Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan keluarga adalah suatu keadaan yang mencerminkan status
kesehatan dari keluarga, sementara keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat.
Ditinjau dari kedudukan keluarga sebagai unit terkecil, maka kesehatan keluarga
dengan sendirinya akan menjadi faktor yang sangat strategis dalam menentukan
derajat kesehatan masyarakat. Terwujudnya keadaan sehat merupakan idaman dari
semua pihak baik secara individu, keluarga, maupun semua anggota masyarakat.
Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU No. 23 Tahun
1992).
Bloom (1974) menyatakan bahwa status kesehatan masyarakat
dipengaruhi oleh 4 faktor penting yang saling berkaitan yaitu: faktor lingkungan,
faktor pelayanan kesehatan, faktor keturunan, dan faktor perilaku. Karena
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat, maka kesehatan keluarga juga akan
dipengaruhi oleh 4 faktor tersebut. Penilaian yang baik terhadap ke empat faktor
ini dalam kesehatan keluarga akan dapat memberikan gambaran tentang masalah
kesehatan keluarga, yang selanjutnya dapat memberikan solusi untuk masalah
tersebut.
Family Oriented Medical Education III yang dilaksanakan di Puskesmas
merupakan wadah yang tepat untuk menerapkan pengelolaan masalah kesehatan
masyarakat, khususnya masalah kesehatan dalam keluarga sebagai unit terkecil
masyarakat. Puskesmas sebagai sarana dan fasilitas kesehatan terdepan dalam
menangani dan mengatasi masalah kesehatan masyarakat memiliki peranan yang
sangat penting dalam mengelola masalah kesehatan keluarga.
Budaya bersih merupakan cerminan sikap dan perilaku masyarakat dalam
menjaga dan memelihara kebersihan pribadi dan lingkungan dalam kehidupan
sehari-hari.Penyakit menular berbasis lingkungan dan perilaku seperti
tuberkulosis paru, infeksi saluran pernapasan atas, diare, dan penyakit kulit masih

1
merupakan masalah kesehatan yang juga dapat ditemukan di komunitas terkecil
pada masyarakat, yaitu lingkungan keluarga (Depkes, 2000).
Skabies merupakan penyakit kulit akibat infestasi tungau Sarcoptes
scabiei. Penyakit yang mempengaruhi semua jenis ras di dunia tersebut ditemukan
hampir pada semua negara di seluruh dunia dengan angka prevalensi yang
bervariasi. Di beberapa negara berkembang prevalensinya dilaporkan 6 – 27%
populasi umum dan insidens tertinggi pada anak usia sekolah dan remaja.
Perkembangan penyakit ini juga dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi yang
rendah, tingkat higiene yang buruk, kurangnya pengetahuan, dan kesalahan dalam
diagnosis serta penatalaksanaan.
Di Indonesia, penyakit ini masih menjadi masalah tidak saja di daerah
terpencil, tetapi juga di kota-kota besar bahkan di Jakarta. Kondisi kota Jakarta
yang padat merupakan faktor pendukung perkembangan skabies. Berdasarkan
pengumpulan data Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia (KSDAI) tahun
2001, dari 9 rumah sakit di 7 kota besar di Indonesia, jumlah penderita skabies
terbanyak didapatkan di Jakarta yaitu 335 kasus di 3 rumah sakit.
Masalah kesehatan yang terkait dengan faktor yang berpengaruh
diidentifikasi dengan memperhatikan konsep Mandala of Health, dan diselesaikan
dengan pendekatan individual untuk penatalaksanaan klinisnya serta pendekatan
keluarga dan komunitas untuk penyelesaian faktor yang berpengaruh. Pendekatan
tersebut diterapkan secara menyeluruh, paripurna, terintegrasi, dan
berkesinambungan. Penatalaksanaan kasus bertujuan mengidentifikasi masalah
klinis pada pasien dan keluarga serta faktor-faktor yang berpengaruh,
menyelesaikan masalah klinis pada pasien dan keluarga, dan mengubah perilaku
kesehatan pasien dan keluarga serta partisipasi keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga diperlukan adanya
upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan secara
umum, khususnya tentang penyakit menular sehingga diharapkan ada perubahan
sikap serta diikuti dengan perubahan perilaku kebersihan perorangan dengan hasil
akhir menurunnya angka kesakitan penyakit menular.

2
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Mengidentifikasi masalah kesehatan pada keluarga binaan.
1.2.2 Melakukan intervensi terhadap masalah kesehatan yang ada pada keluarga
binaan.

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Dapat menjadi masukan kepada masyarakat, petugas Puskesmas dan
khususnya keluarga sebagai upaya melakukan pengendalian terhadap
Penyakit Skabies.
1.3.2 Sebagai bahan pembelajaran dan menambah pengetahuan penulis dalam
menganalisa dan melakukan intervensi pada permasalahan yang dihadapi
oleh keluarga binaan penulis.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Skabies yang mempunyai sinonim berupa the itch, gudik, budukan, atau
gatal agogo merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varhominis, dan produknya.1

2.2 Etiologi
Sarcoptes Scabei termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo
Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabei var.
hominis. Secara morfologi merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini berwarna putih kotor, dan tidak
bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350
mikron, sedangkan jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron.
Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat
untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,
sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan
keempat berakhir dengan alat perekat.1,2
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut, setelah kopulasi (perkawinan)
yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat
hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah
dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3
milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai
mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup
sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa
yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh
siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara
8-12 hari.3,4

4
Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3-4 hari, kemudian larva
meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva
berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau scabies betina
membuat liang di epidermis dan meletakkan telur-telurnya didalam liang yang
ditinggalkannya, sedangkan tungau scabies jantan hanya mempunyai satu tugas
dalam kehidupannya, yaitu kawin dengan tungau betina setelah melaksanakan
tugas mereka masing-masing akan mati.5

2.3 Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi
juga oleh penderita akibat garukan. Penularan juga dapat terjadi karena
bersalaman atau bergandengan tangan yang lama dengan penderita sehingga
terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kuman skabies berpindah ke lain
tangan.Kuman skabies dapat menyebabkan bintil (papul, gelembung berisi air,
vesikel dan kudis) pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah
infestasi.Pada saat ini kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya
papul, vesikel, urtikaria dan lain-lain.Dengan garukan dapat menimbulkan erosi,
ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal-gatal yang terjadi
dapat lebih luas dari lokasi tungau.4,5

2.4 Gejala Klinis


Gatal merupakan gejala utama sebelum gejala klinis lainnya muncul, rasa
gatal biasanya hanya pada lesi tetapi pada scabies kronis gatal dapat dirasakan
pada seluruh tubuh. Gejala yang timbul antara lain ada rasa gatal yang hebat pada
malam hari, ruam kulit yang terjadi terutama dibagian sela-sela jari tangan, bawah
ketiak, pinggang, alat kelamin, sekeliling siku, aerola mammae (area sekeliling
puting susu) dan permukaan depan pergelangan.5,6
Bintik-bintik itu akan menjadi bernanah jika terinfeksi, dimana ada empat
tanda kardinal yaitu :6,7
1. Pruritus nokturna, yaitu gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktifitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

5
2. Penyakit ini menyerang secara kelompok, mereka yang tinggal di asrama,
barak-barak tentara, pesantren maupun panti asuhan berpeluang lebih
besar terkena penyakit ini. Penyakit skabies amat mudah menular melalui
pemakaian handuk, baju maupun seprai secara bersama-sama. Penyakit
Skabies mudah menyerang daerah yang tingkat kebersihan diri dan
lingkungan masyarakatnya rendah.
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau
vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf
(pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya
merupakan tempat dengan stratum komeum yang tipis, yaitu: sela-sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak
bagian depan, areola mammae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia
ekstema (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang
telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik, dapat
ditemukan satu atau lebih stadium tungau ini.
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal
tersebut.

2.5 Penularan
Penularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung, adapun cara penularannya adalah:2,4,7
1. Kontak langsung (kulit dengan kulit)
Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat
tangan, tidur bersama dan hubungan seksual.Pada orang dewasa hubungan
seksual merupakan hal tersering, sedangkan pada anak-anak penularan
didapat dari orang tua atau temannya.
2. Kontak tidak langsung (melalui benda)
Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui perlengkapan
tidur, pakaian atau handuk.

6
2.6 Diagnosis
Cara menemukan tungau:2,7
1. Carilah mula – mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul
atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas sebuah kaca
objek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop
cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas
putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya : lesi dijepit dengan 2 jari kemudian
dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya.
4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E

2.7 Pengobatan
Syarat obat yang ideal adalah:
1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau
2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian
4. Mudah diperoleh dan harganya murah.
Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati
(termasuk penderita yang hiposensitasi).
Jenis – jenis obat topikal:2,4,7,8
1. Belerang endap (sulfur presipitatum)
Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4 – 20% dalam bentuk
salap atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur,
maka penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang
lain adalah berbau dan mengotori pakaian dan kadang – kadang
menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2
tahun.

7
2. Emulsibenzil – benzoas (20 – 25%)
Emulsibenzil – benzoas (20 – 25%), efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama tiga hari.Obat ini sulit diperoleh, sering
memberikan iritasi, dan kadang – kadang makin gatal setelah pemakaian.
3. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan = gammexane)
Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan = gammexane) kadarnya 1 %
dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap
semua stadium, mudah digunakan, dan jarang member iritasi. Obat ini
tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil, karena
toksis terhadap susunan saraf pusat.Pemberiannya cukup sekali, kecuali
jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.
4. Permetrin 5 %
Permetrin 5 % dalam krim, kurang toksik dibandingkan dengan gameksan,
efektivitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila
belum sembuh diulangi setelah seminggu.Tidak dianjurkan pada bayi di
bawah umur 2 bulan.

2.8 Pencegahan
Penyakit skabies sangat erat kaitannya dengan kebersihan dan lingkungan
yang kurang baik, oleh sebab itu untuk mencegah penyebaran penyakit skabies
dapat dilakukan dengan cara:7
a. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun.
b. Mencuci pakaian, sprai, sarung bantal, selimut dan lainnnya secara
teratur minimal 2 kali dalam seminggu.
c. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.
d. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.
e. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang
dicurigai terinfeksi skabies.
f. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup.
Menjaga kebersihan tubuh sangat penting untuk menjaga infestasi
parasit.Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta menghindari kontak langsung
dengan penderita, mengingat parasit mudah menular pada kulit.Walaupun

8
penyakit ini hanya merupakan penyakit kulit biasa, dan tidak membahayakan
jiwa, namun penyakit ini sangat mengganggu kehidupan sehari-hari. Bila
pengobatan sudah dilakukan secara tuntas, tidak menjamin terbebas dari infeksi
ulang.1 Langkah-langkah yang dapat diambil dalam pencegahan penyakit skabies
adalah sebagai berikut:2,3,5
a. Suci hamakan sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara
merendam di cairan antiseptik.
b. Cuci semua handuk, pakaian, sprai dalam air sabun hangat dan gunakan
setrika panas untuk membunuh semua telurnya, atau dicuci kering (dry-
cleaned).
c. Keringkan topi dan jaket.
d. Hindari pemakaian bersama sisir atau alat cukur dan lainnya.
Departemen Kesehatan RI 2002, memberikan beberapa cara pencegahan
dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat dan komunitas kesehatan
tentang cara penularan penyakit skabies. Diagnosis dini dan cara pengobatan
penderita skabies dan orang-orang yang kontak meliputi:
a. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya.
b. Laporkan kepada Dinas Kesehatan setempat namun laporan resmi jarang
dilakukan.
c. Isolasi penderita yang terinfeksi penyakit skabies. Yang terinfeksi
penyakit skabies sampai dilakukan pengobatan. Penderita yang dirawat di
Rumah Sakit di isolasi sampai dengan 24 jam setelah dilakukan
pengobatan yang efektif.

2.9 Prognosis
Quo Ad vitam : bonam
Quo Ad sanationam : bonam
Quo Ad fungsionam : bonam
Quo Ad cosmeticum : bonam
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain higiene), maka
penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik.5,8

9
BAB 3
LAPORAN KELUARGA BINAAN

Nama Kepala Keluarga : Chairil Anwar


Alamat : Tanah Sirah RT 001/RW 002 Kecamatan Lubuk
Begalung, Kota Padang, Sumatera Barat.

3.1 Data Demografi Keluarga

Tabel 3.1 Anggota keluarga yang tinggal serumah

Kedudukan
Jenis
No Nama dalam Umur Pendidikan Pekerjaan
kelamin
keluarga
Kepala
Chairil SLTA/
1 Keluarga Laki-laki 47 tahun Pedagang
Anwar Sederajat
(Ayah)
SLTA/ Ibu Rumah
2 Januarti Ibu Perempuan 44 tahun
Sederajat Tangga
M. Iqbal Al Tamat Pelajar/
3 Anak Laki-laki 18 tahun
Fajri SMA Mahasiswa
M. Fauzan Kelas 1
4 Anak Laki-laki 13 tahun Pelajar
Saputra SMP
M. Farid
Kelas 5
5 Akbar Anak Laki-laki 11 tahun Pelajar
SD
Saputra

10
3.2 Genogram

3.3 Eco-map

11
3.4 SCREEM
- Social : Interaksi dengan tetangga baik, keluarga ikut kegiatan sosial yang
diadakan masyarakat setempat bila tidak berhalangan hadir
- Culture : Keluarga mengikuti semua budaya, tatakrama yang ada yang
sesuai dengan daerah tempat tinggal, dan keluarga menyadari penuh
mengenai etika dan sopan santun
- Religious : Pasien dan keluarga beragama Islam.
- Economic : Termasuk golongan kurang mampu, Pendapatan keluarga ±
1.500.000 Rupiah/Bulan.
- Educational : Pasien baru tamat SMA
- Medical: Anggota keluarga tidak mengalami kesulitan mendapatkan
pelayanan kesehatan yang memadai di sarana kesehatan terdekat.

3.5 Family Lifeline


Year Life Event
2001 Pasien lahir

12
2007 Pasien masuk SD
2013 Pasien masuk SMP
2016 Pasien masuk SMA
2019 Pasien lulus SMA, pasien menderita skabies

3.6 Fungsi-fungsi dalam keluarga


4 Tabel 3.2 Fungsi-fungsi dalam keluarga
Kesimpulan pembina
Fungsi Keluarga Penilaian untuk fungsi keluarga
yang bersangkutan
Biologis: a. Menilai fungsi Keluarga mengetahui
Adalah sikap dan biologis keluarga masalah biologis mereka
perilaku keluarga berjalan dengan baik dengan baik, namun
selama ini dalam atau tidak belum cukup memahami
menghadapi risiko b. Mengidentifikasi cara mengatasi atau
masalah biologis, kelemahan atau mencegah masalah
pencegahan, cara disfungsi biologis dalam tersebut, keluarga juga
mengatasinya dan keluarga. tidak mengetahui dampak
beradaptasi dengan c. Menjelaskan dampak yang ditimbulkan
masalah biologis disfungsi biologis kedepannya ataupun cara
(masalah fisik terhadap keluarga mencegah agar penyakit
jasmaniah) tidak menyebar dan
berulang.
Psikologis: a. Mengidentifikasi Hubungan psikologis
Adalah sikap dan
sikap dan perilaku antara keluarga berjalan
perilaku keluarga
keluarga dalam dengan baik, setiap
selama ini dalam
membangun hubungan anggota keluarga selalu
membangun hubungan psikologis internal antar terbuka satu sama lain,
psikologis internal antar
anggota keluarga. dan selalu menceritakan
anggota keluarga.
b. Mengidentifikasi cara masalah mereka dengan
Termasuk dalam hal keluarga dalam hal anggota keluarga lain,
memelihara memelihara kepuasan dan semua anggota
kepuasan psikologis
psikologis seluruh keluarga terus memberi
seluruh anggota
anggota keluarga. dukungan satu sama lain.
keluarga dan
c. Identifikasi dan
manajemen keluarga
menilai manajemen
dalam mengahadapikeluarga dalam
masalah psikologis menghadapi masalah
psikologis.
Sosial: a. Menilai sikap dan Kedua orang tua pasien
Adalah sikap dan perilaku keluarga merupakan tamatan SMA,
perilaku keluarga selama ini dalam orang tua sadar akan
selama ini dalam mempersiapkan anggota pentingnya pendidikan
mempersiapkan keluarga untuk terjun ke untuk anaknya. Orang tua

13
anggota keluarga untuk tengah masyarakat. berusaha untuk
terjun ke tengah b. Membuat daftar menyekolahkan semua
masyarakat. pendidikan formal dan anaknya. Anak pertama
Termasuk di dalamnya informal (termasuk tahun ini tamat SMK,
pendidikan formal dan kegiatan organisasi) anak kedua saat ini kelas
informal untuk dapat yang didapat anggota 1 SMP, dan anak ketida
mandiri keluarga untuk dapat yaitu kelas 5 SD.
mandiri di tengah Hubungan keluarga
masyarakat. dengan tetangga sekitar
cukup baik, pasien suka
berbaur dengan tetangga.
Ibu adalah kader
kesehatan di wilayah tsb.
Ekonomi dan a. Menilai sikap dan Dari segi ekonomi dapat
pemenuhan perilaku keluarga dinilai bahwa keluarga ini
kebutuhan: selama ini dalam usaha termasuk dalam ekonomi
Adalah sikap dan pemenuhan kebutuhan menengah kebawah,
perilaku keluarga primer, sekunder dan dimana keluarga pasien
selama ini dalam usaha tertier. dapat memenuhi
pemenuhan kebutuhan b. Menilai gaya hidup kebutuhan hidup sehari-
primer, sekunder dan danprioritas penggunaan hari, namun di luar itu
tertier uang masih tampak sulit. Ibu
merupakan ibu rumah
tangga yang juga
merupakan kader
kesehatan, dan ayah
berdagang. Kadang ibu
berjualan makanan di
depan rumah untuk
sarapan atau untuk
berbuka. Prioritas
penggunaan uang
digunakan untuk
memenuhi kebutuhan
pokok dan untuk biaya
sekolah

Lampiran data pendidikan formal dan informal anggota keluarga termasuk


organisasi

Nama Status Sekolah Tahun Tamat Organisasi


Chairil Anwar Ayah SD 1985 LSM
SMP 1991
SMA 1994
Januarti Ibu SD 1984 Kader
SMP 1990

14
SMA 1993
Iqbal Anak SD 2013 -
pertama SMP 2016
SMA 2019
Fauzan Anak SD 2018 -
kedua SMP (kelas 2 SMP
saat ini)
Farid Anak SD (kelas 5 SD -
ketiga saat ini)

3.7 Data Risiko Internal Keluarga


Tabel 3.3 Perilaku kesehatan keluarga
Perilaku Sikap dan perilaku Kesimpulan Pembina
keluarga yang untuk perilaku keluarga
menggambarkan
perilaku tersebut
Kebersihan pribadi -Tampilan kurang rapi Perhatian keluarga terhadap
dan lingkungan - Kebersihan rumah kebersihan pribadi, rumah,
Apakah tampilan tidak baik dan lingkungan sangat tidak
individual dan - Barang-barang di baik.
lingkungan bersih dan rumah pasien tidak
terawat, bagaimana tertata rapi.
kebiasaan perawatan - kamar mandi dan
kebersihannya jamban pasien berada
didalam rumah namun
tidak ada septic tank
- Pekarangan rumah
pasien tidak ada, pasien
mencuci pakaian dengan
jada laundry.
Pencegahan spesifik -Keluarga mau Perhatian pasien dan
Termasuk perilaku mengikuti program keluarga terhadap
imunisasi anggota kesehatan oleh pencegahan penyakit dinilai
keluarga, gerakan pemerintah namun cukup baik.
pencegahan penyakit keluarga kurang telaten
lain yang telah dalam melakukan
dianjurkan (baik pencegahan di
penyakit menular lingkungan keluarga.
maupun tidak menular) -Anggota keluarga
pasien telah
mendapatkan imunisasi
lengkap.

Gizi Keluarga -Cara pengadaan: Dalam pemenuhan gizi


Pengaturan makanan Belanja dan masak dapat disimpulkan bahwa
keluarga, mulai cara sendiri. pemberian gizi anggota
pengadaan, kuantitas -Kuantitas: frekuensi keluarga cukup terpenuhi.

15
dan makan anggota keluarga Dalam hal kuantitas dinilai
kualitas makanan serta secara umum 3x/hari cukup.
perilaku terhadap diet -Kualitas: 1 piring nasi,1
yang dianjurkan bagi potong lauk dan sayur
penyakit tertentu pada - Diet:
anggota keluarga Normal karbohidrat
Normal protein
Normal lemak

Latihan jasmani/ Pasien kurang aktivitas, Perhatian keluarga terhadap


aktifitas fisik hanyak kegiatan sekolah latihan jasmani/ aktifitas
Kegiatan keseharian dan biasa menghaniskan fisik dinilai kurang.
untuk menggambarkan waktu bermain game di
apakah sedentary life warung internet.
cukup atau tertaur dalam
latihan jasmani.
Physical exercise tidak
selalu harus berupa
olahraga seperti sepak
bola, badminton, dsb

Penggunaan Dalam penggunaan Dalam penggunaan


pelayanan layanan kesehatan, pelayanan kesehatan dinilai
kesehatan keluarga cukup sering baik.
Perilaku keluarga datang ke puskesmas
apakah namun hanya untuk
datang ke posyandu, kuratif saja.
puskesmas, dsb untuk
preventif atau hanya
kuratif, atau kuratif ke
pengobatan
komplimenter dan
alternatif (sebutkan
jenisnya dan berapa
keseringannya)

Kebiasaan / perilaku Dalam anggota keluarga Dalam menjaga kebiasaan /


lainnya yang buruk ada yang merokok, tidak perilaku
untuk kesehatan ada minum alkohol, disimpulkan kurang baik.
Misalnya merokok, terdapat kebiasaan
minum alkohol, begadang.
bergadang, dsb.
Sebutkan keseringannya
dan banyaknya setiap
kali
dan jenis yang
dikonsumsi

16
3.8 Data Sarana Pelayanan Kesehatan dan Lingkungan Keluarga
Tabel 3.4 Faktor pelayanan kesehatan
Faktor Keterangan Kesimpulan pembina untuk
faktor pelayanan kesehatan
Pusat pelayanan Puskesmas dan rumah Keluarga bisa
kesehatan yang sakit menggunakan fasilitas
digunakan oleh kesehatan sesuai dengan
keluarga kebutuhannya.
Cara mencapai pusat Menggunakan motor Keluarga tidak mengalami
pelayanan kesehatan kesulitan untuk mencapai
tersebut pusat pelayanan kesehatan
Tarif pelayanan 1. Sangat mahal Pasien mempunyai kartu
kesehatan tersebut 2. Mahal BPJS.
dirasakan 3. Terjangkau
4. Murah
5. Gratis
Kualitas pelayanan ● Sangat baik Baik
kesehatan tersebut ● Baik
dirasakan ● Biasa
● Tidak memuaskan
● Buruk

Tabel 3.5. Lingkungan tempat tinggal


Kepemilikan rumah : milik ibu mertua
Daerah perumahan : padat
Karakteristik rumah dan lingkungan Kesimpulan pembina untuk
lingkungan tempat tinggal
Luas rumah : 10x6 m2 Luas
Jumlah orang dalam satu rumah : 5 orang Banyak
Luas halaman rumah : 2x2 m2 Halaman rumah tidak luas
Tidak bertingkat
Lantai rumah Semen halus
Dinding rumah Permanen
Penerangan didalam rumah Kurang baik
Jendela: jumlah 8, jendela tidak dibuka,
sehingga pertukaran udara kurang baik
Listrik : Ada
Ventilasi Ventilasi tidak ada
Kelembapan rumah : lembab
Kebersihan dalam rumah Kurang bersih
Tata letak barang dalam rumah Padat
Kamar mandi : ada, didalam rumah Kurang bersih
Jamban : di dalam kamar mandi
Saluran pembuangan: ada

17
Sumber air bersih : sumur
Sumber air minum : Air isi ulang

3.9 Identifikasi Masalah Pasien


3.9.1 Keluhan Utama
Bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal hampir di kedua tangan dan kaki
sejak 2 minggu yang lalu.
3.9.2 Riwayat Penyakit Sekarang
− Bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal di kedua tangan dan kaki sejak 2
minggu yang lalu. Awalnya bintik-bintik kemerahan yang gatal ini muncul
pada sela-sela jari tangan kanan dan kiri sebesar ujung jarum pentul yang
kemudian menyebar ke tangan kanan dan kiri, sela jari kaki kanan dan kiri,
tungkai kanan dan kiri.
− Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari dan
menyebabkan pasien sering terbangun malam hari dan bertambah gatal
bila berkeringat. Karena gatal tersebut pasien sering menggaruk bintik-
bintik kemerahannya.
− Demam sejak 3 hari yang lalu, demam hilang timbul, tidak tinggi, tidak
disertai menggigil dan berkeringat dingin. Batuk, pilek, sesak napas tidak
ada.
− Teman dekat pasien mengalami keluhan yang sama sejak 1 minggu
sebelum keluhan pada pasien muncul. Pasien setiap hari bermain ke
warnet bersama temannya tersebut, menggunakan bilik warnet yang sama
dengan temannya.
− Pasien tinggal di rumah bersama orang tua dan 2 adik pasien. Pasien tidur
di kasur yang sama dengan kedua adiknya.
− Pasien memakai handuk dan sabun batang yang sama dengan orang tua
dan adik-adiknya.
− Pasien sering berganti-ganti pakaian dengan ayah dan adiknya.
− Sprei dan sarung bantal diganti 2 bulan sekali, terakhir diganti 1 minggu
yang lalu.
− Pasien mandi dan mengganti pakaian 1 kali sehari.

18
− Pasien sudah berobat ke puskesmas 1 minggu yang lalu, diberikan salep
Permethrin namun tidak ada perbaikan keluhan.
− Riwayat digigit serangga tidak ada.
− Riwayat berkebun dan sering berkontak dengan tanah tidak ada.
− Riwayat mengoleskan obat atau ramuan tradisional pada sela jari tidak
ada.

3.9.3 Riwayat Penyakit Dahulu & Riwayat Penyakit Keluarga


− Pasien belum pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya.
− Orang tua dan kedua adik pasien juga menderita keluhan bintik-bintik
kemerahan yang gatal sejak 1 minggu yang lalu. Ibu dan adik pasien
berobat ke puskesmas 3 hari yang lalu dan diberikan Salep 2-4.
− Pasien dan keluarga tidak ada riwayat bersin-bersin di pagi hari.
− Pasien dan keluarga tidak ada riwayat nafas menciut.
− Pasien dan keluarga tidak ada riwayat alergi makanan sebelumnya.
− Pasien dan keluarga tidak ada riwayat alergi obat sebelumnya.

3.9.4 Pemeriksaan Fisik


STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CMC
Nadi : 84x/menit
Nafas : 20x/menit
Suhu : 380C
BB : 60 kg
TB : 170 cm
IMT : 18,6
Status gizi : Baik
Kepala : Bentuk bulat, rambut hitam dan tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

19
Kulit : Turgor kulit baik
Leher : Pembesaran KGB tidak ada
Thoraks : Cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Anggota gerak : Reflex fisiologis +/+, refleks patologis -/-

STATUS DERMATOLOGIKUS
Lokasi : sela-sela jari tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri,
tungkai kanan dan kiri.
Distribusi : Generalisata, bilateral
Bentuk : Tidak khas
Sususnan : Tidak khas
Batas : Tidak tegas
Ukuran : Milier – lentikuler
Effloesensi : Vesikel, papul eritem, plak eritem, ekskoriasi, skuama.
Foto Klinis

20
● Status Venereologikus :
Tidak ditemukan kelainan
● Kelainan Selaput :
Tidak ditemukan Kelainan
● Kelainan Kuku :
Kuku dan jaringan sekitar kuku tidak ditemukan kelainan
● Kelainan Rambut :
Tidak ditemukan kelainan

21
● Kelainan Kelenjar Limfe :
Tidak ditemukan pembesaran KGB submandibula, regio coli, aksila,
supraklavikula, infraklavikula, inguinal lateral dan medial.
● Laboratorium Anjuran :
Pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit, diharapkan ditemukan telur
dan tungau Sarcoptes scabiei.
● Diagnosis Kerja: Skabies

3.10 Pengkajian Masalah Kesehatan Pasien


Masalah internal
- Pasien tidak mengetahui penyakitnya, jenis obat dan aturan pemakaian
obat.
- Pasien tidak mengetahui tentang penularan penyakitnya.
- Pasien mengetahui pentingnya pola hidup bersih dan sehat, namun
kurang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
- Pasien kurang peduli dengan kebersihan dan kesehatan diri sendiri.
Masalah eksternal keluarga
- Kondisi rumah kurang tertata rapi, terdapat satu ruangan tengah yang
dipenuhi barang-barang yang menumpuk dan dua ruangan kamar di
rumah pasien, sehingga kebersihan kurang terjaga, terdapat pakaian
yang bergantungan dan menumpuk, ventilasi dan pencahayaan
matahari yang kurang.
- Kondisi rumah kurang terjaga kebersihannya dan keluarga juga jarang
menjemur kasur kapuk.
- Keluarga kurang perhatian terhadap kebersihan lingkungan.

3.11 Faktor-faktor yang berperan dalam penyelesaian masalah kesehatan


Faktor pendukung :
- Anggota keluarga pasien merupakan kader Puskesmas
- Pasien kooperatif dalam penyelesaian masalah kesehatannya
- Pasien mau berobat ke puskesmas untuk mengobati penyakitnya.
- Pasien mau memakai obat teratur dan mematuhi cara pakai obat.
Faktor penghambat :

22
- Lingkungan pasien tidak bersih dan kurang tertata rapi.
- Kesadaran Anggota keluarga pasien akan lingkungan yang bersih
dan sehat sangat kurang.

3.12 Rencana pembinaan kesehatan


Melalui pendekatan komprehensif dan holistik.
➢ Edukasi kepada pasien dan keluarga pasien mengenai penyakit dan faktor
penyebab penyakit, bahwa penyakit ini merupakan penyakit kulit yang
disebabkan oleh sejenis tungau, adapun faktor yang menunjang
perkembangan penyakit diantaranya kebersihan diri dan lingkungan yang
kurang, cara penularan dapat berupa kontak langsung (kontak kulit
dengan kulit) misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan sebagainya.
Kontak tidak langsung melalui benda misalnya pakaian, handuk, sprai,
sarung bantal sehingga perlu dihindari pemakaian baju, handuk, sprai
secara bersama-sama.
➢ Edukasikan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa penyakit ini
ditandai dengan rasa gatal yang meningkat pada malam hari, menyerang
manusia secara berkelompok sehingga semua anggota keluarga harus
diobati secara serentak. Biasanya muncul pada sela jari tangan,
pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, puting
susu (pada wanita), sekitar pusar, bokong, kemaluan, perut bagian bawah
(dewasa), atau pada kulit yang tipis, pada bayi, karena kulitnya masih
tipis, maka bisa mengenai seluruh tubuh, membentuk terowongan pada
tempat-tempat tadi.
➢ Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa kelainan kulit
yang disebabkan oleh penyakit ini tidak hanya karena tungau penyebab
namun juga akibat garukan yang berlebihan yang bisa menyebabkan
terjadinya penyebaran dan infeksi sekunder.
➢ Edukasikan cara pemakaian obat yang benar (salep Permethrin) yakni
Mengoleskan salap Permethrin ke seluruh badan sebelum tidur dan
selanjutnya pasien tidak boleh mandi selama lebih kurang 24 jam
dilakukan selama 1 hari, bila terkena air maka ulangi pengolesan.

23
➢ Edukasikan bahwa untuk pengobatannya, pasien dapat memperoleh salap
berupa salap 24 atau salap permethrin. Jika pasien diberikan obat salep
24, maka perlu dijelaskan bahwa salep ini tidak efektif untuk semua fase
tungau terutama fase telur sehingga penggunaannya harus selama 3 hari
berturut-turut untuk memastikan semua telur yang belum menetas pada
akhirnya telah berubah menjadi tungau. Pengobatan dengan salep ini
tidak boleh lebih dari 3 hari dan bisa diulangi lagi seminggu kemudian
karena jika digunakan lebih dari 3 hari berturut-turut bisa menyebabkan
iritasi kulit. Salep ini dapat menimbulkan bau tidak sedap (bau belerang)
dan mengotori pakaian. Jika diberikan salap permethrin, dijelaskan
bahwa salap efektif untuk semua fase tungau sehingga cukup dipakaikan
ke seluruh tubuh 1x dan jika belum efektif dapat diulang satu minggu
kemudian. Pada pasien juga diberikan obat yang diminum berupa anti
gatal (CTM atau Loratadine).
➢ Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai pentingnya
kepatuhan menggunakan obat karena penyakit ini memerlukan waktu
yang cukup lama untuk sembuh.
➢ Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa dengan
memperhatikan cara pemakaian obat, menghilangkan faktor-faktor
penyebab, memutus rantai penularan dengan pengobatan seluruh anggota
keluarga secara serentak maka penyakit ini dapat diberantas.
● Preventif :
➢ Meminta anggota keluarga yang juga mengalami keluhan yang sama
dengan pasien untuk juga berobat ke Puskesmas.
➢ Mengganti semua pakaian, handuk, sprai, dan sarung bantal, atau semua
yang digunakan oleh pasien selama seminggu terakhir, dicuci dan
kemudian direndam dengan air panas, dijemur di terik matahari sampai
kering dan disetrika.
➢ Hindari menggaruk secara berlebihan karena bisa menyebabkan
terjadinya luka dan infeksi atau penyebaran ke tempat lain, bila gatal
cukup dengan menepuk-nepuk bagian yang gatal dengan lembut dan
mencuci tangan setelah itu.

24
➢ Menjaga kebersihan badan dengan mandi 2x sehari dan keringkan badan
setelah mandi dengan handuk yang bersih.
➢ Menghindari pemakaian baju, handuk, atau sprai secara bersama-sama.
➢ Mengganti sprai, sarung bantal, dan handuk secara rutin 1x seminggu.
➢ Menjaga kebersihan kuku dan memotong kuku jika sudah mulai panjang.
➢ Mencuci tangan dengan sabun setelah berkontak dengan tanah, sebelum
dan sesudah makan, serta setelah buang air besar dan buang air kecil.
➢ Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.
➢ Menjaga untuk tidak berkontak atau seminimal mungkin berkontak
dengan lesi/bagian kulit yang sakit baik oleh pasien, keluarga, maupun
teman-teman pasien.
➢ Mengusahakan agar penerangan dan sirkulasi udara di rumah terjaga
dengan membuka pintu dan jendela terutama pada pagi dan siang hari.
➢ Istirahat yang cukup minimal 8 jam sehari.
➢ Makan makanan yang sehat dan bergizi seimbang untuk membantu
meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak mudah terkena penyakit.
● Kuratif :
▫ Sistemik
Loratadine tablet 10 mg diminum 3 x 1 tablet sehari, apabila gatal sudah
hilang maka obat tidak perlu diminum lagi.
▫ Topikal
Mengoleskan salap Permethrin ke seluruh badan sebelum tidur dan
selanjutnya pasien tidak boleh mandi selama lebih kurang 24 jam
dilakukan selama 1 hari, bila terkena air maka ulangi pengolesan.
● Rehabilitatif :
✓ Kontrol 3 hari lagi ke Puskesmas, jika ada lesi baru obat topikal dapat
diulangi lagi setelah 1 minggu.
✓ Diingatkan pada pasien dan keluarga pasien bahwa yang paling penting
adalah pemakaian salep Permethrin yang benar, mengkonsumsi
loratadine bila gatal, serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

3.13 Pengkajian Masalah Kesehatan Anggota Keluarga

25
1. Nama / Jenis Kelamin / Umur : MFS/ Laki-laki / 13 tahun
Pekerjaan / Pendidikan : Pelajar/ SMP kelas 1
Hubungan dengan Pasien : Adik
Riwayat kebiasaan :
- Suka berganti handuk dan sabun dengan keluarga
- Pasien tidak rajin menjaga kebersihan dirinya
Riwayat penyakit:
- Adik pasien juga mengalami keluhan yang sama dengan pasien,
dan juga sudah berobat dan memakai obat sesuai anjuran.

2. Nama / Jenis Kelamin / Umur : MFAS/ Laki-laki / 11 tahun


Pekerjaan / Pendidikan :Pelajar/ SD kelas 5
Hubungan dengan Pasien :Adik
Riwayat kebiasaan :
- Suka berganti handuk dan sabun dengan keluarga
- Pasien tidak rajin menjaga kebersihan dirinya
Riwayat penyakit:
- Adik pasien juga mengalami keluhan yang sama dengan pasien,
dan juga sudah berobat dan memakai obat sesuai anjuran.

3.14 Analisis Masalah Keluarga


- An. MIAF berisiko mengalami penyakit kulit lainnya seperti infeksi
bakteri, jamur ataupun parasit akibat sanitasi dan higienitas yang
kurang baik.
- Upaya pemberantasan tungau yang menginfeksi keluarga ini tidak
optimal karena meskipun telah dilakukan edukasi, keluarga tersebut
tidak melakukan seperti yang telah disarankan karena kesibukan
mereka.

3.15 Pemecahan Masalah Keluarga


1. MIAF / Laki - laki/ 18 tahun
Promotif:

26
➢ Edukasi mengenai penyakit dan faktor penyebab penyakit kepada pasien
dan keluarga. Jelaskan bahwa penyakit ini merupakan penyakit kulit yang
disebabkan oleh sejenis tungau, faktor yang menunjang perkembangan
penyakit diantaranya kebersihan diri dan lingkungan yang kurang serta
wilayah pemukiman yang padat. Cara penularan dapat berupa kontak
langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya berjabat tangan, tidur di
tempat tidur yang sama dengan penderita, dan sebagainya. Sehingga perlu
diberitahukan kepada pasien agar menghindari kontak langsung dengan
orang – orang disekitarnya untuk sementara waktu. Kontak tidak langsung
melalui benda misalnya pakaian, handuk, sprai, sarung bantal perlu
dihindari karena tungau dapat hidup di benda – benda tersebut.
➢ Edukasi bahwa penyakit ini ditandai dengan rasa gatal yang meningkat pada
malam hari, menyerang manusia secara berkelompok sehingga semua
anggota keluarga harus diobati secara serentak. Biasanya muncul pada sela
jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,
puting susu (pada wanita), sekitar pusar, bokong, kemaluan, perut bagian
bawah (dewasa), atau pada kulit yang tipis, dan termasuk juga pada bayi,
karena kulitnya masih tipis, maka bisa mengenai seluruh tubuh, membentuk
terowongan pada tempat-tempat tadi.
➢ Menjelaskan bahwa kelainan kulit yang disebabkan oleh penyakit ini tidak
hanya karena tungau penyebab namun juga akibat garukan yang berlebihan
yang bisa menyebabkan terjadinya luka yang dapat menjadi port d’ entry
masuknya kuman sehingga terjadi penyebaran dan infeksi sekunder.
➢ Edukasikan cara pemakaian obat yang benar (salep Permethrin) yakni
Mengoleskan salap Permethrin ke seluruh badan sebelum tidur dan
selanjutnya pasien tidak boleh mandi selama lebih kurang 24 jam dilakukan
selama 1 hari, bila terkena air maka ulangi pengolesan.
➢ Edukasikan bahwa untuk pengobatannya, pasien dapat memperoleh salap
berupa salap 24 atau salap permethrin. Jika pasien diberikan obat salep 24,
maka perlu dijelaskan bahwa salep ini tidak efektif untuk semua fase tungau
terutama fase telur sehingga penggunaannya harus selama 3 hari berturut-
turut untuk memastikan semua telur yang belum menetas pada akhirnya

27
telah berubah menjadi tungau. Pengobatan dengan salep ini tidak boleh
lebih dari 3 hari dan bisa diulangi lagi seminggu kemudian karena jika
digunakan lebih dari 3 hari berturut-turut bisa menyebabkan iritasi kulit.
Salep ini dapat menimbulkan bau tidak sedap (bau belerang) dan mengotori
pakaian. Jika diberikan salap permethrin, dijelaskan bahwa salap efektif
untuk semua fase tungau sehingga cukup dipakaikan ke seluruh tubuh 1x
dan jika belum efektif dapat diulang satu minggu kemudian. Pada pasien
juga diberikan obat yang diminum berupa anti gatal (CTM atau Loratadine).
➢ Menjelaskan mengenai pentingnya kepatuhan menggunakan obat karena
penyakit ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk sembuh.
➢ Menjelaskan bahwa dengan memperhatikan cara pemakaian obat,
menghilangkan faktor-faktor penyebab, memutus rantai penularan dengan
pengobatan seluruh anggota keluarga secara serentak maka penyakit ini
dapat diberantas..
● Preventif :
➢ Mengganti semua pakaian, handuk, sprai, dan sarung bantal, atau semua
yang digunakan oleh pasien selama seminggu terakhir, dicuci dan
kemudian direndam dengan air panas, dijemur di terik matahari sampai
kering dan disetrika.
➢ Hindari menggaruk secara berlebihan karena bisa menyebabkan terjadinya
luka dan infeksi atau penyebaran ke tempat lain, bila gatal cukup dengan
menepuk-nepuk bagian yang gatal dengan lembut dan mencuci tangan
setelah itu.
➢ Menjaga kebersihan badan dengan mandi 2x sehari dan keringkan badan
setelah mandi dengan handuk yang bersih.
➢ Menghindari pemakaian baju, handuk, atau sprai secara bersama-sama.
➢ Mengganti sprai, sarung bantal, dan handuk secara rutin 1x seminggu.
➢ Menjaga kebersihan kuku dan memotong kuku jika sudah mulai panjang.
➢ Mencuci tangan dengan sabun setelah berkontak dengan tanah, sebelum
dan sesudah makan, serta setelah buang air besar dan buang air kecil.
➢ Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.

28
➢ Menjaga untuk tidak berkontak atau seminimal mungkin berkontak dengan
lesi/bagian kulit yang sakit baik oleh pasien, keluarga, maupun teman-
teman pasien.
➢ Mengusahakan agar penerangan dan sirkulasi udara di rumah terjaga
dengan membuka pintu dan jendela terutama pada pagi dan siang hari.
➢ Istirahat yang cukup minimal 8 jam sehari.
➢ Makan makanan yang sehat dan bergizi seimbang untuk membantu
meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak mudah terkena penyakit.

● Kuratif :
▫ Sistemik
Loratadine tablet 10 mg diminum 3 x 1 tablet sehari, apabila gatal sudah
hilang maka obat tidak perlu diminum lagi.
▫ Topikal
▫ Mengoleskan salap Permethrin ke seluruh badan sebelum tidur dan
selanjutnya pasien tidak boleh mandi selama lebih kurang 24 jam
dilakukan selama 1 hari, bila terkena air maka ulangi pengolesan.
● Rehabilitatif :
✓ Kontrol 3 hari lagi ke Puskesmas, jika ada lesi baru obat topikal dapat
diulangi lagi setelah 1 minggu.
✓ Diingatkan pada pasien dan keluarga pasien bahwa yang paling penting
adalah pemakaian salep Permethrin yang benar, mengkonsumsi Loratadine
bila gatal, serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

3.16 Kesehatan Berbasis Lingkungan Dalam Keluarga


Permasalahan
1. Di dalam rumah pasien masih banyak baju bergantungan dan menumpuk,
sehingga higienitas rumah pasien masih kurang.
2. Pencahayaan ruangan kurang, baik ruang tamu, maupun kamar keluarga.
3. Ventilasi yang tidak memadai, sehingga pertukaran udara di dalam dan di
luar ruangan tidak opt
4. imal.

29
Pemecahan masalah
1. Edukasi kepada keluarga pasien untuk tidak menggantung dan merapikan
baju yang menumpuk di ruangan rumah.
2. Edukasi untuk membuka semua jendela dan tirai saat siang agar cahaya
matahari dan udara dapat masuk.

3.17 Mapping kegiatan


Tabel 3.6 Jadwal kegiatan
Minggu Hari/ Tanggal Kegiatan Keterangan
Jumat/ 3 Mei -Identifikasi
2019 masalah keluarga
binaan
-Anamnesis,
Pemeriksaaan
fisik, dan
Informed consent
I
pada pasien untuk
dilakukan
kegiatan keluarga
binaan selama 2
minggu ke depan
(di puskesmas)

Selasa/ 7 Mei - Melihat situasi


2019 rumah keluarga
binaan
- Melakukan
edukasi tentang
II penyakit,
penyebab cara
penularan, dan
cara
penggunaan
obat
III Selasa/ 14 - Follow up
Mei 2019 keluhan pasien
(Keluhan gatal
sudah
berkurang,
bentol bentol

30
dan krusta
dikulit masih
ada namun
sudah
berkurang)

BAB 4
KESIMPULAN

Family Oriented Medical Education III yang dilaksanakan di Puskesmas


merupakan wadah yang tepat untuk menerapkan pengelolaan masalah kesehatan
masyarakat, khususnya masalah kesehatan dalam keluarga sebagai unit terkecil
masyarakat. Pendekatan keluarga merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerja puskesmas dengan cara
mendatangi ke rumah keluarga atau home visite dan melakukan pembinaan pada
keluarga tersebut.
Kasus yang ditemukan dalam laporan keluarga binaan ini adalah Skabies.
Perkembangan penyakit ini juga dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi yang
rendah, tingkat higiene yang buruk, kurangnya pengetahuan, dan kesalahan dalam
diagnosis serta penatalaksanaan. Melalui pengkajian masalah pasien secara
holistik secara internal dan eksternal, serta menganalisis faktor yang mendukung
serta menghambat dalam penyelesaian masalah, maka dapat dirumuskan rencana
pembinaan kesehatan melalui tindakan promotif, prevetif, kuratif dan rehabilitatif.

31
LAMPIRAN

32
33
34
35
36
DAFTAR PUSTAKA

1. Kartowigno S. 10 Besar Kelompok Penyakit Kulit. Edisi Pertama. Palembang :


Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2011 : 167-173.
2. Handoko, Ronny P. Skabies. Dalam:Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed. 6.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2010 : 122-125.
3. Siregar, R. S. Penyakit Kulit karena Parasit dan Insekta. Dalam : Atlas
Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Ed. 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta: 2004: 164-167.
4. Chosidow,O. Scabies, New England Journal of Medicine. 2006. Available
from: http://content.nejm.org/cgi/content/full/354/16/1718. diunduh tanggal
10 Mei 2019.
5. Centers for Disease Control and Prevention. Parasites Scabies. 2010.
Available at: http://www.cdc.gov/. Diunduh tanggal 11 Mei 2019.
6. Cordoro, KM. Dermatologic Manifestations of Scabies. 2009. Available
at:http://emedicine.medscape.com/article.
7. Speare, Richard. Advice on Scabies Diagnosis and Management. The SA
Department of Health: James Cook University
8. Curie BJ, McCarthy JS. Permethrin and Ivermectin for Scabies. N Engl J Med
2010;362: 717-25

37

Anda mungkin juga menyukai