Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S

DENGAN DIABETES MELITUS DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN KETIDAKSTABILAN KADAR GLUKOSA DARAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KPB023

Keperawatan Penyakit Bedah (PKL)

Oleh :

DEVI RAHMAWATI

NIM : 151811913033

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPEARWATAN

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2020
LEMBAR PENGESAHAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S

DENGAN DIABETES MELITUS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN


KETIDAKSTABILAN KADAR GLUKOSA DARAH

Lamongan, November 2020

CI/KEPALA RUANGAN MAHASISWA

Khoirul Anam S. Kep., Ners Devi Rahmawati


NIM. 151811913033

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Hafna Ilmy Muhalla, S.Kep., M.Kep., Sp. Kep. M.B


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Medis Diabetes Melitus


2.1.1 Pengertian
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016,
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis dimana organ pankreas
tidak memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak efektif dalam
menggunakannya. Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme
yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi
berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Price dan Wilson, 2006).
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik
yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia)
akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya
(smelzel dan Bare,2015). Diabetes melitus merupakan suatu kelompok
penyakit atau gangguan metabolik dengan karakteristik hipeglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua –
duanya ( ADA,2017).
Klasifikasi Diabetes Mellitus :
Menurut ADA (2013) klasifikasi diabetes mellitus meliputi empat
kelas klinis yaitu :
1) Diabetes Mellitus tipe 1
Hasil dari kehancuran sel beta pankreas, biasanya
menyebabkan defisiensi insulin yang absolut atau tubuh tidak
mampu menghasilkan insulin. Penyebab dari diabetes mellitus ini
belum diketahui secara pasti. Tanda dan gejala dari diabetes
mellitus tipe 1 ini adalah poliuria (kencing terus menerus dalam
jumlah banyak), polidipsia (rasa cepat haus), polipagia (rasa cepat
lapar), penurunan berat badan secara drastis, mengalami
penurunan penglihatan dan kelelahan.
2) Diabetes Mellitus tipe 2
Hasil dari gangguan sekresi insulin yang progresif yang
menjadi latar belakang terjadinya resistensi insulin atau
ketidakefektifan penggunaan insulin di dalam tubuh. Diabetes
mellitus tipe 2 merupakan tipe diabetes yang paling banyak
dialami oleh seseorang di dunia dan paling sering disebabkan
oleh karena berat badan berlebih dan aktivitas fisik yang kurang.
Tanda dan gejala dari diabetes mellitus tipe 2 ini hampir sama
dengan diabetes mellitus tipe 1, tetapi diabetes mellitus tipe 2
dapat didiagnosis setelah beberapa tahun keluhan dirasakan oleh
pasien dan pada diabetes mellitus komplikasi dapat terjadi.
Diagnosis klinis diabetes mellitus umumnya akan dipikirkan bila
ada keluhan khas berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Keluhan lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah lemah,
kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria,
serta pruritus vulva pada pasien wanita (Purnamasari, 2009).
3) Diabetes tipe spesifik lain
Diabetes tipe ini biasanya terjadi karena adanya gangguan
genetik pada fungsi sel beta, gangguan genetik pada kerja insulin,
penyakit eksokrin pankreas dan dipicu oleh obat atau bahan kimia
(seperti pengobatan HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ).
4) Gestational Diabetes
Diabetes tipe ini terjadinya peningkatan kadar gula darah atau
hiperglikemia selama kehamilan dengan nilai kadar glukosa darah
normal tetapi dibawah dari nilai diagnostik diabetes mellitus pada
umumnya. Perempuan dengan diabetes mellitus saat kehamilan
sangat berisiko mengalami komplikasi selama kehamilan. Ibu
dengan gestational diabetes memiliki risiko tinggi mengalami
diabetes mellitus tipe 2 dikemudian hari. Gestational diabetes
lebih baik didiagnosa dengan pemeriksaan saat prenatal karena
lebih akurat dibandingkan dengan keluhan langsung yang
dirasakan klien (Arisman, 2011).
Tabel 2.1 Klasifikasi diabetes mellitus sesuai dengan penyebab atau etiologi
(Perkeni, 2011).

Tipe 1 Kerusakan sel beta pankreas, umumnya mengarah


ke defisiensi insulin absolut, biasanya disebabkan
oleh autoimun dan idiopatik.
Tipe 2 Bervariasi, bisa disebabkan oleh resistensi insulin
yang disertai insulin relatif sampai dengan defek
sekresi insulin disertai resistensi insulin.
Tipe lain Bisa disebabkan oleh defek genetik fungsi beta,
defek genetik kerja insulin, penyakit endokrin
pankreas, oleh karena obat-obatan, infeksi,
ataupun penyakit genetik
lainnya.
Diabetes mellitus Intoleransi glukosa yang timbul atau terdeteksi
gestasional pada kehamilan pertama dan gangguan toleransi
glukosa
setelah terminasi kehamilan.

