LEGIANTI
PO7120421019
1. DEFENISI
Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan
multisistem dan mempunyai karakteristik hiperglikemia yang disebabkan defisiensi
insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat (Smeltzer dan Bare, 2002). Diabetes melitus
adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena
adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif
yang dilatar belakangi oleh retensi insulin (Suyono, 2009).
Diabetes melitus tipe ini dikenal sebagai diabetes yang tergantung insulin. Tipe
ini berkembang jika tubuh tidak mampu memproduksi insulin. Jenis ini biasanya
muncul sebelum usia 40 tahun. Menurut Smeltzer dan Bare (2002) diabetes melitus
tipe ini disebabkan oleh faktor genetik dimana penderita diabetes tidak mewarisi
diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan
genetik kearah terjadinya diabetes melitus tipe I.
Diabetes melitus yang tidak tergantung insulin dan terjadi akibat penurunan
sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin). Disebabkan karena turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan
untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel tidak mampu mengimbangi
resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan
glukosa. Namun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin
lain, berarti sel pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa. (Mansjoer,
2001).Data menunjukkan bahwa sebagian besar pasien DM menjalani perawatan di
rumah sakit dan sekitar 25 % akan menjalani pembedahan atau perioperatif.
Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi
keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien . Kata
perioperatif adalah gabungan dari tiga fase pengalaman pembedahan yaitu : pre
operatif, intra operatif dan post operatif. Seiring dengan meningkatnya pasien DM
yang membutuhkan operasi dan peningkatan faktor risiko untuk terjadinya
komplikasi maka diperlukan penanganan dan manajemen glukosa darah dalam ketiga
fase perioeratif (Medscape, 2014).
2. ETIOLOGI
Menurut Brunner & Suddarth (2013) pembedahan dilakukan untuk berbagai
alasan seperti :
a. Diagnostik, seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi
b. Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat apendiks yang
inflamasi
c. Reparatif, seperti memperbaiki luka yang multipek
d. Rekonstruktif atau Kosmetik, seperti perbaikan wajah
e. Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah, contoh
ketika selang gastrostomi dipasang untuk mengkompensasi terhadap kemampuan
untuk menelan makanan
Kondisi diabetes yang sering menimbulkan komorbiditas yang kompleks
kemungkinan meningkatkan kebutuhan prosedur pembedahan yang bermacam-macam
seperti amputasi, masalah jantung, ginjal dan pembedahan mata.
Kerusakan pancreas
menghasikan banyak insulin
1. PENGKAJIAN
a. Pengkajian fase Pre Operatif
1) Pengkajian Psikologis : meliputi perasaan takut / cemas dan keadaan emosi pasien
2) Pengkajian Fisik : pengkajian tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, pernafasan
dan suhu.
3) Sistem integument : apakah pasien pucat, sianosis dan adakah penyakit kulit di
area badan.
4) Sistem Kardiovaskuler : apakah ada gangguan pada sisitem cardio, validasi
apakah pasien menderita penyakit jantung ?, kebiasaan minum obat jantung
sebelum operasi., Kebiasaan merokok, minum alcohol, Oedema, Irama dan
frekuensi jantung.
5) Sistem pernafasan : Apakah pasien bernafas teratur dan batuk secara tiba-tiba di
kamar operasi.
6) Sistem gastrointestinal : apakah pasien diare ?
7) Sistem reproduksi : apakah pasien wanita mengalami menstruasi ?
8) Sistem saraf : bagaimana kesadaran ?
9) Validasi persiapan fisik pasien : apakah pasien puasa, lavement, kapter, perhiasan,
Make up, Scheren, pakaian pasien / perlengkapan operasi dan validasi apakah
pasien alaergi terhadap obat ?
b. Pengkajian fase Intra Operatif
Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi anaesthesi
total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi anaesthesi
lokal ditambah dengan pengkajian psikososial. Secara garis besar yang perlu dikaji
adalah :
1) Pengkajian mental : Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar
atau terjaga maka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang sedang
dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar pasien tidak cemas/takut
menghadapi prosedur tersebut.
2) Pengkajian fisik : Tanda-tanda vital (bila terjadi ketidaknormalan maka perawat
harus memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah).
3) Transfusi dan infuse : Monitor flabot sudah habis apa belum.
4) Pengeluaran urin : Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg
BB/jam.
c. Pengkajian fase Post Operatif
1) Status respirasi : Meliputi : kebersihan jalan nafas, kedalaman pernafasaan,
kecepatan dan sifat pernafasan dan bunyi nafas.
2) Status sirkulatori : Meliputi : nadi, tekanan darah, suhu dan warna kulit.
3) Status neurologis : Meliputi tingkat kesadaran.
4) Balutan Meliputi : keadaan drain dan terdapat pipa yang harus disambung dengan
sistem drainage.
5) Kenyamanan Meliputi : terdapat nyeri, mual dan muntah
6) Keselamatan Meliputi : diperlukan penghalang samping tempat tidur, kabel
panggil yang mudah dijangkau dan alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.
7) Perawatan Meliputi : cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.
Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat penampung, sifat
dan jumlah drainage.
8) Nyeri Meliputi : waktu, tempat, frekuensi, kualitas dan faktor yang memperberat /
memperingan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
b. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan Intervensi
1 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan asuhan Reduksi Ansietas
keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan Observasi
dengan kekhawatiran
tingkat ansietas menurun dengan keriteria 1. Identifikasi saat tingakat ansietas
mengalami kegagalan hasil : berubah ( mis.kondisi, waktu,
1. Verbalisasi kebingungan meneurun stressor)
2. Verbilisasi khawatiran akibat 2. Identifikasi kemampauan
kondisi yang dihadapi menurun mengambil keputusan
3. Perilaku gelsah menurun 3. Monitor tanda- tanda ansietas
4. Keluhan pusing menurun ( verbal dan nonverbal )
5. Frekuensi nadi menurun Terapeutik
6. Tekanan darah menurun 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
7. Konsentrasi membaik memenuhi kepercayaan
8. Kontak mata membaik 2. Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan , jika memungkinkan
3. Dengarkan dengan penuh perhatian
4. Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
5. Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
yang mungkin dialami
2. Informasikan secara factual
mengenai diaknosis, pengobatan,
dan prognosis
3. Anjurak keluarga untuk tetep
bersama pasien, jika perlu
4. Latih kegiatan penglihatan untuk
mengurangi kegetegagan
5. Latih teknik relaksasi
Kalaborasi
1. Kalaborasi pemberian obat ansietas,
jika perlu
2 Risiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan asuhan Pencegahan Infeksi
keperawatan 1x24 jam, diharapkan tingkat Observasi
dengan efek prosedur
infeksi menurun dengan kerteria hasil : 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
invasive 1. Kemerhan menurun local dan sistemik
2. Nyeri menurun Terapeutik
3. Bengkak menurun 1. Batasi jumlah pengunjung
4. Kultur area luka membaik 2. Berikan perawatan kulit pada area
5. Kebersihan badan meningkat bedema
6. Periode mengigil menurun 3. Cuci tagan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik aseptic pada
pasien berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
3. ajarak cara meeriksa kondisi luka
atau luka operasi
Kalaborasi
1. kalaborasi pemberian imuniasasi,
jika perlu
3 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen nyeri
keperwatan 1x24 jam, diharapkan tingkat Observasi
dengan agen pencedera fisik
nyeri menurun dengan kriteria hasil : 1. identifikasi lokasi, karakteristik,
(prosedur operasi) 1. keluhan nyeri menurun durasi, frekuensi kualitas, intensitas
2. meringis menurun nyeri
3. gelisah menurun 2. identifikasi skala nyeri
4. persaan takut mengalami cedera 3. identifikasi respon nyeri non verbal
berulang 4. identifikasi factor yang
5. tekanan darah membaik memperberat dan memperingan
6. pola tidur membaik nyeri
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
2. Kontol lingkungan yang
memperberat raa nyeri ( mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan
3. Fasilitasi istrhat dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab periode dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredkan nyeri
3. Anjurakn monitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kalaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
4. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membantu
klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik sehingga
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Adapun implementasi yang diberikan
disesuaikan dengan intervensi keperawatan klien terkait. Proses pelaksanaan implementasi harus
berpusat kepada kebutuhan klien dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan. (Kozier et al, 2014)
5. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini
adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan
dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan
tercapai:
1. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan di
tujuan.
2. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam
pernyataan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Edward M, Maged S, Mikhail, Michael J. 2014. Clinical Anestesiology 803-807. aLange medical
book.
Kozier et al. 2014. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik Ed 7 Vol
1. Jakarta : EGC.
http://emedecine.medscape.com/article/284451-overview#a1
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Defenisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defenisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Defenisi dan Tindaka
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Suyono. 2015. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
World Health Organization. 2016. Global report in diabetes. World Health Organization.
(online) (https://www.who.int/iris/handle/10665/204871) diakses pada tanggal 24 Februari 2019.