Anda di halaman 1dari 29

KASUS SCABIES PADA PONDOK PESANTREN

AL BANIN

KELOMPOK TUTORIAL 2

1. ARADILA IRSALINA 1318011020


2. KM. ALAN WAHYU PERMANA 1618011005
3. DIMAS 1658011050
4. RIFADLY YUSRIL MALANA 1618011159
5. JIHAN NUR PRATIWI 1618011003
6. LAZULFA INDA LESTARI 1618011108
7. JOANA SIROOJ IRSYAADYAH 1618011128
8. FIRINDA SORAYA 1618011143
9. DHEA MUTIARA KARMELITA 1618011088
10. LAILATUT TORIQOH 1618011089

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan
kesehatan adalah salah satu upaya pembangunan nasional untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
kesehatan yang optimal (Muhchid dkk, 2006).

Kulit merupakan organ yang esensial, vital dan sebagai cermin kesehatan pada
kehidupan. Kulit juga termasuk pembungkus elastis yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas
ukurannya, yaitu kira-kira 15% dari berat tubuh dan luas kulit orang dewasa 1,5 m2.
Kulit sangat kompleks, elastik, sensitif, dan sangat bervariasi pada keadaan iklim, umur,
seks maupun ras. Selain faktor tersebut, kulit juga bergantung pada lokasi tubuh serta
memiliki variasi mengenai lembut, tipis, dan tebalnya (Djuanda, 2010).

Skabies atau gudik pada manusia adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
ektoparasit Sarcoptes scabiei yang menginfeksi dan melakukan sensitasi pada tubuh.
Sarcoptes scabiei termasuk ke dalam family sarcoptidae, ordo acari, kelas arachnida.
Nama Sarcoptes scabiei berasal dari kata sarx yang berarti kulit dan koptein yang
berarti gatal pada kulit sehingga muncul aktivitas menggaruk kulit yang gatal tersebut
(Cordoro et al. 2012).

Faktor-faktor yang berperan pada tingginya prevalensi skabies di Negara


berkembang terkait dengan kemiskinan yang berhubungan dengan rendahnya tingkat
kebersihan (personal hygiene), akses air yang sulit, dan kepadatan hunian (Johnstone,
2008). Tingginya kepadatan hunian dan interaksi atau kontak fisik antar individu
memudahkan perpindahan dan infestasi tungau skabies. Perpindahan tersebut terjadi
karena Sarcoptes scabiei merupakan parasit sejenis kutu yang sangat mudah
berpindahpindah. Setelah berpindah parasit mulai menginfeksi dan melakukan sensitasi
pada tubuh, biasanya diakibatkan personal hygiene yang kurang. Oleh karena itu,
prevalensi skabies yang tinggi umumnya ditemukan di lingkungan dengan kepadatan
penghuni dan kontak interpersonal tinggi seperti penjara, panti asuhan, dan pondok
pesantren (Steer, 2009; Perry & Potter, 2010).

Skabies identik dengan penyakit anak pondok pesantren karena kondisi


kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi buruk, kurang gizi dan kondisi ruangan terlalu
lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung (Djuanda, 2010).
Kebanyakan santri yang terkena penyakit skabies adalah santri baru yang belum dapat
beradaptasi dengan lingkungan, sebagai santri baru yang belum tahu kehidupan di
pesantren membuat mereka luput dari kesehatan, mandi secara bersama-sama, saling
tukar pakaian, handuk, dan sebagainya yang dapat menyebabkan tertular penyakit
skabies (Badri, 2008). Perilaku hidup bersih dan sehat terutama kebersihan
perseorangan di pondok pesantren pada umumnya kurang mendapatkan perhatian dari
santri dan ditambah dengan pengetahuan yang kurang baik mengenai kesehatan dan
perilaku yang tidak sehat, seperti menggantung pakaian di kamar, tidak membolehkan
pakaian santri wanita dijemur di bawah terik matahari, dan saling bertukar pakaian
maupun benda pribadi seperti sisir dan handuk (Depkes, 2007).

Pada pondok pesantren Al-Banin Labuhan Dalam, Tanjung Senang, Bandar


Lampung penyakit skabies termasuk masalah kesehatan yang sering terjadi dan menjadi
masalah utama. Menurut pengelola pondok pesantren ini mengatakan bahwa masalah
penyakit skabies ini membuat resah santri sehingga dapat mengganggu aktivitas.
Disamping itu, kejadian terjadinya skabies di pondok pesantren ini cukup tinggi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

SKABIES

Skabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh tungau
Sarcoptes scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia. Adanya rasa gatal pada
malam hari merupakan gejala utama yang mengganggu aktivitas dan produktivitas.
Penyakit scabies banyak berjangkit di: (1) lingkungan yang padat penduduknya, (2)
lingkungan kumuh, (3) lingkungan dengan tingkat kebersihan kurankg. Skabies
cenderung tinggi pada anak-anak usia sekolah, remaja bahkan orang dewasa (Siregar,
2005).

ETIOLOGI

Penyebabnya penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun lalu sebagai
akibat infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabiei atau pada manusia disebut
Sarcoptes scabiei varian hominis. Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas
Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes
scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi
(Djuanda, 2010).

Secara morfologi tungau ini berbentuk oval dan gepeng, berwarna putih kotor,
transulen dengan bagian punggung lebih lonjong dibandingkan perut, tidak berwarna,
yang betina berukuran 300-350 mikron, sedangkan yang jantan berukuran 150-200
mikron. Stadium dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang merupakan kaki depan
dan 2 pasang lainnya kaki belakang. Siklus hidup dari telur sampai menjadi dewasa
berlangsung satu bulan. Sarcoptes scabiei betina terdapat cambuk pada pasangan kaki
ke-3 dan ke-4. Sedangkan pada yang jantan bulu cambuk tersebut hanya dijumpai pada
pasangan kaki ke-3 saja. (Aisyah, 2005).

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam
terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil
meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk
betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas,
biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki.
Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari
larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4
pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8–12 hari.

Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3–4 hari, kemudian larva
meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva
berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau skabies betina
membuat liang di dalam epidermis, dan meletakkan telur-telurnya di dalam liang yang
di tinggalkannya, sedangkan tungau skabies jantan hanya mempunyai satu tugas dalam
kehidupannya yaitu kawin dengan tungau betina setelah melaksanakan tugas mereka
masing-masing mereka akan mati.

PATOGENESIS

Kelainan kulit dapat disebabkan penularan oleh tungau Sarcoptes Scabiei.


Penularan terjadi karena kontak langsung dengan penderita dan menyebabkan infeksi
dan sensitasi parasit. Keadaan tersebut menimbulkan lesi primer pada tubuh (Handoko,
2007).

Lesi primer skabies berupa terowongan yang berisi tungau, telur dan hasil
metabolisme. Pada saat menggali terowongan tungau mengeluarkan sekret yang dapat
melisiskan stratum korneum. Sekret dan ekskret menyebabkan sensitisasi sehingga
menimbulkan pruritus (gatal-gatal) dan lesi sekunder. Lesi sekunder berupa papul,
vesikel, pustul dan kadang bula. Lesi tersier dapat juga terjadi berupa ekskoriasi,
eksematisasi dan pioderma. Tungau hanya terdapat pada lesi primer (Sutanto et al,
2008).

Tungau hidup di dalam terowongan di tempat predileksi, yaitu jari tangan


pergelangan tangan bagian ventral, siku bagian luar, lipatan ketiak depan, umbilicus,
gluteus, ekstremitas, genitalia eksterna pada laki-laki dan areola mammae pada
perempuan. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. Pada tempat
predileksi dapat ditemukan terowongan berwarna putih abu-abu dengan panjang yang
bervariasi, rata-rata 1 mm, berbentuk lurus atau berkelok-kelok.

Terowongan ditemukan bila belum terdapat infeksi sekunder. Di ujung


terowongan dapat ditemukan vesikel atau papul kecil. Terowongan umumnya
ditemukan pada penderita kulit putih dan sangat jarang ditemukan pada penderita di
Indonsia karena umumnya penderita datang pada stadium lanjut sehingga sudah terjadi
infeksi sekunder (Sutanto et al, 2008).

GAMBARAN KLINIS

a. Pruritus noktural yaitu gatal pada malam hari karena aktifitas tungau yang lebih tinggi
pada suhu yang lembab dan panas
.b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam keluarga,
biasanya seluruh anggota keluarga, begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat
penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau
tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena
.c. Adanya kunikulus (terowongan) pada tempat-tempat yang dicurigai berwarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata 1 cm, pada ujung
terowongan ditemukan papula (tonjolan padat) atau vesikel (kantung cairan). Jika ada
infeksi sekunder, timbul polimorf (gelembung leokosit).
d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini. Gatal yang hebat terutama pada malam sebelum
tidur. Adanya tanda : papula (bintil), pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas
garukan). Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal pada kulit
yang umumnya muncul di sela-sela jari, selangkangan dan lipatan paha, dan muncul
gelembung berair pada kulit (Djuanda, 2010)

DIAGNOSIS BANDING
A. Folikulitis

Folikulitis adalah peradangn yang terjadi pada folikel rambut atau tempat rambut
tumbuh yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri. Meskipun bisa
menyebabkan rasa gatal dan perih.

 Sycoisis barbae, yaitu folikulitis kronis yang menyerang bagian wajah yang di
tumbuhi jenggot. Jenis folikulitis ini juga menimbulkan nyeri dan kadang
memengaruhi bibir bagian atas, sehingga sulit di tangani
 Hot-tub folliculitis, jenis folikulitis ini dialami oleh orang yang sering
berendam dalam air hangat, yang mana mendukung pertumbuhan bakteri
pseudomonas spp. Folikulitis jenis ini tidak berbahaya dan bisa di cegah
dengan perawatan rutin pada tempat berendam tersebut.
 Gram-negative folliculitis, adalah folliculitis yang terjadi akibat
penggunaan antibiotic jangka Panjang untuk mengatasi jerawat jenis
bakteri lain terlibat dalam folikulitis ini.
Gejala
 Muncul banyak benjolan kecil berwarna merah atau seperti jerawat, di kulit
tempat rambut tumbuh
 Benjolan terasa nyeri yang berisi nanah,dapat membesar atau pecah
 Gatal dan sensasi terbakar pada kulit

B. Prurigo
Sebuah penyakit yang ditandai dengan rasa gatal dan disertai dengan sebuah
benjolan yang dapat berkembang dan terjdailah penebalan pada kulit atau biasa
disebut dengan likenifikasi atau kita sering melihatnya sebagai bekas garukan

 Prurigo hebra
Prurigo Hebra adalah penyakit kulit kronik dimulai sejak bayi atau anak.Kelainan
kulit terdiri atas papul-papul miliar berbentuk kubah yang sangat gatal dan lebih
mudah diraba daripada dilihat.Tempat terutama di daereah ekstremitas bagian
ekstensor.
Etiologi : Penyebabnya yang pasti belum diketahui.Umumnya ada saudara yang
juga menderita penyakit ini,karena itu ada yang menganggap penyakit ini
herediter. Sebagian ahli berpendapat bahwa kulit penderita peka terhadap gigitan
serangga,misalnya nyamuk.Mungkin antigen atau toksin yang ada dalam ludah
serangga menyebabkan alergi.Disamping itu juga terdapat beberapa faktor yang
berperan,antara lain : suhu,investasi parasit (misalnya Ascaris dan Oxyuris).Juga
infeksi fokal misalnya tonsil atau saluran cerna,endokrin,alergi makanan.Pendapat
lain mengatakan penyakit ini didasari faktor atopi.

Gejala Klinis : Sering dimulai pada anak berusia diatas 1 tahun.Kelainan yang
khas adalah adanya papul-papul miliar tidak berwarna,berbentuk kubah,lebih
mudah diraba daripada dilihat.Garukan menimbulkan
erosi,ekskoriasi,krusta,hiperpigmentasi dan likenifikasi.Jika telah kronik,tampak
kulit yang sakit lebih gelap kecoklatan dan berlikenifikasi.Tempat predileksi di
ekstremitas bagian ekstensor dan simetris,dapat meluas ke bokong dan perut,muka
dapat pula terkena.Biasanya bagian distal lengan dan tungkai lebih parah daripada
bagian proksimal.Tungkai lebih parah daripada lengan. KGB regional biasanya
membesar,tidak nyeri,tidak bersupurasi,pada perabaan teraba lebih
lunak.Pembesaran tersebut disebut bubo prurigo. Bila penyakitnya ringan disebut
prurigo mitis,hanya terbatas di ekstremitas bagian ekstensor dan sembuh sebelum
akil balik.Jika penyakit lebih berat disebut prurigo feroks (agria),lokasi lesi lebih
luas dan berlanjut hingga dewasa.

 PRURIGO NODULARIS

Penyakit kronik,pada orang dewasa,ditandai adanya nodus kutan yang


gatal,terutama terdapat di bagian ekstensor.

Etiologi : Kausanya belum diketahui,tetapi serangan gatal timbul bila mengalami


ketegangan emosional.Penyakit ini dianggap sebagai neurodermatitis
sirkumskripta bentuk nodular atipik.

Gejala Klinis : Merupakan penyakit kulit kronik dan terutama


mengenai wanita.Lesi berupa nodus,dapat tunggal atau multipel,mengenai
ekstremitas terutama pada permukaan anterior paha dan
tungkai bawah.Lesi sebesar kacang polong atau lebih besar,keras dan berwarna
merah atau kecoklatan.Bila perkembangannya sudah lengkap maka lesi akan
berubah menjadi verukosa atau mengalami fisurasi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Kerokan Kulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan KOH 10% lalu dilakukan kerokan
dengan menggunakan skapel steril yang bertujuan untuk mengangkat atap papula atau
kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutup dengan kaca
penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop.

2. Apusan Kulit (Swab Kulit)


Kulit dibersihkan dengan eter, kemudian dengan gerakan cepat selotip dilekatkan dan
ditekan pada lesi dan setelah beberapa detik selotip diangkat. Selotip lalu diletakkan
diatas gelas objek (enam buah dari lesi yang sama pada satu gelas objek), dan diperiksa
dibawah mikroskop.

3. Tes Tinta pada Terowongan (Burrow Ink Test)


Dengan cara mengoleskan tinta atau gentian violet ke permukaan kulit yang terdapat
les, tinta akan terabsorbsi dan kemudian akan terlihat terowongan. Selain itu dapat
digunakan tetrasiklin topical dan dengan bantuan lampu wood terowongan akan tampak
sebagai garis lurus berwarna kuning kehijauan.

4. Biopsi Irisan
Dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan telunjuk kemudian dibuat
irisan tipis, dan dilakukan irisan superfisial menggunakan pisau dan berhati – hati dalam
melakukannya agar tidak berdarah. Kerokan tersebut diletakkan diatas kaca objek dan
ditetesi dengan minyak mineral yang kemudian diperiksa dibawah mikroskop.
BAB III
STATUS PASIEN

RESPONDEN 1
A. Identitas
Tanggal pemeriksaan : 3 september 2018
Pukul : 11:00 WIB
Nama : Muhammad Latif
Jenis Kelamin : Laki laki
Usia : 14 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : PANTI ASUHAN/LKSA PONDOK PESANTREN AL BANIN
Labuhan Dalam, Tanjung Senang, Bandar Lampung
B. Hasil Anamnesis
 Keluhan Utama : gatal
 Keluhan penyerta :
 RPS : Responden mengeluhkan gatal dibagian tangan kiri , memberat saat
malam hari. Bentol-bentol pada bagian tubuh dan terjadi hamper setiap malam.
 Keluhan pada kaki disangkal.
 Keluhan pada rambut dan kepala disangkal
 Riwayat Pengobatan : bedak herocyn
 Riwayat pribadi : mandi dua kali sehari pagi dan sore, terkadang suka bertukar
pakaian dan sarung dengan teman sekamar. Menggunakan sabun pribadi.
 RPD : cacar saat kelas 1 sd.
 Riwayat Keluarga : Tidak ada
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Present
 Keadaan umum : tampak sehat
 Kesadaran : compos mentis
 Nadi : 61x/menit
 Respirasi rate : 20x/menit
 Suhu C : 36C
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 BB : 40 kg
 TB : 150 cm
 Postur tubuh : normal
 Cara berjalan : fase berjalan normal
2. Status Dermatologi
 lokasi : region manus sinistra at region pedis
 bentuk dan ukuran : lentikuler, sirsinar/anular
 efloresensi : makula
 permukaan kulit : rata dan kering
 distribusi : regional dan diskret
RESPONDEN 2
A. Identitas
Tanggal pemeriksaan : 3 september 2018
Pukul : 11:00 WIB
Nama : Roniansyah
Jenis Kelamin : Laki laki
Usia : 16 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : PANTI ASUHAN/LKSA PONDOK PESANTREN AL BANIN
Labuhan Dalam, Tanjung Senang, Bandar Lampung
B. Hasil Anamnesis
 Keluhan Utama : gatal
 Keluhan penyerta : berdarah, kulit terkelupas
 RPS : Responden mengeluhkan gatal dibagian kedua tangan dan kaki terutama
didaerahb sela-sela jari. Pada daerah yang gatal berwarna keputihan terkelupas
tanpa disertai perdarahan dan gelembung dan memberat saat malam hari. Pada
rambut respondeng mengeluh ketombe.
 Keluhan pada badan disangkal.
 Riwayat Pengobatan : SALEP 88 dan kalpanax
 Riwayat pribadi : saat gatl suka menggaruk dengan keras, mandi kadang-kadang
sehari sekali, terkadang suka bertukar pakaian dan sarung dengan teman
sekamar, sering keringetan, menggunakan sabun pribadi namun juga
menggunakan sabun teman.
 RPD : cacar dan kutuan saat kelas 1 smp
 Riwayat Keluarga : Tidak ada

C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Present
 Keadaan umum : tampak sehat
 Kesadaran : compos mentis
 Nadi : 61x/menit
 Respirasi rate : 20x/menit
 Suhu C : 36C
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 BB : 52 kg
 TB : 160 cm
 Postur tubuh : normal
 Cara berjalan : fase berjalan normal
2. Status Dermatologi
 lokasi : regio manus et region pedis
 bentuk dan ukuran : lentikuler, sirsinar/anular
 efloresensi : macula hipopigmentasi
 permukaan kulit : rata dan kering
 distribusi : regional dan konfluens
RESPONDEN 3
A. Identitas
Tanggal pemeriksaan : 3 september 2018
Pukul : 11:00 WIB
Nama : Adam Saputra
Jenis Kelamin : Laki laki
Usia : 14 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : PANTI ASUHAN/LKSA PONDOK PESANTREN AL BANIN
Labuhan Dalam, Tanjung Senang, Bandar Lampung
B. Hasil Anamnesis
 Keluhan Utama : gatal di kedua tangan
 Keluhan penyerta : perih, sakit saat disentuh, di punggung terdapat gelembung
kecil berisi cairan
 RPS : Responden mengeluhkan gatal dibagian kedua tangan, diperberat saat
malam hari, tampak kemerahan, tidak sampai berdarah atau terkelupas , dan
rasanya seperti ditusuk.
 Riwayat Pengobatan : -
 Riwayat pribadi : mandi dua kali sehari, menggunakan sarung dan kaus
bergantian, sabun punya pribadi
 RPD : -
 Riwayat Keluarga : Tidak ada
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Present
 Keadaan umum : tampak sehat
 Kesadaran : compos mentis
 Nadi : 61x/menit
 Respirasi rate : 20x/menit
 Suhu C : 36C
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 BB : 45 kg
 TB : 160 cm
 Postur tubuh : normal
 Cara berjalan : fase berjalan normal
2. Status Dermatologi
 lokasi : regio ekestermitas superior
 bentuk dan ukuran : anular, miliar
 efloresensi : vesikel, makula
 permukaan kulit : rata dan kering
 distribusi : regional dan diskret

RESPONDEN 4
A. Identitas
Tanggal pemeriksaan : 3 september 2018
Pukul : 11:00 WIB
Nama : Nur Rohim
Jenis Kelamin : Laki laki
Usia : 15 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : PANTI ASUHAN/LKSA PONDOK PESANTREN AL BANIN
Labuhan Dalam, Tanjung Senang, Bandar Lampung
B. Hasil Anamnesis
 Keluhan Utama : gatal
 Keluhan penyerta : kemerahan hingga berdarah, terdapat bercak keputihan pada
wajah, terdapat gelembug kecil berisi cairan.
 RPS : mengeluh gatal pada kedua tangan terutama pada malam hari, muncul
gelembung-gelembung kecil dibagian tangn dan kaki pada saat di garuk
gelembung pecah dan langsung mongering menjadi bercak kecoklatan.
 Riwayat Pengobatan : -
 Riwayat pribadi : mandi dua kali sehari tetapi kondisi air kadang kotor karena
karena bercampur sampah diatas atap, menggunakan sarung dan kaus
bergantian, sabun punya pribadi
 RPD : cacar air pada kelas 1 SMP
 Riwayat Keluarga : Tidak ada
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Present
 Keadaan umum : tampak sehat
 Kesadaran : compos mentis
 Nadi : 61x/menit
 Respirasi rate : 20x/menit
 Suhu C : 36C
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 BB : 55 kg
 TB : 160 cm
 Postur tubuh : normal
 Cara berjalan : fase berjalan normal
2. Status Dermatologi
 lokasi : regio ekestermitas superior
 bentuk dan ukuran : anular, miliar
 efloresensi : vesikel, macula, hipopigmentasi, krusta
 permukaan kulit : regional dan diskret

RESPONDEN 5

A. Identitas
Tanggal pemeriksaan: 3 September 2018
Pukul: 11.00 WIB
Nama: M. Faisal
Jenis Kelamin: Laki-laki
Usia: 13 Tahun
Agama: Islam
Pekerjaan: Pelajar SMP
Alamat: Panti Asuhan / LKSA Pondok Pesantren Al-Banin, Labuhan Dalam,
Tanjung Senang, Bandar Lampung

B. Hasil Anamnesis

 Keluhan Utama: Gatal-gatal di tangan dan kaki

 Keluhan penyerta: Keluar nanah

 RPS: Semakin gatal saat malam hari dan ketika memakan telur atau ikan laut

 Riwayat Pengobatan: Diberi salep

 RPD: Pernah mengalami hal serupa di panti asuhan sebelumnya

 Riwayat Keluarga: Disangkal

 Riwayat Pribadi: Personal hygine yang kurang

C. Pemeriksaan Fisik

1. Status Present

 Keadaan umum: Tampak sehat

 Kesadaran: Compos mentis

 Nadi: 60x/menit

 Respirasi rate: 20x/menit

 Suhu: 36,0oC

 Tekanan darah: 120/70 mmHg

 BB: 40 kg

 TB: 148 cm

 Postur tubuh: Normal

2. Status Dermatologi

 Lokasi: Regio ekstremitas superior dextra


 Bentuk / ukuran: Anular / lenticular

 Efloresensi: Pustule dan eksoriasi

 Permukaan kulit: Tidak rata dan basah

 Distribusi: Diskret unilateral

RESPONDEN 6

A. Identitas
Tanggal pemeriksaan: 3 September 2018
Pukul: 11.00 WIB
Nama: Juki Aufa
Jenis Kelamin: Laki-laki
Usia: 13 Tahun
Agama: Islam
Pekerjaan: Pelajar SMP
Alamat: Panti Asuhan / LKSA Pondok Pesantren Al-Banin, Labuhan Dalam,
Tanjung Senang, Bandar Lampung

B. Hasil Anamnesis

 Keluhan Utama: Gatal-gatal di tangan

 Keluhan penyerta: Disangkal

 RPS: Gatal pada malam hari

 Riwayat Pengobatan: Diberi salep 88

 RPD: Pernah terjadi sebelumnya

 Riwayat Keluarga: Disangkal

 Riwayat Pribadi: Pemakaian sarung yang bergantian dan tidur bersama anak
panti yang lain

C. Pemeriksaan Fisik

1. Status Present
 Keadaan umum: Tampak sehat

 Kesadaran: Compos mentis

 Nadi: 60x/menit

 Respirasi rate: 16x/menit

 Suhu: 36,0oC

 Tekanan darah: 120/90 mmHg

 BB: 40 kg

 TB: 145 cm

 Postur tubuh: Normal

2. Status Dermatologi

 Lokasi: Regio ekstremitas superior sinistra

 Bentuk / ukuran: Anular / lenticular

 Efloresensi: Krusta

 Permukaan kulit: Rata dan kering

 Distribusi: Regional

RESPONDEN 5

A. Identitas
Tanggal pemeriksaan: 3 September 2018
Pukul: 11.00 WIB
Nama: Ramadhani
Jenis Kelamin: Laki-laki
Usia: 13 Tahun
Agama: Islam
Pekerjaan: Pelajar SMP
Alamat: Panti Asuhan / LKSA Pondok Pesantren Al-Banin, Labuhan Dalam,
Tanjung Senang, Bandar Lampung
B. Hasil Anamnesis

 Keluhan Utama: Jerawat

 Keluhan penyerta: Disangkal

 RPS: Berlangsung selama dua tahun dan belum sembuh

 Riwayat Pengobatan: Menggunakan pasta gigi yang dioleskan di atas jerawat

 RPD: Disangkal

 Riwayat Keluarga: Disangkal

 Riwayat Pribadi: alergi makan ikan asin

C. Pemeriksaan Fisik

1. Status Present

 Keadaan umum: Tampak sehat

 Kesadaran: Compos mentis

 Nadi: 60x/menit

 Respirasi rate: 16x/menit

 Suhu: 36,0oC

 Tekanan darah: 120/90 mmHg

 BB: 40 kg

 TB: 145 cm

 Postur tubuh: Normal

2. Status Dermatologi

 Lokasi: Regio facialis

 Bentuk / ukuran: Anular / lenticular

 Efloresensi: Pustul

 Permukaan kulit: tidak rata dan berminyak


 Distribusi: Regional

RESPONDEN 7

A. Identitas
Tanggal pemeriksaan: 3 September 2018
Pukul: 11.00 WIB
Nama: Regi Firli Prayogi
Jenis Kelamin: Laki-laki
Usia: 13 Tahun
Agama: Islam
Pekerjaan: Pelajar SMP
Alamat: Panti Asuhan / LKSA Pondok Pesantren Al-Banin, Labuhan Dalam,
Tanjung Senang, Bandar Lampung

B. Hasil Anamnesis

 Keluhan Utama: Gatal-gatal di tangan dan kaki

 Keluhan penyerta: Disangkal

 RPS: Gatal pada malam hari dan berkeringat

 Riwayat Pengobatan: Diberi salep 88

 RPD: Pernah terjadi sebelumnya

 Riwayat Keluarga: Disangkal

 Riwayat Pribadi: : Alergi makan ikan dan kuning telur

C. Pemeriksaan Fisik

1. Status Present

 Keadaan umum: Tampak sehat

 Kesadaran: Compos mentis

 Nadi: 60x/menit

 Respirasi rate: 20x/menit


 Suhu: 36,0oC

 Tekanan darah: 120/70 mmHg

 BB: 40 kg

 TB: 148 cm

 Postur tubuh: Normal

2. Status Dermatologi

 Lokasi: Regio ekstremitas superior et inferior

 Bentuk / ukuran: Anular / lenticular

 Efloresensi: krusta, sirkumskripta

 Permukaan kulit: rata dan kering

 Distribusi: Regional bilateral


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

DIAGNOSIS KERJA

Skabies

PENATALAKSANAAN

Mengedukasi agar tidak saling bertukan pakaian ke sesama teman yang ada di panti 
asuhan tersebut dan menjemur tempat tidur agar tidak lembab.

PROGNOSIS

Quo ad functionam: dubia ad bonam

Quo ad sanationam: dubia ad bonam

RESUME
Pada pemeriksaan tanggal 3 September 2018 di Panti Asuhan / LKSA Pondok Pesantren
Al-Banin, Labuhan Dalam, Tanjung Senang, Bandar Lampung,   beberapa   siswa
berpartisipasi   terhadap   observasi   yang   dilaksanakan   oleh   mahasiswa   Fakultas
Kedokteran   tutorial   2.   Didapatkan   hasil   bahwa   hampir   semua   penyakit   kulit   yang
diderita  siswa  adalah   scabies  atau  kudis.  Dikarenakan  kebiasaan  mereka  yang   sama
yaitu   mengeluh   gatal   di   sela­sela   jari   dan   lebih   parah   ketika   malam   hari.   Terdapat
keluhan penyerta berupa nanah, pengelupasan kulit serta koreng/bekas yang terdapat di
kaki   maupun   tangan.   Beberapa   siswa   mengaku   pernah   menggunakan   salep   88   dan
bedak untuk mengurangi gatal dan luka tersebut. Riwayat pribadi, kebanyakan mereka
suka bertukar pakaian kepada teman sekamarnya dan teman sekamarnya pun mengalami
hal yang serupa.

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum tampak sehat. Kesadaran compos
mentis dengan pemeriksaan TTV yang seluruhnya normal. Pada kulit terdapat pustule,
terlihat eksoriasis. Mata, telinga, hidung, dan leher dalam batas normal. Untuk thorax,
pulmo, abdomen, dan genitalia eksterna tidak dilakukan.
Berdasarkan tiga tanda cardinal untuk scabies, yaitu rasa gatal yang hebat pada malam
hari, tempat predileksi yang khas di sela-sela jari, dan adanya gatal hebat pada mala
hari, diagnosis kerja kami adalah scabies.

Penatalaksanaan yang kami lakukan adalah non-farmakologi, yaitu mengedukasi agar


tidak saling bertukan pakaian ke sesama teman yang ada di panti asuhan tersebut dan
menjemur tempat tidur agar tidak lembab, serta sesegera mungkin memeriksakan ke
dokter.

ANALISIS KASUS

Berdasarkan anamesis yang dilakukan pada kasus ini, didapatkan responden 1


merasakan keluhan gatal-gatal yang dirasakan gatal semakin hebat pada malam hari.
Keluhan gatal terutama dirasakan di bagian region manus sinistra at regin pedis.
Temuan pada kulitnya berupa makula dengan bentuk lentikuler dengan permukaan kulit
rata dan kering dengan distribusi regional dan diskret. Pada responden 2 , merasakan
keluhan gatal-gatal dengan keluhan penyerta berdarah dan kulit terlepas. Keluhan gatal
semakin hebat pada malam hari dibagian region manus sinistra at region pedis. Temuan
pada kulitnya macula dan hipigmentasi dengan ukuran lentikular,sirsinar/anular,
permukaan kulit rata dan kering, dengan distribusi regional dan konfluens. Pada
responden 3 , merasakan gatal-gatal dengan keluhan penyerta berupa perih, sakit bila
disentuh, dan terdapat ccairan air berupa vesikel dipunggung. Keluhan gatal semakin
hebat pada malam hari dibagian regio ekestermitas superior. Temuan pada kulitnya
didapatkan vesikel/makula dengan ukuran anular,miliar dengan permukaan kulit rata
dan keering dengan distribusi reginal dan diskret. Pada respnden responden 4 ,
merasakan gatal-gatal dengan keluhan penyerta kemerahan hingga berdarah, terdapat
bercak putih dan gelembung kecil berisi cairan. Keluhan gatal semakin hebat pada
malam hari bagian regio ekstremitas superior. Temuan pada kulitnya didapatkan
vesikel,macula, hipopigmentasi dan krusta dengan bentuk anular,miliar dengan
distribusi regional dan diskret. Pada responden 5, merasakan gatal-gatal dengan keluhan
penyerta keluar nanah. Keluhan gatal semakin hebat pada malam hari bagian Regio
ekstremitas superior dextra. Temuan pada kulitnya didapatkan pustule dan eksorasi
dengan bentuk anular/lentikular, permukaan kulit rata dan basah, dengan distribusi
unilateral. Responden 6 , mengeluhkan adanya jerawat yang sudah berlangsung selama
2 tahun dan belum sembuh. Keluhan ini ddidapatkan dibagian fasialis. Temuan pada
kulitnya berupa pustul dengan bentuk anular/miliar ddedngan permukaan kulit rata dan
berminyak dan distribusi regional. Pada responden 7, merasakan gatal-gatal yang
dirasakan semakin hebat pada malam hari dansaat berkeringatdibagia Regio ekstremitas
superior et inferior. Temuan yang diapatkan berupa Krusta dengan batas sirkumkripta
dengan bentuk anular/lentikular dengan permukaan rata dan kering serta distribuusinya
dibagian regional bilateral.

Penyakit Skabies adalah penyakit gatalpada kulit yang disebabkan oleh tungau atau
kutu kecil yang bernama Sarcoptes scabiei varian hominis ditandai dengan keluhan
gatal, terutama pada malam hari dan mudah meneular kontak langsung atau tidak
langsung.

Dilihat dari kesehariannya dari responden 1 sampai 7 memiliki hygene yang kurang
baik. Sehari-harinya setelah habis mandi, mereka jarang mengganti pakaian. Selain itu,
handuk tidak pernah dijemur diluar tempat terkena sinar matahari langsung dan lembab.
Dan selluruh responden merupakan anak panti asuhan yang menyebabkan mereka tidur
dengan beberapa orang dan sering bertukar pakaian.

Dari data dan hasil keseluruhan yang dilakukan di pesantren tersebut, terdapat 6
responden yang mengalami peyakit scabies dan 1 responden yang hanya mengalami
masalah Acne Vulgaris.
BAB V
PENUTUPAN

Demikianlah yang dapat kami paparkan mengenai gangguan kulit yang diderita
oleh para santri di panti asuhan Al-Banin. Tentunya banyak kekurangan dan kelemahan
yang terdapat dalam tugas ini, olah karena itu kami berharap kepada pembaca untuk
sekiranya memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami. Semoga tugas
inidapat menjadi contoh dan berguna bagi siapapun yang membacanya.
DAFTAR PUSTAKA

Akmal, S.S., Semiatry, R., Gayatri., 2013. Hubungan Personal Hygiene Dengan
Kejadian Skabies Di Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum Palarik Air
Pacah Kecamatan Koto Tangah Padang Tahun 2013. Jurnal Kedokteran
Andalas tahun 2013 Hal164-167
Aul Audah, N., Umniyati, S R., Siswati, S A., 2012. Faktor Resiko Skabies Pada Siswa
Pondok Pesantren. Jurnal Buski Vol 4, No. 1 tahun 2012 Hal 14-22
Fathoni,A., Ahsan., Susmarini, D., 2010., Hubungan Kemampuan Santri Mengenali
Penyakit Skabies Dengan Sikap SantriDalam Pencegahan Penularan
Penyakit Skabies DI Pondok Pesantren Miftahul Huda Malang, Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Malang.
Handoko, R. P., 2017. Skabies. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin . Ed 7.
Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Khotimah., K. 2006. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Skabies di
Pondok Pesantren Nurul Hikmah Jatisawit Bumiayu Brebes. Skripsi.
Semarang. Universitas Diponegoro.
Riska, A, G., 2011. Hubungan Kebersihan Pribadi dengn Kejadian Skabies pada Santri
Kelas VII MTS Pondok Pesantren Yayasan Amal Jariah Indonesia Di
Payaman Kabupaten Magelang, Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas
Islam Indonesia.
LAMPIRAN
RONIANSYAH

 AHMAD EFENDI

 MUHAMMAD LATIF
 NUR ROHIM

 ADAM S

Anda mungkin juga menyukai