Anda di halaman 1dari 35

Tugas : Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Nama Dosen : Ashar Prima Ns,.S.Kep.,M.Kep

“ARTRITIS RHEUMATOID”

Oleh Kelompok III:

 Ashari Anggriani  Fajriani Farid NH0116048


NH0116021
 Agnes Derek NH0116006  Desy Alpionita NH0116036
 Aisyah Abdul R NH0116010  Ebi Saiful NH0116040
 Anugrah Ayu C NH0116018  Erlia Cici NH0116045
 Aswan Permana S NH0116024  Fitriani NH0116051
 Beatriks Paretta  Chairunnisa Azrar
NH0116029 NH0116032

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


STIKES NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT.Karena


dengan rahmat dan hidayah serta karunia-Nya, sehingga kami masih
diberi kesempatan untuk bekerja menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “ARTTRITIS RHEUMATOID”, makalah ini merupakan salah
satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III.

Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen


pengajar kami bapakAshar Prima, S. Kep., Ns., M. Kep dan teman-
teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak kami harapkan.

Makassar, 08Desember
2018

KELOMPOK III
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Tujuan.......................................................................................... 3

BAB II KONSEP MEDIS.............................................................................. 5

A. Definisi......................................................................................... 5
B. Etiologi......................................................................................... 5
C. Manifestasi Klinis........................................................................ 5
D. Patofisiologi................................................................................. 7
E. Penatalaksanaan........................................................................... 8
F. Pemeriksaan Diagnostik............................................................... 8
G. Penyimpangan KDM................................................................... 9
H. Komplikasi................................................................................... 10
I. Pencegahan.................................................................................. 10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN (KASUS)....................................... 16

A. Pengkajian Keperawatan.............................................................. 16
B. Diagnosa Keperawatan................................................................ 25
C. Intervensi Keperawatan............................................................... 25
D. Implementasi Keperawatan.......................................................... 28
E. Evaluasi Keperawatan.................................................................. 29

BAB IV PENUTUP....................................................................................... 31

A. Kesimpulan.................................................................................. 31
B. Saran............................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 32

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit reumatik meliputi gangguan aotoimun dan inflamasi yang
disebut “penyakit kelumpuhan primer” pada Negara Maju. Istilah artritis
merupakan radang sendi namun sebenarya artritis adalah kumpulan dari
lebih dari 100 kondisi yang saling berhubungan. Sekitar 49% lansia
berusia lebih dari 65 atau di AS menderita artritis; ini berarti satu
darisetiap 7 orang Amerika dan satu dari 3 keluarga.
Center for Disaese Control and Prevention (CDC) melaporkan
bahwa 70 juta orang Amerika menderita artritis dan pada tahun 2035 akan
terdapat lebih dari 20% atau populasi lansia berusia 65 tahun atau lebih di
Amerika Serikat yang menderita artritis. Artritis berkaitan dengan
ketidakmampuan kerja dan penyebab kelumpuhan pada lansia 65 tahun ke
atas.
Tingginya prevalensi reumatik berdampak pada ekonomi,
fungsional, social,dan psikologis, sehingga penyakit ini harus
mendapatkan perhatian dari kita semua. WHO dan 37 negara
mencanangkan bahwa tahun 2000-2010 sebagai decade tulang dan sendi.
Insiatif Negara-negara ini bertujuan untuk meningkatkan kehidupan orang
dengan gangguan musculoskeletal seperti artritis dan untuk meningkatkan
pemahaman serta perawatan mengenai gangguan musculoskeletal melalui
pencegahan, edukasi dan penelitian. Konsorsium organisasi-organisasi
nasional menghasilkan National Action Plan: A public health Strategies,
sebuah rencana komprehensif dan ambisius untuk tatalaksana artritis.
Selain itu, autoimunitas merupakan isu prioritas dalam kesehatan
wanita oleh Office of Research on Women Health, sebuah unit institute
kesehatan nasional, karena gangguan ini mengincar 75% wanita sepanjang
waktu. Seiring meningkatnya insiden autoimun dan gangguan inflamasi,
usaha penelitian menitikberatkan pada cedera, obesitas, cacat genetik,
infeksi, immunosupresi , asam amino, interleukin dan agen lingkungan
untuk pengembangan serta perawatan penyakit pengubah hidup ini.
Tujuan utama perawatan artritis adalah untuk mengurangi nyeri
dan gejala klinis, mengurangi tekanan psikologis, meningkatkan fungsi
fisik, serta tujuan umumnya adalah kesejahteraan hidup klien. Namun,
tujuan lain yang sama pentingnya adalah untuk mencegah dan
memperbaiki masalah sosioekonomi sebagian besar beban ekonomi dan
social adalah berkaitan dengan hilangnya fungsi, bukan karena biaya
pengobatan. Sebelum ditemukannya cara pengobatan reumatik dan
kecacatan fisik , orang terus mengalami kerugian ekonomi dan social yang
sangat mempegaruhi kehidupan mereka. Seiring pertambahan usia.
Masyarakat dapat menduga dampak ini akan berkembang.
Oleh karena itu RA merupakan penyakit inflamasi dan autoimun
klasik, akan sangat membantu jika merujuk ke pembahasan RA ketika
membahas gangguan yang lain, meskipun kondisi memiliki pola klinis
yang berbeda, nyeri dan hambatan/gangguan pergerakan merupakan
masalah yang umum terjadi pada klien dengan gangguan ini.
Penelitian klinis dan hasilnya digunakan sebagai praktik berbasis
bukti. American College of Rheumatology menetapkan standar untuk
indikator perkembangan penyakit. Kesulitan dalam evaluasi hasil
penelitian klinis disebabkan desain penelitian yang berbeda (agen tunggal
dengan kombinasi) dan perbedaan populasi klien (penyakit stadium awal
dan lanjut, faktor rheumatoid pisitif dan negatif).
Standardisasi desain penelitian klinis menjamin efikasi dan
keamanan terapi gangguan reumatik yang jelas, subjektif, dan objektif,
mengacu pada praktik medis berdasarkan riset. Perawatan RA dibahas
pada fitur Menerjemahkan Bukti Ilmiah ke dalam Praktik.

Kunci automunitas. Misalnnya gangguan fungsi sel T berdampak


pada pathogenesis penyakit artritis, seperti RA. Penelitian telah dimulai
untuk mengidentifikasi peran khusus berbagai sel T dalam proses penyakit
ini. Misalnya, sel T CD4 diketahui memegang peran penting dalam
pathogenesis artritis, sel T CD8 berperan pada regulasi imun. Selain itu,
penelitian menyatakan bahwa sel B di membrane sinofial pada perluasan
sendi merupakan akibat dari stimulasi anti gen. kemudian sitem imun
dapat berubah dengn interaksi kimiawi, lingkungan, virus dan bakteri.
Aspek penting lain dari penyakit auto imun agregasi familial
(pengelompokan), yang menunjukkan terhadap perdisposisi genetic untuk
perkembangan penyakit tertentu. Kemungkinan ini tdk mengherankan
karena tipe HLA individu di wariskan. Beberapa tipe HLA sering muncul
pada beberapa kondisi penyakit, seperti padaras Kaukasia HLA-B27
muncul pada 80-90% orang dengan spondilitas ankilosis, namun pada
populasi umum hanya 7-10% saja. (Black M Joyce, 2014)
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah dibawah ini :
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari Arthritis
Rheumathoid
b. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari Arthritis Rheumathoid
c. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis dari Arthritis
Rheumathoid
d. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dari Arthritis
Rheumathoid
e. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan Arthritis
Rheumathoid
f. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnostic dari Arthritis
Rheumathoid
g. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi dari Arthritis
Rheumathoid
h. Mahasiswa dapat mengetahui pencegahan dari Arthritis
Rheumathoid
i. Mahasiswa dapat mengetahui penyimpangan KDM dari Arthritis
Rheumathoid
j. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan (kasus) dari
Arthritis Rheumathoid
2. Tujuan khusus
Untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca khususnya bagi
para perawat pemula yang sedang kiat-kiatnya dalam menambah
wawasan untuk menuju perawat yang ahli, professional dan
berwawasan luas dalan menangani kesehatan yang ada di masyarakat.
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Reumathoid arthritis (RA) adalah penyakit inflamasi non-bakterial
yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi
serta jaringan ikat sendi secara simetris. (Nurarif dan Kusuma, 2016)
Artritis reumathoid (RA) merupakan penyakit inflamasi kronis
sistemik yang ditandai dengan pembengkakan dan nyeri sendi, serta
destruksi membran sinofial persendihan. (Tanto,dkk, 2014)
B. Etiologi
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori
yang dikemukakan mengenai penyebab artritis reumathoid, yaitu :
1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta faktor pemicu lingkungan.
Pada saat ini artrititis reumathoid diduga disebabkan oleh faktor
autoimun dan infeksi. (Nuarif dan Kusuma, 2016)
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ditentukan oleh stadium dan tingkat keparahan
penyakit.
1. Nyeri, pembengkakan, sesansi hangat, eritema, dan kurangnya fungsi
pada sendi adalah gejala klasik
2. Palpasi sendi mengungkap adanya jaringan yang menyerupai spons
atau lunak.
3. Cairan biasanya dapat diaspirasi dari sendi yang meradang
(inflamasi). (Brunner & Suddarth, 2013)
D. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eskudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
vertilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus atau
penutup yang menutupi kartilago.
Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat
karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.
Kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosit dari kartilago menentukan
tingkat ketidakmampuan sendi bila kerusakan kartilago sangan luas maka
terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau
tulang bersatu (angkilosis), kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan
tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
disloksasi dari persendian. Infasi dari tulang sub chondrial bisa
menyebabkan osteoporosis setempat.
Lamanya arhtritis reumathoid berbeda dari tiap orang. Ditandai
dengan adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang
yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.
Yang lain, terutama yang mempunyai faktor reumathoid (seropositif
gangguan rehematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
( Risnanto dan Insani, 2014)
E. Pemeriksaan penunjang
a. Darah perifer : anemia, trombositosis, dan peningkatan laju endam
darah dan C-reactive protein
b. Analisis cairan sendi inflamasi : leukosit 5.000-50.000/ul,PMN>50%,
protein meningkat, glukosa menurun, uji bekuan-bekuan musin buruk,
kristal (-), kultur bakteri (-)
c. Faktor reumatoid (RF) serum umumnya positif. Faktor reumatoid
adalah antibody terhadap fraksi Fc IgG dan berhubungan dengan
prognosis. (Tanto,dkk, 2014)
F. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan AR ialah menghilangkan inflamasi, mencegah
deformitas, mengembalikan fungsi sendi, dan mencegah destruksi jaringan
lebih lanjut.
1. Terapi medikamentosa :
a. Obat anti-inflamasi non steroid (OAINS). Diberikan sejak awal
munculnya gejala inflamasi sendi. Namun,OAINS tidak
melindungi kerusakan tulang rawan sendi dan tulang dari proses
destruksi.
b. Disease-modifying antirheumatic drugs (DMARDs), untuk
mengontrol penyakit dan mengurangi kerusakan sendi. Terapi
dengan DMARD dapat dilakukan secara tunggal maupun
kombinasi.
c. Agen biologic seperti etanercept (anti-TNF α), infliximab (anti-
TNF α), tocilizumab (anti IL-6), rituximab (antibodi monoklonal
anti-sel B)
d. Penggunaan kortikosteroid sistemik, atau dengan kombinasi
imunosupresan lain (siklofosfamid atau siklosporin) pada yang
kasus berat.
2. Terapi bedah ortopedi, untuk memperbaiki fungsi mobilitas dan
mengontrol nyeri. Prosedur dapat berupa tendon repair and transfer,
operasi carpal tunnel, total joint replacement, serta stabilisasi sendi
servikal yang tidak stabil.
3. Terapi orthotic, dapat berupa :
a. Penggunaan ortotik dan bidai, untuk mengistirahtakan bagian yang
sakit
b. Modalitas fisik : panas superfisial dengan parafin, diatermi
ultrasonografi untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan gerak
sendi
c. Latihan sendi : metode blok untuk sendi PIP dan DIP, latihan
ambal dan genggam, dan berbagai latihan lainnya.
d. Edukasi untuk proteksi sendi : hindari posisi yang menyebabkan
deformitas, hindari satu posisi terlalu lama serta hindari tekanan
kuat pada sendi. (Tanto,dkk,2014)

G. Penyimpangan KDM

Kekakuan sendi Hambatan mobilitas fisik


Reaksi factor R dengan
antibody, factor
metabolic, infeksi dengan Reaksi peradangan Nyeri
kecenderuangan virus

Synovial menebal Pannus


Kurangnya informasi
tentang proses

Defisiensi
Nodul Infiltrasi dalam os.
pengetahuan Ansietas
Subcondria

Deformitas sendi
Hambatan nutrisi pada
kartilago artikularis Kartilago nekrosis
Gangguan body image
Erosi kartilago
Mudah luksasi dan Kerusakan kartilago dan
subluksasi tulang
Adhesi pada
Tendon dan ligament permukaan sendi
Resiko cidera
melemah

