Z
DENGAN DIAGNOSA CKD DI RUANGAN ICU
RSUD TORABELO SIGI
KELOMPOK 1 C
1. FERDIANTO IBRAHIM
2. FUSPITA A. KUSANG
3. LEGIANTI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus
filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK)
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat,
progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi
uremia atau azotemia (Smeltzer, 2011).
Ginjal dikelilingi berbagai lapisan jaringan yang melindungi dan mempertahankan
posisi ginjal, lapisan terluar berupa jaringan fibrous yang disebut kapsula renalis,
kapsula renalis ini dikelilingi oleh lapisan lemak ferirenal dan pacia gerota yang akan
melindungi semua bagian ginjal kecuali hilum, area dimana pembuluh darah keluar dan
masuk daerah ini
Ginjal terletak pada posisi di sebelah lateral vertebra torakalis bawah beberapa
centimeter di sebelah kanan dan kiri garis tengah. Di sebelah anterior, ginjal dipisahkan
dari kavum abdomen dan isinya oleh lapisan peritonium. Di sebelah posterior organ
tersebut dilindungi oleh dinding toraks bawah. Ginjal pada orang dewasa panjangnya
ginjal 11-13 cm, lebarnya 5-7 cm dan tebalnya 2,5-3 cm dengan berat masing-masing
ginjal 150 gr.
Ginjal dibagi dua daerah yang berbeda yaitu korteks (bagian luar) dan medula
(bagian dalam). Medula dibagi menjadi baji segitiga yang disebut piramid. Terdapat 12
sampai 18 piramid untuk setiap ginjal. Piramid-piramid tersebut diselingi oleh bagian
korteks yang disebut kolom bertini. Piramid tampak bercorak karena tersusun oleh
segmen-segmen tubulusa dan duktus pengumpul nefron. Papila atau aspek dari tiap
piramid membentuk duktus papilari belini. Setiap duktus papilaris masuk ke dalam
suatu perluasan ujung pelvis ginjal membentuk cawan yang disebut kaliaks minor.
Selanjutnya bersatu sehingga membentuk pelvis ginjal. Merupakan reservoar utama
sistem pengumpul urine.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik membahas asuhan keperawatan
pada pasien chronic kidney disease ( ckd ) di rumah sakit umum daerah torabelo
kabupaten sigi di ruangan ICU
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan permasalahan
yaitu “bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien chronic kidney disease (ckd) di
ruangan icu RSUD torabelo kabupaten sigi tahun 2021?”
1.3. Tujuan penulisan
1.3.1. Tujuan umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran Asuhan Keperawatan pada pasien chronic kidney disease(ckd) di
ruangan icu RSUD torabelo kabupaten sigi
1.3.2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi pengkajian pada pasien chronic kidney disease di ruangan
icu RSUD torabelo kabupaten sigi tahun 2021
b. Mengidentifikasi diagnose keperaweatan pada pasien chronic kidney disease
di ruangan icu RSUD torabelo kabupaten sigi tahun 2021
c. Mengidentifikasi rencana keperaweatan pada pasien chronic kidney disease di
ruangan icu RSUD torabelo kabupaten sigi tahun 2021
d. Mengidentifikasi implementasi atau tindakan yang telah di berikan pada
pasien chronic kidney disease di ruangan icu RSUD torabelo kabupaten sigi
tahun 2021
e. Mengidentifikasi hasil evaluasi tindakan keperawatan yang telah di berikan
pada pasien chronic kidney disease di ruangan icu RSUD torabelo kabupaten
sigi tahun 2021
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Chronic kidney disease atau penyakit ginjal kronik didefinisikan sebagai kerusakan
ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan Glomerulus Filtration Rate
(GFR) (Nahas & Levin,2015).
Chronic Kidney disease merupakan suatu perubahan fungsi ginjal yang progresif
dan ireversibel. Pada gagal ginjal kronik, ginjal tidak mampu mempertahankan
keseimbangan cairan sisa metabolisme sehingga menyebabkan penyakit gagal ginjal (Terry
& Aurora, 2016).
