Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

DENGAN RHEUMATOID ATHRITIS

PADA Ny. E

Disusun Oleh:

Milad Raushan Fikri (08170001035)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INDONESIA MAJU JAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Defenisi
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang disebabkan karena adanya
peradangan atau inflamasi yang dapat menyebabkan kerusakan sendi dan nyeri. Nyeri dapat
muncul apabila adanya suatu rangsangan yang mengenai reseptor nyeri. Penyebab arthritis
rheumatoid belum diketahui secara pasti, biasanya hanya kombinasi dari genetic,
lingkungan, hormonal, dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah
faktor infeksi seperti bakteri, mikroplasma dan virus (Yuliati, 2013).
Penyakit RA ini merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan inflamasi sendi yang
berlangsung kronik dan mengenai lebih dari lima sendi (poliartritis) (Pradana, 2012).
Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil positif di
berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi, terutama di bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga
dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup
manusia, akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah
cenderung lebih cepat (Zakir, 2014).
Jumlah penduduk yang bertambah dan usia harapan hidup lansia akan menimbulkan
berbagai masalah antara lain masalah kesehatan, psikologis, dan sosial ekonomi.
Permasalahan pada lansia sebagian besar adalah masalah kesehatan akibat proses penuaan,
ditambah permasalahan lain seperti masalah keuangan, kesepian, merasa tidak berguna, dan
tidak produktif. Banyaknya permasalahan yang dihadapi lansia, maka masalah kesehatanlah
yang jadi peran pertama dalam kehidupan lansia seperti munculnya penyakit-penyakit yang
sering terjadi pada lansia (BKKBN, 2012).
Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat proses alamiah
yaitu proses menua (Aging) dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun
sosial yang saling berinteraksi. Permasalahan yang berkembang memiliki keterkaitan dengan
perubahan kondisi fisik yang menyertai lansia. Perubahan kondisi fisik pada lansia
diantaranya adalah menurunnya kemampuan muskuloskeletal kearah yang lebih buruk
(Nugroho, 2010).
Di Indonesia reumatik mencapai 23,6% hingga 31,3%. Angka ini menunjukkan bahwa
tingginya angka kejadian reumatik. Peningkatan jumlah populasi lansia yang mengalami
penyakit reumatik juga terjadi di Jawa Timur, berdasarkan data statistik Indonesia (2016), di
Jawa Timur jumlah lansia pada tahun 2015 adalah 173.606 orang, dengan status kesehatan
baik 64.818 orang, cukup baik 72.705 orang dan status kesehatan kurang baik 36.083 orang.
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo didapatkan jumlah 10 penyakit terbesar
di Kabupaten Ponorogo pada tahun 2016 yang pertama adalah penyakit reumatik (16,76%),
kemudian diikuti hipertensi (14,96%), ISPA (13,15%), Maag (12,17%), Alergi (10.73%) dan
yang terakhir adalah mata (3,38%). Di Puskesmas Kecamatan Bungkal dalam dua bulan
terakhir juga menunjukkan bahwa mayoritas lansia mengalami penyakit reumatik yaitu
berjumlah 180 orang, adapun secara keseluruhan angka kesakitan penyakit reumatik
Puskesmas se Kabupaten Ponorogo yaitu 3.047 orang (Dinkes, 2016).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Lanjut Usia (Lansia)
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapantahapan
menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya
tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian
misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan,
endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia
sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan
psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga
secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010).

2.1.2 Rheumatoid Arthritis

Rheumathoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang menyebabkan


peradangan kronis dari sendi. RA dapa juga menyebabkan peradangan jaringan di
sekitar sendi, serta organ-organ lain dalam tubuh. Penyakit autoimun adalah penyakit
yang terjadi ketika jaringan-jaringan tubuh diserang oleh system imunnya sendiri yang
keliru. Karena dapat mempengaruhi beberapa organ tubuh, RA disebut sebagai
penyakit sistemik dan kadang-kadang disebut penyakit rematik. Sementara RA adalah
penyakit kronis, berarti ia bisa bertahan selama bertahun-tahun, pasien mungkin
mengalami waktu yang lama tanpa gejala. Biasanya, RA adalah penyakit progresif
yang memiliki potensi untuk menyebabkan kerusakan sendi dan kecacatan fungsional
(Indra, 2010).

2.1.3 Etiologi

Penyebab utama dari kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapateori yang dikemukakan
mengenai penyebab arthtritis reumatoid, yaitu :
1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non hemolitikus.
2. Endokrin.
3. Autoimun.
4. Metabolic.
5. Faktor genetik serta faktor pemicu.
Pada saat ini, arthtritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktorautoimun dan infeksi.
Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II ; faktor injeksi mungkin disebabkan oleh
virus dan organismemikroplasma atau group difteriod yang menghasilkan antigen kolagen tipe
II dari tulang rawan sendi penderita.
Kelainan yang dapat terjadipada suatu arthtritis reumatoid yaitu :
1. Kelainan pada daerah artikulera.
a. Stadium I (stadium sinovitis)
b. Stadium II (stadium destruksi)
c. Stadium III (stadium deformitas)
2. Kelainan pada jaringan ekstra-artikulerPada jaringan ekstra-artikuler akan terjadi
perubahan patologis, yaitu:
a. Pada otot terjadi miopati
b. Nodul subkutan
c. Pembuluh darah perifer terjadi proliferasi tunika intima padapembuluh darah perifer
dan lesi pada pembuluh darah arterioldan venosad.
d. Terjadi nekrosis fokal pada saraf
e. Terjadi pembesaran limfe yang berasal dari aliran limfe sendi(Nurarif dan Kusuma,
2013).Sedangkan menurut Price (1995) dan Noer S, (1996), faktor-faktoryang
berperan dalam timbulnya penyakit Artritis Reumatoid adalah jeniskelamin,
keturunan, lingkungan dan infeksi (Lukman, 2009).

2.1.4 Patofisiologi
Reaksi factor R dengan
antibody, faktor metabolic, Reaksi peradangan
Nyeri
infeksi dengan
kecenderungan virus

Kurangnya informasi
Kekakuan sendi Synovial menebal
Hambatan mobilitas fannus
Defisiensi pengetahuan
fisik
ansietas

Infiltrasi dalam
nodul os.subcondria

Deformitas sendi Hambatan nutrisi pada kartilago


artikularis
Gangguan body image

Kartilago nekrosis Kerusakan kartilago dan tulang

Erosi kartilago

Hambatan mobilitas Adhesi pada permukaan sendi Tendon dan ligament


Ankilosis fibrosa
fisik melemah

Kekuatan sendi
Ankilosis tulang Mudah
Kekuatan otot
luksasi dan
Keterbatasan gerakan sendi hilang
subluksasi

Resiko cidera
DefiSit perawatan diri
Keterbatasan gerakan sendi

2.1.5 Klasifikasi Rheumatoid Arthritis

Buffer (2010) mengklarifikasikan Rheumatoid Arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:

1. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 miggu.
2. Rheumatoid arthritis deficit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.
4. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3
bulan.

2.1.6 Manifestasi Klinis


Gejala utama rematik biasa terjadi pada otot dan tulang, termasukdi dalamnya
sendi dan otot sendi. Gangguan nyeri yang terusberlangsung menyebabkan aktivitas
sehari-hari terhambat (Purwoastuti,2009).
Menurut Lukman (2009), ada beberapa manifestasi klinis yanglazim ditemukan
pada klien artritis reumatoid. Manifestasi ini tidakharus timbul sekaligus pada saat yang
bersamaan. Oleh karena itu,penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang sangat
bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badanmenurun, dan demam.
Terkadang dapat terjadi kelelahan yang hebat.
2. Poliarhtritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun
biasanya tidak melibatkan sendi-sendiinterfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial
dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari satu jam, dapat bersifatgeneralisata tetapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan iniberbeda dengan kekakuan sendi pada
osteoarthritis, yang biasanyahanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang
darisatu jam.
4. Arhtritis erosif, merupakan ciri khas artritis reumatoid padagambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkanerosi di tepi tulang dan dapat dilihat pada
radiogram.
2.1.7 Komplikasi

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritisdan ulkus peptik
yang merupakan komplikasi utama penggunaan obatanti inflamasi non steroid (OAINS)
atau obat pengubah perjalananpenyakit DMARD (disease modifying antirheumatoid
drugs) yangmenjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada
artritisrheumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaranyang jelas,
sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesineuropatik. Umumnya
berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servika dan neuroati
iskemik akibat vaskulitik (mansjoer, 1999).

2.1.8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Tes faktor reumatoid positif, antinuclear antibody (ANA), posotif bermakna pada
sebagian penderita.
2. LED naik pada penyakit aktif : Umumnya meningkat pesat ( 80 – 100 mm/h) mungkin
kembali normal sewaktu gejala – gejala meningkat; anemia; albumin serum rendah dan
fosfatase alkali meningkat.
3. Rontgen menunjukkan erosi terutama pada sendi – sendi tangan, kaki dan pergelangan
pada stadium dini; kemudian, pada tiap sendi.
4. Kelainan destruktif yang progresif pada sendi dan disorganisasi pada penyakit yang
berat.
5. Kadar asam urat lebih dari 7 mg/dl.
2.1.9. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

1. Memberikan Pendidikan
Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian tentang patofisiologi, penyebab
dan prognosis penyakit termasuk komponen penatalaksanaan regimen obat yang
kompleks. Pendidikan tentang penyakit ini kepada pasien, keluarga dan siapa saja yang
berhubungan dengan pasien.
Pendidikan pencegahan yang diberikan pada klien berupa istirahat yang cukup,
gunakan kaos kaki atau sarung tangan sewaktu tidur malam, kurangi aktivitas yang berat
secara perlahan – lahan.
2. Istirahat
Sangat penting karena Rematoid Artritis biasanya disertai rasa lelah yang hebat.
Oleh karena itu, pasien harus membagi waktu istirahat dan beraktivitas.
3. Latihan Fisik
Dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup
gerakan aktif dan pasif semua sendi yang sakit, minimalnya 2x sehari.
4. Termotrafi
Lakukan kompres panas pada sendi – sendi yang sakit dan bengkak mungkin
dapat mengurangi nyeri.
5. Gizi
Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan pada sendi.
Adapun syarat – syarat diet atritis reumatoid adalah protein cukup, lemak sedang,
cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan dengan urine yang dikeluarkan setiap hari.
Rata – rata asupan cairan yang dianjurkan adalah 2 – 2 ½ L/hari, karbohidrat dapat
diberikan lebih banyak yaitu 65 – 75% dari kebutuhan energi total.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1.Tinjauan Kasus
3.1.1 Pengkajian

IDENTITAS DIRI KLIEN

Tanggal masuk/no register : 26 januari 2019 (00-04-50-20)

Tanggal pengkajian : 27 Januari 2019

Inisial pasien : Ny. E

Umur : 57 Tahun

Jenis Kelamin :P

Status perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Suku : Jakarta

Pendidikan Terakhir : Tidak sekolah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Sumber Informasi : Pasien dan keluarga

Keluarga yang dapat dihubungi : Anak Kandung

Diagnosis medis (bila ada) : Rheumatoid Arthritis (RA)

RIWAYAT KESEHATAN

Riwayat Kesehatan Sekarang

1. Keluhan Utama : Pasien mengeluh nyeri.


2. Kronologi Keluhan : Pasien mengatakan nyeri di bagian sendi-sendi diseluruh badan
(leher, bahu, siku, Jari-jari kaki, tangan dan pinggang)
Faktor Pencetus /penyebab : Saat pasien sedang mandi sambil jongkok, dan ini tiba-tiba nyeri
pinggang yang amat sangat

a. Timbulnya Keluhan : ( √ ) Mendadak ( ) Bertahap

b. Lamanya : 3 hari

c. Alasan masuk STW/RS :


Pasien datang sadar pada tanggal 26 Januari 2019 dengan keluhan
nyeri sendi di lutut kiri dan kanan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit
(SMRS) sampai tidak bisa berjalan. Keluhan dikatakan oleh pasien pertama
kali dirasakan sejak 1 bulan SMRS, semakin hari semakin memberat dan
terparah sejak 2 hari SMRS. Selain itu, nyeri sendi juga dirasakan di
pergelangan tangan dan jari-jari tangan kanan dan kiri terutama pada ibu jari,
jari telunjuk, dan jari tengah. Awal mula keluhan adalah rasa kaku di pangkal
jari-jari tangan dan pergelangan tangan kanan kiri yang muncul bersamaan
pada pagi hari dan berlangsung kurang dari 30 menit namun semakin hari
muncul hingga lebih dari 1 jam. Semakin lama, pasien merasa sendi jari-
jarinya menjadi bengkak. Selanjutnya nyeri dirasakan pula di kedua lutut
pasien yang semakin memberat dari hari ke hari, dimana pasien masih bisa
menahan dan beraktivitas seperti biasa hingga nyeri yang dirasakannya
menjadi kemerahan dan bengkak sehingga tidak bisa berjalan. Kemudian
pasien juga merasakan nyeri di sendi-sendi seluruh badan. Utamanya di leher,
bahu, siku, dan pinggang. Keluhan tersebut membaik saat pasien beristirahat
dan memberat saat beraktivitas atau saat sendi digerakkan.
Pasien juga mengeluhkan lemas sejak 1 hari SMRS. Lemas dikatakan
tidak membaik dengan istirahat. Keluhan demam, sesak, diare, mual, muntah
dan kekeringan pada mata disangkal pasien. Pasien tidak merasakan adanya
penurunan nafsu makan dan berat badan dikatakan biasa saja. Riwayat BAB
dan BAK dikatakan tidak ada masalah dan biasa saja.

d. Tanggal masuk RS : 26 Januari 2019

Obat-obatan:

Nama Obat Dosis Frekuensi Alasan diberikan

1. Tamoliv 1 gr TDS (3X Sehari) Menghilangkan rasa nyeri di bagian pinggang.

2.Pranza 40 gr OD Mengobati ulkus lambung

3.Voltaren
inj 75mg BD Mengobati nyeri pinggang dan radang persendian

1
Obat suplemen mineral untuk mengobati atau
4.KSR Tablet OD
mencegah jumlah kalium yang rendah dalam
darah

5.Amlodipin 10mg OD Menurunkan tekanan darah

Mencegah atau mengobati kadar rendah kalsium


dalam darah pada orang-orang yang tidak
6.Cavit D3 120gr TDS mendapatkan cukup kalsium dari nutrisinya.

7. Sanmol 500mg TDS Menghilangkan rasa nyeri

8. Lancid 30mg OM Untuk ulkus lambung

9.Cedocard
5mg TDS Menghilangkan nyeri dada

10. lotasbat
ointment, Topikal BD Untuk kulit gatal dan inflamasi

11. Aerius
(desloratadin
e)5mg PO OD Meredakan gejala alergi

RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

1. Riwayat Imunisasi : Pasien mengatakan pernah imunisasi tapi, namun


pasien lupa
2. Riwayat Alergi : Pasien tidak alergi apa pun
3. Riwayat Kecelakaaan : Pasien tidak pernah kecelakaan
4. Riwayat dirawat di Rumah Sakit : Pasien mengatakan pernah dirawat di RS sebelumnya
karena sakit maag dan sempat di operasi juga di RS lain itu sudah lama. Pernah juga
dirawat karena kulit pasien banyak yang terkelupas tapi, tidak menular dan sudah sembuh,
kulit bersih total.
5. Riwayat Pemakaian obat : Pasien dan keluarga lupa nama obatnya apa.

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Riwayat Psikososial dan spiritual

1. Orang terdekat dengan klien : Alm. Suami


2. Masalah yang memengaruhi klien : Pasien sering mengalami stress
3. Mekanisme koping terhadapa stress : Jalan-jalan di sekitar rumah dengan cucu
( ) Pemecahan masalah ( ) Minum obat ( ) Tidur

( ) Makan ( ) Cari pertolongan (√ ) Lain-lain,


sebutkan

4. Persepsi klien tentang penyakitnya


a. Hal yang sangat dipikirkan saat ini : Nyeri pada bagian sendi pasien
b. Harapan setelah menjalani pembinaan di STW/perawatan di RS : Nyeri yang
dirasakan hilang
c. Perubahan yang dirasakan setelah masuk STW/RS: Pasien mengatakan nyeri
berkurang
5. Sistem nilai kepercayaan
a. Aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan ( macam & frekuensi) : Shalat,
namun tidak full 5 waktu
b. Kegiatan agama/ kepercayaan yang ingin dilakukan selama dipanti : Shalat
dan beroda
c. Percaya adanya kematian : Percaya, pasien mengatakan bahwa semua orang
pasti akan meninggal, pasien mengatakan bahwa nyawa ada di tangan ada di
tangan Allah.

POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

Jika di RS (maka kebiasaan sehari2 dirumah), jika di STW maka kebiasaan sehari-hari di
STW

1. Nutrisi
a. Frekuensi makan : 3x sehari
b. Nafsu makan : Normal
c. Jenis makanan : Nasi tim dan daging ayam, buah semangka, pudding + snack
d. Makanan yang tidak disukai : Daging kambing
e. Alergi makanan/ pantangan : Tidak ada
f. Kebiasaan sebelum makan : Membuat teh manis
g. Berat badan / tinggi badan : 46kg, 152cm
2. Eliminasi
a. Berkemih
1. Frekuensi: 3x sehari

2. Keluhan yang berhubungan dengan BAK: tidak ada


3. Warna: Kuning pucat

b. Defekasi

1. Frekuensi : 1xsehari
3. Waktu: Pagi hari
4. Konsistensi : normal
5. Keluhan yang berhubungan dengan defekasi : Tidak ada
6. Pengalaman memakai laksatif : Tidak ada
7. Warna : Kuning
8. Bau: Berbau

3. Hygiene personal
a. Mandi
1. Frekuensi : 2x sehari 2. Pemakaian sabun (ya/tidak) : Ya
b. Kebersihan mulut
1. Frekuensi : 2x sehari 2. Waktu : Saat mandi
c. Cuci rambut
1. Frekuensi : 2 hari sekali 2. Penggunaan sampo (ya/tidak): Ya
d. Gunting kuku
a. Frekuensi : Saat sudah mulai panjang

e. Istirahat dan tidur


1. Lamanya tidur (jam/hari) : ±8 jam b. tidur siang (ya/tidak) : Ya
2. Keluhan yang berhubungan dengan tidur: Tidak ada
4. Aktivitas dan latihan
a. Olahraga (ya/tidak) : (√) ya ( ) tidak

Jenis dan frekuensi : Jalan kaki, hampir setiap hari di sore hari

b. Kegiatan waktu luang: Menjaga dan bermain dengan cucu


c. Keluhan waktu beraktivitas :
( ) Pergerakan tubuh ( ) Mengenakan pakaian

( ) Bersolek ( ) Mandi

( ) Sesak nafas setelah beraktivitas (v) Lain –lain: Capek

5. Kebiasaan
a. Merokok ( ya/tidak)
Frekuensi /jumlah/lama pakai: Tidak ada

b. Minuman keras (ya/tidak)


Frekuensi/jumlah/lama pakai : Tidak ada

c. Ketergantungan obat (ya/tidak)

Jenis/frekuensi/lama pakai : Tidak ada

PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum (tanda vital) : TD: 170/100mmHg, S: 36°C, N: 70x/menit, P:


18x/menit, Kesadaran umum Compos Mentis (CM). GCS E4M6V5
2. Kepala :
- Inspeksi : Kepala simetris, rambut acak-acakan, kulit kepala kotor dan ada
kulit kepala yang terkelupas, tidak ada massa, tampak sebagian warna rambut
berubah menjadi putih
3. Mata :
- Fungsi penglihatan : normal
- Ukuran pupil : normal
- Konjutiva : Tidak pucat
- Sclera : Putih
- Pupil : Miosis
- Reflek cahaya : +
4. Hidung : Pasien dapat mencium dengan baik, tidak terdapat polip dan tidak ada
obstruksi didalam hidung, tidak ada sumbatan
5. Telinga : Fungsi pendengaran baik, sedikit kotor pada daun telinga, tidak ada
gangguan keseimbangan, tidak ada kotoran telinga
6. Mulut dan bibir :
Membran mukosa: agak kering kebersihan mulut: tampak bersih

Keadaan gigi: tidak lengkap

Kesulitan menelan: tidak ada

7. Leher : Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada pembesaran pada leher,
reflek menelan ada, tidak ada nyeri saat menelan
8. Dada :
- Inspeksi : bentuk thorax simetris, tidak ada sianosi
- Palpasi : Tactile Fremitus teraba pada kiri dan kanan
- Perkusi : Sonor, tidak ada redup atau suara tambahan lainnya
- Auskultasi : Suara nafas normal vesikuler, kedua lapang paru, tidak ada
wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi
9. Abdomen :
- Inspeksi : Bentuk datar, simetris, tidak ada bayangan vena
- Auskultasi : Peristaltik usus normal 20 x/menit
- Palpasi : Tidak ada benjolan, batas hepar 4cm
- Perkusi : Tidak ada ascites
10. Genitalia : Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran getah bening (lympha), tidak
ada kesulitan BAB
11. Ekstremitas : tidak ada atrofi otot, tidak ada kaku sendi, reflex patella positif,
reflex Babinski kanan kiri positif, tidak terdapat clubbing finger, tidak terdapat
varises tungkai

PENGKAJIAN STATUS MENTAL

1. Daya orientasi (waktu, orang, tempat): Orientasi baik, namun pasien tidak ingat
waktu dan tanggal
2. Daya ingat: Sudah mengalami penurunan
3. Kontak Mata: Normal, saat berbicara ada kontak mata dengan pasien
4. Afek: Baik, tenang saat diajak bicara
5. Psikosis
Delusi: Tidak ada

Halusinasi: Tidak ada

Agitasi: Tidak ada

Paranoia/Kecurigaan: Tidak ada


Lain-lain: Tidak ada

3.1.5 Pemeriksaan Penunjang


26 Januari 2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Remaks
WBC 14,05 103 µL 4,10-11,00 Tinggi
% NEUT 82,5 % 47,00-80,00 Tinggi
% LYMPH 8,1 % 13,00-40,00 Rendah
% MONO 7,2 % 2,00-11,00
% EOS 1,4 % 0,00-5,00
% BASO 0,2 % 0,00-2,00
22 Januari 2019
# NEUT 10,3 103 µL 2,50-7,50 Tinggi
# LYMPH 1,33 103 µL 1,00-4,00
# MONO 0,91 103 µL 0,10-1,20
#EOS 0,11 103 µL 0,00-0,50
# BASO 0,1 103 µL 0,00-0,10
RBC 4,69 103 µL 4,00 – 5,20
Hemoglobin 12,1 g/dL 12,00-16,00 Rendah
Hematokrit 39,0 % 36,00-46,00
Platelet 422 103 µL 140,00-440,00
MCV 82,0 fL 80,00-100,00
MCH 24,2 Pg 26,00-34,00
MCHC 28,2 g/dL 31,00-36,00
RDW 12,4 % 11,60-14,80 Rendah
MPV 6,3 fL 6,80-10,00 Tinggi

3.1.6 Diagnosis
A. Diagnosis Medis
-Rheumatoid Arthritis

B. Diagnosa Keperawatan

- Nyerigguan body image


3.1.7 Proses Keperawatan

Analisa data

NO Symptom Etiologi Problem


1 DS : Reaksi factor R dengan antibody, Infeksi
Pasien mengeluh nyeri sendi faktor metabolic ( infeksi )
kaki kanan dan kiri.
DO :
- Pasien tampak meringis
kesakitan. Reaksi peradangan
- permukaan sendi tampak
merah
- skala nyeri A/I : 7/5
- TD : 130/90 mmHg. Nyeri
HR : 115 x/menit.
RR : 24 x/menit.
S : 37,6°C.
2 Ds : Px mengatakan sukit Reaksi peradangan Reaksi peradangan
bergerak.
Do :
Penebalan synovial
- Px kesulitan bergerak.
- Px dibantu keluarga saat
beraktivitas. Adhesi pada permukaan
- Keterbatasan rentang gerak sendi.
(ROM)

Keteratasan gerak sendi

Hambatan mobilitas fisik

3 Ds : Px mengungkapkan Deformitas sendi Reaksi peradangan


adanya perasaan negatif
tentang tubuhnya. Synovial menebal
Do :
- Deformitas sendi. fannus
- Nodul pada sendi.
nodul

Deformitas sendi

Gangguan deformitas
sendi

ASKEP
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
keperawatan
1 Nyeri b.d agen Tujuan : Mandiri : Membantu 17/01/2019 17/01/ 2019
pencedera, setelah - Kaji kualitas dalam 08:30 13:30
distensi jaringan dilakukan nyeri yang menentukan S: “terasa seperti
1.Mengkaji
oleh akumulasi intervensi komprehensif tingkat linu-linu suster”
cairan/ proses selama 3 x 24 , meliputi : keparahan kualitas nyeri
O: - pasien
inflamasi, jam nyeri lokasi, serta dalam pasien dengan
destruksi sendi. berkurang/ter karakteristik, menyusun tampak meringis
menggunakan
Ds : Px mengeluh atasi. durasi, intervensi yang dan memegang
nyeri disekitar NOC : kualitas, akan dilakukan komunikasi bagian tubuh
persendian. - Skala nyeri keparahan, selanjutnya. terpeutik. yang terasa nyeri:
Do : 1-2 dan faktor 2.Mengkaji ttv sendi,
- P : proses - Mengenali presipitasinya
pasien. pergelangan
inflamasi faktor .
- Q : nyeri dan penyebab dan - Observasi Mengurangi 3.Memberikan tangan dan jari-
panas menggunaka isyarat tingkat edukasi tentang jari.
- R : persendian n tindakan ketidaknyam kecemasan -skala nyeri A/i:
- S:6 untuk anan non pasien akibat nyeri,
7/5, nyeri lebih
- T : meningkat di mencegah verbal. nyeri yang penyebab nyeri terasa pada suhu
pagi hari. nyeri. HE : dirasakan.
dan cara udara dingin.
- Wajah meringis. - Melaporkan - Berikan
- Permukaan sendi kesejahteraan informasi Membantu mengatasi nyeri tampak
tampak merah. fisik dan tentang nyeri, mengurangi dengan cara pembengkakan di
psikologis. seperti rasa nyeri yang ruas-ruas jari
- Menunjukkan penyebab, dirasakan non
tangan.
tekhnik seberapa pasien. farmakologi. Permukaan sendi-
relaksasi lama akan
secara berlangsung, 11:00 sendi tampak
individual serta cara Membantu 1.Mengkaji memerah.
yang efektif mengantisipa menilai tingkat
tigkat nyeri - TTV :
untuk si nyeri keberhasilan TD : 130/90
mencapai tersebut. dari tindakan pasien.
mmHg.
kenyamanan. - Ajarkan yang dilakukan 2. HR : 115 x/menit.
penggunaan sebelumnya.
tekhnik non Mengobservasi RR : 24 x/menit.
farmakologi tetesan infus S : 37,6°C.
untuk - Pasien
serta ligkunga
mengendalik mengerti
an nyeri. pasien.
dan

Kolaborasi : paham
- Laporkan tentang
kepada penyebab
dokter jika nyeri dan
tindakan cara
tidak berhasil
menanga
atau
menimbulkan ninya.
keluhan A : Asuhan
lainnya. keperawatan
belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan.

17/01/ 2019 17/01/ 2019


08.00 13.30
1. Mengkaji S : Pasien
kualitas nyeri mengatakan
pasien dengan masih terasa
nyeri di sendi-
menggunakan
sendi dan ruas-
komunikasi
ruas jari. Pasien
terpeutik.
mengatakan
2.Mengkaji ttv
nyerinya sudah
pasien. tidak seperti
3.Memberikan kemarin.
edukasi tentang O : pasien tampak
masih meringis
nyeri,
dan memegang
penyebab nyeri
bagian tubuh
dan cara yang terasa nyeri:
mengatasi nyeri sendi,
dengan cara pergelangan
tangan dan jari-
non
jari.
farmakologi.
-skala nyeri A/i:
4. Memberikan 5/3, nyeri lebih
terapi obat terasa pada suhu
11:00 udara dingin.
tampak
1.Mengkaji
pembengkakan di
tigkat nyeri
ruas-ruas jari
pasien. tangan.
2.Mengobserva Permukaan sendi-
si tetesan infus sendi tampak
serta ligkunga memerah.
TTV:
pasien.
TD : 120/80
mmHg
HR : 98 x/menit.
RR : 18 x/menit.
S : 36°C.
A : Asuhan
keperawatan
belum teratasi.
P : intervensi
dilanjutkan.

18/01/ 2019.
18/01/2019.
08.00
13.30
1. Mengkaji
S : Pasien
kualitas nyeri
mengatakan
pasien dengan
sudah membaik
menggunakan dan tidak terasa
komunikasi nyeri-nyeri di
terpeutik. sendi-sendi
2.Mengkaji ttv ataupun di ruas-
pasien. ruas jari pasien.
O : pasien tampak
3.Memberikan
membaik dan
edukasi tentang
tidak memegangi
nyeri, daerah sendi-
penyebab nyeri sendi kembali.
dan cara Tidak tampak
mengatasi nyeri kemerahan pada
sendi-sedni
dengan cara
pasien. Tidak
non tampak
farmakologi. pembengkakkan
4. Memberikan atau peradangan
pada sendi-sendi
terapi obat
dan ruas-ruas jari
11:00
pasien.
1.Mengkaji -skala nyeri A/i:
tigkat nyeri 0/0
pasien. TTV:
TD : 110/80
2.Mengobserva
mmHg
si tetesan infus
HR : 76 x/menit.
serta ligkunga RR : 18 x/menit.
pasien. S : 36,2°C.
A : Asuhan
keperawatan
teratasi.
P : intervensi
dihentikan.

2 Gangguan Tujuan: Mandiri : Membantu


mobilitas fisik bd setelah di - 1.Kaji menentukan 17 Jan 2019 117/01/2019
adanya inflamasi lakukan kebutuhan sejauh mana
8:30 13:45
sendi. tindakan akan bantuan tindakan
Ds : Px selama 3 x 24 pelayanan keperawatan Mengkaji S: anak pasien
mengatakan sukit jam mobilitas kesehatan yang bisa rentang gerak katakan:
bergerak. fisik pasien dirumah dan dilakukan. pasien dan - pasien kadang
Do : mulai kebutuhan
- Px kesulitan membaik. akan Latihan ROM mengkaji susah turun dari
bergerak. NOC : peralatan aktif/pasif kemampuan tempat tidur dan
- Px dibantu - Melakukan pengobatan membantu merawat diri. toileting.
keluarga saat aktivitas yang tahan meningkatkan
- pasien susah
beraktivitas. kehidupan lama. dan
- Keterbatasan sehari-hari HE : mempertahank Mengkaji ttv pegang sendok
rentang gerak secara - Ajarkan dan an kekuatan pukul untuk makan
(ROM) mandiri. dukung otot.
11:00 dan pegang
- ROM aktif. pasien dalam
latihan ROM Membantu Mengkaji gelas.
aktif / pasif. dalam aktivitas yang O: pasien harus
memodifikasi bisa di lakukan di bantu makan
latihan yang
pasien di dan ke toilet.
Kolaborasi : bisa dilakukan
- Kolaborasi oleh pasien. rumah dan di TD:110/80
dengan ahli Rumah sakit. R: 18 x/menit
terapi fisik
Mengkaji Suhu: 36,2 0C
sebagai
sumber tingkat SPO2: 97%
dalam ketergatungan Nadi: 76 x/menit
perencaanaan pasien. A: masalah
aktivitas
perawatan keperawatan
pasien. belum teratasi
P: lanjutkan
semua
intervensi.

17/01/ 2019 17/01/2019


08:00 13:45
-Mengkaji S: pasien
rentang gerak mengatakan
pasien dan apabila masih
mengkaji kesulitan dalam
kemampuan makan, dan
merawat diri. toileting.
- pasien
10.00 mengatakan
-memberikan kesulitan untuk
terapi latihan turun dari
ROM tempat tidur
sehingga
Mengkaji ttv p memerlukan
11:00 bantuan.
Mengkaji O: pasien harus
aktivitas yang di bantu makan
bisa di lakukan dan ke toilet.
pasien di -pasien dapat
rumah dan di menggerakan
Rumah sakit. sendi-sendi
dengan
Mengkaji perlahan.
tingkat -TD:110/70
ketergatungan R: 20 x/menit
pasien. Suhu: 37,2 0C
SPO2: 95%
Nadi: 92 x/menit
A: masalah
keperawatan
belum teratasi
P: lanjutkan
semua
intervensi.

18/01/ 2019 18/01/ 2019


08:00 13:45
-Mengkaji S: pasien
rentang gerak mengatakan
pasien dan sudah membaik
mengkaji dan dapat
kemampuan makan sendiri.
merawat diri. Pasien
mengatakan
10.00 dapat pergi ke
-memberikan toilet sendiri
terapi latihan untuk BAK dan
ROM BAB.
O: pasien tampak
Mengkaji ttv p mampu pergi ke
11:00 toilet sendri.
Mengkaji Pasien mampu
aktivitas yang makan dan
bisa di lakukan minum sendiri.
pasien di -TD:120/80
rumah dan di R: 18 x/menit
Rumah sakit. Suhu: 36 0C
SPO2: 100%
Mengkaji Nadi: 72 x/menit
tingkat A: masalah
ketergatungan keperawatan
pasien. teratasi
P: intervensi
dihentikan.
BAB IV

PEMBAHASAN
A. Diagnosa Keperawatan Nyeri

1. Penegakan Diagnosa

Hasil pengkajian pada Ny. E, didapatkan data bahwa Ny. E mengalami rasa nyeri pada di
seluruh tubuh, terutama pada bagian sendi ( Pinggang, Lutut, Leher, Bahu, Siku dan jari-
jari kaki serta tangan ) ketika sedang mandi. Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa score
nyeri Ny. E yaitu : 7/5.

2. Intervensi

Intervensi yang dilakukan pada pasien nyeri adalah :

a. Kaji skala nyeri

b. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi

c. Edukasi pasien tentang faktor penyebab nyeri dan cara menanggulanginya

d. Kolaborasi dengan medis untuk pemberian analgetik

3. Implementasi

a. Mengkaji skala nyeri pasien

b. Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi

c. Memberikan edukasi kepada pasien tentang faktor penyebab dan cara


menanggulanginya

d. Berkolaborasi dengan medis untuk pemberian Analgetik

4. Evaluasi

 Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 2x24 jam, pasien mengatakan nyeri
berkurang dari skala awal 7/5 menjadi 1/3.
 Masalah pasien teratasi seluruhnya
 Pasien direncanakan pulang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan intervensi selama 2 hari didapatkan hasil:
S: Pasien mengatakan sudah tidak merasa nyeri
O: Vital sign: TD: 125/80 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 18x/menit, S: 36,2 C,
SPO2: 97 %
Skala nyeri: 1/3
A: Masalah keperawatan nyeri teratasi
P: Intervensi dihentikan ( Pasien pulang )

4.2 Saran

Berdasarkan hasil penerapan kasus yang telah dilakukan pada klien, maka
penulis memberikan beberapa saran yang kiranya berguna bagi kita semua untuk
perbaikan dimasa yang akan datang.

a) Untuk pelaksana praktek


1. Dalam melakukan pengkajian pada klien hendaknya dilakukan
dengan secara teliti sehingga diperoleh data yang akurat untuk
dapat menegakkan diagnose keperawatan.
2. Dalam menetapkan perencanaan hendaknya perawat
memperhatikan seluruh aspek perawatan yaitu bio, psiko,
sosio dan spiritual, sehingga Asuhan Keperawatan dapat
diberikan secara komprehensif.
3. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan diperlukan kerjasama
dengan tim kesehatan lainnya untuk penunjang pelaksanaan
keperawatan yang menyeluruh terhadap klien dan dilakukan
berdasarkan prioritas masalah.
4. Dalam melakukan evaluasi hendaknya perawat dapat melakukan
perbandingan antara tujuan dan kriteri hasil yang telah ditetapkan
dengan hasil yang ditemui pada klien, apakah masalah dapat
teratasi seluruhnya atau sebagaian saja atau mungkin tidak teratasi
sama sekali

b) Untuk Klien
1. Klien hendaknya tidak memikirkan permasalahan- permasalahan
yang dapat mengganggu kesehatanya.
2. Klien hendaknya lebih memiliki harapan dan menghilangkan rasa
kosong yang ada didalam diri klien.
3. Klien hendaknya terus melatih kekuatan seluruh otot
ekstrimitasnya dan beraktifitas secara normal dan istirahat yang
cukup untuk menjaga kesehatan klien.
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. (2012). “Lansia”. (http://www.bkkbn.go.id, diakses pada tanggal 10 Januari 2019).


Dinkes Ponorogo. 2016. Gambaran Penuntasan Masalah GAKY di Kabupaten Ponorogo tahun
2016.
Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta. Erlangga.
Nugroho, W. 2010. Keperawatan gerontik dan geriatric. Edisi ketiga. Jakarta : EGC.
Pradana, Septian Yudo. 2012. Sensitifitas dan Spesitifitas Kriteria ACR 1987 Dan ACR/EULAR
2010 Pada Penderita Artirits Reumatoid di RSUP Dr. Kariadi Semarang (SKRIPSI).
UNDIP. Semarang.
Yuliati, Agrina dan Misrawati. 2013. Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Pengobatan
Rematik dengan Air Rebusan Jahe di Kelurahan Meranti Pandak Wilayah Kerja
Puskesmas Rumbai. Riau: Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau.
Zakir, Mardiana. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia
Kencana. Jurnal Keperawatan. Volume X, No. 1.

Anda mungkin juga menyukai