Keterbatasan gerakan Ankilosis fibrosa


sendi Hilangnya kekuatan otot

Deficit perawatan diri


Kekuatan sendi Ankilosis tulang

BAB III
Hambatan mobilitas fisik
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa
Anamnesa yang di lakukan pada pasien arthritis rhaematoid
meliputi:
a. Biodata
Pada Biodata Bisa Diperoleh Data Tentang:
1) Nama
2) Umur
3) Jenis Kelamin
4) Tempat Tinggal
5) Pekerjaan
6) Pendidikan
7) Status Perkawinan
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji adanya riwayat nyeri sendi lutut, dan pada
pergelangan tangan, jari-jari tangan kiri dan kanan, kaji
adanya edema
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Nyeri sendi yang di rasakan sejak 2 bulan semakin hari
semakin berat dan bertmbah parah.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos
mentis yang bergantung pada keadaan klien).
2) Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan,
sedang, dan paa kasus osteomielitis biasanya akut)
b. Head to toe
Pemeriksaan dari kepala hingga kaki dari setiap bagian tubuh
menggunakan metode inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
B. Rencana Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut
2. Defisiensi pengetahuan
3. Gangguan citra tubuh
4. Resiko cedera
5. Defisit perawatan diri
6. Hambatan mobilitas
C. Intervensi
N DIANGNOSA NOC NIC
O KEPERAWAT ( Moorhead Sue, dkk, ( Bulecheck G.M, dkk,
AN 2013) 2013 )
( Heater.T.Her
dman, 2015)
1 Nyeri akut Kontrol nyeri Manajemen nyeri
Indicator outcome 1. Lakukan pengkajian
1. Mengenali kapan nyeri komprehensif
nyeri terjadi, skala yang meliputi lokasi,
target karakteristik, durasi,
Outcome : frekuensi dan faktor
dipertahkan pada pencetus
3,ditingkatkan ke 1. 2. Berikan informasi
2. Menggambarkan mengenai nyeri,
faktor penyebab, seperti penyebab
skala target nyeri, berapalama
Outcome: nyeri akan dirasakan
dipertahankan pada dan antisipasi dari
3, ditingkatkan ke 1 ketidaknyamanan
akibat prosedur
3. Libatkan keluarga
dalam modalitas
penurunan nyeri jika
memungkinkan.

2 Defisiensi Pengetahuan manajemen Pengajaran peresepan


pengetahuan arthritis latihan
Indicator outcome 1. Intruksikan pasien
1. Latihan rutin yang bagaiaman
efektif, skala target mempertahankan
outcome latihan rutin setiap
dipertahakan pada hari, sesuai
2, ditingkatkan ke 4 kebutuhan
2. Manfaat olahraga 2. Instruksikan pasien
teratur, skala targer bagaimana
outcome melakukan
dipertahankan pada pemanasan dan
2, ditingkatkan ke 4 pendinginan
sebelum dan sesudah
latihan dan
pentingnya
melakukan
keduanya.
3. Instruksikan pasien
bagaiamana
melakukan
peregangan sebelum
dan sesudah
melakukan latihan.
3 Gangguan citra Citra tubuh Peningkatan citra tubuh
tubuh Indicator outcome 1. Bantu pasien untuk
1. Deskripsi bagian mengidentifikasi
tubuh yang terkena bagian dari tubuhnya
(dampak), skala yang memilki
target outcome: persepsi positif
dipertahankan pada 2. Tentukan persepsi
2, dipertahankan ke pasien dan keluarga
3 terkait dengan
2. Sikap terhadap perubahan citra diri
penggunaan dan realitas
starategi untuk 3. Bantu pasien untuk
meningkatkan mendiskusikan
penampilan, skla stresor yang
outcome: mempengaruhi citra
dipertahankan pada diri terkait dengan
1, dipertanakan ke 4 kondisi kongenital,
cedera, penyakit atau
pembedahan.
4 Resiko cedera Keparahan cedera fisik Manajemen lingkungan
Indocator outcome keselamatan
1. Lecet pada kulit, 1. Identifikasi
skala target kebutuhan keamanan
outcome: pasien berdasarkan
dipertahankan pada fungsi fisik dan
2, ditingkatkan ke 3 kongnitif serta
2. Memar, skala target riwayat perilaku di
outcome : masa lalu
dipertahankan pada 2. Identifikasi hal-hal
2, ditingkatkan ke 4 yang membahyakan
di lingkungan
(misal, fisik, biologi,
dan kimiawi )

5 Defisit Perawatan diri makan Pemberian makan


perawatan diri Indicator outcome 1. Identifkasi diet yang
1. Menggunakan alat disarankan
makan, skala target 2. Sediakan pereda
outcome : nyeri yang adekuat
dipertahankan pada sebelum waktu
2, ditingkatkan ke 4 makan dengan tepat
2. Memasukkan 3. Tanyakan Pasien apa
makanan ke mulut makanan yang
dengan sendok, disukai
skala target 4. Atur makanan sesuai
outcome: dengan kesenangan
dipertahankan pada pasien.
2, ditingkatkan ke 4
6 Hambatan Pergerakan Terapi lathan mobilitas
mobilitas Indicator outcome sendi
1. Keseimbangan, 1. Kolaborasikan
skala outcome : dengan ahli terapi
dipertahankan pada fisik dalam
2, ditingkatkan ke 4 mengembangkan
2. Berjalan, skala dan menerapkan
outcome : sebuah program
dipertahankan pada latihan
2, ditingkatkan ke 4 2. Jelaskan pada pasien
atau keluarg
amanfaat dan tujuan
melakukan latihan
sendi
3. Dukung latihan
ROM aktif, sesuai
jadwal teratur dan
terencana
4. Sediakan dukungan
positif dalam
melakukan latihan
sendi.
D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah suatu tindakan dimana seorang
perawatan mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam
rencana asuhan keperawatan.
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan perawatan mengevaluasi
perkembangan kesehatan terhadap tindakan dalam mencapai tujuan sesuai
rencana yang telah ditetapkan dan merevisi data dasar dan perencanaan.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS

Ny. M berusia 49 tahun, masuk dirumah sakit dengan keluhan


nyeri sendi lutut kiri, anamnesis awal didapatkan bahwa nyeri dirasakan
sejak 2 bulan yang lalu, semakin hari semakin berat dan terparah 2 hari
yang lalu. Selain itu nyeri sendi juga dirasakan pada pergelangan tangan
dan jari-jari tangan kanan dan kiri, semakin lama pasien merasa sendi jari-
jarinya menjadi bengkak. Nyeri dan bengkak dirasakan semakin berat dari
hari ke hari.
Ns, M melakukan pengkajian kepada Ny.M, Ny.M masih
mengeluh nyeri hebat (skala nyeri,8) pada sendi lutut kirinya. Selain itu
pasien juga mengeluh demamdari tadi malam.
Didapatkan pemeriksaan tanda-tanda vital TD: 130/90 mmhg, N:
100x/I, S: 38,3℃. Masih tampak pembengkakanpada lutut kiri, dan jari-
jari tangan. Hasil Lab : WBC : 13.300 ul, Neutrofil: 82%, HB: 11,1g/dl,
Albumin: 3,10g/dl, BUN: 6mg/dl. Hasil foto genu kanan kiri AP/Lat:
Osteoarthiritis genu bilateral grade1: saat ini sedang diterapi IVFD NS 20
tpm, PCT, Na Diclofenat, Metrotrexat, dan kompres hangat.
A. Pengkajian Keperawatan

Nomor RM : 13-44-56

Tgl. Pengkajian : 20 November 2018

Tempat : Ruang Anggrek / RS. Nani

1. Data Umum
a. Identitas Pasien

Nama : “Ny.M”

Tempat / Tgl. Lahir : Ujung Pandang / 9 April 1969

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Alamat : Jln. Angkasa Raya No.33

Suku : Makassar

Tanggal Masuk RS : 20 November 2018

Diagnosa Medik : Artritis Rheumathoid

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : “Ny. A”

Tempat / Tgl. Lahir : Bone / 6 Juni 1966

Alamat : Jln. Angkasa Raya No.33

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Suku : Bugis
Hub. Dengan Pasien : saudara pasien

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Nyeri sendi lutut kiri
b. Riwayat kesehatan sekarang

Alasan masuk RS : Klien mengatakan nyeri pada bagian sendi


lutut kiri. Nyeri yang dirasakan sejak 2 hari yang lalu. nyeri sendi juga
dirasakan pada pergelangan tangan dan jari-jari tangan kanan dan kiri,
semakin lama pasien merasa sendi jari-jarinya menjadi bengkak.

c. Riwayat kesehatan masa lalu : Klien mengatakan belum pernah


mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
d. Riwayat alergi : Klien mengatakan tidak ada riwayat
alergi
e. Riwayat kesehatan keluarga : Klien mengatakan anaknya belum
pernah mengalami penyakit seperti yang ia alami sekarang.
f. Genogram

G1
77

G2

? ? ? 37 ? ?

52 49
G3

20 17 14

Keterangan :

= Laki-laki
= Perempuan

= Meninggal

= Pasien

= Garis Pernikahan

= Garis Keturunan

= Serumah

GI : Ibu dan Ayah klien sudah meninggal dunia karena factor usia

Ayah mertua klien sudah meninggal karena kecelakaan

Ibu mertua klien (77 tahun) masih hidup dan tidak memiliki
riwayat penyakit menular.

GII : Klien “Ny. M” (49 tahun) anak pertama dari empat bersaudara.

GIII : Klien memiliki 3 orang anak, anak pertama perempuan (20


tahun), anak kedua perempuan (17 tahun) dan anak ketiga perempuan
(14 tahun).

3. Riwayat Psiko-Sosio-Spiritual
a. Riwayat Psikososial
1) Tempat tinggal : Pasien tinggal bersama suami dan
anaknya
2) Lingkungan rumah : Lingkungan rumah bersih, pasien
mampu beradaptasi dengan lingkungannya
3) Hubungan antar anggota keluarga: Hubungan klien dengan
keluarga baik. Klien lebih dekat dengan anak-anaknya.
b. Riwayat Spiritual: Sebelum sakit, klien selalu beribadah di Masjid.
Selama sakit, klien hanya beribadah di rumah. Klien selalu berdo’a
meminta kesembuhan agar bisa kembali ke rumah dan beraktivitas
seperti sediakala.
4. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a. Nutrisi

Sebelum sakit : Klien memiliki selera makan, frekuensinya ± 3x /


hari (Nasi, sayur, lauk-pauk), porsi makan dihabiskan.

Saat sakit : Klien memiliki selera makan, frekuensinya ± 3x /


hari (Bubur, sayur dan lauk-pauk), porsi makan dihabiskan.

b. Cairan

Sebelum sakit : Minum kopi setiap pagi, dan air putih ± 7-8 gelas /
hari

Saat sakit : Minum air putih ± 6 gelas / hari

c. Istirahat dan Tidur

Sebelum sakit : Siang hari 2-3 jam

Malam hari 7-8 jam

Saat sakit : Siang hari 1-2 jam

Malam hari ± 5 jam

d. Eliminasi

BAB:

Sebelum sakit : 1 kali/ hari

Saat sakit : 1 kali/ hari

BAK:

Sebelum sakit : 3 kali/ hari (jernih)

Saat sakit : 3 kali/ hari (jernih)


e. Aktifitas dan Latihan

Sebelum sakit : Klien aktif bekerja

Saat sakit : Klien tampak berbaring di tempat tidur

f. Personal Hygiene

Sebelum sakit : Mandi 2 kali/ hari (pagi dan sore hari)

Saat sakit : Mandi 1 kali/ hari (pagi hari dengan waslap)

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum:
1) Kesadaran: Composmentis
2) Ekspresi wajah: klien tampak meringis
3) TTV:

Tekanan darah= 130/90 mmHg

Nadi = 100x/menit

Pernapasan = 20x/menit

Suhu = 38,3 °C

b. Headtotoe
1) Integumen
Inspeksi : klien tampak bersih
Palpasi : tekstur halus, struktur tegang, lemak subcutan tebal, nyeri
tekan ( + )
2) Kepala
Inspeksi : bentuk kepala simetris, rambut merata
Palpasi : tidak ada nyeri tekan ( - )
3) Kuku
Inspeksi : kuku tampak bersih
4) Mata
Inspeksi : anemis (-), ikterus (-),refleks pupil (+) isokor, edema
palpebra (-)
5) Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada benda asing dan polip
6) Telinga
Inspeksi : bentuk simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tidak
ada peradangan dan pendengaran baik.
7) Mulut dan faring
Inspeksi : bibir tampak kering, tidak ada pembengkakan gusi, gigi
lengkap
8) Leher
Inspeksi : tidak terdapat pembengkakan kelenjar
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
9) Dada/thorax
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
10) Abdomen
Inspeksi : perut tampak datar
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : timpani seluruh perut
Auskultasi : terdengar bising usus
11) Ekstremitas
Atas : jari-jari klien tampak bengkak, klien tidak mampu
melakukan pergerakan.
Bawah : lutut klien tampak bengkak, klien tampak meringis
12) Status lokalis
Sendi proximal interphalangeal (PIP) digiti I, II, III dekstra dan
sinistra
Inspeksi : eritema (-), edema (+), kontraktur (-), nodul rematoid (-)
Palpasi : hangat (+), nyeri tekan (+)
Sendi genu dekstra dan sinistra
Inspeksi : eritema (+), edema (+), kontraktur (-)
Palpasi : hangat (+), nyeri tekan (+), bulging (-), krepitasi (-)
B. ANALISA DATA

NO DATA KEMUNGKINAN DIAGNOSA


. PENYEBAB
1. DS: Reaksi factor R dengan Nyeri Akut
a. Klien mengatakan nyeri antibody, factor
sendi pada lutut kiri metabolic, infeksi
b. Klien mengatakan nyeri dengan
dirasakan 2 hari yang lalu kecenderuangan virus
DO:
a. Klien Nampak meringis Reaksi peradangan
b. Didapatkan nyeri pada
skala 8 dengan Nyeri Akut
menggunakan numeric
2. DS: Reaksi factor R dengan Hambatan
a. Klien mengatakan tidak bisa antibody, factor Mobilitas Fisik
menggerakkan lutut kiri metabolic, infeksi
b.Klien mengatakan tidak bisa dengan
melakukan aktivitas kecenderuangan virus
DO:
a. Klien Nampak terbaring
b. Klien Nampak lemah Reaksi peradangan

Synovial menebal

Pannus

Infiltrasi dalam os.


Subcondria

Hambatan nutrisi pada


kartilago artikularis

Kartilago nekrosis

Erosi kartilago

Adhesi pada
permukaan sendi

Ankilosis fibrosa

Kekuatan sendi

Hambatan Mobilitas
Fisik
4. DS: Reaksi factor R dengan Resiko Cedera
a. Klien mengatakan takut antibody, factor
bergerak karna takut jatuh metabolic, infeksi
DO: dengan
a. Klien nampak terbaring kecenderuangan virus
meringis

Reaksi peradangan

Synovial menebal

Pannus

Infiltrasi dalam os.


Subcondria

Hambatan nutrisi pada


kartilago artikularis

Kerusakan kartilago
dan tulang

Mudah luksasi dan


subluksasi

Resiko Cedera

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
7. Nyeri akut
8. Hambatan mobilitas
9. Resiko cedera
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

N DIANGNOSA NOC NIC


O KEPERAWATAN ( Moorhead Sue, dkk, ( Bulecheck G.M, dkk,
( Heater.T.Herdman, 2013) 2013 )
2015)
1 Nyeri akut Kontrol nyeri Manajemen nyeri
Indicator outcome 4. Lakukan
3. Mengenali kapan pengkajian nyeri
nyeri terjadi, skala komprehensif
target yang meliputi
Outcome : lokasi,
dipertahkan pada karakteristik,
3,ditingkatkan ke 1. durasi, frekuensi
4. Menggambarkan dan faktor
faktor penyebab, pencetus
skala target 5. Berikan informasi
Outcome: mengenai nyeri,
dipertahankan pada seperti penyebab
3, ditingkatkan ke 1 nyeri, berapalama
nyeri akan
dirasakan dan
antisipasi dari
ketidaknyamanan
akibat prosedur
6. Libatkan keluarga
dalam modalitas
penurunan nyeri
jika
memungkinkan
2 Hambatan mobilitas Pergerakan Terapi lathan mobilitas
Indicator outcome sendi
3. Keseimbangan, 5. Kolaborasikan
skala outcome : dengan ahli terapi
dipertahankan pada fisik dalam
2, ditingkatkan ke 4 mengembangkan
4. Berjalan, skala dan menerapkan
outcome : sebuah program
dipertahankan pada latihan
2, ditingkatkan ke 4 6. Jelaskan pada
pasien atau
keluarg amanfaat
dan tujuan
melakukan
latihan sendi
7. Dukung latihan
ROM aktif, sesuai
jadwal teratur
dan terencana
8. Sediakan
dukungan positif
dalam melakukan
latihan sendi.
3 Resiko cedera 3. Lecet pada kulit, Manajemen lingkungan
skala target keselamatan
outcome: 3. Identifikasi
dipertahankan pada kebutuhan
2, ditingkatkan ke 3 keamanan pasien
4. Memar, skala target berdasarkan
outcome : fungsi fisik dan
dipertahankan pada kongnitif serta
2, ditingkatkan ke 4 riwayat perilaku
di masa lalu
4. Identifikasi hal-
hal yang
membahyakan di
lingkungan
(misal, fisik,
biologi, dan
kimiawi )

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No Hari Diagnosa Implementasi Keperawatan Evaluasi


/ Tgl Keperawatan Keperawatan
1 20 Nyeri akut Manajemen nyeri S:Klien
Nov 1. Lakukan pengkajian nyeri mengatakan
2018 komprehensif yang nyeri sendi
meliputi lokasi, pada lutut kiri
karakteristik, durasi, O:Didapatkan
frekuensi dan faktor nyeri pada skala
pencetus 8 dengan
Hasil : menggunakan
DS: numeric
a. Klien mengatakan A : masalah
nyeri sendi pada lutut belum teratasi
kiri P : pertahankan
b. Klien mengatakan intervensi
nyeri dirasakan 2 hari
yang lalu
DO:
a. Klien Nampak
meringis
b. Didapatkan nyeri pada
skala 8 dengan
menggunakan numeric
2. Berikan informasi
mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri,
berapalama nyeri akan
dirasakan dan antisipasi
dari ketidaknyamanan
akibat prosedur.
Hasil :
Mengenali kapan nyeri
terjadi, skala target
Outcome : dipertahkan
pada 3,ditingkatkan ke
1.
3. Libatkan keluarga dalam
modalitas penurunan
nyeri jika memungkinkan.
Hasil : Keluarga pasien
mampu membantu pasien
dalam penurunan nyeri.
Hambatan Terapi lathan mobilitas sendi S : pasien dan
mobilitas 1. Kolaborasikan dengan keluarga
ahli terapi fisik dalam mengerti
mengembangkan dan mengenai latihan
menerapkan sebuah sendi
program latihan. O :
Hasil : Keseimbangan, Keseimbangan,
skala outcome : skala outcome :
dipertahankan pada 2, dipertahankan
ditingkatkan ke 4 pada 2,
2. Jelaskan pada pasien atau ditingkatkan ke 4
keluargamanfaat dan A : masalah
tujuan melakukan latihan teratasi
sendi P : pertahankan
Hasil : pasien dan intervensi
keluarga mengerti
mengenai latihan sendi
3. Dukung latihan ROM
aktif, sesuai jadwal teratur
dan terencana
Hasil : latihan ROM aktif
di lakukan dengan teratur
4. Sediakan dukungan
positif dalam melakukan
latihan sendi.
Hasil : pasien mengatakan
bersemangat dalam
melakukan latihan sendi
Resiko cedera Manajemen lingkungan S :Klien
keselamatan mengatakan takut
1. Identifikasi kebutuhan bergerak karna
keamanan pasien takut jatuh.
berdasarkan fungsi fisik O : tampak taka
dan kongnitif serta da hal yang
riwayat perilaku di masa mebahayakan.
lalu A : masalah
Hasil : Klien mengatakan teratasi
takut bergerak karna takut P : pertahankan
jatuh intervensi
2. Identifikasi hal-hal yang
membahyakan di
lingkungan (misal, fisik,
biologi, dan kimiawi )
Hasil : tampak tidak ada
hal yang membahayakan

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Reumathoid arthritis (RA) adalah penyakit inflamasi non-bakterial
yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi
serta jaringan ikat sendi secara simetris. (Nurarif dan Kusuma, 2016)
Artritis reumathoid (RA) merupakan penyakit inflamasi kronis
sistemik yang ditandai dengan pembengkakan dan nyeri sendi, serta
destruksi membran sinofial persendihan. (Tanto,dkk, 2014)
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eskudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
vertilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus atau
penutup yang menutupi kartilago.
Lamanya arhtritis reumathoid berbeda dari tiap orang. Ditandai
dengan adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang
yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.
Yang lain, terutama yang mempunyai faktor reumathoid (seropositif
gangguan rehematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
( Risnanto dan Insani, 2014)
B. Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini yang berjudul, “Arhtritis
Reumathoid” ini, kelompok mengharapkan dapat menambah wawasan
pembaca khususnya bagi para perawat pemula yang sedang kiat-kiatnya
dalam menambah wawasan untuk menuju perawat yang ahli, professional
dan berwawasan luas dalan menangani kesehatan yang ada di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth


Edisi 12. Jakarta : EGC
Black and joyce. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis.
Singapore : salemba medika
Nurarif dan Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 2. Jogjakarta :
MediAction
Tanto,dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke-4. Jakarta : Media
Aesculapius
Risnanto dan Insani. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
(Sistem Muskuloskeletal)
Suslia , dkk . 2014 . Keperawatan Medikal Bedah : Manaajemen Klinis Untuk
Hasil yang diharapkan, Edisi 8 – buku 3 . Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai