Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELLITUS TIPE II

LEGIANTI
PO7120421019

PRECEPTOR RUANGAN PRECEPTOR INSTITUSI

POLTEKKES KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
2021
A. KONSEP TEORI

1. DEFENISI
Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan
multisistem dan mempunyai karakteristik hiperglikemia yang disebabkan defisiensi
insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat (Smeltzer dan Bare, 2002). Diabetes melitus
adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena
adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif
yang dilatar belakangi oleh retensi insulin (Suyono, 2009).

a. Diabetes Mellitus Tipe I Diabetes melitus tergantung insulin (IDDM)

Diabetes melitus tipe ini dikenal sebagai diabetes yang tergantung insulin. Tipe
ini berkembang jika tubuh tidak mampu memproduksi insulin. Jenis ini biasanya
muncul sebelum usia 40 tahun. Menurut Smeltzer dan Bare (2002) diabetes melitus
tipe ini disebabkan oleh faktor genetik dimana penderita diabetes tidak mewarisi
diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan
genetik kearah terjadinya diabetes melitus tipe I.

b. Diabetes Mellitus Tipe II Diabetes melitus tidak tergantung insulin (NIDDM)

Diabetes melitus yang tidak tergantung insulin dan terjadi akibat penurunan
sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin). Disebabkan karena turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan
untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel tidak mampu mengimbangi
resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan
glukosa. Namun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin
lain, berarti sel pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa. (Mansjoer,
2001).Data menunjukkan bahwa sebagian besar pasien DM menjalani perawatan di
rumah sakit dan sekitar 25 % akan menjalani pembedahan atau perioperatif.
Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi
keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien . Kata
perioperatif adalah gabungan dari tiga fase pengalaman pembedahan yaitu : pre
operatif, intra operatif dan post operatif. Seiring dengan meningkatnya pasien DM
yang membutuhkan operasi dan peningkatan faktor risiko untuk terjadinya
komplikasi maka diperlukan penanganan dan manajemen glukosa darah dalam ketiga
fase perioeratif (Medscape, 2014).

2. ETIOLOGI
Menurut Brunner & Suddarth (2013) pembedahan dilakukan untuk berbagai
alasan seperti :
a. Diagnostik, seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi
b. Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat apendiks yang
inflamasi
c. Reparatif, seperti memperbaiki luka yang multipek
d. Rekonstruktif atau Kosmetik, seperti perbaikan wajah
e. Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah, contoh
ketika selang gastrostomi dipasang untuk mengkompensasi terhadap kemampuan
untuk menelan makanan
Kondisi diabetes yang sering menimbulkan komorbiditas yang kompleks
kemungkinan meningkatkan kebutuhan prosedur pembedahan yang bermacam-macam
seperti amputasi, masalah jantung, ginjal dan pembedahan mata.

3. PATAFISIOLOGI (Tahap Perioperatif)


a. Fase Pre operatif
Fase pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang
dimulai ketika  pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika
pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan.
Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat
mencakup penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun rumah,
wawancara pre operatif dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang diberikan pada
saat pembedahan. Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang
meliputi persiapan psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi
(khusus pasien).
1) Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak stabil.
Hal ini dapat disebabkan karena takut akan perasaan sakit, narcosa atau hasilnya
dan keeadaan sosial ekonomi dari keluarga. Maka hal ini dapat diatasi dengan
memberikan penyuluhan untuk mengurangi kecemasan pasien. Meliputi penjelasan
tentang peristiwa operasi, pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan), alat
khusus yang diperlukan, pengiriman ke ruang bedah, ruang pemulihan,
kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah operasi, bernafas dalam dan latihan
batuk, latihan kaki, mobilitas dan membantu kenyamanan.
2) Persiapan Fisiologi
Pada saat hari operasi pasien seharusnya menghentikan obat antidiabetik oral.
Sulfonilurea berpotensi menyebakan hipoglikemia. Selain itu sulfonilurea dikatakan
mempunyai hubungan dengan kejadian iskemia miokard dan mungkin dapat
meningkatkan resiko iskemia mikardial dan infark pada saat operasi. Pasien yang
menggunakan metformin seharusnya dihentikan terlebih dahulu karena dapat
meningkatkan resiko kejadian asidosis laktat. Untuk pasien yang mendapat
pengobatan dengan metformin, dapat digantikan insulin short acting secara
subcutaneous, dosis disesuaikan dengan sliding scale atau secara infuse kontinyu.
Pada pasien yang memiliki ketergantungan pada insulin dianjurkan untuk
mengurangi dosis insulin waktu tidur malam sebelum waktu operasi untuk
mencegah terjadinya hipoglikemia. Pemeriksaan glukosa darah preoperasi
dilakukan setiap 4 jam pada DM tipe 1 dan setiap 8 jam pada DM tipe 2. Target
glukosa darah yang diharapkan untuk pasien kritis adalah 80 – 110mg/ dL,
sedangkan untuk pasien dengan operasi lainnya, target kadar glukosa darah adalah
90 – 140 mg/ dL (Edward, 2014).
b. Fase Intra operatif
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindahkan ke instalasi
bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup
aktivitas keperawatan mencakup pemasangan IV cath, pemberian medikasi intaravena,
melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur
pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Contoh : memberikan dukungan
psikologis selama induksi anestesi, bertindak sebagai perawat scrub, atau membantu
mengatur posisi pasien di atas meja operasi dengan menggunakan prinsip - prinsip
dasar kesimetrisan tubuh.
Prinsip tindakan keperawatan selama pelaksanaan operasi yaitu pengaturan
posisi karena posisi yang diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien
dan keadaan psikologis pasien. Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam
pengaturan posisi pasien adalah :
1) Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
2) Umur dan ukuran tubuh pasien.
3) Tipe anaesthesia yang digunakan.
4) Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).
  Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien : Atur posisi pasien dalam
posisi yang nyaman dan sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan
dibedah dan kakinya ditutup dengan duk. Anggota tim asuhan pasien intra operatif
biasanya di bagi dalam dua bagian. Berdasarkan kategori kecil terdiri dari anggota
steril dan tidak steril :
1) Anggota steril, terdiri dari : ahli bedah utama / operator, asisten ahli bedah, Scrub
Nurse / Perawat Instrumen
2) Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari : ahli atau pelaksana anaesthesi, perawat
sirkulasi dan anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang
rumit).
Dalam pembedahan pasien diabetes terdapat hal-hal tambahan yang perlu
diperhatikan seperti menyiapkan akses intravena untuk infus dextrose 5% sehingga
terpisah dari jalur pemberian cairan lain, memeriksa gula darah setiap 2 jam dimulai
setelah pemberian insulin, setiap 1 jam intra operasi dan 2-4 jam setelah operasi, bila
pasien mulai hipoglikemia, gula darah < 100mg/dL berikan suplemen dextrose.

Sebaliknya bila terjadi intraoperatif hiperglikemia (>150-180mg/dL) dapat di


berikan insulin intravena dengan dosis menggunakan sliding scale. 1 unit insulin dapat
menurunkan gula darah sebesar 20-30mg/dL.
c. Fase Post operatif
Fase Post operatif merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre operatif dan
intra  operatif yang dimulai ketika klien diterima di ruang pemulihan (recovery room)/
pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di
rumah.
Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup rentang aktivitas yang
luas selama periode ini. Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen anestesi dan
memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian
berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan,
perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk penyembuhan dan rehabilitasi
serta pemulangan ke rumah.
Fase post operatif meliputi beberapa tahapan, diantaranya adalah :
1) Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi
(recovery room)
Pemindahan ini memerlukan pertimbangan khusus diantaranya adalah letak
insisi bedah, perubahan vaskuler dan pemajanan. Pasien diposisikan
sehingga ia tidak berbaring pada posisi yang menyumbat drain dan selang
drainase. Selama perjalanan transportasi dari kamar operasi ke ruang
pemulihan pasien diselimuti, jaga keamanan dan kenyamanan pasien dengan
diberikan pengikatan diatas lutut dan siku serta side rail harus dipasang
untuk mencegah terjadi resiko injury. Proses transportasi ini merupakan
tanggung jawab perawat sirkuler dan perawat anastesi dengan koordinasi
dari dokter anastesi yang bertanggung jawab.
2) Perawatan post operatif di ruang pemulihan atau unit perawatan pasca
pembedahan
Ketika pasien siap untuk melanjutkan asupan makanan padat, transisi ke
regimen insulin basal / bolus subkutan perlu dilakukan. Beberapa pasien
pasca operasi mungkin memerlukan nutrisi enteral atau parenteral. Sangat
penting untuk memantau kadar glukosa darah bahkan pada pasien yang
sebelumnya normoglikemik karena asupan enteral / parenteral dapat
menyebabkan hiperglikemia. Untuk makanan enteral, dianjurkan untuk
diberikan regimen insulin basal dan menggunakan sliding scale. Untuk
pemberian asupan parenteral, insulin harus ditambahkan ke nutrisi
parenteral total dan insulin korektif tambahan yang diberikan sesuai
kebutuhan. Jika pemberian makanan tiba-tiba dihentikan pemberian infus
yang mengandung dextrose untuk menghindari kemungkinan risiko
hipoglikemia perlu dilakukan.
4. PATHW

Glukotoksisitas, Lipostoksisitas, Obesitas, diet tinggi lrmak dan rendah


Penumpukan amyloid, efek karbohidrat, kurang gerak badan,
inrektin, umur > 40 tqhun dan faktor keturunan (herediter), stress

Penurunan fungsi sel β pankreas Kadar lemak tinggi

Insulin dapat bekerja maksimal


Produksi insulin turun membantu tubuh menyerap glukosa

Kerusakan pancreas
menghasikan banyak insulin

Diabetes Mellitus Tipe II Resistensi insulin

Reseptor insulin tidak Insulin menurun Sel tubuh kekurangan glukosa


berikatan dengan insulin
Glukosa tidak dapat masuk ke sel Tubuh produksi sortisol
Glukosa tidak dapat
masuk ke sel Proses penyembuhan luka Sortisol tidak diserap tubuh
terhambat
Kadar gula darah
Berat badan menururn,
meningkat
Luka tidak mendapat Luka lama sembuh tubuh makin kurus, mudah
suplai O2 dari darah lelah dan letih
Hiperglikemia
Resiko Infeksi
Intoleransi Aktivitas
Kerusakan &
Resiko Kematian jaringan Nyeri Akut
Ketidakstabilan
Kadar Glukosa
Darah Gangguan Integritas
Kulit/Jaringan
5. PENATALAKSANAAN
1) Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pasien DM pembedahan :
a) Operasi kecil
Penggunaan obat antidiabetik oral dan insulin dapat diteruskan bila kadar glukosa
sudah terkendali dengan baik. Pasien – pasien ini tidak memerlukan persiapan
khusus seperti puasa dan sesudah tindakan dapat makan seperti biasa.
b) Operasi sedang
Operasi sedang yang elektif merupakan kasus yang paling sering ditemukan oleh
para spesialis penyakit dalam saat persiapan preoperasi seperti operasi laparotomi,
bedah tumor, bedah tulang, dan bedah saraf. Perisapannya sama dengan operasi
besar, yang pada dasarnya harus dilakukan sebaik mungkin sebelum menjalani
operasi. Operasi yang lama dapat berpengaruh pada peningkatan glukosa darah.
Bila terjadi peningkatan glukosa selama operasi dapat diberikan insulin.
c) Operasi berat
Bagi pasien yang akan memnjalani operasi besar yang memerlukan anestesi
umum dan dipuasakan, dibutuhkan infuse insulin dan glukosa serta pemantauan
glukosa setiap jam. Bagi pasien yang akan menjalani operasi elektif, pemberian
insulin umumnya dimulai apabila ditemukan kadar gula darah lebih dari 40mg/
dL. Selain itu, pasien DM diruang intensif yang akan menjalani operasi, insulin
dapat mulai diberikan bila kadar glukosa darah lebih dari 110 mg/ dL. Target
glukosa darah yang diharapkan untuk pasien kritis adalah 80 – 110mg/ dL,
sedangkan untuk pasien dengan operasi lainnya, target kadar glukosa darah adalah
90 – 140mg/ dL (PAPDI, 2013)
2) Terapi Farmakologis
a) Biguanid
Golongan biguanid yang sering digunakan adalah metformin. Konsentrasi
metformin dalam usus dan hati meningkat tidak di metabolism tetapi secara cepat
dikeluarkan melalui ginjal. Waktu paruh metformin cepat sehingga diberikan dua
kali sampai tiga kali sehari. Metformin berpengaruh pada kerja insulin tingkat
seluler, distal reseptor insulin dan menurunkan produksi glukosa hati. Metformin
meningkatkan pemakaian glukoda oleh sel usus sehingga menurunkan glukosa
darah dan juga diduga menghambat absorbsi glukosa diusus sesudah asupan
makan.
b) Glitazone
Merupakan agonis peroxisome proliferatore-activated reseptor gamma yang
selektif dan poten. Reseptor ini terdapat dijaringan target kerja insulin seperti
jaringan adipose, otot skelet dan hati. Glitazon tidak menstimulasi produksi
insulin oleh sel β pancreas.
c) Sulfonylurea
Golongan ini bekerja dengan merangsang sel beta pancreas untuk melepaskan
insulin yang tersimpan, sehingga hanya bermanfaat pada pasien yang mampu
mensekresi insulin.. efek hipoglikeminya dengan merangsang chanel K yang
tergantung pada ATP dari sel beta pancreas.
d) Glinid
Mekanisme kerja obat ini melalui reseptor SUR dan mempunyai struktur yang
mirip dengan sulfonylurea bedanya masa kerjanya lebih pendek ( Suyono, 2015).
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan glukosa darah.
2. Pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi pembedahan
3. Foto rontgen, ECG, USG dan lain-lain.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Pengkajian fase Pre Operatif
1) Pengkajian Psikologis : meliputi perasaan takut / cemas dan keadaan emosi pasien
2) Pengkajian Fisik : pengkajian tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, pernafasan
dan suhu.
3) Sistem integument : apakah pasien pucat, sianosis dan adakah penyakit kulit di
area badan.
4) Sistem Kardiovaskuler : apakah ada gangguan pada sisitem cardio, validasi
apakah pasien menderita penyakit jantung ?, kebiasaan minum obat jantung
sebelum operasi., Kebiasaan merokok, minum alcohol, Oedema, Irama dan
frekuensi jantung.
5) Sistem pernafasan : Apakah pasien bernafas teratur dan batuk secara tiba-tiba di
kamar operasi.
6) Sistem gastrointestinal : apakah pasien diare ?
7) Sistem reproduksi : apakah pasien wanita mengalami menstruasi ?
8) Sistem saraf : bagaimana kesadaran ?
9) Validasi persiapan fisik pasien : apakah pasien puasa, lavement, kapter, perhiasan,
Make up, Scheren, pakaian pasien / perlengkapan operasi dan validasi apakah
pasien alaergi terhadap obat ?
b. Pengkajian fase Intra Operatif
Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi anaesthesi
total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi anaesthesi
lokal ditambah dengan pengkajian psikososial. Secara garis besar yang perlu dikaji
adalah :
1) Pengkajian mental : Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar
atau terjaga maka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang sedang
dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar pasien tidak cemas/takut
menghadapi prosedur tersebut.
2) Pengkajian fisik : Tanda-tanda vital (bila terjadi ketidaknormalan maka perawat
harus memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah).
3) Transfusi dan infuse  : Monitor flabot sudah habis apa belum.
4) Pengeluaran urin : Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg
BB/jam.
c. Pengkajian fase Post Operatif
1) Status respirasi : Meliputi : kebersihan jalan nafas, kedalaman pernafasaan,
kecepatan dan sifat pernafasan dan bunyi nafas.
2) Status sirkulatori : Meliputi : nadi, tekanan darah, suhu dan warna kulit.
3) Status neurologis : Meliputi tingkat kesadaran.
4) Balutan  Meliputi : keadaan drain dan terdapat pipa yang harus disambung dengan
sistem drainage.
5) Kenyamanan Meliputi : terdapat nyeri, mual dan muntah
6) Keselamatan  Meliputi : diperlukan penghalang samping tempat tidur, kabel
panggil yang mudah dijangkau dan alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.
7) Perawatan Meliputi : cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.
Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat penampung, sifat
dan jumlah drainage.
8) Nyeri  Meliputi : waktu, tempat, frekuensi, kualitas dan faktor yang memperberat /
memperingan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
b. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan Intervensi
1 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan asuhan Reduksi Ansietas
keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan Observasi
dengan kekhawatiran
tingkat ansietas menurun dengan keriteria 1. Identifikasi saat tingakat ansietas
mengalami kegagalan hasil : berubah ( mis.kondisi, waktu,
1. Verbalisasi kebingungan meneurun stressor)
2. Verbilisasi khawatiran akibat 2. Identifikasi kemampauan
kondisi yang dihadapi menurun mengambil keputusan
3. Perilaku gelsah menurun 3. Monitor tanda- tanda ansietas
4. Keluhan pusing menurun ( verbal dan nonverbal )
5. Frekuensi nadi menurun Terapeutik
6. Tekanan darah menurun 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
7. Konsentrasi membaik memenuhi kepercayaan
8. Kontak mata membaik 2. Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan , jika memungkinkan
3. Dengarkan dengan penuh perhatian
4. Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
5. Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
yang mungkin dialami
2. Informasikan secara factual
mengenai diaknosis, pengobatan,
dan prognosis
3. Anjurak keluarga untuk tetep
bersama pasien, jika perlu
4. Latih kegiatan penglihatan untuk
mengurangi kegetegagan
5. Latih teknik relaksasi
Kalaborasi
1. Kalaborasi pemberian obat ansietas,
jika perlu
2 Risiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan asuhan Pencegahan Infeksi
keperawatan 1x24 jam, diharapkan tingkat Observasi
dengan efek prosedur
infeksi menurun dengan kerteria hasil : 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
invasive 1. Kemerhan menurun local dan sistemik
2. Nyeri menurun Terapeutik
3. Bengkak menurun 1. Batasi jumlah pengunjung
4. Kultur area luka membaik 2. Berikan perawatan kulit pada area
5. Kebersihan badan meningkat bedema
6. Periode mengigil menurun 3. Cuci tagan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik aseptic pada
pasien berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
3. ajarak cara meeriksa kondisi luka
atau luka operasi
Kalaborasi
1. kalaborasi pemberian imuniasasi,
jika perlu
3 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen nyeri
keperwatan 1x24 jam, diharapkan tingkat Observasi
dengan agen pencedera fisik
nyeri menurun dengan kriteria hasil : 1. identifikasi lokasi, karakteristik,
(prosedur operasi) 1. keluhan nyeri menurun durasi, frekuensi kualitas, intensitas
2. meringis menurun nyeri
3. gelisah menurun 2. identifikasi skala nyeri
4. persaan takut mengalami cedera 3. identifikasi respon nyeri non verbal
berulang 4. identifikasi factor yang
5. tekanan darah membaik memperberat dan memperingan
6. pola tidur membaik nyeri
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
2. Kontol lingkungan yang
memperberat raa nyeri ( mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan
3. Fasilitasi istrhat dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab periode dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredkan nyeri
3. Anjurakn monitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kalaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
4. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membantu
klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik sehingga
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Adapun implementasi yang diberikan
disesuaikan dengan intervensi keperawatan klien terkait. Proses pelaksanaan implementasi harus
berpusat kepada kebutuhan klien dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan. (Kozier et al, 2014)

5. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini
adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan
dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan
tercapai:
1. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan di
tujuan.
2. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam
pernyataan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA

Edward M, Maged S, Mikhail, Michael J. 2014. Clinical Anestesiology 803-807. aLange medical
book.

Kozier et al. 2014. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik Ed 7 Vol
1. Jakarta : EGC.

Medscape. 2014. Perioperative management of the diabetic patient.

http://emedecine.medscape.com/article/284451-overview#a1

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Defenisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defenisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Defenisi dan Tindaka
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Suyono. 2015. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

World Health Organization. 2016. Global report in diabetes. World Health Organization.
(online) (https://www.who.int/iris/handle/10665/204871) diakses pada tanggal 24 Februari 2019.

Anda mungkin juga menyukai