Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (kutu kecil) yaitu Sarcoptes
scabiei varietas hominis. Penyakit tersebut merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama
di wilayah beriklim tropis dan subtropis. Jumlah penderita skabies di dunia lebih dari 300 juta
setiap tahun dengan angka yang bervariasi di setiap negara.

Prevalensi skabies di negara berkembang lebih tinggi dari di negara maju. Di Inggris
pada tahun 1997-2005, skabies terjadi pada 3 orang per 1.000 penduduk. Di Spanyol pada tahun
2012, prevalensi skabies pada imigran adalah 4,1%. Prevalensi skabies di daerah endemis di
India adalah 13% dan di daerah kumuh Bangladesh prevalensi pada anak berusia 6 tahun adalah
29%. Pada populasi umum, prevalensi skabies di Kamboja adalah 43% dan di Chile prevalensi
skabies sekitar 1-5%. Di Timor Leste, survei skabies di empat kabupaten pada tahun 2010
menunjukkan prevalensi17,3%. Di Indonesia, skabies merupakan salah satu penyakit kulit
tersering di puskesmas. Prevalensi skabies di puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 2008
adalah 5,6-12,9% dan merupakan penyakit kulit terbanyak ketiga. Pada tahun 2008 survei di
berbagai pemukiman kumuh seperti di tempat pembuangan sampah akhir dan rumah susun di
Jakarta menunjukkan prevalensi skabies sebesar 6,2%, di Boyolali 7,4%, di Pasuruan 8,2%, dan
di Semarang 5,8%.

Faktor yang berperan pada tingginya prevalensi skabies adalah kemiskinan, kepadatan
penghuni rumah, tingkat pendidikan rendah, keterbatasan air bersih, dan perilaku kebersihan
yang buruk. Tingginya kepadatan penghuni disertai interaksi dan kontak fisik yang erat
memudahkan penularan skabies. Kepadatan penghuni rumah merupakan faktor risiko paling
dominan dibandingkan faktor risiko skabies lainnya. Berdasarkan faktor risiko tersebut
prevalensi skabies yang tinggi umumnya terdapat di asrama, panti asuhan, pondok pesantren,
penjara, dan pengungsian. Di Malaysia, prevalensi skabies di asrama rumah kesejahteraan bagi
orang berusia lanjut di Pulau Pinang pada tahun 2010 adalah 30%. Ketika bencana alam gempa
bumi dan tsunami melanda Nanggroe Aceh Darussalam, skabies merupakan penyakit 2 kedua
terbanyak pada pengungsi.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Konsep Medis dari Skabies ?


2. Bagaimanakah Konsep Keperawatan dari Skabies ?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui Konsep Medis dari Skabies.


2. Mahasiswa dapat mengetahui Konsep Keperawatan dari Skabies.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP MEDIS

A. Definisi Skabies
Penyakit skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
kulit oleh tungau Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya (Muttaqin, dkk, 2011
dalam Affandi,2019 ). Penyakit skabies mempunyai nama lain seperti Kudis, Gudikan,
the itch, Gatal Agogo, Seven year itch, Budukan adalah nama lain dari penyakit skabies
ini (Affandi,2019)
Skabies merupakan penyakit infeksi kulit menular yang disebabkan tungau betina
Sarcoptes scabiei varieta hominis yang termasuk dalam kelas Arachnida ( Parman,2017 ).
B. Etiologi Skabies
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi S.scabiei varietas
hominis. Parasit tersebut termasuk kelas arachnida, subkelas acarina, ordo astigmata, dan
famili sarcoptidae. Selain varietas hominis, S.scabiei memiliki varietas binatang namun
varietas itu hanya menimbulkan dermatitis sementara, tidak menular, dan tidak dapat
melanjutkan siklus hidupnya di manusia ( Sungkar Saleha, 2016 )
Skabies dapat ditularkan secara langsung atau tidak langsung namun cara
penularan skabies yang paling sering adalah melalui kontak langsung antar individu saat
tungau sedang berjalan di permukaan kulit. Kontak langsung adalah kontak kulit ke kulit
yang cukup lama misalnya pada saat tidur bersama. Kontak langsung jangka pendek
misalnya berjabat tangan dan berpelukan singkat tidak menularkan tungau. Skabies lebih
mudah menular secara kontak langsung dari orang ke orang yang tinggal di lingkungan
padat dan berdekatan seperti di panti jompo, panti asuhan, pesantren dan institusi lain
dimana penghuninya tinggal dalam jangka waktu lama ( Sungkar Saleha, 2016 )
Faktor Risiko Skabies : Keberadaan skabies dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu
usia, jenis kelamin, tingkat kebersihan, penggunaan alat-alat pribadi bersamasama,
kepadatan penghuni, tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang skabies, budaya
setempat, serta sosio-ekonomi ( Sungkar Saleha, 2016 )
C. Manifestasi Klinis Skabies
Dapat ditemukan tanda-tanda kardinal sebagai berikut:
a. Preuritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan oleh aktivitas
tungau lebih tinggi pada suhu lembab dan panas.
b. Penyakit ini menyerang sekelompok manusia, misalnya dalam sebuah keluarga,
sehingga seluruh keluarga terkena infeksi, di asrama, atau pondokan. Begitu pula
dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga
berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Walaupun seluruh anggota
keluarga mengalami investasi tungau, namun tidak memberikan gejala. Hal ini
dikenal sebagai hiposensititasi. Penderita bersifat sebagai pembawa (carrier)
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat tempat predileksi berwarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok kelok, rata rata panjang 1
cm, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vasikel. Jika timbul infeksi
sekunder ruam kulit menjadi polimorf (putsul, ekskoriasi, dan lain-lain). Namun,
kunikulus biasanya sukar terlihat, karena sangat gatal pasien selalu menggaruk,
kulikulus dapat rusak karenanya. Tempat predileksinya biasanya merupakan
tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum tipis,
yaitu sela sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat
ketiak bagian depan, areola mamae, umbikulus bokong, genetalia eksterna, dan
perut bagian belakang. Pada bayi, dapat menyerang telapak tangan, telapak kaki,
wajah dan kepala.
Untuk gejala, ciri khas dari Scabies adalah gatal gatal hebat, biasanya semakin
memburuk pada malam hari. Lubang tungau tampak sebagai garis bergelombang dengan
panjang sampai 2,5 cm, kadang pada ujungnya terdapat bruntus kecil. Lubang/trowongan
tungau atau gatal-gatal sering ditemukan dan dirasakan di sela-sela jari, pergelangan
tangan, dan seperti yang disebutkan diatas. Infeksi jarang mengenai wajah, kecuali pada
anakanak dimana lesinya muncul sebagai lepuhan berisi air. Lama-lama terowongan ini
sulit untuk dilihat karena tertutup oleh peradangan terjadi akibat pengarukan ( mutiara &
Firza,2016 ).
D. Klasifikasi Skabies
a. Scabies Norwegia ( Scabies berkrusta) Bentuk Scabies ini ditandai dengan
dermatotis berkrusta pada tangan dan kaki, kuku yang distrofik, serta skuama
generalisata. Bentuk ini sangat menular, tetapi rasa gatalnya sangat sedikit.
Tungau dapat ditemukan dalam jumlah yang sangat banyak. Penyakit terdapat
pada pasien dengan retardasi mental, kelemahan fisis, gangguan imunologik dan
psikosis.
b. Scabies nodular Scabies dapat berbentuk nodular bila lama tidak mendapat terapi ,
sering terjadi pada bayi dan anak, atau pada pasien dengan imunokompremais.
(Linuwih sri, 2017)
E. Patofisiologi Skabies
Kutu Scabies dapat menyebabkan gejala transien pada manusia, tetapi mereka
bukan penyebab infestasi persisten. Cara penularan paling efisien adalah melalui kontak
langsung dan lama dengan seorang individu terinfeksi. Kutu Scabies dapat bertahan
hingga tiga hari pada kulit manusia sehingga media seperti tempat tidur atau pakaian
merupakan sumber alternatif untuk terjadinya suatu penularan. Siklus hidup dari kutu
berlangsung 30 hari dan dihabiskan dalam epidermis manusia. Setelah melakukan
kopulasi, kutu jantan akan mati dan kutu betina akan membuat liang ke dalam lapisan
kulit dan meletakkan total 60-90 telur. Telur menetas membutuhkan 10 hari untuk
menjadi larva dan kutu dewasa. Kurang dari 10% dari telur dapat menghasilkan kutu
dewasa. Kutu Scabies kemudian bergerak melalui lapisan atas kulit dengan mengeluarkan
protease yang mendegrasi stratum korneum. Scybala (kotoran) yang tertinggal saat
mereka melakukan perjalanan melalui epidermis, menciptakan kondisi klinis lesi yang
diakui sebagai liang. Populasi pasien tertentu dapat rentan terhadap penyakit Scabies,
termasuk pasien dengan gangguan immunodefisiensi primer dan penurunan respons imun
sekunder terhadap terapi obat, dan gizi buruk. Kondisi lainnya adalah gangguan motorik
akibat kerusakan saraf yang menyebabkan ketidakmampuan untuk menggaruk dalam
menanggapi pruritus sehingga menonaktifkan utilitas menggaruk untuk menghilangkan
kutu pada epidermis dan menghancurkan liang yang dibuat oleh kutu betina ( mutiara &
Firza,2016 ).
Pathway

 Lingkungan perkampungan
kumuh
 hygienis diri kurang
 sanitasi buruk

Masuknya Tungau Sarcoptes


Scabei var Hominis

Kontak tidak Langsung Kontak Langsung

Melalui benda Kontak kulit dengan kulit

Mis. Pakaian, handuk, Berjabat tangan


seprei, bantal

Tungau berada dipermukaan kulit Tungau bertelur 2-4 butir


perhari sampai mencapai 40-
50 butir
Masuk kedalam stratum korneum

3-5 hari telur menetas


Membentuk kanali kulit/kunikulus
menjadi larva
( Terowongan lurus/belok )
2-3 hari larva berubah
Tungau mengeluarkan cairan menjadi nimfa ( jantan dan
betina)
Reaksi sensitisasi oleh tubuh

Lesi pada kulit

Papula, vesikel
dan utrika

Pruritus Gg Pola Tidur


nokturna
Garukan Gg Integritas kulit

Mengakibatkan erosi,
Gg citra tubuh
ekskoriasi, atau krusta

Terbentuk luka Pelepasan mediator kimia

(Histamin, kinin, prostatglandin)


Port de entre

Merangsang nosiseptor
Resiko infeksi
sekunder
Dihantarkan oleh serabut tipe
Resiko infeksi A dan tipe C ke medula
spinalis lalu ke Otak

Nyeri dirasakan

Nyeri akut
F. Komplikasi Skabies

Terdapat beberapa komplikasi yang dapat timbul menurut mutiara & Firza (2016 ) yaitu:

a. Urtikaria
b. Infeksi Sekunder
c. Folikulitis
d. Furunkel
e. Infiltrat
f. Eksema infantum
g. Pioderma
h. Impetigo
G. Penatalaksanaan Skabies
a. Salep yang mengandung asam salisilat dan sulfur selama 3-4 hari, kemudian dapat
diulang setelah satu minggu.
b. Salep yang mengandung Benzoas benzilicus selama 3 malam kemudian dapat
diulangi setelali satu minggu
c. Salep yang mengandung Gamma benzene hexachlorida selama 1 malam,
kemudian dapat diulangi setelah satu minggu.
d. Malathiom 0,5% dalam basis air berfungsi sebagai skabisid dioleskan pada kulit
dalam 24 jam. Aplikasi kedua bisa diulang beberapa hari kemudian.
e. Krim permethrin 5% (terbaik, dapat untuk semua umur dan wanita hamil).
Dioleskan pada seluruh tubuh dari leher kebawah dan dicuci setelah 8-14 jam,
merupakan obat paling efektif bila terjadi kegagalan pengobatan dengan Gamma
Benzene Hexachloride 1%
f. Semua baju dan alat alat tidur dicuci dengan air panas serta mandi dengan sabun
g. Semua anggota keluarga atau orang seisi rumah berkontak dengan penderita harus
diperiksa dan bila juga menderita Scabies juga diobati bersamaan agar tidak
terjadi penularan kembali.
h. Keluhan gatal dapat diberi antihistamin dengan setengah dosis biasanya. Infeksi
sekunder dapat diberi antibiotika.
2.2 KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tidak terkaji
Umur : Tidak terkaji
Agama : Tidak terkaji
Jenis Kelamin : Tidak terkaji
Status Perkawinan : Tidak terkaji
Pendidikan : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Suku Bangsa : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
Tanggal Masuk : Tidak terkaji
Tanggal Pengkajian : Tidak terkaji
No. Register : Tidak terkaji
Diagnosa Medis : Skabies
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tidak terkaji
Umur :Tidak terkaji
Hub. Dengan Pasien : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini) : Tidak terkaji
2) Riwayat kesehatan sekarang : Skabies
P (Provokating) : Tidak terkaji
Q (Quality) : Tidak terkaji
R (Region) : Tidak terkaji
S (Severity/Skala) : Tidak terkaji
T (Time) : Tidak terkaji
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : Tidak terkaji
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1)      Penyakit yang pernah dialami : Tidak terkaji
2)      Pernah dirawat : Tidak terkaji
3)      Alergi : Tidak terkaji
4)      Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll): Tidak terkaji
c. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak terkaji
d. Diagnosa Medis dan therapy : Skabies
3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Tidak terkaji
b. Pola Nutrisi-Metabolik
1) Sebelum sakit : Tidak terkaji
2) Saat sakit : Tidak terkaji
c.   Pola Eliminasi
1) BAB
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
2) BAK
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas : Tidak terkaji
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan
minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung
total
2) Latihan
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
e. Pola kognitif dan Persepsi : Tidak terkaji
f. Pola Persepsi-Konsep diri : Tidak terkaji
g. Pola Tidur dan Istirahat
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
h. Pola Peran-Hubungan : Tidak terkaji
i. Pola Seksual-Reproduksi
1. Sebelum sakit : Tidak terkaji
2. Sebelum sakit : Tidak terkaji
j. Pola Toleransi Stress-Koping : Tidak terkaji
k. Pola Nilai-Kepercayaan : Tidak terkaji
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital :
TB/BB : Tidak terkaji
HR : Tidak terkaji
RR : Tidak terkaji
Suhu : Tidak terkaji
N : Tidak terkaji
TD : Tidak terkaji
b. Keadaan fisik
1) Kepala
a) Lingkar kepala : Tidak terkaji
b) Rambut : Tidak terkaji
c) Warna : Tidak terkaji
d) Tekstur : Tidak terkaji
e) Distribusi Rambut : Tidak terkaji
f) Kuat/mudah rontok : Tidak terkaji
2) Mata
a) Sklera : Tidak terkaji
b) Konjungtiva : Tidak terkaji
c) Pupil : Tidak terkaji
3) Telinga : Tidak terkaji
4) Hidung : Tidak terkaji
5) Mulut : Tidak terkaji
a) Kebersihan : Tidak terkaji
b) Warna : Tidak terkaji
c) Kelembapan : Tidak terkaji
d) Lidah : Tidak terkaji
e) Gigi : Tidak terkaji
6) Leher
a) Inspeksi : Tidak terkaji
b) Palpasi : Tidak terkaji
c) Perkusi : Tidak terkaji
d) Auskultasi : Tidak terkaji
7) Dada/pernapasan
a) Inspeksi : Tidak terkaji
b) Palpasi : Tidak terkaji
c) Perkusi : Tidak terkaji
d) Auskultasi : Tidak terkaji
8) Jantung
a) Inspeksi : Tidak terkaji
b) Palpasi : Tidak terkaji
c) Perkusi : Tidak terkaji
d) Auskultasi : Tidak terkaji
9) Paru-paru
a) Inspeksi : Tidak terkaji
b) Palpasi : Tidak terkaji
c) Perkusi : Tidak terkaji
d) Auskultasi : Tidak terkaji
10) Abdomen : Tidak terkaji
11) Punggung : Tidak terkaji
12) Ekstermitas : Tidak terkaji
13) Genitalia : Tidak terkaji
14) Integumen : Tidak terkaji
a) Warna : Tidak terkaji
b) Turgor : Tidak terkaji
c) Integrasi : Tidak terkaji
d) Elastisitas : Tidak terkaji
5. Pemeriksaan penunjang : Tidak terkaji
6. Penatalaksanaan : Tidak terkaji
B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan Integritas Kulit ( D. 0129 )


2. Nyeri Akut ( D.0077 )
3. Gangguan Citra Tubuh ( D.0083 )
4. Gangguan Pola Tidur ( D. 0055 )
5. Risiko Infeksi ( D. 0142 )
C. Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI Rasional


1. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan Integritas Perawatan Integritas Perawatan Integritas
(D.0129) Kulit/Jaringan Kulit (I.11353) Kulit (I.11353)
(L.14125)
Definisi : Definisi : Tindakan :
Kerusakan kulit (dermis dan / atau Setelah melakukan Mengidentifkasi dan Observasi :
epidermis) atau jaringan (membrane pengkajian selama 3 merawat kulit untuk 1. Untuk mengetahui apa
mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, × 24 jam integritas menjaga keutuhan, yang menyebabkan
tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau kulit / jaringan kelembaban dan mencegah gangguan pada
ligament). meningkat, dengan perkembangan integritas kulit
kriteria hasil : mikrogranisme. Terapeutik :
Penyebab: 1. Untuk menghindari
1. Perubahan sirkulasi 1. Elastisitas Tindakan : terjadinya luka
2. Perubahan status nutrisi cukup Observasi : dekubitus
(kelebihan atau kekurangan) meningkat 1. Identifkasi 2. Untuk menghindari
3. Kekurangan/kelebihan volume 2. Hidrasi cukup penyebab gangguan terjadinya infeksi
cairan meningkat integritas kulit 3. Untuk menjaga
4. Penurunan mobilitas 3. Perfusi (mis. Perubahan kelembapan kulit
5. Bahan kimia iritatif jaringan sirkulasi, perubahan 4. Untuk mengindari
6. Suhu lingkungan yang ekstrim cukup statu nutrisi, terjadinya sensitifitas
7. Faktor mekanisme (mis. meningkat penurunan pada kulit
penekanan pada tonjolan tulang, 4. Kerusakan kelembaban, suhu 5. Untuk menjaga
gesekan) atau faktor elektris jaringan lingkungan ektrem, kelembapan kulit
(elektrodiatermi, energi listrik cukup penurunan Edukasi :
bertegangan tinggi) menurun mobilitas) 1. Untuk dapat
8. Efek samping terapi radiasi 5. Kerusakan Terapeutik : mempertahankan
9. Kelembaban lapisan kulit 1. Ubah posisi tiap 2 kelembapan kulit
10. Proses penuaan cukup jam jika tirah 2. Untuk mencegah
11. Neuropati perifer menurun baring dehidrasi dan kulit
12. Perubahan pigmentasi 6. Nyeri cukup 2. Lakukan pemijatan kering
13. Perubahan hormonal menurun pada area 3. Untuk menjaga
14. Kurang terpapar informasi tentang 7. Perdarahan penonjolan tulang , kesehatan kulit
upaya cukup jika perlu 4. Untuk menjaga
mempertahankan/melindungi menurun 3. Bersihkan perineal kesahatan dan
integritas kulit. 8. Kemerahan dengan air hangat, kelembapan kulit
cukup terutama selama 5. Untuk menghindari
Gejala dan Tanda Mayor menurun periode diare kerusakan pada kulit
Subjektif : 9. Hematoma 4. Gunakan produk 6. Untuk menjaga kulit
(tidak tersedia) cukup berbahan petrolium dari paparan sinar
Objektif : menurun atau minyak pada matahari
1. Kerusakan jaringan dan / atau 10. Pigmentasi kulit kering Untuk mencegah kulit
lapisan kulit. abnormal 5. Gunakan produk
kering
cukup berbahan
menurun ringan/alami dan
11. Jaringan parut hipoalergik pada
Gejala dan Tanda Minor cukup kulit sensitif
Subjektif : menurun 6. Hindari produk
(tidak tersedia) 12. Nekrosis berbahan dasar
Objektif : cukup alkohol pada kulit
1. Nyeri menurun kering
2. Perderahan 13. Abrasi kornea Edukasi :
3. Kemerahan cukup 1. Anjurkan
4. Hematoma menurun menggunakan
14. Suhu kulit pelembab (mis.
cukup Lotion, serum)
membaik 2. Anjurkan minum
15. Sensasi cukup air yang cukup
membaik 3. Anjurkan
16. Tekstur cukup meningkatkan
membaik asupan nutrisi
17. Pertumbuhan 4. Anjurkan
rambut cukup meningkatkan
membaik asupan buah dan
sayur
5. Anjurkan
menghindari
terpapar suhu
ekstrem
6. Anjurkan
menggunakan tabir
surya SPF minimal
30 berada di luar
rumah
7. Anjurkan mandi
dan menggunakan
sabun secukupnya
2. Nyeri Akut (D. 0077) Tingkat nyeri . Manajemen nyeri Manajemen Nyeri
Kategori : psikologis (L.08066) Definisi : Observasi
Subkategori: nyeri dan kenyamanan 1. Dengan
Definisi : pengalaman sensorik atau Definisi : pengalman Mengidentifikasi dan mengidentifikasi
emosional yang berkaitan dengan sensori atau mengelola pengalaman lokasi,
kerusasakan jaringan aktual atau emosional yang sensori atau emosional karakteristik,
fungsional, dengan onset mendadak atau berkaitan dengan yang berkaitan dengan durasi, frekuensi,
lambat dan berintensitas ringan hingga kerusakan jaringan kerusakan jaringan atau kualitas, intensitas
berat yang berlangsung kurang dari 3 aktual atau fungsional fungsional dengan onset nyeri, perawat
bulan. dengan onset mendadak atau lambat dan dapat menentukan
Penyebab : mendadak atau berintensitas ringan hingga intervensi yang
1. Agen pencedera fisiologis(mis, lambat dan berat dan konstan tepat untuk
inflamasi, iskemia,neoplasma) berintesitas ringan Tindakan diberikan sesuai
2. Agen pencedera kimiawi(mis, hingga berat dan Observasi dengan kondisi
terbakar, bahan kimia iritan) konstan. 1. identifikasi lokasi, klien.
3. Agen pencedera fisik(mis. Abses, Kriteria hasil : karakteristik, 2. Dengan mengetahui
amputasi, terbakar, terpotong, 1. keluhan nyeri durasi, frekuensi, skala nyeri yang
mengangkat berat, prosedur operasi, menurun kualitas, intensitas dirasakan oleh
trauma, latihan fisik berlebihan) 2.meringis menurun nyeri. klien, kita dapat
Gejala dan tanda mayor Terapeutik menentukan
Subjektif : 1. Berikan tehnik non intervensi untuk
1. Mengeluh nyeri farmakologis untuk klien berdasarkan
Objektif : mengurangi rasa tingkat keparahan
1. Tampak meringis nyeri( mis, TENS, nyeri yang ia
2. Bersikap protektif (misalnya . hipnosis, rasakan
waspada, posisi menghindari akupresure, terapi 3. Dengan mengetahui
nyeri) musik, faktor yang
3. Gelisah biofeedback, terapi memperberat dan
4. Frekuensi nadi meningkat pijat, aroma terapi, memperingan nyeri
5. Sulit tidur tehnik imajinasi kita dapat
Gejala dan tanda minor terbimbing, mengantisipasi agar
Subjektif (tidak tersedia) kompres nyeri yang
Objektif : hangat/dingin, dirasakan oleh klien
1. Tekanan darah meningkat terapi bermain) tidak menjadi lebih
2. Pola nafas berubah 2. Kontrol lingkungan berat sehingga efek
3. Nafsu makan berubah yang memperberat yang tidak
4. Proses berfikir terganggu rasa nyeri (mis. diinginkan dapat
5. Menarik diri Suhu ruangan, diminimalisir
6. Berfokus pada diri sendiri pencahayaan , 4. Terapi
7. Diaforesis kebisingan) komplementer
Kondisi klinis terkait Edukasi adalah bidang imu
1. Kondisi pembedahan 1. Jelaskan penyebab, kesehatan yang
2. Cedera traumatis periode, dan bertujuan untuk
3. Infeksi pemicu nyeri menangani berbagai
4. Syndrom koroner akut 2. Jelaskan strategi penyakit dengan
5. glaukoma meredakan nyeri teknik tradisional.
3. Ajarkan tehnik non Setiap tindakan
farmakologis untuk memiliki efek
mengurangi rasa masing-masing
nyeri sehingga perlu
Kolaborasi dilakukan
Kolaborasi pemberian pemantauan untuk
analgesik,jika perlu mengetahui
keefektifan dari
2. Pemberian Analgesik terapi tersebut.
5. Dengan memantau
Definisi : menyiapkan dan efek samping yang
memberikan agen ditimbulkan oleh
farmakologis untuk analgetik, kita dapat
mengurangi atau meminimalisir
menghilangkan rasa sakit. terjadinya efek
Tindakan yang tidak di
Observasi inginkan atau
- Identifikasi riwayat merugikan klien
alergi obat Terapeutik
Terapeutik 1. Dengan
- Diskusikan jenis memberikan teknik
analgesik yang non farmakologis
disukai untuk untuk mengurangi
mencapai analgesik nyeri yang
yang optimal. dirasakan oleh
Edukasi klien, kita dapat
- Jelaskan efek mengurangi
samping obat kemungkinan dari
Kolaborasi terjadinya efek
- Kolaborasi yang merugikan
pemberian dosis dari penggunaan
dan jenis analgesik, analgetik
seusia indikasi 2. Dengan mengontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri klien, kita
dapat
mengantisipasi agar
nyeri yang
dirasakan oleh klien
tidak menjadi parah
3. Mempertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri terhadap
pemilihan strategi
untuk meredakan
nyeri dilakukan
agar intervensi yang
akan diberikan
nantinya akan lebih
efektif.
Edukasi
1. Menjelaskan
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
kepada klien
dilakukan agar
klien dapat
mengenali dan
menghindari hal-hal
yang nantinya dapat
memicu terjadinya
nyeri.
2. Dengan
mengajarkan
strategi meredakan
nyeri kepada klien,
diharapkan klien
dapat
melakukannya
secara mandiri
ketika merasakan
nyeri.
3. Dilakukan agar
klien dapat
melakukan tehnik
non farmakologis
secara mandiri
untuk mengurangi
rasa nyerinya
Kolaborasi
Pemberian analgetik bisa
diberikan ketika teknik non
farmakologis tidak efektif
untuk diterapkan kepala
klien sehingga perlu untuk
dikombinasikan dengan
pemberian analgetik.
Pemantauan Nyeri
Observasi :
1. Untuk mengetahui
faktor pencetus nyeri
pasien dan cara
meredakan nyeri
2. Untuk mengetahui
bagaimana kualitas
nyeri yang dirasakan
pasien
3. Untuk mengetahui
lokasi dan penyebaran
nyeri yang dirasakan
pasien
4. Untuk mengetahui
apakah nyeri yang
dirakan pasien
termasuk dalam
kategori ringan,
sedang atau berat
5. Untuk mengetahui
berapa lama nyeri
yang dirasakan pasien
Terapeutik :
1. Agar perawat bisa
memantau nyeri yang
dirasakan sesuai
dengan kondisi pasien
pada saat dilakukan
pengkajian
2. Setiap selesai
melakukan tindakan
perawat wajib
mendokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi :
1. Agar pasien bisa
mengetahui tujuan
perawat melakukan
pemantauan
2. Agar pasien bisa
mengetahui hasil
pemantauan yang
dilakukan kepadanyan

3. Gangguan Citra Tubuh (D.0083) Promosi Citra Promosi koping Promosi Koping
Kategori : psikologis Tubuh Definisi Observasi
Subkategori : Integritas ego Setelah dilakukan Meningkatkan upaya - untuk
Definisi tindakan keperawatan kognitif dan perilaku mengidentifikasi
Perubahan persepsi tentang penampilan, selama 3x24 jam menilai dan merespon stressor yg dialami
struktur dan fungsi fisik individu maka citra tubuh stressor dan/atau klien
Penyebab meningkat dengan kemampuan menggunakan - untuk melakukan
1. Perubahan struktur/bentuk tubuh kriteria hasil sumber-sumber yang ada upaya kognitif
mis. Amputasi, trauma, luka - Verbalisasi dengan kemampuan
bakar, obesitas, jerawat) perasaan Tindakan yang klien miliki
2. Perubahan fungsi tubuh (mis. negatif Observasi - untuk mendukung
Proses penyakit, kehamilan, tentang - Identifikasi upaya koping
kelumpuhan) perubahan kemampuan yang kognitif yang akan
3. Perubahan fungsi kognitif tubuh dimiliki diberikan kepada
4. Ketidak sesuaian budaya, menurun - Identifikasi klien
keyakinan atau sistem nilai - Focus pada kebutuhan dan
5. Transisi perkembangan bagian tubuh keinginan terhadap Terapeuti
6. Gangguan psikososial menurun dukungan sosial - Supaya klien paham
7. Efek tindakan/ pengobatan (mis. - Focus pada Terapeutik bagaimana
Pembedahan, kemoterapi, terapi penampilan - Diskusikan masalahnya akan ia
radiasi) masa lalu perubahan yang di lalui, tidak menjadi
menurun alami stress karena
Gejala dan Tanda Mayor - Melihat - Gunakan mengetahui
Subjektif bagian tubuh pendekatan yang perubahan yang
1. Mengungkapkan kecacatan membaik tenang dan akan ia lewati
/kehilangan bagian tubuh - Respon meyakinkan - Supaya klien mau
Objetif nonverbal - diskusikan resiko lebih terbuka dan
1. Kehilangan bagian tubuh pada yang menimbulkan mendengarkan
2. Fungsi/struktur tubuh perubahan bahaya pada diri semua yang kita
berubah/hilang tubuh sendiri katakana
membaik - fasilitasi dalam - Supaya klien lebih
Gejala dan Tanda Minor Hubungan sosial memperoleh berhati-hati dan
Subjektif membaik informasi yang di dapat menjaga
1. Tidak mau mengungkapkan butuhkan dirinya sendiri dan
kecacatan/kehilangan bagian bahaya
tubuh - Supaya klien tidak
2. Mengungkapkan perasaan negatif bingnung dalam
tentang perubahan tubuh mencari informasi
3. Mengungkapkan kekhawatiran
pada penolakan/reaksi orang lain
4. Mengungkapkan perubahan gaya
hidup
Objetif
1. Menyembunyikan/menunjukkan
bagian tubuh secara berlebihan
2. Menghindari melihat dan/atau
menyentuh bagian tubuh
3. Fokus berlebihan pada perubahan
tubuh
4. Respon nonverbal pada perubahan
dan persepsi tubuh
5. Fokus pada penampilan dan
kekuatan masa lalu
6. Hubungan sosial berubah

Kondisi klinis terkait


1. Mastektomi
2. Amputasi
3. Jerawat
4. Parut atau luka bakar yang terlihat
5. Obesitas
6. Hiperpigmentasi pada kehamilan
7. Gangguan psikiatrik
8. Program terapi neoplasma
9. Alopeciachemically induced
4. Gangguan pola tidur ( D. 0055) Pola tidur ( L.05045) Dukungan Tidur Dukungan Tidur
Kategori: Fisiologis Setelah melakukan ( I.05174) ( I.05174)
Subkategori : Aktivitas/istirahat pengkajian selama 3 Definisi :Memfaslitasi Observasi :
Definisi : Gangguan kualitas dan × 24 jam tingkat siklus tidur dan terjaga 1. Tidur adalah
kuantitas waktu tidur akibat faktor gangguan pola tidur yang teratur. aktivitas utama otak
eksternal menurun, dengan Observasi : sepanjang awal
Penyebab : criteria hasil : 1. Identifikasi pola perkembangan.
1. Hambatan lingkungan (mis. 1. Keluhan sulit aktivitas dan tidur Tidur memegang
Kelembapan lingkungan sekitar, tidur membaik 2. Identifikasi faktor peranan penting
suhu lingkungan, pencahayaan, 2. keluhan sering penggangu tidur dalam maturasi
kebisingan, bau tidak sedap, terjaga cukup (fisik dan/atau otak in utero dan
ekstra uterin. Fungsi
jadwal membaik psikologis) otak manusia pada
pemantauan/pemeriksaan/tindaka 3. keluhan tidak Terapeutik : masa anak, dewasa,
n puas tidur 1. Modifikasi dan masa tua
2. Kurangnya control tidur cukup lingkungan (mis. dipertahankan oleh
3. Kurangnya privasi membaik Pencahayaan, interaksi kompleks
4. Restraint fisik 4. keluhan pola kebisingan, suhu, dengan lingkungan
5. Ketiadaan teman tidur tidur berubah matras dan tempat selama periode
6. Mengeluh istirahat tidak cukup sedang tidur) terjaga. Tidur
Gejala dan tanda mayor 5. keluhan istiraht 2. Batasi waktu tidur berperan dalam
DS: tidak cukup siang,jika perlu konsolidasi interaksi
tersebut dan dalam
1. Mengeluh sulit tidur cukup 3. Fasilitasi
pembuangan
2. Mengeluh sering terjaga membaik menghilangkan
pengalaman yang
3. Mengeluh tidak puas tidur (PPNI, 2019). stress sebelum tidur
tidak diinginkan.
4. Mengeluh pola tidur berubah 4. Tetapkan jadwal 2. faktor-faktor yang
5. Mengeluh istirahat tidak cukup tidur rutin mempengaruhi
DO : ( tidak tersedia) 5. Lakukan prosedur kebutuhan tidur
Gejala dan tanda minor untuk meliputi aspek fisik,
DS: meningkatkan psikologis,
1. Mengeluh kemampuan kenyamanan ( mis, lingkungan, dan gaya
beraktivitas menurun pijat, mengatur hidup pada pasien
DO: ( tidak tersedia ) posisi,terapi yang mengalami
Kondisi klinis terkait akupresur) perubahan fungsi
1. Nyeri/kolik 6. Sesuaikan jadwal pernafasan. Desain
penelitian adalah
2. Hipertiroidisme pemberian obat
deskriptif korelasi
3. Kecemasan dan/atau tindakan Terapeutik :
4. Penyakit paru obstruktsi kronik untuk menunjang 1. Tidur dalam kondisi
5. Kehamilan siklus tidur-terjaga. gelap atau mematikan
6. Periode pasca partum Edukasi : lampu kamar akan
7. Kondisi pasca operasi 1. Jelaskan pentingnya membuat kualitas
(PPNI, 2017). tidur cukup selama tidur menjadi lebih
sakit. baik. Paparan cahaya
2. anjurkan menepati adalah faktor kunci
kebiasaan waktu yang mengatur tidur
dan jam biologis
tidur tubuh. Cahaya
3. anjurkan menjadi acuan jam
mengurangi biologis tubuh,
makanan/minuman karena cahaya yang
diterima tubuh saat
yang mengganggu
tidur dapat
tidur memberikan sinyal
4. anjurkan yang menunjukkan
penggunaan obat waktu-waktu tertentu
tidur yang tidak bagi tubuh.
mengandung
supresor terhadap 2. Tidur di ruangan
tidur REM. yang terang lebih
5. ajarkan faktor- berisiko mengalami
faktor yang depresi dibandingkan
berkontribusi tidur di ruangan yang
terhadap gangguan gelap. Selain itu,
pola tidur gangguan tidur juga
( mis,psikologis, berkaitan erat dengan
gaya hidup, sering risiko
berubah shift
depresi.Pencahayaan
bekerja)
redup di malam hari
6. ajarkan relaksasi
meningkatkan
otot autogenic atau
cara perubahan fisiologis
nonfarmakologi yang menyebabkan
lainnya. depresi pada manusia.
(PPNI, 2018). Hal ini dapat terjadi
melalui ritme
Dukungan Kepatuhan sirkadian yang
Program Pengobatan ( I. terganggu atau
penekanan
12361 )
melatonin. 
Definisi
Memfasilitasi Ketepatan Edukasi :
1. Tidur yang
dan keteraturan menjalani berkualitas dilakukan
program pengobatan yang minimal 7-8 jam
setiap malam.
sudah di tentukan Rentang ini akan
memberikan waktu
Observasi :
bagi tubuh untuk
1. Identifikasi merawat dan menjaga
kesehatan Anda.
kepatuhan Tidur 7-8 jam setiap
menjalani program hari juga dapat
memberikan Anda
Terapeutik : berbagai manfaat
2. Mengurangi makan
1. Buat komitmen atau minum yang bisa
menjalani program menggangu waktu
tidur sangatlah baik,
pengobatan tujuannya yakni
untuk memberikan
2. Buat jadwal waktu tidur yang
pendampingan optimal dan juga baik
untuk kesehatan
keluarga untuk tubuh.
3. Obat tidur tidak
bergantian
hanya bisa memicu
menemani pasien rasa kantuk, tapi juga
membuat Anda tidur
selama lebih lama. Jika
menjalankan digunakan dalam
jangka pendek dan
program sesuai aturan pakai,
obat ini memang bisa
pengobatan, jika berguna. Namun
perlu apabila digunakan
berlebihan, beberapa
3. Dokumentasikan jenis obat tidur bisa
menyebabkan
aktivitas selama ketergantungan
menjalani proses 4. latihan relaksasi otot
progresif bermanfaat
pengobatan menimbulkan respon
tenang, nyaman, dan
4. Diskusikan hal-hal rileks.
yang dapat
mendukung atau
menghambat
berjalannya
program
pengobatan
5. Diskusikan hal-hal
yang dapat
mendukung atau
menghambat
berjalannya
program
pengobatan
6. Libatkan keluarga
untuk mendukung
program
pengobatan yang
dijalani
Edukasi :
1. Informasikan
program
pengobatan yang
harus dijalani
2. Informasikan
manfaat yang akan
diperoleh jika
teratur menjalani
program
pengobatan
anjurkan keluarga
untuk mendampingi
dan merawat pasien
selama menjalani
program
pengobatan
3. Anjurkan pasien
dan keluarga
melakukan
konsultasi
kepelayanan
kesehatan terdekat,
jika perlu
(PPNI, 2018).
5. Tingkat Infeksi 1. Pencegahan infeksi Pencegahan Infeksi

Risiko Infeksi (D.0142) (L.14137) Definisi : mengidentifikasi Observasi


Kategori : lingkungan Definisi dan menurunkan resiko 1.  Infeksi local hanya
Subkategori : keamanan dan proteksi Derajat infeksi terserang organisme pada bagian tertentu
Definisi: berdasarkan observasi patogenik Infeksi lokal yang dapat
Beresiko mengalami peningkatan atau sumber Tindakan menjadi sistemik bilamikro-
terserang organisme patogenik informasi. Observasi organisme mencapai sistem
Faktor resiko Kriteria Hasil 1. Monitor tanda dan limfatikatau vascular
1. Penyakit kronis( mis. Diabetes 1. Kebersihan gejala infeksi lokal Terapeutik
militus) badan dan sistemik 1. Untuk
2. Efek prosedur infasif meningkat Terapeutik mengantisipasi
3. Malnutrisi 1. Cuci tangan apabila ada kuman
4. Peningkatan paparan organisme sebelum dan atau bakteri yang
patogen lingkungan sesudah kontak dapat menyebabkan
5. Ketidak adekuatan pertahanan dengan pasien dan penyakit yang
tubuh primer : lingkungan pasien menular
a. Gangguan peristaltik 2. Pertahankan tehnik 2. Agar bebas dari
b. Kerusakan integritas kulit aseptik pada pasien infeksi dan juga
c. Perubahan sekresi pH beresiko tinggi mikroorganisme
d. Penurunan kerja siliaris Edukasi Edukasi
e. Ketuban pecah lama 1. Jelaskan tanda dan 1. Agar pasien dapat
f. Ketuban pecah sebelum gejala infeksi mengetahui secara
waktunnya 2. Ajarkan cara dini tanda tanda
g. Merokok mencuci tangan terjadinya infeksi
h. Statis cairan tubuh dengan benar 2. Agar pasien dapat
6. ketidak adekuatan pertahanan Kolaborasi mengetahui cara
tubuh sekunder: Kolaborasi pemberian mencuci tangan
a. Penurunan Hb imunisasi , jika perlu dengan 6 langkah
b. Imununosupresi cuci tangan
c. Leukopenia 2. Dukungan perawatan Kolaborasi
d. Supresi respon inflamasi diri : Mandi Tidak tersedia
e. Vaksinisasi tidak adekuat Definisi : Memfasilitasi
Kondisi klinis terkait pemenuhan kebutuhan Perawatan Diri : Mandi
1. AIDS kebersihan diri. Tindakan
2. Luka bakar Tindakan : Obseravasi
3. Penyakit paru obstruktif kronik Observasi - Kebersihan tubuh
4. Diabetes mielitus - Monitor kebersihan sangat penting dan
5. Tindakan infasif tubuh (mis. berpengaruh pada
6. Kondisi penggunaan terapi steroid Rambut, mulut, tingkat kesehatan
7. Penyalah gunaan obat kulit dan kuku) seseorang, dengan
8. Ketuban pecah sebelum waktunya Terapeutik memantau
9. Kanker - Pertahankan kebersihan, kita
10. Leukimia kebiasaan dapat menjaga
11. Imunosupresi kebersihan diri kesehatan kita.
12. Lymphedema Edukasi Tubuh yang kotor
13. Leukositopenia - Jelaskan manfaat akan menjadi
Gangguan fungsi hati mandi dan dampak penyebab
tidak mandi mudahnya kuman
terhadap kesehatan. dan bakteri masuk
Kolaborasi kedalam tubuh dan
Tidak tersedia. mengganggu
kesehatan kita.
Terapeutik
- Jika pasien mampu
melakukan mandi
secara mandiri
maka perlu unutk
mempertahankan
kebiasaan tersebut
dan tetap menjaga
kesehatan agar
terhindar dari
penyakit.
Edukasi
- Mandi bermanfaat
utnuk
membersihkan diri
terutama
permukaan kulit
dari segala jenis
kuman dan bakteri.
Kita ketahui
bersama bahwa
dipermukaan kulit
terdapat pori-pori
yang dapat menjadi
port d’entery
kuman kedalam
tubuh dan
mengganggu
kesehatan kita.
Sehingganya sangat
penting untuk
mandi dan menjaga
kebersihan diri kita.
Kolaborasi
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
kulit oleh tungau Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya (Muttaqin, dkk, 2011
dalam Affandi,2019 ). Penyakit skabies mempunyai nama lain seperti Kudis, Gudikan,
the itch, Gatal Agogo, Seven year itch, Budukan adalah nama lain dari penyakit skabies
ini (Affandi,2019)
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi S.scabiei varietas
hominis. Parasit tersebut termasuk kelas arachnida, subkelas acarina, ordo astigmata, dan
famili sarcoptidae. Selain varietas hominis, S.scabiei memiliki varietas binatang namun
varietas itu hanya menimbulkan dermatitis sementara, tidak menular, dan tidak dapat
melanjutkan siklus hidupnya di manusia ( Sungkar Saleha, 2016 )

3.2 Saran
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan, Pada pengkajian perawat
perlu melakukan pengkajian dengan teliti melihat kondisi klien serta senantiasa
mengembangkan tehnik terapeutik dalam berkomunikasi. Serta Agar dapat memberikan
asuhan keperawatan yang berkualitas meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta
sikap professional dalam menetapkan diagnose keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Nur,2019. Analisis Personal Hygiene Dan Keberadaan Sarcoptes Scabiei Di Debu Alas
Tidur Warga Binaan Pemasyarakatan Pada Kejadian Skabies Di Lapas Kelas Iib
Jombang. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol. 11 No. 3 Juli 2019 (165-174) Doi:
10.20473/Jkl.V11i3.2019.165-174 Issn: 1829 - 7285 E-Issn: 2040 – 881

Linuwih Sri, 2017. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi Ke 7. Jakarta : Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal .213-221

Mutiara & Firza Syailindra,2016. Skabies. Volume 5 Nomor 2

Parman Dkk.2017. Faktor Risiko Hygiene Perorangan Santri Terhadap Kejadian Penyakit Kulit
Skabies Di Pesantren Al-Baqiyatushshalihat Tanjung Jabung Barat Tahun 2017. Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3

Sungkar, Saleha. 2016. Skabies Etiologi, Patogenesis, Pengobatan, Pemberantasan, dan


Pencegahan. Jakarta : Badan Penerbit FKUI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
indikator diagnositk. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
tindakan keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luarani Keperawatan Indonesia Definisi dan
kriteria hasil keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai