Disusun oleh :
FITRA ARDIANSYAH
11192055
1. Teori menua
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan tahapan
menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh
terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada
sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain
sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi
perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut
pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia(Fatmah, 2017).
Terdapat banyak teori yang menjelaskan tentang proses penuaan,namun terdapat 4 teori
utama yang saling melengkapi satu sama lain untuk terjadinya proses penuaan
diantaranya adalah:
a. Teori wear and tear
Teori ini dikenal juga dengan teori pakai dan rusak diperkenalkan pertama kali tahun
1882 oleh August Weismann yang merupakan seorang ahli biologi dari Jerman yang
pada prinsipnya menyatakan bahwa tubuh dan sel akan rusak karena penggunaan dan
disalahgunakan, baik penggunaan secara alami apalagi penyalahgunaan. Kerusakan
yang terjadi tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel. Pada usia
muda, kerusakan yang terjadi dapat diatasi atau dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur, tubuh mulai kehilangan kemampuan memperbaiki kerusakan karena penyebab
apapun. Teori ini juga meyakini pemberian suplemen yang tepat dan pengobatan yang
tidak terlambat dapat membantu mengembalikan proses penuaan dengan merangsang
kemampuan tubuh untuk melakukan perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan
sel (Pangkahila, 2011).
b. Teori neuroendokrin
Teori ini berdasarkan pada peranan berbagai hormon yang mengatur fungsi tubuh.
Hormon dikeluarkan oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh hipotalamus.
Fungsi Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh. Pada usia muda, berbagai
hormon masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi organ tubuh.
Ketika manusia menjadi tua, produksi hormon menurun, fungsi tubuh menjadi
terganggu. Beberapa contoh yang sering ditemui adalah menopause pada wanita
dimana terjadi penurunan hormon estrogen yang terjadi karena proses penuaan, lebih
jauh kualitas hidup menurun karena berbagai keluhan yang muncul sebagai
akibatnya, juga terjadinya penurunan kadar hormon testosteron pada pria yang
dimulai sejak usia 30 tahun dan terus menurun yang kemudian menimbulkan berbagai
keluhan yang disebut Andropouse (Pangkahila, 2011).
c. Teori control genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA, meskipun seluruh aspek
diwariskan dalam gen tiap individu, waktu jam biologis tergantung pada pola hidup
penuaan masing-masing individu. Tiap individu memiliki jam biologis yang telah
diatur waktunya. Berhentinya jam biologis menandakan proses penuaan dan
meninggal (Pangkahila, 2011).
d. Teori radikal bebas
Radikal bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya, dapat bereaksi dengan molekul lain,
menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Pangkahila, 2007). Radikal
bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita konsumsi untuk
memberikan energi pada tubuh kita. Radikal bebas merusak membran sel, kode DNA,
enzim, protein, dan akhirnya terjadi kerusakan pada seluruh organ. Kerusakan terjadi
mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga meninggal. Pada usia muda, dampak
penggantian sel yang masih berfungsi baik. Seiring dengan usia bertambah,
akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan mengganggu metabolisme sel,
terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan timbulnya kanker dan kematian. Age Spot
merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membran sel yang disebabkan oleh
radikal bebas. Kerusakan membran ini menghasilkan produk sisa yang dikenal
sebagai lipofuscin. Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam tubuh memberikan warna
gelap pada daerah tertentu, yang disebut Age spot. Lipofuscins mengganggu sintesis
DNA dan RNA, mempengaruhi sintesis protein (menurunkan energi dan menghambat
pembentukan massa otot), merusak enzim seluler yang diperlukan untuk proses kimia
vital dalam tubuh (Pangkahila, 2007).
Antioksidan diyakini dapat menghambat kerusakan akibat radikal bebas dimana
Superokside dismutase pada antioksidan dapat mengubah radikal oksigen menjadi
hidrogen peroksidasi yang mengakibatkan degradasi oleh enzim katalase menjadi
oksigen dan air (Pangkahila,2011)
6. Klasifikasi
a. DM tipe I
Yaitu ditandai dengan kerusakan insulin dan ketergantungan pada terapi insulin
untuk mempertahankan hidup. Diabetes melitus tipe I juga disebut juvenile onset,
karena kebanyakan terjadi sebelum umur 20 tahun. Pada tipe ini terjadi destruksi sel
beta pankreas dan menjurus ke defisiensi insulin absolut. Mereka cenderung
mengalami komplikasi metabolik akut berupa ketosis dan ketoasidosis.
b. DM Tipe II
Dikenal dengan maturity concept, dimana tidak terjadi defisiensi insulin secara
absolut melainkan relatif oleh karena gangguan sekresi insulin bersama resistensi
insulin. Terjadi pada semua umur, lebih sering pada usia dewasa dan ada
kecenderungan familiar. NIDDM dapat berhubungan dengan tingginya kadar insulin
yang beredar dalam darah namun tetap memiliki reseptor insulin dan fungsi post
reseptor yang tidak efektif.
c. Gestational diabetes
Disebut juga DMG atau diabetes melitus gestational. Yaitu intoleransi glukosa yang
timbul selama kehamilan, dimana meningkatnya hormon – hormon pertumbuhan dan
meningkatkan suplai asam amino dan glukosa pada janin yang mengurangi
keefektifitasan insulin
d. Intoleransi glukosa
Berhubungan dengan keadaan atau sindroma tertentu., yaitu hiperglikemi yang
terjadi karena penyakit lain. Penyakit pankreas, obat – obatan, dan bahan kimia.
Kelainan reseptor insulin dan sindrome genetik tertentu. Umumnya obat – obatan
yang mencetuskan terjadinya hiperglikemia antara lain : diuretik furosemid ( lasik ),
dan thiazide, glukotikoid, epinefrin, dilantin, dan asam nikotinat
7. Pathway
DM Tipe 1 DMTipe 2
Defisiensi
insulin
Penurunan BB
Pembatasan
Diit
Fleksibilitas
darah merah
Intake tidak Resiko nutrisi kurang
adekuat dari kebutuhan
Pelepasan O2
Nyeri Akut
8. Penatalaksanaan secara medis
Menurut (Mansjoer, A dkk. 2008) penataaksanaan medis yaitu tujuan utama terapi DM
adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya
mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada
setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia
dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam
penatalaksanaan DM, yaitu :
a. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
Memperbaiki kesehatan umum penderita
Mengarahkan pada berat badan normal
Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
Menarik dan mudah diberikan
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi p
menderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative
Body Weight (BBR = berat badan normal) dengan rumus
1) Kurus (underweight) BBR < 90 %
2) Normal (ideal) BBR 90% - 110%
3) Gemuk (overweight) BBR > 110%
4) Obesitas apabila BBR > 120%
Obesitas ringan BBR 120 % - 130%
Obesitas sedang BBR 130% - 140%
Obesitas berat BBR 140% - 200%
Morbid BBR >200 %
b. Olahraga
Latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama + ½ jam. Adanya kontraksi otot
akan merangsang peningkatan aliran darah dan penarikan glukosa ke dalam sel.
Penderita diabetes dengan kadar glukosa darah >250mg/dl dan menunjukkan adanya
keton dalam urine tidak boleh melakukan latihan sebelum pemeriksaan keton urin
menunjukkan hasil negatif dan kadar glukosa darah mendekati normal. Latihan
dengan kadar glukosa tinggi akan meningkatkan sekresi glukagon, growth hormon
dan katekolamin. Peningkatan hormon ini membuat hati melepas lebih banyak
glukosa sehingga terjadi kenaikan kadar glukosa darah.Untuk pasien yang
menggunakan insulin setelah latihan dianjurkan makan camilan untuk mencegah
hipoglikemia dan mengurangi dosis insulinnya yang akan memuncak pada saat
latihan.
c. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita
DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset
video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
d. Obat – obatan
a. Tablet OAD
b. Insulin
1. Pemeriksaan Fisik
a. Data ssubjektif
1) Identitas
DM pada pasien usia lanjut umumnya terjadi pada usia > 60 tahun dan
umumnya adalah DM tipe II ( non insulin dependen ) atau tipe DMTTI.
2) Keluhan utama
DM pada usia lanjut mungkin cukup sukar karena sering tidak khas dan
asimtomatik ( contohnya ; kelemahan, kelelahan, BB menurun, terjadi infeksi
minor, kebingungan akut, atau depresi ).
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien datang ke RS dengan keluhan gangguan penglihatan
karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot ( neuropati
perifer ) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
5) Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa
saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
6) Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari
a) Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
b) Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
c) Integritas Ego
Stress, ansietas
d) Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
e) Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan,
haus, penggunaan diuretik.
f) Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,
gangguan penglihatan.
g) Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
h) Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
i) Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit
b. Data objektif
1. Sel ( perubahan sel )
Sel menjadi lebih sedikit, jumlah dan ukurannya menjadi lebih besar,
berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intrasel.
2. Sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan pucat dan
terdapat bintik – bintik hitam akibat menurunnya aliran darah kekulit dan
menurunnya sel – sel yang memproduksi pigmen, kuku pada jari tengah dan
kaki menjadi tebal dan rapuh. Pada orang berusia 60 tahun rambut wajah
meningkat, rambut menipis / botak dan warna rambut kelabu, kelenjar
keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
3. Sistem Muskuler
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang pengecilan otot
karena menurunnya serabut otot. Pada otot polos tidak begitu berpengaruh.
4. Sistem pendengaran
Presbiakusis ( menurunnya pendengaran pada lansia ) membran timpani
menjadi altrofi menyebabkan austosklerosis, penumpukan serumen sehingga
mengeras karena meningkatnya keratin.
5. Sistem Penglihatan
Karena berbentuk speris, sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon
terhadap sinar, lensa menjadi keruh, meningkatnya ambang penglihatan
( daya adaptasi terhadap kegegelapan lebih lambat, susah melihat gelap ).
Hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang karena
berkurangnya luas pandangan. Menurunnya daya membedakan warna hijau
atau biru pada skala.
6. Sistem Pernafasan
Otot – otot penafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya
aktivitas sillia, paru kurang elastis, alveoli kurang melebar biasanya dan
jumlah berkurang. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg. Karbon
oksida pada arteri tidak berganti – kemampuan batuk berkurang.
7. Sistem Kardiovaskuler
Katub jantung menebal dan menjadi kaku. Kemampuan jantung memompa
darah menurun 1 % pertahun. Kehilangan obstisitas pembuluh darah, tekanan
darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
8. Sistem Gastointestinal
Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, esofagus melebar, rasa lapar
menurun, asam lambung menurun waktu pengosongan lambung, peristaltik
lemah sehingga sering terjadi konstipasi, hati makin mengecil.
9. Sistem Perkemihan
Ginjal mengecil, nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai
50 %, laju filtrasi glumesulus menurun sampai 50 %, fungsi tubulus
berkurang sehingga kurang mampu memekatkan urine, Dj urin menurun,
proteinuria bertambah, ambang ginjal terhadap glukosa meningkat, kapasitas
kandung kemih menurun ( zoome ) karena otot – otot yang lemah, frekwensi
berkemih meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan, pada orang terjadi
peningkatan retensi urin dan pembesaran prostat (75 % usia diatas 60 tahun).
10. Sistem Reproduksi
Selaput lendir vagina menurun / kering, menciutnya ovarium dan uterus,
atrofi payu darah testis masih dapat memproduksi meskipun adanya
penurunan secara berangsur – angsur, dorongan sek menetap sampai usia
diatas 70 tahun asal kondisi kesehatan baik.
11. Sistem Endokrin
Produksi semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya tidak
berubah, berkurangnya ACTH, TSH, FSH, dan LH, menurunnya aktivitas
tiroid sehingga laju metabolisme tubuh ( BMR ) menurun, menurunnya
produk aldusteran, menurunnya sekresi, hormon godad, progesteron,
estrogen, testosteron.
12. Sistem Sensori
Reaksi menjadi lambat kurang sensitif terhadap sentuhan (berat otak
menurun sekitar 10 – 20 % )
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak mampu dalam memasukkan, memasukan, mencerna, mengabsorbsi makanan
karena factor biologi
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama, terbangun
lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan fungsi yng ditandai
dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas.
c. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan neuromuskular
yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet melebihi waktu untuk
menahan pengosongan bladder dan tidak mampu mengontrol pengosongan.
d. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau kerusakan
memori sekunder.
e. Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal
f. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik kurang.
g. Risiko kerusakan integritas kulit.
h. Kerusakan memori berhubungan dengan gangguan neurologis
i. Koping tidak efektif berhubungan dengan percaya diri tidak adekuat dalam
kemampuan koping, dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari
karakteristik atau hubungan.
j. Isolasi social berhubungan dengan perubhaan penampilan fisik, peubahan keadaan
sejahtera, perubahan status mental.
k. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,
perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
l. Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi
3. Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa keperawatan NOC NIC
.
Aspek fisik atau biologis
1. Ketidakseimbangan Status nutrisi Manajemen
nutrisi : kurang dari Setelah dilakukan intervensi ketidakteraturan makan
kebutuhan tubuh keperawatan selama 3x24 (eating disorder
berhubungan dengan jam pasien diharapkan management)
tidak mampu dalam mampu: 1. Kolaborasi dengan
memasukkan, 1. Asupan nutrisi tidak anggota tim kesehatan
memasukan, mencerna, bermasalah untuk memuat
mengabsorbsi makanan 2. Asupan makanan dan perencanaan
karena factor biologi. cairan tidak perawatan jika sesuai.
bermasalah 2. Diskusikan dengan
3. Energy tdak tim dan pasien untuk
bermasalah membuat target berat
4. Berat badan ideal badann, jika berat
badan pasien tdak
sesuia dengan usia
dan bentuk tubuh.
3. Diskusikan dengan
ahli gizi untuk
menentukan asupan
kalori setiap hari
supaya mencapai dan
atau mempertahankan
berat badan sesuai
target.
4. Ajarkan dan kuatkan
konsep nutrisi yang
baik pada pasien
5. Kembangkan
hubungan suportif
dengna pasien.
6. Dorong pasien untuk
memonitor diri sendiri
terhadap asupan
makanan dan
kenaikan atau
pemeliharaan berat
badan.
7. Gunakan teknik
modifikasi tingkah
laku untuk
meningkatkan berat
badan dan untuk
menimimalkan berat
badan.
8. Berikan pujian atas
peningkatan berat
badan dan tingkah
laku yang mendukung
peningkatan berat
badan.
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Peningkatan tidur
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 1. Tetapkan pola
insomnia dalam waktu jam pasien diharapkan kegiatan dan tidur
lama, terbangun lebih dapat memperbaiki pola pasien.
awal atau terlambat tidurnya dengan kriteria : 2. Monitor pola tidur
bangun dan penurunan 1. Mengatur jumlah jam pasien dan jumlah
kemampuan fungsi yng tidurnya jam tidurnya.
ditandai dengan penuaan 2. Tidur secara rutin 3. Jelaskan pentingnya
perubahan pola tidur dan 3. Miningkatkan pola tidur selama sakit dan
cemas. tidur stress fisik.
4. Meningkatkan kualitas 4. Bantu pasien untuk
tidur menghilangkan situasi
5. Tidak ada gangguan stress sebelum jam
tidur tidurnya.
3. Inkontinensia urin Setelah dilakukan intervensi Perawatan inkontinensia
fungsional berhubungan keperawatan selama 3x24 urin
dengan keterbatasan jam diharapkan pasien 1. Monitor eliminasi
neuromuskular yang mampu : urin.
ditandai dengan waktu 1. Kontinensia urin 2. Bantu klien
yang diperlukan ke toilet 2. Merespon dengan mengembangkan
melebihi waktu untuk cepat keinginan buang sensasi keinginan
menahan pengosongan air kecil (BAK) BAK.
bladder dan tidak mampu 3. Mampu mencapai 3. Modifikasi baju dan
mengontrol pengosongan. toilet dan lingkungan untuk
mengeluarkan urin memudahkan klien ke
secara tepat waktu toilet.
4. Mengosongkan bladder 4. Instruksikan pasien
dengan lengkap untuk mengonsumsi
5. Mampu memprediksi air minum sebanyak
pengeluaran urin 1500 cc/hari.
4. Gangguan proses berpikir Setelah dilakukan intervensi Latihan daya ingat
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 1. Diskusi dengan pasien
kemunduran atau jam pasien diharapkan dan keluarga beberapa
kerusakan memori dapat meningkatkan daya masalah ingatan.
sekunder. ingat dengan kriteria : 2. Rangsang ingatan
1. Mengingat dengan dengan mengulang
segera informasi yang pemikiran pasien
tepat kemarin dengan
2. Mengingat inormasi cepat.
yang baru saja 3. Mengenangkan
disampaikan tentang pengalaman
3. Mengingat informasi di masalalu dengan
yang sudah lalu pasien.
1. Identitas
A. Nama : Tn. “P”
B. Umur : 66 tahun
C. Alamat : Jl. Anggrek kebon duren no. 22 rt 3 rw 3 Prabumulih
D. Pendidikan : SMA
E. Jenis Kelamin : Laki - laki
F. Suku : Sunda
G. Agama : Islam
H. Status perkawinan : Menikah
Genogram
Keterangan :
: Laki - laki : Meninggal
: Perempuan : tinggal 1 rumah
: Lansia Tn. P
Silsilah keluarga
Tn. T adalah anak pertama dari 4 berasudara, istri Tn. P adalah ibu K. Ibu K adalah anak
ke 5 dari 6 bersaudara. Tn. P dan ibu K dikaruniai 4 orang anak yaitu 3 anak laki – laki dan
1 anak perempuan. Anak pertama, anak kedua dan anak keempat sudah menikah dan
tinggal dirumah yang berbeda dengan tn. P. Yang tinggal serumah dengan Tn. P dan ibu K
adalah anak yang ke tiga.
5. Pengkajian persistem
a.Keadaan umum
1) Tingkat Kesadaran : CM
2) GCS : 15 (E:4, M:6, V:5)
3) TTV : TD = 130/80 mmHg S = 36,5oC
P = 19x/mnt N = 72x/mnt
4) BB/TB : 48 kg / 164 cm
5) Postur tulang belakang : Tegap
6) Keluhan : klien mengatakan lelah dan penglihatan buram
c.Head to Toe
1) Kepala :
a) Kebersihan : bersih
b) Kerontokan rambut: tidak
c) Keluhan : tidak
d) Jika ya, jelaskan :
2) Mata
a) Konjungtiva : tidak
b) Sklera : tidak
c) Stabismus : tidak
d) Penglihatan : kabur
e) Peradangan : tidak
f) Katarak : ya
g) Penggunaan kacamata : ya
h) Keluhan : ya
i) Jika ya , jelaskan : klien mengatakan penglihatan buram
3) Hidung
a) Bentuk hidung : tidak
b) Peradangan : tidak
c) Penciuman : tidak
d) Keluhan : tidak
e) Jika ya , jelaskan :
4) Mulut, Tenggorokan
a) Kebersihan : baik
b) Mukosa : lembab
c) Peradangan : tidak
d) Gigi : tidak karies, ompong.
e) Radang gusi : tidak
f) Kesulitan mengunyah : ya
g) Keluhan lain : tidak
h) Jika ya , jelaskan :
5) Telinga
a) Kebersihan : bersih
b) Peradangan : tidak
c) Pendengaran : tidak
d) Jika ya , jelaskan :
6) Leher
a) Pembesaran kelenjar tyroid : tidak
b) JVD(Jugularis Vena Distensi) : tidak
c) Kaku kuduk : tidak
d) Keluhan : tidak
e) Jika ya , jelaskan :
7) Dada
a) Bentuk dada : normal chest
b) Payudara : tidak
c) Retraksi dinding dada : tidak
d) Suara nafas : vesikuler/
e) Wheezing : tidak
f) Ronchi : tidak
g) Suara jantung tambahan : tidak
h) Keluhan : tidak
i) Jika ya , jelaskan :
8) Abdomen
a) Bentuk : flat
b) Nyeri takan : tidak
c) Kembung : tidak
d) Supel : tidak
e) Bising Usus : ada , frekuensi : 12 x/menit
f) Massa : tidak
g) Keluhan : tidak
h) Jika ya , jelaskan :
9) Genetalia
a) Kebersihan : baik
b) Frekuensi BAK : 5x/hari
c) Frekuensi BAB : 2x/hari
d) Haemoroid : tidak
e) Hernia : tidak
f) Keluhan : tidak
g) Jika ya , jelaskan :
10) Ekstremitas
a) Kekuatan otot (skala 1-5 ) : 5555 5555
Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh
5555 5555
b) Rentang gerak : maksimal
c) Deformitas : tidak
d) Tremor : tidak
e) Edema : tidak
f) Penggunaan alat bantu : tidak
g) Nyeri persendian : tidak
h) Paralysis : tidak
i) CRT : < 3 detik
j) Keluhan : ya
k) Jika ya , jelaskan :
11) Integumen
a) Kebersihan : baik
b) Warna : baik
c) Kelembapan : kering
d) Lesi/Luka : tidak
e) Perubahan tekstur : : tidak
f) Gangguan pada kulit : tidak
g) Keluhan : tidak
h) Jika ya , jelaskan :
12) Pemeriksaan penunjang
a) GDS : 257 mg/dl
b) Asam Urat : tidak diperiksa
c) Kolestrol : tidak diperiksa
Keterangan : berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain Seseorang
yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun ia
anggap mampu.
Modifikasi dari Barthel Indeks
Termasuk yang manakah klien ?
NO. KRITERIA DENGAN MANDIRI KETERANGAN
BANTUAN
1 Makan 5 10 Frekuensi : 2x1
Jumlah: 1 porsi
Jenis: normal
2 Minum 5 10 Frekuensi : tidak
menentu
Jumlah : 500 –
700 ml
Jenis : air putih
3 Berpindah dari kursi roda ke 5 – 10 15
tempat tidur, sebaliknya
4 Personal toilet (cuci muka, 0 5 Frekuensi : tidak
menyisir rambut, gosok gigi ) menentu
5 Keluar masuk toilet ( mencuci 5 10
pakaian, menyeka tubuh dan
menyiram )
6 Mandi 5 15 Frekuensi : 2x
sehari
7 Jalan di permukaan datar 0 5
8 Naik turun tangga 5 10
9 Mengenakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi : tidak
menentu
Konsistensi :
lembek
11 Kontrol bladder (BAK) 5 10 Frekuensi : 4-5x
sehari
Warna : kuning
putih
12 Olah raga / latihan 5 10 Frekuensi : tidak
ada
Jenis :
13 Rekreasi / pemanfaatan waktu 5 10 Jenis :
luang beristirahat
dirumah
Score = 0
Interprestasi :
a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat
Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini Men
tal Status Exam) :
Orientasi.
Registrasi.
Perhatian.
Kalkulasi.
Mengingat kembali.
Bahasa.
Total skor : 30
Interprestasi hasil :
Jumlah total klien dan masukan ke dalam kategori berikut ini :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
0 – 17 : Gangguan kognitif berat
Keterangan :
Tingkat Resiko Nilai MFS Tindakan
Tidak Resiko 0 – 24 Perawatan dasar
Resiko Rendah 25 – 30 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar.
Resiko Tinggi >31 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh resiko
tinggi.
Lingkarilah jawaban yang sesuai dengan keadaan Anda pada pertanyaan dibawah ini :
No Pertanyaan Ya Tidak
6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda?
Ya Tidak
Ya Tidak
8 Apakah anda sering merasa tanpa pengharapan/putusasa?
14 Apakah anda merasa putus asa atau tidak ada harapan saat ini? Ya Tidak
15 Apakah anda merasa orang lain berada pada kondisi yang lebih
Ya Tidak
baik dari pada anda?
1. Data Fokus
Data Subyektif Data Obyektif
Klien mengatakan memiliki penyakit Klien tampak lemas
kencing manis GDS : 257 mg/dl
Klien mengatakan mudah lelah jika Klien terlihat tidak bugar
berjalan lama Klien terlihat mudah lelah
Klien mengatakan tidak pernah TD : 130/80 mmHg
berolahraga Gigi klien terlihat ompong
Klien mengatakan tidak bisa lama jika Klien hanya makan setengah porsi
sedang menyapu daun dihalaman
rumah
Klien mengatakan lebih banyak
beristirahat dirumah
Klien mengatakan susah mengunyah
2. Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi
1. DS:
1. Klien mengatakan Risiko ketidakstabilan Manajemen medikasi
memiliki penyakit kadar glukosa darah tidak efektif
kencing manis
2. Klien mengatakan
mudah lelah
3. Klien mengatakan nafsu
makan menurun
4. Klien mengatakan
makan 2x sehari ½ - 1
porsi
5. Klien mengatkan kadang
– kadang lupa meminum
obatnya
DO:
1. Klien tampak lemas
2. IMT : 18,75
3. TD : 130/80 mmHg
4. GDS : 257 mg/dl
2 DS:
1. klien mengatakan Ketidakseimbangan nutrisi Asupan diet yang
nafsu makan menurun kurang
2. Klien mengatakan
susah mengunyah karna
gigi ompong
DO :
1. Klien hanya makan
setengah porsi
2. Gigi klien terlihat
ompong
3. BMI = 18,75
3 DS :
1. Klien mengatakan Risiko Intoleransi aktivitas Gaya hidup kurang
mudah lelah jika berjalan gerak
lama
2. Klien mengatakan tidak
pernah berolahraga
3. Klien mengatakan lebih
banyak beristirahat
dirumah
4. Klien mengatakan tidak
bisa lama jika sedang
menyapu daun dihalaan
rumah
DO :
1. Klien terlihat tidak bugar
2. Klien trlihat mudah lelah
B. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa Paraf &
No Tujuan dan
Tgl. Keperawata Rencana Tindakan nama
. Kriteria Hasil
n (PES) jelas
8 April 1 Risiko Setelah dilakukan 1. Monitor kadar glukosa
2021 ketidakstabil keperawatan 1x24 darah
an kadar jam diharapakan 2. Gunakan catatan harian
glukosa resiko gula darah unutk pemeriksaan
darah tidak stabil meng kadar gula darah
berhubungan hilang dengan 3. Instruksikan pasein
dengan kriteria : atau keluarga unutk
manajemen 1. Gula darah mnajemen penggunan
medikasi puasa klien obat diabetes
tidak efektif dalam batas 4. Ajarkan keluarga untuk
normal < 140 melakukan pengecekan
mg/dl kadar gulosa secara
2. Klien rutin mandiri
meminum
obatnya
3. Klien tidak
mudah lelah
8 April 2 Ketidak Setelah dilakukan 1. Timbang BB pasien
2021 seimbangan keperawatan 1x24 2. Monitor adanya mual
nutrisi jam diharapkan muntah
berhubungan klien asupan diet 3. Tentukan pola makan
dengan meningkat dengan (frekuensi makan, jenis
asupan diet kriteria : maknan, kelembutan
yang kurang 1. Nafsu makan makanan)
meningkat
FITRA A
2. BMI bertahan
dalam batas
normal
8 April 3 Resiko Setelah dilakukan 1. Gali pengalaman
2021 intoleransi keperawatan 3x24 sebelumnya mengenai
aktivitas jam diharapakan latihan
berhubungan klien memiliki 2. Gali hambatan untuk
dengan gaya gaya hidup yang melakukan olahraga
hidup kurang tidak kurang gerak 3. Libatkan keluarga
gerak dengan kriteria : dalam latihan
1. Mampu 4. Diskusikan dengan
melakukan klien dan keluarga
aktivitas lebih untuk memilih latihan
lama fisik yang tepat
dibanding
sebelumnya
2. Klien bisa
berolahraga
rutin
3. Fisik klien
terlihat bugar
D. E V A L U A S I ( CATATAN PERKEMBANGAN )
No. Hari/Tgl./ Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan
DK. Jam (Mengacu pada tujuan) Nama Jelas
09 April 2021 S :Klien mengatakan sudah teratur minum obat dan
1 Jam 15.00 diingatkan keluarga
O:
TD = 110/70 mmHg
GDS = 196 mg/dl
P : Intervensi dilanjutkan
Monitor kadar gula darah mandiri oleh keluarga
Gunakan catatan untuk pemeriksaan kadar gula
darah
Instruksikan keluarga pasien untuk mengatur dan
mengingatkan pemberian obat DM
P : Intervensi dilanjutkan
Libatkan keluarga dalam latihan
Pertahankan olahraga rutin senam lansia setiap pagi.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8.
Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 5 Jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapius
Herdman, T.H. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: definitions and classification
2018-2020. Jakarta: EGC.