PENDAHULUAN
1
merupakan masalah kesehatan yang juga dapat ditemukan di komunitas terkecil
pada masyarakat, yaitu lingkungan keluarga (Depkes, 2000).
Skabies merupakan penyakit kulit akibat infestasi tungau Sarcoptes
scabiei. Penyakit yang mempengaruhi semua jenis ras di dunia tersebut ditemukan
hampir pada semua negara di seluruh dunia dengan angka prevalensi yang
bervariasi. Di beberapa negara berkembang prevalensinya dilaporkan 6 – 27%
populasi umum dan insidens tertinggi pada anak usia sekolah dan remaja.
Perkembangan penyakit ini juga dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi yang
rendah, tingkat higiene yang buruk, kurangnya pengetahuan, dan kesalahan dalam
diagnosis serta penatalaksanaan.
Di Indonesia, penyakit ini masih menjadi masalah tidak saja di daerah
terpencil, tetapi juga di kota-kota besar bahkan di Jakarta. Kondisi kota Jakarta
yang padat merupakan faktor pendukung perkembangan skabies. Berdasarkan
pengumpulan data Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia (KSDAI) tahun
2001, dari 9 rumah sakit di 7 kota besar di Indonesia, jumlah penderita skabies
terbanyak didapatkan di Jakarta yaitu 335 kasus di 3 rumah sakit.
Masalah kesehatan yang terkait dengan faktor yang berpengaruh
diidentifikasi dengan memperhatikan konsep Mandala of Health, dan diselesaikan
dengan pendekatan individual untuk penatalaksanaan klinisnya serta pendekatan
keluarga dan komunitas untuk penyelesaian faktor yang berpengaruh. Pendekatan
tersebut diterapkan secara menyeluruh, paripurna, terintegrasi, dan
berkesinambungan. Penatalaksanaan kasus bertujuan mengidentifikasi masalah
klinis pada pasien dan keluarga serta faktor-faktor yang berpengaruh,
menyelesaikan masalah klinis pada pasien dan keluarga, dan mengubah perilaku
kesehatan pasien dan keluarga serta partisipasi keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga diperlukan adanya
upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan secara
umum, khususnya tentang penyakit menular sehingga diharapkan ada perubahan
sikap serta diikuti dengan perubahan perilaku kebersihan perorangan dengan hasil
akhir menurunnya angka kesakitan penyakit menular.
2
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Mengidentifikasi masalah kesehatan pada keluarga binaan.
1.2.2 Melakukan intervensi terhadap masalah kesehatan yang ada pada keluarga
binaan.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Skabies yang mempunyai sinonim berupa the itch, gudik, budukan, atau
gatal agogo merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varhominis, dan produknya.1
2.2 Etiologi
Sarcoptes Scabei termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo
Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabei var.
hominis. Secara morfologi merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini berwarna putih kotor, dan tidak
bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350
mikron, sedangkan jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron.
Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat
untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,
sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan
keempat berakhir dengan alat perekat.1,2
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut, setelah kopulasi (perkawinan)
yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat
hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah
dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3
milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai
mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup
sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa
yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh
siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara
8-12 hari.3,4
4
Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3-4 hari, kemudian larva
meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva
berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau scabies betina
membuat liang di epidermis dan meletakkan telur-telurnya didalam liang yang
ditinggalkannya, sedangkan tungau scabies jantan hanya mempunyai satu tugas
dalam kehidupannya, yaitu kawin dengan tungau betina setelah melaksanakan
tugas mereka masing-masing akan mati.5
2.3 Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi
juga oleh penderita akibat garukan. Penularan juga dapat terjadi karena
bersalaman atau bergandengan tangan yang lama dengan penderita sehingga
terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kuman skabies berpindah ke lain
tangan.Kuman skabies dapat menyebabkan bintil (papul, gelembung berisi air,
vesikel dan kudis) pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah
infestasi.Pada saat ini kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya
papul, vesikel, urtikaria dan lain-lain.Dengan garukan dapat menimbulkan erosi,
ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal-gatal yang terjadi
dapat lebih luas dari lokasi tungau.4,5
5
2. Penyakit ini menyerang secara kelompok, mereka yang tinggal di asrama,
barak-barak tentara, pesantren maupun panti asuhan berpeluang lebih
besar terkena penyakit ini. Penyakit skabies amat mudah menular melalui
pemakaian handuk, baju maupun seprai secara bersama-sama. Penyakit
Skabies mudah menyerang daerah yang tingkat kebersihan diri dan
lingkungan masyarakatnya rendah.
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau
vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf
(pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya
merupakan tempat dengan stratum komeum yang tipis, yaitu: sela-sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak
bagian depan, areola mammae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia
ekstema (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang
telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik, dapat
ditemukan satu atau lebih stadium tungau ini.
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal
tersebut.
2.5 Penularan
Penularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung, adapun cara penularannya adalah:2,4,7
1. Kontak langsung (kulit dengan kulit)
Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat
tangan, tidur bersama dan hubungan seksual.Pada orang dewasa hubungan
seksual merupakan hal tersering, sedangkan pada anak-anak penularan
didapat dari orang tua atau temannya.
2. Kontak tidak langsung (melalui benda)
Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui perlengkapan
tidur, pakaian atau handuk.
6
2.6 Diagnosis
Cara menemukan tungau:2,7
1. Carilah mula – mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul
atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas sebuah kaca
objek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop
cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas
putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya : lesi dijepit dengan 2 jari kemudian
dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya.
4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E
2.7 Pengobatan
Syarat obat yang ideal adalah:
1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau
2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian
4. Mudah diperoleh dan harganya murah.
Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati
(termasuk penderita yang hiposensitasi).
Jenis – jenis obat topikal:2,4,7,8
1. Belerang endap (sulfur presipitatum)
Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4 – 20% dalam bentuk
salap atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur,
maka penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang
lain adalah berbau dan mengotori pakaian dan kadang – kadang
menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2
tahun.
7
2. Emulsibenzil – benzoas (20 – 25%)
Emulsibenzil – benzoas (20 – 25%), efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama tiga hari.Obat ini sulit diperoleh, sering
memberikan iritasi, dan kadang – kadang makin gatal setelah pemakaian.
3. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan = gammexane)
Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan = gammexane) kadarnya 1 %
dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap
semua stadium, mudah digunakan, dan jarang member iritasi. Obat ini
tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil, karena
toksis terhadap susunan saraf pusat.Pemberiannya cukup sekali, kecuali
jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.
4. Permetrin 5 %
Permetrin 5 % dalam krim, kurang toksik dibandingkan dengan gameksan,
efektivitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila
belum sembuh diulangi setelah seminggu.Tidak dianjurkan pada bayi di
bawah umur 2 bulan.
2.8 Pencegahan
Penyakit skabies sangat erat kaitannya dengan kebersihan dan lingkungan
yang kurang baik, oleh sebab itu untuk mencegah penyebaran penyakit skabies
dapat dilakukan dengan cara:7
a. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun.
b. Mencuci pakaian, sprai, sarung bantal, selimut dan lainnnya secara
teratur minimal 2 kali dalam seminggu.
c. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.
d. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.
e. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang
dicurigai terinfeksi skabies.
f. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup.
Menjaga kebersihan tubuh sangat penting untuk menjaga infestasi
parasit.Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta menghindari kontak langsung
dengan penderita, mengingat parasit mudah menular pada kulit.Walaupun
8
penyakit ini hanya merupakan penyakit kulit biasa, dan tidak membahayakan
jiwa, namun penyakit ini sangat mengganggu kehidupan sehari-hari. Bila
pengobatan sudah dilakukan secara tuntas, tidak menjamin terbebas dari infeksi
ulang.1 Langkah-langkah yang dapat diambil dalam pencegahan penyakit skabies
adalah sebagai berikut:2,3,5
a. Suci hamakan sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara
merendam di cairan antiseptik.
b. Cuci semua handuk, pakaian, sprai dalam air sabun hangat dan gunakan
setrika panas untuk membunuh semua telurnya, atau dicuci kering (dry-
cleaned).
c. Keringkan topi dan jaket.
d. Hindari pemakaian bersama sisir atau alat cukur dan lainnya.
Departemen Kesehatan RI 2002, memberikan beberapa cara pencegahan
dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat dan komunitas kesehatan
tentang cara penularan penyakit skabies. Diagnosis dini dan cara pengobatan
penderita skabies dan orang-orang yang kontak meliputi:
a. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya.
b. Laporkan kepada Dinas Kesehatan setempat namun laporan resmi jarang
dilakukan.
c. Isolasi penderita yang terinfeksi penyakit skabies. Yang terinfeksi
penyakit skabies sampai dilakukan pengobatan. Penderita yang dirawat di
Rumah Sakit di isolasi sampai dengan 24 jam setelah dilakukan
pengobatan yang efektif.
2.9 Prognosis
Quo Ad vitam : bonam
Quo Ad sanationam : bonam
Quo Ad fungsionam : bonam
Quo Ad cosmeticum : bonam
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain higiene), maka
penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik.5,8
9
BAB 3
LAPORAN KELUARGA BINAAN
Kedudukan
Jenis
No Nama dalam Umur Pendidikan Pekerjaan
kelamin
keluarga
Kepala
Chairil SLTA/
1 Keluarga Laki-laki 47 tahun Pedagang
Anwar Sederajat
(Ayah)
SLTA/ Ibu Rumah
2 Januarti Ibu Perempuan 44 tahun
Sederajat Tangga
M. Iqbal Al Tamat Pelajar/
3 Anak Laki-laki 18 tahun
Fajri SMA Mahasiswa
M. Fauzan Kelas 1
4 Anak Laki-laki 13 tahun Pelajar
Saputra SMP
M. Farid
Kelas 5
5 Akbar Anak Laki-laki 11 tahun Pelajar
SD
Saputra
10
3.2 Genogram
3.3 Eco-map
11
3.4 SCREEM
- Social : Interaksi dengan tetangga baik, keluarga ikut kegiatan sosial yang
diadakan masyarakat setempat bila tidak berhalangan hadir
- Culture : Keluarga mengikuti semua budaya, tatakrama yang ada yang
sesuai dengan daerah tempat tinggal, dan keluarga menyadari penuh
mengenai etika dan sopan santun
- Religious : Pasien dan keluarga beragama Islam.
- Economic : Termasuk golongan kurang mampu, Pendapatan keluarga ±
1.500.000 Rupiah/Bulan.
- Educational : Pasien baru tamat SMA
- Medical: Anggota keluarga tidak mengalami kesulitan mendapatkan
pelayanan kesehatan yang memadai di sarana kesehatan terdekat.
12
2007 Pasien masuk SD
2013 Pasien masuk SMP
2016 Pasien masuk SMA
2019 Pasien lulus SMA, pasien menderita skabies
13
anggota keluarga untuk tengah masyarakat. berusaha untuk
terjun ke tengah b. Membuat daftar menyekolahkan semua
masyarakat. pendidikan formal dan anaknya. Anak pertama
Termasuk di dalamnya informal (termasuk tahun ini tamat SMK,
pendidikan formal dan kegiatan organisasi) anak kedua saat ini kelas
informal untuk dapat yang didapat anggota 1 SMP, dan anak ketida
mandiri keluarga untuk dapat yaitu kelas 5 SD.
mandiri di tengah Hubungan keluarga
masyarakat. dengan tetangga sekitar
cukup baik, pasien suka
berbaur dengan tetangga.
Ibu adalah kader
kesehatan di wilayah tsb.
Ekonomi dan a. Menilai sikap dan Dari segi ekonomi dapat
pemenuhan perilaku keluarga dinilai bahwa keluarga ini
kebutuhan: selama ini dalam usaha termasuk dalam ekonomi
Adalah sikap dan pemenuhan kebutuhan menengah kebawah,
perilaku keluarga primer, sekunder dan dimana keluarga pasien
selama ini dalam usaha tertier. dapat memenuhi
pemenuhan kebutuhan b. Menilai gaya hidup kebutuhan hidup sehari-
primer, sekunder dan danprioritas penggunaan hari, namun di luar itu
tertier uang masih tampak sulit. Ibu
merupakan ibu rumah
tangga yang juga
merupakan kader
kesehatan, dan ayah
berdagang. Kadang ibu
berjualan makanan di
depan rumah untuk
sarapan atau untuk
berbuka. Prioritas
penggunaan uang
digunakan untuk
memenuhi kebutuhan
pokok dan untuk biaya
sekolah
14
SMA 1993
Iqbal Anak SD 2013 -
pertama SMP 2016
SMA 2019
Fauzan Anak SD 2018 -
kedua SMP (kelas 2 SMP
saat ini)
Farid Anak SD (kelas 5 SD -
ketiga saat ini)
15
dan makan anggota keluarga Dalam hal kuantitas dinilai
kualitas makanan serta secara umum 3x/hari cukup.
perilaku terhadap diet -Kualitas: 1 piring nasi,1
yang dianjurkan bagi potong lauk dan sayur
penyakit tertentu pada - Diet:
anggota keluarga Normal karbohidrat
Normal protein
Normal lemak
16
3.8 Data Sarana Pelayanan Kesehatan dan Lingkungan Keluarga
Tabel 3.4 Faktor pelayanan kesehatan
Faktor Keterangan Kesimpulan pembina untuk
faktor pelayanan kesehatan
Pusat pelayanan Puskesmas dan rumah Keluarga bisa
kesehatan yang sakit menggunakan fasilitas
digunakan oleh kesehatan sesuai dengan
keluarga kebutuhannya.
Cara mencapai pusat Menggunakan motor Keluarga tidak mengalami
pelayanan kesehatan kesulitan untuk mencapai
tersebut pusat pelayanan kesehatan
Tarif pelayanan 1. Sangat mahal Pasien mempunyai kartu
kesehatan tersebut 2. Mahal BPJS.
dirasakan 3. Terjangkau
4. Murah
5. Gratis
Kualitas pelayanan ● Sangat baik Baik
kesehatan tersebut ● Baik
dirasakan ● Biasa
● Tidak memuaskan
● Buruk
17
Sumber air bersih : sumur
Sumber air minum : Air isi ulang
18
− Pasien sudah berobat ke puskesmas 1 minggu yang lalu, diberikan salep
Permethrin namun tidak ada perbaikan keluhan.
− Riwayat digigit serangga tidak ada.
− Riwayat berkebun dan sering berkontak dengan tanah tidak ada.
− Riwayat mengoleskan obat atau ramuan tradisional pada sela jari tidak
ada.
19
Kulit : Turgor kulit baik
Leher : Pembesaran KGB tidak ada
Thoraks : Cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Anggota gerak : Reflex fisiologis +/+, refleks patologis -/-
STATUS DERMATOLOGIKUS
Lokasi : sela-sela jari tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri,
tungkai kanan dan kiri.
Distribusi : Generalisata, bilateral
Bentuk : Tidak khas
Sususnan : Tidak khas
Batas : Tidak tegas
Ukuran : Milier – lentikuler
Effloesensi : Vesikel, papul eritem, plak eritem, ekskoriasi, skuama.
Foto Klinis
20
● Status Venereologikus :
Tidak ditemukan kelainan
● Kelainan Selaput :
Tidak ditemukan Kelainan
● Kelainan Kuku :
Kuku dan jaringan sekitar kuku tidak ditemukan kelainan
● Kelainan Rambut :
Tidak ditemukan kelainan
21
● Kelainan Kelenjar Limfe :
Tidak ditemukan pembesaran KGB submandibula, regio coli, aksila,
supraklavikula, infraklavikula, inguinal lateral dan medial.
● Laboratorium Anjuran :
Pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit, diharapkan ditemukan telur
dan tungau Sarcoptes scabiei.
● Diagnosis Kerja: Skabies
22
- Lingkungan pasien tidak bersih dan kurang tertata rapi.
- Kesadaran Anggota keluarga pasien akan lingkungan yang bersih
dan sehat sangat kurang.
23
➢ Edukasikan bahwa untuk pengobatannya, pasien dapat memperoleh salap
berupa salap 24 atau salap permethrin. Jika pasien diberikan obat salep
24, maka perlu dijelaskan bahwa salep ini tidak efektif untuk semua fase
tungau terutama fase telur sehingga penggunaannya harus selama 3 hari
berturut-turut untuk memastikan semua telur yang belum menetas pada
akhirnya telah berubah menjadi tungau. Pengobatan dengan salep ini
tidak boleh lebih dari 3 hari dan bisa diulangi lagi seminggu kemudian
karena jika digunakan lebih dari 3 hari berturut-turut bisa menyebabkan
iritasi kulit. Salep ini dapat menimbulkan bau tidak sedap (bau belerang)
dan mengotori pakaian. Jika diberikan salap permethrin, dijelaskan
bahwa salap efektif untuk semua fase tungau sehingga cukup dipakaikan
ke seluruh tubuh 1x dan jika belum efektif dapat diulang satu minggu
kemudian. Pada pasien juga diberikan obat yang diminum berupa anti
gatal (CTM atau Loratadine).
➢ Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai pentingnya
kepatuhan menggunakan obat karena penyakit ini memerlukan waktu
yang cukup lama untuk sembuh.
➢ Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa dengan
memperhatikan cara pemakaian obat, menghilangkan faktor-faktor
penyebab, memutus rantai penularan dengan pengobatan seluruh anggota
keluarga secara serentak maka penyakit ini dapat diberantas.
● Preventif :
➢ Meminta anggota keluarga yang juga mengalami keluhan yang sama
dengan pasien untuk juga berobat ke Puskesmas.
➢ Mengganti semua pakaian, handuk, sprai, dan sarung bantal, atau semua
yang digunakan oleh pasien selama seminggu terakhir, dicuci dan
kemudian direndam dengan air panas, dijemur di terik matahari sampai
kering dan disetrika.
➢ Hindari menggaruk secara berlebihan karena bisa menyebabkan
terjadinya luka dan infeksi atau penyebaran ke tempat lain, bila gatal
cukup dengan menepuk-nepuk bagian yang gatal dengan lembut dan
mencuci tangan setelah itu.
24
➢ Menjaga kebersihan badan dengan mandi 2x sehari dan keringkan badan
setelah mandi dengan handuk yang bersih.
➢ Menghindari pemakaian baju, handuk, atau sprai secara bersama-sama.
➢ Mengganti sprai, sarung bantal, dan handuk secara rutin 1x seminggu.
➢ Menjaga kebersihan kuku dan memotong kuku jika sudah mulai panjang.
➢ Mencuci tangan dengan sabun setelah berkontak dengan tanah, sebelum
dan sesudah makan, serta setelah buang air besar dan buang air kecil.
➢ Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.
➢ Menjaga untuk tidak berkontak atau seminimal mungkin berkontak
dengan lesi/bagian kulit yang sakit baik oleh pasien, keluarga, maupun
teman-teman pasien.
➢ Mengusahakan agar penerangan dan sirkulasi udara di rumah terjaga
dengan membuka pintu dan jendela terutama pada pagi dan siang hari.
➢ Istirahat yang cukup minimal 8 jam sehari.
➢ Makan makanan yang sehat dan bergizi seimbang untuk membantu
meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak mudah terkena penyakit.
● Kuratif :
▫ Sistemik
Loratadine tablet 10 mg diminum 3 x 1 tablet sehari, apabila gatal sudah
hilang maka obat tidak perlu diminum lagi.
▫ Topikal
Mengoleskan salap Permethrin ke seluruh badan sebelum tidur dan
selanjutnya pasien tidak boleh mandi selama lebih kurang 24 jam
dilakukan selama 1 hari, bila terkena air maka ulangi pengolesan.
● Rehabilitatif :
✓ Kontrol 3 hari lagi ke Puskesmas, jika ada lesi baru obat topikal dapat
diulangi lagi setelah 1 minggu.
✓ Diingatkan pada pasien dan keluarga pasien bahwa yang paling penting
adalah pemakaian salep Permethrin yang benar, mengkonsumsi
loratadine bila gatal, serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
25
1. Nama / Jenis Kelamin / Umur : MFS/ Laki-laki / 13 tahun
Pekerjaan / Pendidikan : Pelajar/ SMP kelas 1
Hubungan dengan Pasien : Adik
Riwayat kebiasaan :
- Suka berganti handuk dan sabun dengan keluarga
- Pasien tidak rajin menjaga kebersihan dirinya
Riwayat penyakit:
- Adik pasien juga mengalami keluhan yang sama dengan pasien,
dan juga sudah berobat dan memakai obat sesuai anjuran.
26
➢ Edukasi mengenai penyakit dan faktor penyebab penyakit kepada pasien
dan keluarga. Jelaskan bahwa penyakit ini merupakan penyakit kulit yang
disebabkan oleh sejenis tungau, faktor yang menunjang perkembangan
penyakit diantaranya kebersihan diri dan lingkungan yang kurang serta
wilayah pemukiman yang padat. Cara penularan dapat berupa kontak
langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya berjabat tangan, tidur di
tempat tidur yang sama dengan penderita, dan sebagainya. Sehingga perlu
diberitahukan kepada pasien agar menghindari kontak langsung dengan
orang – orang disekitarnya untuk sementara waktu. Kontak tidak langsung
melalui benda misalnya pakaian, handuk, sprai, sarung bantal perlu
dihindari karena tungau dapat hidup di benda – benda tersebut.
➢ Edukasi bahwa penyakit ini ditandai dengan rasa gatal yang meningkat pada
malam hari, menyerang manusia secara berkelompok sehingga semua
anggota keluarga harus diobati secara serentak. Biasanya muncul pada sela
jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,
puting susu (pada wanita), sekitar pusar, bokong, kemaluan, perut bagian
bawah (dewasa), atau pada kulit yang tipis, dan termasuk juga pada bayi,
karena kulitnya masih tipis, maka bisa mengenai seluruh tubuh, membentuk
terowongan pada tempat-tempat tadi.
➢ Menjelaskan bahwa kelainan kulit yang disebabkan oleh penyakit ini tidak
hanya karena tungau penyebab namun juga akibat garukan yang berlebihan
yang bisa menyebabkan terjadinya luka yang dapat menjadi port d’ entry
masuknya kuman sehingga terjadi penyebaran dan infeksi sekunder.
➢ Edukasikan cara pemakaian obat yang benar (salep Permethrin) yakni
Mengoleskan salap Permethrin ke seluruh badan sebelum tidur dan
selanjutnya pasien tidak boleh mandi selama lebih kurang 24 jam dilakukan
selama 1 hari, bila terkena air maka ulangi pengolesan.
➢ Edukasikan bahwa untuk pengobatannya, pasien dapat memperoleh salap
berupa salap 24 atau salap permethrin. Jika pasien diberikan obat salep 24,
maka perlu dijelaskan bahwa salep ini tidak efektif untuk semua fase tungau
terutama fase telur sehingga penggunaannya harus selama 3 hari berturut-
turut untuk memastikan semua telur yang belum menetas pada akhirnya
27
telah berubah menjadi tungau. Pengobatan dengan salep ini tidak boleh
lebih dari 3 hari dan bisa diulangi lagi seminggu kemudian karena jika
digunakan lebih dari 3 hari berturut-turut bisa menyebabkan iritasi kulit.
Salep ini dapat menimbulkan bau tidak sedap (bau belerang) dan mengotori
pakaian. Jika diberikan salap permethrin, dijelaskan bahwa salap efektif
untuk semua fase tungau sehingga cukup dipakaikan ke seluruh tubuh 1x
dan jika belum efektif dapat diulang satu minggu kemudian. Pada pasien
juga diberikan obat yang diminum berupa anti gatal (CTM atau Loratadine).
➢ Menjelaskan mengenai pentingnya kepatuhan menggunakan obat karena
penyakit ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk sembuh.
➢ Menjelaskan bahwa dengan memperhatikan cara pemakaian obat,
menghilangkan faktor-faktor penyebab, memutus rantai penularan dengan
pengobatan seluruh anggota keluarga secara serentak maka penyakit ini
dapat diberantas..
● Preventif :
➢ Mengganti semua pakaian, handuk, sprai, dan sarung bantal, atau semua
yang digunakan oleh pasien selama seminggu terakhir, dicuci dan
kemudian direndam dengan air panas, dijemur di terik matahari sampai
kering dan disetrika.
➢ Hindari menggaruk secara berlebihan karena bisa menyebabkan terjadinya
luka dan infeksi atau penyebaran ke tempat lain, bila gatal cukup dengan
menepuk-nepuk bagian yang gatal dengan lembut dan mencuci tangan
setelah itu.
➢ Menjaga kebersihan badan dengan mandi 2x sehari dan keringkan badan
setelah mandi dengan handuk yang bersih.
➢ Menghindari pemakaian baju, handuk, atau sprai secara bersama-sama.
➢ Mengganti sprai, sarung bantal, dan handuk secara rutin 1x seminggu.
➢ Menjaga kebersihan kuku dan memotong kuku jika sudah mulai panjang.
➢ Mencuci tangan dengan sabun setelah berkontak dengan tanah, sebelum
dan sesudah makan, serta setelah buang air besar dan buang air kecil.
➢ Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.
28
➢ Menjaga untuk tidak berkontak atau seminimal mungkin berkontak dengan
lesi/bagian kulit yang sakit baik oleh pasien, keluarga, maupun teman-
teman pasien.
➢ Mengusahakan agar penerangan dan sirkulasi udara di rumah terjaga
dengan membuka pintu dan jendela terutama pada pagi dan siang hari.
➢ Istirahat yang cukup minimal 8 jam sehari.
➢ Makan makanan yang sehat dan bergizi seimbang untuk membantu
meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak mudah terkena penyakit.
● Kuratif :
▫ Sistemik
Loratadine tablet 10 mg diminum 3 x 1 tablet sehari, apabila gatal sudah
hilang maka obat tidak perlu diminum lagi.
▫ Topikal
▫ Mengoleskan salap Permethrin ke seluruh badan sebelum tidur dan
selanjutnya pasien tidak boleh mandi selama lebih kurang 24 jam
dilakukan selama 1 hari, bila terkena air maka ulangi pengolesan.
● Rehabilitatif :
✓ Kontrol 3 hari lagi ke Puskesmas, jika ada lesi baru obat topikal dapat
diulangi lagi setelah 1 minggu.
✓ Diingatkan pada pasien dan keluarga pasien bahwa yang paling penting
adalah pemakaian salep Permethrin yang benar, mengkonsumsi Loratadine
bila gatal, serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
29
Pemecahan masalah
1. Edukasi kepada keluarga pasien untuk tidak menggantung dan merapikan
baju yang menumpuk di ruangan rumah.
2. Edukasi untuk membuka semua jendela dan tirai saat siang agar cahaya
matahari dan udara dapat masuk.
30
dan krusta
dikulit masih
ada namun
sudah
berkurang)
BAB 4
KESIMPULAN
31
LAMPIRAN
32
33
34
35
36
DAFTAR PUSTAKA
37