2.1.2 Etiologi
Menurut Smeltzer 2015 Diabtes Melitus dapat diklasifikasikan ke
dalam 2 kategori klinis yaitu :

1) Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE 1)


a) Genetik
Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type
1 namun mewarisi sebuah predisposisis atau sebuah
kecendurungan genetik kearah terjadinya diabetes type 1.
Kecendurungan genetik ini ditentukan pada individu yang
memiliki type antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
tertentu. HLA ialah kumpulan gen yang bertanggung jawab
atas antigen tranplantasi & proses imunnya. (Smeltzer 2015
dan bare,2015).
b) Imunologi
Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah
respon autoimum. Ini adalah respon abdomal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh secara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya sebagai jaringan asing.
(Smeltzer 2015 dan bare,2015)
c) Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun
yang menimbulkan destruksi selbeta. (Smeltzer 2015 dan
bare,2015)

2) Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM TIPE II)


Menurut Smeltzel 2015 Mekanisme yang tepat yang
menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada
diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor resiko :
a) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia
di atas 65 tahun)
b) Obesitas
c) Riwayat keluarga
2.1.3 Patofisiologi
Diabetes mellitus adalah kumpulan penyakit metabolik yang
ditandai dengan hiperglikemia akibat kerusakan sekresi insulin,
kinerja insulin, atau keduanya. Diabetes Tipe 1 adalah hasil dari
interaksi genetik, lingkungan, dan faktor imunologi yang pada
akhirnya mengarah terhadap kerusakan sel beta pankreas dan insulin
defisiensi. Masa sel beta kemudian menurun dan sekresi insulin
menjadi semakin terganggu, meskipun toleransi glukosa normal
dipertahankan (Powers, 2010). DM Tipe 1 terjadi karena
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel pankreas
telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap dalam
darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya
glukosa tersebut dieksresikan dalam urin (glukosuria). Eksresi ini
akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elekrolit yang berlebihan,
keadaan ini disebut diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi) (ADA, 2012).

Pada diabetes Tipe 2 terdapat 2 masalah utama yang


berhubungan dengan insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor
khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe 2 disertai
dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi
tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang
disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini
terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.
Namun, jika sel-sel tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan
terjadi diabetes tipe 2. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin
yang merupakan ciri khas diabetes tipe 2, namun terdapat jumlah
insulin yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi
badan keton. Oleh karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada
diabetes tipe 2. Meskipun demikian, diabetes tipe 2 yang tidak
terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan
sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Akibat intoleransi
glukosa yang berlangsung lambat dan progresif, maka awitan
diabetes tipe 2 dapat berjalan tanpa terdeteksi, gejalanya sering
bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria,
pilidipsia, luka pada kulit yang tidak sembuh-sembuh, infeksi dan
pandangan yang kabur (Smeltzer & Bare, 2008).
2.1.4 WOC
2.1.5 Manifestasi Klinis

Menurut PERKENI gejala dan tanda tanda DM daPat digolongkan


menjadi 2 yaitu :
1) Gejala akut penyakit DM
Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap, bahkan mungkin tidak
menunjukan gejala apapun sampai saat tertentu. Pemulaan gejala
yang ditunjukan meliputi:
a) Lapar yang berlebihan atau makan banyak (poliphagi)
Pada diabetes,karena insulin bermasalah pemaasukan
gula kedalam sel sel tubuh kurang sehingga energi yang
dibentuk pun kurang itun sebabnya orang menjadi lemas. Oleh
karena itu, tubuh berusaha meningkatkan asupan makanan
dengan menimbulkan rasa lapar sehingga timbulah perasaan
selalu ingin makan
b) Sering merasa haus (polidipsi)
Dengan banyaknya urin keluar, tubuh akan kekurangan
air atau dehidrasi.untu mengatasi hal tersebut timbulah rasa
haus sehingga orang ingin selalu minum dan ingin minum
manis, minuman manis akan sangat merugikan karena
membuat kadar gula semakin tinggi.
c) Jumlah urin yang dikeluarkan banyak(poliuri)
Jika kadar gula melebihi nilai normal , maka gula darah
akan keluar bersama urin,untu menjaga agar urin yang keluar,
yang mengandung gula,tak terlalu pekat, tubuh akan menarik
air sebanyak mungkin ke dalam urin sehingga volume urin
yang keluar banyak dan kencing pun sering.Jika tidak diobati
maka akan timbul gejala banyak minum, banyak kencing,
nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun dengan
cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah
dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual (PERKENI,
2015) .
2) Gejala kronik penyekit DM
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM (PERKENI,
2015) adalah:
a) Kesemutan
b) Kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum
c) Rasa tebal dikulit
d) Kram
e) Mudah mengantuk
f) Mata kabur
g) Biasanya sering ganti kaca mata
h) Gatal disekitar kemaluan terutama pada wanita
i) Gigi mudah goyah dan mudah lepas
j) Kemampuan seksual menurun
k) Dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau
kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat
lahir lebih dari 4kg
2.1.6 Komplikasi
1) Komplikasi Akut
a) Hiperglikemia
Menurut International Society for Pediatrics and
Adolescent Diabetes (2007), hiperglikemia adalah suatu
keadaan kadar gula darah sewaktu ≥ 11,1 mmol/L (200
mg/dL) ditambah dengan gejala diabetes atau kadar gula
darah puasa (tidak mendapatkan masukan kalori setidaknya
dalam 8 jam sebelumnya) ≥ 7,0 mmol/L (126 mg/dL).
b) Keto asidosis diabetikum
Diabetik Ketoasidosis (DKA) adalah keadaan
dekompensasi kekacauan metabolik yang ditandai dengan
oleh trias DKA yaitu hiperglikemia, asidosis dan ketosis
yang merupakan salah satu komplikasi akut metabolik
diabetes mellitus yang paling serius dan mengancam
nyawa (Masharani, 2010). Keberhasilan penatalaksanaan
DKA membutuhkan koreksi dehidrasi, hiperglikemia,
asidosis dan kelainan elektrolit, identifikasi faktor
presipitasi komorbid dan yang terpenting adalah
pemantauan kondisi pasien terus menerus (Yehia, Epps,
Golden, 2008).
c) HHS
HHS ditandai dengan osmolaritas plasma 340 mOsm/L
atau lebih (kisaran normal adalah 280-300 msOsm/L),
naiknya kadar glukosa darah dengan cepat (lebih dari 600
mg/dl dan sering kali 1000-2000 mf/dl), dan perubahan
tingkat kesadaran yang berat. Faktor pemicu HHS yang
paling umum adalah infeksi. Manifestasi gangguan ini
dapat muncul dari 24 jam hingga 2 minggu. Manifestasi
dimulai dengan hiperglikemia yang menyebabkan haluaran
urine sehingga menyebabkan plasma berkurang dan laju
GFR menurun. Akibatnya glukosa ditahan dan air menjadi
hilang, glukosa dan natrium akan menumpuk di darah dan
meningkatkan osmolaritas serum yang akhirnya
menyebabkan dehidrasi berat, yang mengurangi air
intraseluler di semua jaringan termasuk otak (Soewondo,
Pradana, 2009)
2) Komplikasi Kronik
a) Perubahan pada sistem kardiovaskuler
Makrosirkulasi (pembuluh darah besar) pada
penyandang DM mengalami perubahan akibat
aterosklerosis, trombosit, sel darah merah, dan faktor
pembekuan yang tidak normal serta adanya perubahan
dinding arteri. Faktor risiko lain yang menimbulkan
perkembangan penyakit makrovaskular pada DM adalah
hipertensi, hiperlipidimia, merokok, dan kegemukan.
Perubahan mikrosirkulasi pada penyandang DM
melibatkan kelainan struktur di membran basalis
pembuluh darah kecil dan kapiler. Efek perubahan pada
mikrosirkulasi memengaruhi semua jaringan tubuh tetapi
paling utama dijumpai pada mata dan ginjal (Smeltzer &
Bare, 2008).
b) Penyakit arteri koroner
Penyakit arteri koroner adalah suatu penyakit akibat
terjadinya sumbatan pada arteri koroner. Penyakit arteri
koroner merupakan faktor risiko utama terjadinya infark
miokard pasien DM, khususnya DM tipe 2 yang usia nya
sudah paruh baya hingga lansia. Penyandang DM yang
mengalami infark miokard akan berisiko mengalami gagal
jantung kongestif sebagai komplikasi infark (AHA, 2015).
c) Hipertensi
Hipertensi merupakan komplikasi umum pada DM
yang menyerang sekitar 75% penyandang DM dan
merupakan faktor risiko utama pada penyakit
kardiovaskular dan komplikasi mikrovaskular seperti
retinopati dan nefropati. Hubungannya dengan DM tipe 2
sangatlah kompleks, hipertensi dapat membuat sel tidak
sensitif terhadap insulin (resisten insulin) (Mihardja,
2009). Padahal insulin berperan meningkatkan ambilan
glukosa di banyak sel dan dengan cara ini juga mengatur
metabolisme karbohidrat, sehingga jika terjadi resistensi
insulin oleh sel, maka kadar gula di dalam darah juga
dapat mengalami gangguan (Guyton, 2008).
d) Stroke
Penyandang DM khususnya lansia dengan DM Tipe 2,
dua hingga empat kali lebih sering mengalami stroke
(CDC, 2014). Pasien dengan diabetes mellitus biasanya
akan mengalami viskositas darah atau terjadi kekentalan
pada darah sehingga memicu terjadinya trombosis yang
akhirnya akan menyebabkan terjadinya sumbatan pada
pembuluh darah besar (makrovaskuler) dan pembuluh
darah kecil (mikrovaskuler). Pada pembuluh darah besar
akan menyebabkan aliran darah ke jantung, serebral dan
ekstremitas terganggu. Ketika terjadi gangguan pada
aliran darah ke serebral maka akan terjadi stroke (Price &
Wilson, 2006).
e) Penyakit vaskuler perifer
Kerusakan sirkulasi vaskular perifer oleh karena
aterosklerosis menyebabkan insufisiensi vaskular perifer
dengan klaudikasi (nyeri) intermiten di tungkai bawah dan
ulkus pada kaki. Sumbatan dan trombosis di pembuluh
darah besar, dan arteri kecil dan arteriol, serta perubahan
fungsi neurologis dan infeksi mengakibatkan gangrene
(nekrosis atau kematian jaringan). Gangrene akibat DM
merupakan penyebab terbanyak amputasi non-traumatik
di tungkai bawah. Pada penyandang DM, gangrene
kering paling banyak terjadi, yang dimanifestasikan
dengan jaringan yang dingin, kering, mengerut, dan
berwarna hitam di jari kaki. Gangrene biasanya dimulai
dari ibu jari kaki dan bergerak ke arah proksimal kaki
(Smeltzer & Bare, 2008).
f) Retinopati diabetik
Retinopati diabetik adalah istilah untuk retina yang
terjadi pada penyandang DM. Struktur kapiler retina
mengalami perubahan aliran darah, yang menyebabkan
iskemia retina dan kerusakan sawar retina-darah.
Retinopati diabetik merupakan penyebab terbanyak
kebutaan pada orang yang berusia antara 20 dan 74 tahun
(CDC, 2014).
g) Nefropati diabetik
Nefropati diabetik adalah penyakit ginjal yang ditandai
dengan adanya albumin dalam urine, hipertensi, edema,
dan insufisiensi ginjal progresif. Nefropati terjadi pada
30%-40% penyandang DM tipe 1 dan 15-20% dengan tipe
2 (Aminoff, 2009).
h) Perubahan pada safar perifer adan otonom
Neuropati perifer dan viseral adalah penyakit pada
saraf perifer dan saraf otonom. Pada penyandang DM,
penyakit ini seringkali disebut neuropati diabetik. Etiologi
neuropati diabetik mencakup penebalan dinding
pembuluh darah yang memasok saraf, yang menyebabkan
penurunan nutrien, demielinisasi sel-sel Schwan yang
mengelilingi dan menyekat saraf yang memperlambat
hantaran saraf. Manifestasi yang ditimbulkan tergantung
pada letak lesi (Alport & Sander, 2012).
i) Neuropati viseral
Neuropati viseral atau sering disebut neuropati otonom
menyebabkan berbagai manifestasi bergantung pada area
SSO yang terkena. Neuropati ini dapat mencakup
gangguan berkeringat, fungsi pupil tidak normal,
gangguan kardiovaskular, gangguan gastrointestinal,
gangguan genitourinari (Bril, England, Franklin et al,
2011).
j) Perubahan mood
Penyandang DM baik tipe 1 maupun tipe 2 menjalani
ketegangan kronik hidup dengan perawatan diri kompleks
dan berisiko tinggi mengalami depresi dan distres
emosional spesifik karena DM. Depresi mayor dan gejala
depresi mempengaruhi 20% penyandang DM yang
membuatnya menjadi dua kali lebih sering terjadi di
kalangan penyandang DM dibanding populasi umum
(Brian dkk, 2010).
k) Peningkatan kerentanan terhadap infeksi
Penyandang DM mengalami peningkatan risiko
terjadinya infeksi. Hubungan pasti atara infeksi dan DM
tidak jelas, tetapi banyak gangguan yang terjadi akibat
komplikasi diabetik memicu seseorang mengalami
infeksi. Kerusakan vaskular dan neurologis,
hiperglikemia, dan perubahan fungsi neutrofil dipercaya
menjadi penyebabnya (Matfin & Porth, 2009).
l) Penyakit periodental
Meskipun penyakit periodontal tidak terjadi lebih
sering pada penyandang DM, tetapi dapat memburuk
dengan cepat, khususnya jika DM tidak terkontrol dengan
baik. Dipercayai bahwa penyakit ini disebabkan oleh
mikroangipati, dengan perubahan pada vaskularisasi gusi.
Akibatnya, gingivitis (inflamasi gusi) dan periodontitis
(inflamasi tulang di bawah gusi) terjadi (Longo, Fauci,
Kasper, Hauser, Jameson, Loscalzo, 2011).
2.1.7 Penatalaksanaan medis

Tujuan utama dari manajemen diabetes mellitus yaitu


mencapai level kadar glukosa normal (euglikemia) tanpa
hipoglikemia dan tanpa mengganggu aktivitas pasien. Menurut
Smeltzer dan Bare (2008) penatalaksanaan DM terbagi menjadi lima
manajemen yaitu diet atau manajemen nutrisi, latihan atau exercise,
pemantauan atau monitoring terhadap glukosa dan keton, terapi
farmakologis dan pendidikan atau edukasi.
a) Diet atau manajemen nutrisi
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada diabetes
diarahkan untuk mencapai tujuan yaitu memberikan semua unsur
makanan essensial (misalnya vitamin dan mineral), mencapai dan
mempertahankan berat badan yang sesuai, memenuhi kebutuhan
energi, mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-
cara yang aman dan praktis, menurunkan kadar lemak darah jika
meningkat. Prinsip dalam perencanaan makanan pada pasien DM harus
memperhatikan pertimbangan seperti kebiasaan tiap individu, jumlah
kalori, disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut
dan kegiatan jasmani (Smeltzer & Bare, 2008).
Diet dengan kalori sangat rendah, pada umumnya tidak efektif
untuk mencapai penurunan berat badan jangka lama, dalam hal ini
perlu ditekankan bahwa tujuan diet adalah pengendalian glukosa dan
lipid (Waspadji, 2009). Selanjutnya perubahan disesuaikan dengan
pola makan pasien. Standar yang dianjurkan untuk komposisi makanan
: karbohidrat (KH) 60-70%, protein 10-15%, lemak 20-25% (Sukardji,
2009 dalam Soegondo, Soewondo & Subekti, 2007).
b) Latihan jasmani/olahraga

Latihan jasmani atau olahraga sangat penting dalam


penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat menurunkan kadar
glukosa darah dan mengurangi faktor risiko kardiovaskuler. Latihan
akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan
pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin.
Latihan juga akan mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan
kadar HDL kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta
trigliserida. Manfaat olah raga bagi pasien DM yaitu meningkatkan
kontrol gula darah, menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler (jika
dilakukan minimal 30 menit, 3-5 kali/minggu sampai HR mencapai
220- umur/menit), menurunkan berat badan, menguatkan tulang dan
otot, mengurangi komplikasi dan menimbulkan kegembiraan
(Smeltzer & Bare, 2008).

Sebelum melakukan olah raga, pasien DM yang mengikuti


latihan yang panjang harus memeriksa kadar glukosa darahnya
sebelum, selama dan sesudah periode latihan tersebut. Pasien DM
harus memakan camilan setiap ½-1 jam yang mengandung
karbohidrat jika diperlukan untuk mempertahankan glukosa darah
(Ilyas, 2009). Jenis olah raga yang dianjurkan pada pasien DM yaitu
olahraga yang bersifat rekresional maupun profesional seperti
berjalan kaki, bersepeda, berenang, yoga dan senam kaki (Smeltzer et
al., 2010).

c) Pemantauan terhadap glukosa dan keton


Pemantauan glukosa dan keton oleh penyandang diabetes
mellitus merupakan hal yang penting dilakukan untuk mencegah dari
keadaan hipoglikemia dan hiperglikemia sehingga meminimalkan
komplikasi. Pemantauan yang dilakukan oleh penyandang diabetes
mellitus secara langsung juga bermanfaat untuk mengevaluasi
regimen atau pengobatan yang selama ini diperoleh untuk
menormalkan kadar glukosa dan keton (Smeltzer & Bare, 2008).
d) Terapi farmakologis
Intervensi farmokologis ditambahkan jika sasaran kadar
glukosa darah belum tercapai dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani. Intervensi farmakologis meliputi : Obat Anti Hipoglikemik
Oral (OHO) dan insulin (Lemone, Burke, Bauldoff, 2015). Tujuan
terpai insulin adalah menjaga kadar gula darah normal atau mendekati
normal. Pada diabetes mellitus tipe 2 akan membutuhkan insulin
apabila terapi jenis lain tidak dapat mencapai target pengendalian
kadar glukosa darah dan keadaan stress berat seperti pada infeksi
berat, tindakan pembedahan, infark miokard akut atau stroke
(Soegondo, 2009). Pada diabetes tipe 2, insulin mungkin diperlukan
sebagai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa
darah jika diet dan obat OHO tidak berhasil mengontrolnya (Smeltzer
& Bare, 2010).
e) Edukasi
Edukasi yang diberikan pada pasien DM pada dasarnya adalah
supaya pasien mampu meningkatkan pengetahuan terkait penyakit
yang dideritanya sehingga mampu mengendalikan penyakitnya dan
mengontrol gula darah dalam keadaan mendekati normal dan dapat
mencegah komplikasi. Edukasi yang dapat diberikan pada penderita
diabetes mellitus yaitu pemantauan glukosa mandiri, perawatan kaki,
ketaatan penggunaan obat-obatan, berhenti merokok, meningkatkan
aktifitas fisik, dan mengurangi asupan kalori dan diet tinggi lemak
(Ndraha, 2014).
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
3.1.1 Pengkajian Keperawatan

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS VOKASI
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
Jl. Dharmawangsa Dalam No. 28-30 (Kampus B) Surabaya 60286 Telp 031-
5033869, Fax. 99005114
Website: vokasi.unair.ac.id, email: info@vokasi.unair.ac.id
Email: d3keperawatan@vokasi.unair.ac.id
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama Lengkap & Inisial Pasien : Status perkawinan :
Siti Muhaimin & Ny. S  BK Jd  lain .........
 K  Dd
Panggilan : Pendidikan terakhir Tanggal lahir : Umur : Jenis
: Kelamin :
Siti TS/SD/SMP/SMA/ 7 Januari 66 Tahun L
PT 1954  P
Alamat Tinggal Sekarang (Lengkap): Agama Telpon yang bisa dihubungi:
Sukolilo Islam
Kab/Propinsi Suku Bangsa : Bahasa
harian:
Lamongan Jawa Jawa
Pekerjaan saat ini Alamat kerja Penghasilan/bln Telp. Kantor P. Jawab:
Ibu Rumah Tidak Tn. Setiadji
Tangga berpenghasilan
No. Rekam Medik Diagnosa Medis: Tgl MRS Tanggal Kaji
0000353 25 November 25 November
Diabetes Melitus 2020 pukul 2002 pukul
09.46 WIB 14.30

B. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan : mual
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Klien mengatakan merasa badannya lemas, panas naik turun kurang lebih sudah 5 hari
yang lalu, merasa mual serta nafsu makannya menurun.
D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit Diabetes melitus ini sejak 5 tahun yang lalu
serta Hipertensi sejak 1 tahun yang lalu.
E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit diabetes
melitus.
F. GENOGRAM
Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Penderita DM

: Garis putus-putus (Tinggal dalam 1 rumah)

G. RIWAYAT PSIKOLOGIS
1. Riwayat kognitif
Klien tampak berusaha tenang saat mengetahui kadar glukosa dalam darahnya naik
lagi
2. Riwayat psikologis
a. Gambaran diri :
Klien mengatakan bahwa ia merasa cemas saat mengetahui dirinya harus rawat
inap
Masalah keperawatan :Tidak ada
b. Harga diri :
Klien merasa tidak berdaya untuk beraktivitas karena badannya lemas
Masalah keperawatan : Tidak ada
c. Peran
Klien mengatakan sejak sakit dirinya tidak mampu mengurus rumah
Masalah keperawatan : Tidak ada
d. Ideal diri
Klien berharap bisa segera sembuh dari sakitnya karena ia ingin beraktivitas
normal seperti biasanya
Masalah keperawatan : Tidak ada
e. Identitas diri
Klien mengatakan sebelum sakit biasanya selalu mengurus rumah, mulai dari
bersih-bersih hingga menyiram bunga
Masalah keperawatan : Tidak ada
f. Koping
Klien mengatakan saat mengetahui harus rawat inap lagi merasa khawatir. Untuk
mengurangi rasa khawatir tsb klien ditemani oleh cucu nya yang sudah berusia 15
tahun.
H. RIWAYAT SOSIAL
Klien mengatakan selalu berinteraksi dengan tenaga medis serta orang di sekitarnya saat
dirawat di puskesmas
Masalah keperawatan : Tidak ada
I. RIWAYAT SPIRITUAL
Klien mengatakan selalu berdo’a kepada Tuhan agar penyakitnya segera di angkat serta
diberi kesehatan
Masalah keperawatan : Tidak ada
J. RIWAYAT POLA HIDUP
Klien mengatakan sebelum memiliki diabetes sering makan makanan yang manis serta
tidak mau membatasi makanan yang di makannya
Masalah keperawatan : Tidak ada
K. PENGKAJIAN PER-SISTEM
1. Sistem Pernafasan
a. Wawancara : Klien mengatakan tidak ada keluhan
b. Pemeriksaan fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi) :
Inspeksi :
Bentuk dada simetris, tidak ada lesi, tidak terdapat odem
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan di hidung, tidak ada benjolan di area dada
Perkusi :
Paru (sonor)
Auskultasi :
Tidak terdapat suara nafas tambahan.
c. Pemeriksaan Penunjang : Tidak ada
Masalah keperawatan, sebutkan : Tidak ada
2. Sistem Cardiovascular
a. Wawancara, klien mengatakan tidak ada keluhan
b. Pemeriksaan fisik (IPPA)
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Terdapat batas jantung kanan dan kiri normal
Auskultasi : S1 S2 tunggal
c. Pemeriksaan penunjang : Tidak ada
Masalah keperawatan, sebutkan :Tidak ada
3. Sistem Persyarafan
a. Wawancara : Klien mengatakan tidak ada keluhan. Kesadaran klien
composmentis
b. Pemeriksaan fisik
Fungsi cerebral : Normal, mampu mengontrol pergerakan sisi kiri dan kanan
tubuh
Fungsi cranial : Normal
No Nervus Hasil pemeriksaan
1. Olfaktorius Baik, tidak ada gangguan penciuman
2. Optikus Baik, tidak ada gangguan penglihatan
3. Oculomotorius Pergerakan bola mata tidak terganggu
4. Trochlearis Pergerakan bola mata tidak terganggu
5. Abdusen Pergerakan mata tidak terganggu
6 Trigeminus Reaksi sentuhan baik, pergerakan rahang
tidak terganggu
7. Facialis Tidak ada gangguan pengecapan, mampu
mengekspresikan rasa manis,asam, pahit,
asin dengan baik
8. Vestibulotrochlearis Mampu menjaga keseimbangan dengan
baik, tidak ada gangguan pendengaran
9. Glassofaringeus Tidak ada gangguan pengecapan
10. Vagus Tidak ada gangguan
11. Assesorius Tidak ada gangguan pada pergerakan
12 Hipoglasus kepala
Tidak ada gangguan pada pergerakan
lidah

Fungsi motorik : Normal mampu mengontrol otot kepala dan leher

Fungsi sensorik : Normal, mampu mengontrol penciuman, penglihatan serta


pendengaran

Fungsi cerebellum : Normal, mampu mengatur kerja sama antar otot,


mengendalikan keseimbangan serta menjaga postur tubuh

Refleks : Normal

Iritasi meningen : Normal

c. Pemeriksaan penunjang : Tidak ada

Masalah keperawatan, sebutkan : Tidak ada


4. Sistem Pencernaan
a. Wawancara : Klien mengatakan nafsu makannya menurun, mual muntah
b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi : Klien terlihat kurus

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan abdomen

Perkusi : Abdomen tymphani

Auskultasi : Bising usus 12 kali/menit

c. Pemeriksaan penunjang : Tidak ada

Masalah keperawatan, sebutkan:Defisit Nutrisi b.d anoreksia (SDKI D. 0019 Hal 56)
5. Sistem Perkemihan
a. Wawancara
Klien mengatakan tidak ada keluhan

b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi : Abdomen simetris, tidak ada lesi

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah kandung kemih

Perkusi : Thympani (Vesikula urinaria)

c. Pemeriksaan penunjang : Tidak ada

Masalah keperawatan, sebutkan : Tidak ada


6. Sistem Muskuloskeletal

a. Wawancara : Klien mengatakan tidak ada keluhan

b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi : Otot terlihat sama, tidak ada pembesaran, tidak tremor
Palpasi : Akral hangat, tidak terdapat nyeri tekan

Perkusi : -

c. Pemeriksaan penunjang : Tidak ada

Masalah keperawatan, sebutkan : Tidak ada


7. Sistem Integumen
a. Wawancara : Klien mengatakan badannya panas

b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi : Kulit klien tampak pucat
Palpasi : Akral teraba hangat
c. Pemeriksaan penunjang : Tidak ada

Masalah keperawatan: Hipertermia b.d proses penyakit (SDKI D.0130 Hal 284)
8. Sistem Indera

a. Wawancara, klien mengatakan tidak ada keluhan

b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi :
Mata : Simetris, pupil isokor, konjungtiva tampak merah muda. Sklera
putih,
Hidung : Simetris, tidak ada luka, tidak ada peradangan, tidak ada nyeri
tekan, penciuman masih baik

Lidah : Terasa pahit saat makan

Telinga : Simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, serta pendengaran
masih cukup baik

Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada hidung dan tidak ada benjolan,
Perkusi : -
c. Pemeriksaan penunjang : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada
9. Sistem Endokrin
a. Wawancara, klien mengatakan tidak ada keluhan

b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi : tidak ada pembesaran vena jugularis, bentuk leher simetris, tidak ada
kelainan warna kulit, tidak ada tremor, bentuk dada simetris

Palpasi : kelenjar thyroid tidak teraba

Perkusi : -

Auskultasi : -

c. Pemeriksaan penunjang : tidak ada

Masalah keperawatan : Ketidakstabilan kadar glukosa darah (SDKI D.0027 Hal 71)

10. Sistem Imun


Sistem imun pasien diabetes melitus rendah disebabkan oleh sitokin dalam tubuh
yang semakin meningkat. Sitokin sendiri adalah protein yang dilepaskan oleh sel
tubuh sebagai respon terhadap infeksi. Resisten insulin atau penggunaan insulin yang
tidak efektif bagi tubuh menjadi penyebab daya tahan tubuh rendah
11. Sistem Hematologi
Pasien tidak memiliki riwayat anemia, hemofilia ataupun leukimia
12. Sistem Reproduksi
Tidak ada kelainan pada genetalia serta tidak terpasang kateter
3.1.2 Diagnosis Keperawatan

No DATA GAYUT ETIOLOGI MASALAH


1. Subyektif : Penggunaan obat Ketidakstabilan
Klien mengatakan badannya glikemik oral kadar glukosa
terasa lemas darah (SDKI
Obyektif : D.0027 Hal 71)
1) GDA : 126 ml/dl
2) Klien tampak
mengantuk
3) Klien tampak pusing
2. Subyektif : Anoreksia Defisit Nutrisi
Klien mengatakan nafsu (SDKI D. 0019
makan nya menurun Hal 56)
Obyektif :
1) Klien tampak mual jika
melihat makanan
2) Klien tampak kurus
3.1.3 Intervensi Keperawatan
No RENCANA PAR
TUJUAN & KH RASIONAL
Dx KEPERAWATAN AF
1. Setelah dilakukan (SIKI I.12361 Hal 26)
intervensi selama Observasi :
3x24 jam diharapkan 1) Identifikasi a) Untuk mengetahui
Ketidakstabilan kepatuhan seberapa patuh
kadar glukosa darah menjalani program pasien dalam
menurun dengan pengobatan menjalani
kriteria hasil sebagai pengobatan
berikut ; Terapeutik :
1) Pusing 1) Libatkan keluarga b) Untuk mendukung
menurun untuk mendukung pasien dalam
2) Lemas program pengobatan menjalani
menurun yang dijalani pengobatan serta
meminimalkan
(SLKI L.05022 Hal ketidakpatuhan
43) Edukasi : pasien
1) Informasikan c) Untuk memberikan
program pengobatan informasi tentang
yang harus dijalani pengobatan yang
harus dijalani

2) Informasikan d) Untuk memberikan


manfaat yang akan informasi akan
diperoleh jika manfaat yang
teratur menjalani diperoleh jika
program pengobatan pengobatan
tersebut dilakukan
secara rutin
2. Setelah dilakukan (SIKI I.03119
intervensi selama Hal 200)
3x24 jam diharapkan
Observasi :
Defisit Nutrisi
menurun dengan 1) Identifikasi a) Untuk
kriteria hasil sebagai makanan yang meningkatkan
berikut ; disukai nafsu makan
1) Nafsu makan Terapeutik :
meningkat 2) Sajikan b) Untuk menambah
2) Rasa mual makanan secara nafsu makan jika
berkurang menarik dan tampilan makanan
suhu yang tsb terlihat
(SLKI L.03030 Hal sesuai menarik
121) 3) Berikan c) Untuk membantu
suplemen menambah nafsu
makanan makan
Edukasi :
4) Anjurkan d) Untuk menjaga
makan sedikit- asupan makanan
sedikit tapi yang dibutuhkan
sering oleh tubuh
2.1.4 Implementasi Keperawatan

No TANG JAM IMPLEMENTASI RESPON PASIEN PAR


Dx GAL AF
1. 25 Nov 10.00 1) Mengidentifikasi 1) Klien
kepatuhan menjalani mengatakan satu
program pengobatan minggu terakhir
ini tidak patuh
dalam minum
obat
2) Melibatkan keluarga 2) Keluarga
untuk mendukung menolak untuk
program pengobatan dilibatkan
yang dijalani
3) Menginformasikan 3) Klien belum
program pengobatan mengerti akan
yang harus dijalani informasi yang
diberikan
4) Menginformasikan 4) Klien tampak
manfaat yang akan mengerti akan
diperoleh jika teratur infomasi yang
menjalani program diberikan
pengobatan
26 Nov 1) Mengidentifikasi 1) Klien mulai
kepatuhan menjalani patuh minum
program pengobatan obat setelah
menerima
infomasi akan
manfaat
kepatuhan
minum obat
2) Melibatkan keluarga 2) Keluarga
untuk mendukung bersedia untuk
program pengobatan dilibatkan dalam
yang dijalani jadwal klien
minum obat
3) Menginformasikan 3) Klien
program pengobatan mengatakan
yang harus dijalan sudah paham
akan infomasi
yang
disampaikan
4) Menginformasikan 4) Klien tampak
manfaat yang akan bersemangat
diperoleh jika teratur setelah
menjalani program mendengar
pengobatan manfaat yang di
peroleh dari
kepatuhan
minum obat
27 Nov 1) Mengidentifikasi 1) Klien sudah
kepatuhan menjalani patuh untuk
program pengobatan minum obat

2) Melibatkan keluarga 2) Keluarga tampak


untuk mendukung antusias saat
program pengobatan dilibatkan dalam
yang dijalani jadwal minum
obat
3) Menginformasikan 3) Klien tampak
manfaat yang akan semakin antusias
diperoleh jika teratur karena
menjalani program memperoleh
pengobatan dukungan dari
keluarga
2. 25 Nov 09.00 1) Mengidentifikasi 1) Klien
makanan yang disukai mengatakan saat
ini ingin makan
makanan yang
berkuah

2) Menyajikan makanan 2) Klien


secara menarik dan suhu mengatakan ingin
yang sesuai makan jika
melihat makanan
dengan sajian
yang menarik

3) Klien tidak
3) Memberikan suplemen mengikuti
makanan anjuran
meminum
suplemen tsb

4) Klien masih
4) Menganjurkan makan malas untuk
sedikit-sedikit tapi sering makan
26 Nov 1) Menyajikan makanan 1) Klien nafsu
secara menarik dan suhu makannya mulai
yang sesuai meningkat
karena sajian
makanannya
terlihat menarik

2) Klien mulai
mengikuti
2) Memberikan suplemen anjuran untuk
makanan meminum
suplemen

3) Klien sudah
mulai mengikuti
anjuran untuk
3) Menganjurkan makan makan sedikit-
sedikit-sedikit tapi sering sedikit tapi
sering
27 Nov 1) Menyajikan makanan 1) Klien mengatakan
secara menarik dan suhu nafsu makannya
yang sesuai sudah kembali

2) Klien mengatakan
sejak minum
2) Memberikan suplemen suplemen tsb nafsu
makanan makannya
meningkat

3) Klien mulai
terbiasa makan
sedikit-sedikit tapi
3) Mengajurkan makan sering karena
sedikit-sedikit tapi sering nafsu makannya
sudah kembali

2.1.5 Evaluasi Keperawatan

No JAM
TANGGAL EVALUASI (SOAP) PARAF
Dx (WIB)
1. 25 Nov S:
Klien mengatakan badannya terasa
lemas
O:
1) GDA : 126 mg/dl
2) Klien tampak mengantuk
3) Klien tampak pusing
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1) Mengidentifikasi kepatuhan
menjalani program pengobatan
2) Melibatkan keluarga untuk
mendukung program pengobatan
yang dijalani
3) Menginformasikan program
pengobatan yang harus dijalani
4) Menginformasikan manfaat yang
akan diperoleh jika teratur
menjalani program pengobatan
26 Nov S:
Klien mengatakan badannya sudah tidak
terlalu lemas
O:
1) GDA :128 mg/dl
2) Klien sudah tidak merasa
mengantuk
3) Klien merasa pusingnya sudah
sedikit berkurang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1) Mengidentifikasi kepatuhan
menjalani program pengobatan
2) Melibatkan keluarga untuk
mendukung program pengobatan
yang dijalani
3) Menginformasikan manfaat yang
akan diperoleh jika teratur menjalani
program pengobatan

27 Nov S:
Klien mengatakan badannya sudah tidak
terasa lemas
O:
1) GDA : 127 mg/dl
2) Klien sudah tidak merasa pusing
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
3. 25 Nov S:
Klien mengatakan nafsu makan nya
menurun
O:
1) Klien tampak mual
2) Klien tampak kurus
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1) Identifikasi makanan yang
disukai
2) Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
3) Berikan suplemen makanan
4) Anjurkan makan sedikit-sedikit
tapi sering

26 Nov S:
Klien mengatakan nafsu makannya
sudah mulai meningkat
O:
Klien tampak sudah tidak mual
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1) Berikan suplemen makanan
2) Anjurkan makan sedikit-sedikit
tapi sering
27 Nov S:
Klien mengatakan nafsu makannya
sudah kembali normal
O:
Klien tampak sudah tidak mual
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai