pria.Pada oaring dewasa jarang terdapat di muka dan kepala, kecuali pada penderita imunosupresif, sedangkan pada bayi, lesi dapat terjadi di seluruh permukaan kulit. 3. Penyembuhan cepat setelah pemberian obat anti skabies topical yang efektif. 4. Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu anggota keluarga menderita gatal, harus dicurigai adanya skabies. Gatal pada malam hari disebabkan oleh temperature tubuh menjadi lebih tinggi sehingga aktivitas kutu meningkat. 2.11. Diferensial Diagnosis Diagnosis bandingnya adalah : 1. Prurigo, biasanya berupa papul-papul yang gatal, predileksi pada bagian ekstensor ekstremitas.

Keluarga Binaan Skabies 13

2. Gigitan serangga, biasanya jelas timbul sesudah ada gigitan, efloresensinya urtikaria papuler. 3. Folikulitis, nyeri berupa pustule miliar dikelilingi daerah yang eritem.

2.12. Terapi Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati termasuk pasangan seksnya. Beberapa macam obat yang dapat dipakai pada pengobatan scabies yaitu:1 a. Permetrin. Merupakan obat pilihan untuk saat ini , tingkat keamanannya cukup tinggi, mudah pemakaiannya dan tidak mengiritasi kulit. Dapat digunakan di kepala dan leher anak usia kurang dari 2 tahun. Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8 jam kemudian dicuci bersih b. Malation. Malation 0,5 % dengan dasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya diberikan beberapa hari kemudian. c. Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %). Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Sering terjadi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. d. Sulfur. Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10 % secara umum aman dan efektif digunakan. Dalam konsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada malam hari selama 3 malam.

Keluarga Binaan Skabies 14

2.13. Prognosis Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat di berantas dan memberikan prognosis yang baik.

Keluarga Binaan Skabies 15

BAB III KELUARGA BINAAN

3.1 Pengenalan Keluarga Binaan Keluarga Ibu Ramani merupakan keluarga yang kami pilih untuk dijadikan keluarga binaan yang merupakan salah satu aktivitas yang diwajibkan saat menjalani Rotasi II di Puskesmas Alai. Keluarga ini kami kenali bermula saat kunjungan Ibu Ramani untuk membawa anaknya berobat yaitu Nada yang menderita bintik-bintik kemerahan yang gatal, yang dialaminya sejak 1 bulan yang lalu. Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, kami mendiagnosis pasien dengan diagnosis kerja skabies, dimana penyakit ini termasuk penyakit yang memerlukan perhatian khusus terutama dari segi pengobatan serta pencegahan sehingga kami memilih keluarga ini untuk dijadikan keluarga binaan. Hal hal yang kami lakukan diantaranya adalah berupa : Melakukan home visit / kunjungan ke rumah. Melakukan evaluasi permasalahan pada keluarga tersebut secara holistik. Memberi edukasi pemecahan masalah serta diskusi tentang permasalahan yang dialami keluarga tersebut.

Berikut merupakan informasi yang kami peroleh mengenai anggota keluarga binaan kami : No Nama Jenis Kelamin 1 2 Ramani Handre Usia (Thn) Ibu Anak SMP SMA IRT Karyawan Swasta 3 Ari Laki-Laki 19 Anak SMA Karyawan swasta 4 5 6 Edo Nadia Nada Laki-Laki 16 Anak Anak Anak SMK SD SD Pelajar Pelajar Pelajar Status Pendidikan Pekerjaan

Perempuan 41 Laki-Laki 22

Perempuan 11 Perempuan 9

Keluarga Binaan Skabies 16

Zahara

Perempuan 5

Anak

Belum Sekolah

Refan

Laki-Laki

2,5

Anak

Belum Sekolah

3.2 Identifikasi Permasalahan Identifikasi permasalahan pada keluarga ini kami telusuri berdasarkan beberapa faktor, secara garis besar sebagai berikut :

3.2.1 Kesehatan individu Permasalahan utama yang kami temui pada keluarga ini bermula saat kunjungan pertama seorang anaknya ke bagian Balai Pengobatan Umum Puskesmas Alai pada hari Senin tanggal 4 Maret 2013 dengan keluhan bintikbintik kemerahan yang terasa gatal yang dialaminya sejak 1 bulan yang lalu. Permasalahan kesehatan pada anggota keluarga lainnya kami lakukan dirumah pasien saat kunjungan rumah untuk pertama kalinya. Berikut merupakan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang kami lakukan di puskesmas :

Keluarga Binaan Skabies 17

1. Identitas Pasien a. Nama/Kelamin/Umur b. Pekerjaan/pendidikan c. Alamat : Nada / Perempuan / 9 tahun : Pelajar SD : Jalan Jati Kampung Pinang no. 195 Padang

2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga a. Status Perkawinan b. Jumlah Saudara : Belum menikah : Anak ke 5 dari 7 bersaudara. Kurang mampu, penghasilan Rp

c. Status Ekonomi Keluarga :

2.000.000/bulan yang didapatkan dari kedua kakak pasien yang bekerja sebagai karyawan swasta. d. Kondisi Rumah : Rumah permanen, perkarangan sempit, luas bangunan 60 m2 Ventilasi dan pencahayaan kurang. Listrik ada Sumber air : air PDAM Jamban ada 2 buah, di dalam rumah Sampah di buang ke TPS Jumlah penghuni rumah 8 orang, yaitu ibu pasien, pasien, 4 orang kakak pasien, dan 2 orang adik pasien. Ruangan yang ada : 3 kamar tidur, 1 ruang tengah, dapur, dan 2 kamar mandi. Kesan : higiene dan sanitasi kurang baik

e. Kondisi Lingkungan Keluarga Pasien tinggal di lingkungan yang cukup padat penduduk

3. Aspek Psikologis di keluarga Pasien tinggal bersama ibu pasien dan keenam saudara kandungnya Ayah pasien sudah meninggal dunia sejak tahun 2012 Hubungan dengan keluarga baik

Keluarga Binaan Skabies 18

4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga Pasien belum pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya. Anggota keluarga pasien yang lain juga mengalami keluhan yang sama, yaitu ibu pasien, 1 kakak perempuan pasien, dan 2 adik pasien.

5. Keluhan Utama Bintik kemerahan yang terasa gatal di sela-sela jari tangan, lengan, dan sela-sela jari kaki sejak 1 bulan yang lalu.

6. Riwayat Penyakit Sekarang Bintik kemerahan yang terasa gatal di sela-sela jari tangan, lengan, dan sela-sela jari kaki sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya bintik kemerahan yang gatal ini muncul pada sela-sela jari tangan sebesar ujung jarum pentul yang kemudian menyebar ke lengan kanan dan kiri, dan sela-sela jari kedua kaki. Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari dan menyebabkan pasien sering terbangun malam hari karena gatal. Pasien sering menggaruk-garuk kulitnya yang gatal, sehingga ada yang lecet. Pasien tinggal di rumah bersama ibu pasien dan keenam saudaranya. Pemakaian alat mandi dan handuk bersama ada. Pasien tidur bersama kedua saudara perempuannya. Pasien belum pernah berobat sebelumnya.

7. Pemeriksaan Fisik Status Generalis Keadaan Umum Kesadaran Nadi : Baik : CMC : 94 x/ menit Keluarga Binaan Skabies 19

Nafas Suhu BB TB BMI Mata Kulit Leher

: 20 x/menit : 37,2 0C : 20 kg : 106 cm : 17,8 ( gizi kurang ) : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik : Status Dermatologikus : Pembesaran KGB tidak ada

Thoraks Paru Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

: : : simetris ki=ka : fremitus ki=ka : sonor : vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-) : : iktus tidak terlihat : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V : batas jantung normal : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : Perut tidak tampak membuncit : Hati dan lien tidak teraba, nyeri tekan ( - ) : Timpani : BU (+) N

Anggota gerak

: Akral hangat, perfusi baik, reflex fisiologis +/+

STATUS DERMATOLOGIKUS Lokasi : sela jari kedua tangan, tangan kanan dan kiri, sela jari kedua kaki

Keluarga Binaan Skabies 20

Distribusi : Regional Bentuk : tidak khas

Susunan : tidak khas Batas Ukuran : tidak tegas : milier, numular, plakat

Effloresensi : Papul eritema, skuama halus, erosi, ekskoriasi

Keluarga Binaan Skabies 21

8. Laboratorium Anjuran : Menemukan tungau dengan cara : Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas sebuah kaca obyek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya : lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan HE.

9. Diagnosis Kerja: Skabies 10. Diagnosis Banding : Miliaria

11. Manajemen : Preventif : Menghindari pemakaian baju, handuk, sprei secara bersamasama. Jangan menggaruk bintik-bintik yang ada karena akan memperparah infeksi yang telah ada dan dapat menyebabkan penyebaran ke bagian tubuh yang lain. Jaga kebersihan diri dan lingkungan rumah. Gunting kuku secara teratur karena bisa saja tungau menempel pada kuku, dan untuk mencegah infeksi sekunder akibat garukan. Istirahat yang cukup Makan makanan yang sehat dan bergizi seimbang, perbanyak mengkonsumsi sayur dan buah-buahan.

Keluarga Binaan Skabies 22

Mencuci bersih bahkan merebus handuk, sprei, pakaian, dan tirai kemudian menjemurnya pada terik matahari hingga kering dan menyetrikanya.

Menjemur kasur dan sofa pada terik matahari.

Promotif : Edukasi kepada pasien dan orang tuanya mengenai penyakit dan faktor penyebab penyakit, bahwa penyakit ini merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh sejenis tungau, adapun faktor yang menunjang perkembangan penyakit diantaranya kebersihan diri dan lingkungan yang kurang. Cara penularan penyakit ini dapat berupa kontak langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan sebagainya. Kontak tidak langsung melalui benda misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal sehingga perlu dihindari pemakaian baju, handuk, sprei secara bersama-sama. Edukasikan kepada pasien dan keluarganya bahwa penyakit ini ditandai rasa gatal yang meningkat pada malam hari, menyerang manusia secara berkelompok sehingga semua anggota keluarga harus diobati secara serentak. Biasanya muncul pada sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, putting susu (pada wanita), sekitar pusar, bokong, kemaluan, perut bagian bawah (dewasa), telapak tangan dan telapak kaki, serta membentuk terowongan pada tempat-tempat tadi. Edukasikan kepada pasien cara pemakaian obat yang benar (salep 2-4) yakni digunakan setelah mandi sore selama 24 jam, di seluruh tubuh kecuali kepala dan leher, jika kena air oleskan lagi, selama 3 hari berturut-turut. Menjelaskan kepada pasien bahwa untuk pengobatannya pada pasien diberikan obat berbentuk salep dimana penggunaannya

Keluarga Binaan Skabies 23

selama 3 hari berturut-turut dan dapat menimbulkan bau tidak sedap (bau belerang) dan mengotori pakaian. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa selama dalam pengobatan diharapkan pasien membatasi aktivitas fisik sehingga pengobatan berjalan efektif. Dengan memperhatikan cara pemakaian obat, menghilangkan faktor-faktor penyebab, memutus rantai penularan dengan pengobatan seluruh anggota keluarga secara serentak dan teman-teman pasien yang juga menderita penyakit ini, penyakit ini dapat diberantas.

Kuratif : Sistemik CTM tab 4 mg (3 x tablet) Vitamin C tab (1 x 1 tablet) Topikal Salep 2-4 (dioleskan seluruh tubuh kecuali kepala dan leher selama 3 hari berturut-turut)

Rehabilitatif : Kontrol 1 minggu lagi ke Puskesmas, jika ada lesi baru obat topikal dapat diulangi lagi sampai dengan 10 hari karena salep 2-4 tidak efektif untuk semua stadium tungau terutama stadium telur. Diingatkan pada pasien bahwa yang paling penting adalah pemakaian obat yang benar, pemakaian salep 2-4 yang benar, CTM bila gatal, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, pengobatan dilakukan serentak untuk seluruh anggota keluarga.

Keluarga Binaan Skabies 24

PENULISAN RESEP Dinas Kesehatan Kodya Padang Puskesmas Alai Dokter Tanggal : Agri Jen Meiresty Raras : 4 3 - 2013

R/ Salep 2-4 pot No. I Sue (3 hari berturut-turut, kecuali wajah) R/ CTM tab 4 mg S3dd tab R/ Vitamin C tab S1dd tab 1 No. X No. V Pro : Nada Umur : 9 tahun Alamat : Jalan Jati Kampung Pinang No. 195, Padang

Keluarga Binaan Skabies 25

3.2.2

Kesehatan Rumah dan Lingkungan Berikut adalah beberapa permasalahan pokok yang kami temukan pada keluarga ini yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan : Kondisi rumah yang tidak bersih. Lantai rumah terlihat kotor dan rumah berantakan Ventilasi dan pencahayaan rumah sangat kurang. Tidak ada jendela di masing-masing ruangan sehingga kondisi rumah menjadi lembab karena kurangnya pencahayaan dan sirkulasi udara. Penghuni rumah yang banyak serta banyaknya barang di dalam rumah tidak sebanding dengan luas rumah. Pekarangan rumah terlihat gersang. Pasien dan kedua saudara perempuannya tidur bersama di satu kamar Banyak terdapat tumpukan barang dan pakaian di ruang tengah dan di kamar pasien, yang merupakan lingkungan yang baik untuk berkembang biaknya parasit seperti tungau skabies.

Pekarangan rumah

Keluarga Binaan Skabies 26

Kamar tidur

Keluarga Binaan Skabies 27

Dapur

Ruang tengah

Keluarga Binaan Skabies 28

Kamar mandi dan jamban

3.2.3 Kebiasaan Hidup Sehat Berikut adalah beberapa permasalahan pokok yang kami temukan pada keluarga ini berkaitan dengan kebiasaan hidup sehat: Kebiasaan memakai alat mandi dan handuk bersama. Jarang mengganti dan mencuci alas kasur dan alas bantal secara rutin. Kebiasaan menumpukkan dan menggantung pakaian di

sembarang tempat dan tidak menyimpan secara rapi di dalam lemari. Kebiasaan tidak menyetrika pakaian setelah dicuci. Jarang menjemur kasur dan sofa secara rutin Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun setelah beraktivitas dan sebelum makan. Tidak memperhatikan kebersihan kuku

Keluarga Binaan Skabies 29

3.2.4 Permasalahan Sosial dan Ekonomi Status sosial dan ekonomi pada keluarga ini termasuk pada status ekonomi kurang mampu dengan penghasilan kedua kakak pasien Rp. 2.000.000/bulan yang didapat dari bekerja sebagai karyawan swasta.

3.2.5 Permasalahan Psikologi Tidak ditemukan permasalahan psikologis ataupun kejiwaan pada keluarga pasien ini.

3.3 Pemecahan Masalah Setelah mengetahui pasti permasalahan yang ada pada keluarga ini kami lakukan diskusi tentang cara pemecahan masalah yang dihadapi oleh keluarga ini. Berikut adalah solusi pemecahan masalah yang kami dapatkan dan kami sampaikan kepada keluarga binaan pada saat home visit / kunjungan rumah berikutnya:

3.3.1 Kesehatan individu Pada pasien: Menghindari pemakaian baju, handuk, sprei secara bersama-sama. Jangan menggaruk bintik-bintik yang ada karena akan memperparah infeksi yang telah ada dan dapat menyebabkan penyebaran ke bagian tubuh yang lain. Jaga kebersihan diri dan lingkungan rumah. Gunting kuku secara teratur karena bisa saja tungau menempel pada kuku, dan untuk mencegah infeksi sekunder akibat garukan. Istirahat yang cukup Makan makanan yang sehat dan bergizi seimbang, perbanyak mengkonsumsi sayur dan buah-buahan. Mencuci bersih bahkan merebus handuk, sprei, pakaian, dan tirai kemudian menjemurnya pada terik matahari hingga kering dan menyetrikanya. Menjemur kasur dan sofa pada terik matahari.

Keluarga Binaan Skabies 30

Edukasi kepada pasien dan orang tuanya mengenai penyakit dan faktor penyebab penyakit, bahwa penyakit ini merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh sejenis tungau, adapun faktor yang menunjang perkembangan penyakit diantaranya kebersihan diri dan lingkungan yang kurang. Cara penularan penyakit ini dapat berupa kontak langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan sebagainya. Kontak tidak langsung melalui benda misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal sehingga perlu dihindari pemakaian baju, handuk, sprei secara bersama-sama.

Sesuai literature maka pasien diberikan medikasi berupa salep 2-4, CTM, dan vitamin C.

Edukasikan kepada pasien cara pemakaian obat yang benar (salep 24) yakni digunakan setelah mandi sore selama 24 jam, di seluruh tubuh kecuali kepala dan leher, jika kena air oleskan lagi, selama 3 hari berturut-turut.

Menjelaskan kepada pasien bahwa untuk pengobatannya pada pasien diberikan obat berbentuk salep dimana penggunaannya selama 3 hari berturut-turut dan dapat menimbulkan bau tidak sedap (bau belerang) dan mengotori pakaian.

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa selama dalam pengobatan diharapkan pasien membatasi aktivitas fisik sehingga pengobatan berjalan efektif.

Dengan memperhatikan cara pemakaian obat, menghilangkan faktor-faktor penyebab, memutus rantai penularan dengan

pengobatan seluruh anggota keluarga secara serentak dan temanteman pasien yang juga menderita penyakit ini, penyakit ini dapat diberantas. Kontrol 1 minggu lagi ke Puskesmas, jika ada lesi baru obat topikal dapat diulangi lagi sampai dengan 10 hari karena salep 2-4 tidak efektif untuk semua stadium tungau terutama stadium telur. Diingatkan pada pasien bahwa yang paling penting adalah pemakaian obat yang benar, pemakaian salep 2-4 yang benar, CTM

Keluarga Binaan Skabies 31

bila gatal, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, pengobatan dilakukan serentak untuk seluruh anggota keluarga.

Kesehatan individu pada anggota keluarga yang lain Berikut adalah pemecahan masalah pada anggota keluarga lain: Ibu Ramani / 41 tahun / Ibu pasien Nadia / 11 tahun / kakak pasien Zahara / 5 tahun / adik pasien Refan / 2,5 tahun / adik pasien Keluhan : bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal di sela-sela jari tangan dan kaki Untuk mengatasi masalah kesehatan pada keluarga pasien: Menjelaskan kepada keluarga bahwa penyakit ini

merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh sejenis tungau, adapun faktor yang menunjang perkembangan penyakit

diantaranya kebersihan diri dan lingkungan yang kurang. Penyakit ini dapat ditularkan melalui kontak langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan sebagainya. Kontak tidak langsung melalui benda misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal sehingga perlu dihindari pemakaian baju, handuk, sprei secara bersama-sama. Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa pengobatan penyakit ini dilakukan secara serentak untuk semua anggota keluarga. Bersamaan dengan penggunaan salep, dianjurkan agar pasien dan keluarga membersihkan setiap ruangan rumah serta mencuci sprei, tirai, dan pakaian dengan air hangat kemudian di jemur pada terik matahari dan disetrika setelah kering. Selain itu kasur dan sofa dijemur pada terik matahari. Selain pengobatan dan pembersihan rumah, diharapkan pasien dan keluarga mengubah pola hidup yang tidak sehat antara lain jangan menggunakan alat mandi dan handuk bersama serta memperbaiki ventilasi rumah agar kondisi rumah tidak lembab. Keluarga Binaan Skabies 32

karena pengobatan penyakit ini tidak ada berjalan efektif jika hanya dari penggunaan obat saja tanpa diikuti dengan perubahan pola hidup.

Handre / 22 tahun / kakak pasien Ari / 19 tahun / kakak pasien Edo / 16 tahun / kakak pasien Kondisi: tidak mengalami keluhan bintik kemerahan yang gatal seperti yang dialami ibu dan adik-adiknya. Menjelaskan kepada kakak-kakak pasien yang tidak mengalami keluhan ini untuk turut berobat dengan menggunakan obat salep seperti yang digunakan ibu dan adik-adiknya. Karena prinsip pengobatan penyakit scabies ini seluruh anggota keluarga yang berada di satu rumah dengan pasien harus turut memakai obat meskipun hiposensitisasi.

3.3.2 Kesehatan Rumah dan Lingkungan Berikut adalah pemecahan masalah pada keluarga ini yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan : Menjaga kebersihan rumah dengan rutin menyapu lantai setiap hari agar tidak berdebu. Menjaga kebersihan halaman rumah dan halaman rumah yang gersang sebaiknya ditanami tanaman sehingga menambah keasrian dan kesejukan rumahnya Sebaiknya ventilasi udara yang terdapat dirumah diperbaiki dan ditambah agar sirkulasi udara di rumah tersebut baik dan rumah tidak lembab. Keluarga dimotivasi untuk memperbaiki ventilasi dan penerangan dengan membuka pintu rumah pada siang hari dan menggunakan kipas angin yang selalu dibersihkan. Menyusun dan menata kembali barang-barang yang ada di dalam rumah, serta membuang benda yang dirasa tidak perlu agar ruangan rumah tampak lebih lapang dan lebih rapi. Keluarga Binaan Skabies 33

3.3.3 Kebiasaan Hidup Sehat Berikut adalah beberapa pemecahan masalah pada keluarga ini berkaitan dengan kebiasaan hidup sehat : Tidak lagi menggunakan alat mandi bersama, memakai handuk kepunyaan sendiri, serta menggunakan sabun cair. Membiasakan untuk mengganti sprei dan alas bantal secara rutin, yaitu minimal setiap sebulan sekali. Selain itu juga membiasakan untuk rutin membersihkan dan menjemur kasur dan sofa di bawah terik matahari Kebiasaan menumpukkan dan menggantung pakaian didalam rumah atau di sembarang tempat merupakan kebiasaan yang tidak baik karena akan menjadi sarang debu dan merupakan lingkungan yang baik untuk berkembang biaknya parasit seperti tungau scabies. Biasakan menyetrika pakaian setelah dicuci dan menyimpannya secara rapi di dalam lemari. Menyarankan kepada ibu pasien untuk menyicil menyetrika setiap harinya agar pakaian yang belum disetrika tidak menumpuk sehingga ibu pasien tidak merasa malas untuk menyetrika. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dianjurkan untuk menjaga kebersihan diri, memakan makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup sehingga tubuh mempunyai mekanisme perlawanan yang baik untuk mencegah timbulnya penyakit. Kebiasaan olahraga tidak ada pada seluruh anggota keluarga merupakan salah satu penyebab daya tahan tubuh pada keluarga tersebut rendah. Karena itu dianjurkan untuk berolah raga minimal 2 kali seminggu, setidaknya dengan melakukan aktivitas jalan pagi bersama dan gotong royong membersihkan rumah dan

pekarangannya. Jangan buang sampah di sembarang tempat, dan jangan membiarkan sampah berserakan di dalam rumah.

Keluarga Binaan Skabies 34

Menciptakan lingkungan dan kebiasaan diri yang bersih seperti membersihkan tangan dengan sabun, memperhatikan kebersihan kuku, suplai air yang tidak terkontaminasi, penggunaan jamban yang bersih.

Pasien sebaiknya kontrol teratur ke Puskesmas jika masih ada keluhan atau tidak tercapainya pengobatan.

FOLLOW UP Follow Up I (Home Visit Tanggal 11 Maret 2013 pukul 14.00) Riwayat penyakit sekarang ; Gejala gatal masih ada Bintik-bintik kemerahan di sela-sela jari tangan kanan dan kiri, lengan, dan di sela-sela jari kaki masih ada Pasien tidak memakai salep dengan benar sesuai anjuran. Pasien sudah menggunakan salep seluruh badan tetapi beberapa jam setelah itu pasien mandi dan tidak mengoleskan salep lagi Ibu pasien sudah mengganti seprai, mencuci pakaian, namun tidak menjemur kasur dan sofa Kondisi rumah masih terlihat kurang bersih dan berantakan. Nafsu makan baik Aktivitas sehari-hari aktif

Pemeriksaan Fisik Vital sign baik Status lokalisata :

Keluarga Binaan Skabies 35

Lokasi

: pada sela-sela jari tangan kanan dan kiri, lengan, dan sela jari kaki kanan dan kiri.

Distribusi Bentuk Susunan Batas Ukuran Efloresensi A/ Skabies P/

: terlokalisir : Tidak khas : Tidak khas : Tidak tegas : milier - lentikuler : Papul eritema, skuama halus

Memotivasi pasien untuk kontrol kembali ke Puskesmas, untuk mengulang pengobatan dengan salap Edukasikan kepada pasien dan keluarganya cara pemakaian obat yang benar (salep 2-4) yakni digunakan setelah mandi sore selama 24 jam, di seluruh tubuh kecuali kepala dan leher, jika kena air atau pasien mandi oleskan lagi, selama 3 hari berturut-turut.

Memotivasi ibu untuk menjalankan nasehat tentang upaya pembasmian tungau secara menyeluruh yaitu dengan menjemur kasur dan sofa, mencuci pakaian dengan air hangat, dll.

Meminta pasien untuk menggunting kuku secara teratur karena bisa saja tungau menempel pada kuku, dan untuk mencegah infeksi sekunder akibat garukan

Follow Up ke 2 (Home Visite Tanggal 15 Maret 2013 pukul 14.00) Riwayat penyakit sekarang ; Gejala gatal masih ada Bintik-bintik kemerahan masih ada Pasien dan anggota keluarga yang memiliki keluhan sudah memakai salep sesuai anjuran, tetapi anggota keluarga yang tidak ada keluhan tidak ikut menggunakan salep.

Keluarga Binaan Skabies 36

Ibu pasien sudah mengganti seprai, mencuci pakaian, menjemur sofa dan kasur. Kondisi rumah masih terlihat kurang bersih dan berantakan. Anggota keluarga sudah memakai handuk sendiri-sendiri, tapi untuk pemakaian spons mandi masih bersama. Keluarga pasien sudah merencanakan untuk menambah ventilasi rumah tetapi masih terkendala dana. Nafsu makan baik Aktivitas sehari-hari aktif

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik Vital sign baik Status lokalisata :

Lokasi

: pada sela-sela jari tangan kanan dan kiri, lengan, dan sela jari kaki kanan dan kiri.

Distribusi Bentuk Susunan Batas Ukuran Efloresensi A/ Skabies

: terlokalisir : Tidak khas : Tidak khas : Tidak tegas : milier - lentikuler : Papul eritema, skuama halus

Keluarga Binaan Skabies 37

P/ Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa pengobatan penyakit ini dilakukan secara serentak untuk semua anggota keluarga. Kakak-kakak pasien yang tidak mengalami keluhan ini harus turut berobat dengan menggunakan obat salep seperti yang digunakan ibu dan adik-adiknya. Karena prinsip pengobatan penyakit skabies ini seluruh anggota keluarga yang berada di satu rumah dengan pasien harus turut memakai obat meskipun hiposensitisasi. Tidak lagi menggunakan alat mandi bersama, menggunakan sabun cair tapi tidak menggunakan spons mandi secara bersama Keluarga dimotivasi untuk memperbaiki ventilasi dan penerangan dengan membuka pintu rumah pada siang hari dan menggunakan kipas angin yang selalu dibersihkan, agar kondisi rumah tidak lembab.

Follow Up ke 3 (Home Visite Tanggal 19 Maret 2013 pukul 14.00) Riwayat penyakit sekarang ; Gejala gatal masih ada Bintik-bintik kemerahan sudah berkurang tapi yang di sela-sela jari kaki kanan dan kiri masih ada

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik Vital sign baik Status lokalisata :

Keluarga Binaan Skabies 38

Lokasi Distribusi Bentuk Susunan Batas Ukuran Efloresensi A/ Skabies

: sela jari kaki kanan dan kiri : terlokalisir : Tidak khas : Tidak khas : Tidak tegas : milier - lentikuler : Papul eritema, skuama halus

P/ Terus memotivasi ibu untuk menerapkan pola gizi seimbang terhadap makanan anaknya sehari hari (tidak harus mahal, spt : tempe, telur, tahu, ikan ) Memotivasi ibu untuk menjaga kebersihan personal anaknya dengan mandi 2x sehari, selalu mengganti pakaian setiap kali mandi, mencuci tangan sebelum dan setelah makan, setelah dari toilet dan setelah bermain. Memotivasi ibu untuk tetap meningkatkan kebersihan keluarga dan lingkungan rumahnya Menyarankan pasien dan keluarganya untuk kontrol teratur ke puskesmas, untuk mengobati penyakit scabies ini hingga tuntas Menyarankan pemberian obat topikal yang efektifitasnya lebih tinggi dibandingkan salep 2-4 menimbang kondisi penyakit pasien yang tidak mengalami perbaikan dengan penggunaan salep 2-4 tersebut. Selain itu, mengingat anggota keluarga yang cukup banyak dan memiliki aktivitas yang beragam sehingga penggunaan salep 2-4 menjadi kurang efektif.

Keluarga Binaan Skabies 39

DAFTAR

PUSTAKA

1.

Tabri F. Skabies pada bayi dan anak. Dalam: Boediardja SA, Sugito TL, Kurniati DD, editor. Infeksi kulit pada bayi dan anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2003.p.62-79.

2.

Meinking T, Taplin D. Scabies, infestation. Dalam: Schachner LA, Hansen RC, editor. Pediatric Dermatology, edisi ke-2. New York: Churchill Livingstone Inc., 1995.1347-89.

3.

Kramer WL, Mock DE. Scabies. Insect and pests. Available at: http://www.Ianr.uw.edu/pubs/g_1295.htm. Diunduh pada 10 Maret 2006

4.

Handoko RP. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2002.

5.

Bagian Kulit dan Kelamin. Pedoman pelayanan medis Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Perjan RSCM. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 2005.

6.

Sungkar S. Skabies. Jakarta: Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia, 1995.

7.

Amer M, El-Gharib I. Clinical trials permethrin versus crotamiton and lindane in the treatment of scabies. International Journal of Dermatology 1992;31:357-8.

8.

Schultz MW, Gomez M, Hansen RC, et al. Comparative study of 5% permethrin cream and 1% lindane lotion for the treatment of Scabies. Archives of Dematology 1990;126:167-70.

9.

Gan GL, Azwar A, Wonodirekso S. A primer on family medicine practice. Singapore: Singapore International Foundation, 2004.

Keluarga Binaan Skabies 40

Anda mungkin juga menyukai