2.2. Etiologi
Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler
(nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik), agen nefrotik
(amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes).
Penyebab GGK menurut Price, 2006; 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara lain:
Infeksi misalnya pielonefritis kronik
Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis
Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa,sklerosis sistemik progresif
Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis
tubulus ginjal
Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra,
anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
2.4. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang
utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut
menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai
poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi
ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 2006, 368).
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin
berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
- Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum
normal dan penderita asimptomatik.
- Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak,
Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
- Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan
LFG :
- Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG
yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
- Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89
mL/menit/1,73 m2
- Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
- Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2
- Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal
terminal.
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test ) dapat
digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )
72 x creatini serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,8
2.5. Pathway
2.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- peritoneal dialysis biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis yang
bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori
Peritonial Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan mesin. Pada
awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka
dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu dan transplantasi ginjal
2.7. Pemeriksaan Penunjang
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu pemeriksaan penunjang
yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara lain :
a. Pemeriksaan lab.darah
- Hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
- RFT ( renal fungsi test )
ureum dan kreatinin
- LFT (liver fungsi test )
- Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
- koagulasi studi
PTT, PTTK, BGA
b. Urine
- urine rutin
- urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
c. pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG
- ECO
d. Radidiagnostik
- USG abdominal
- CT scan abdominal
- BNO/IVP, FPA
- Renogram
- RPG ( retio pielografi )
2.8. Pengkajian
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada Doenges (2015), sebagai
berikut:
a. Data Demografi
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang mengalami
CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses pengobatan,
penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan
lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena kebiasaan
kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan lingkungan yang tidak menyediakan cukup
air minum / mengandung banyak senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
b. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis, hipertensi,
rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga
dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
c. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6 bulan.
Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun.
d. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya adalah penurunan
BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah atau tidak
singkronnya antara tekanan darah dan suhu
e. Pengkajian fisik
1) Penampilan / keadaan umum
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari compos
mentis sampai coma.
2) Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan reguler.
3) Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi
peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
4) Kepala
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga, hidung kotor
dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah, mukosa
mulut pucat dan lidah kotor.
5) Leher dantenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
6) Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu napas,
pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru (ronchi basah), terdapat
pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
7) Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
8) Genitalia
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
9) Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan Capillary
Refill lebih dari 1detik.
10) Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia, dan terjadi
perikarditis.
2.9. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi yang tertahan
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluran urin dan retensi cairan dan natrium.
3. Gangguan pola tidur b/d keadekuatan kualitas tidur
4. defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
2.10. Perencanaan Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA RASIONAL
NO. TUJUAN INTERVENSI
1. Bersihan jalan nafas Setelah di lakukan tindakan LATIHAN BATUK EFEKTIF
tidak efektif b/d sekresi asuhan keperawatan 3x24 - Batu efektif perlu di kaji
yang tertahan jam di harapkan bersihan Observasi : dan di lakukan untuk
DS : jalan nafas meningkat - Identifikasi kemampuan batuk mengurangin penumpukan
- Klien mengeluh dengan kriteria hasil : secret
sesak nafas 1. Batuk efektif meningkat Terapeutik : - Membantu untuk
- Keluarga klien 2. Gelisah membaik - Atur posisi semi fowler atau meningkatkan ekspansi
mengeluh klien 3. Frekuensi nafas fowler dada
batuk berlendir membaik
Edukasi :
DO : - Jelaskan tujuan dan prosedur - Membantu meningkatkan
- K/U lemah batuk efektif pengetahuan klien tentang
- Klien Nampak - Anjurkan menarik nafas batuk efektif
batuk melalui hidung selama 4 detik,
- tampak sesak di tahan selama 2 detik, - Untuk mengurangi batuk
- terdapat suara kemudian keluarkan melalui pada klien
tambahan ronchi di mulut selama 8 detik
area paru sebelah - Anjurkan mengulangi tarik
kanan dan kiri nafas dalam hingga 3 kali - Agar secret / sputum mudah
- terapi nebulizer Kolaborasi keluar
ventolin /12 jam - Kolaborasi pemberian - Untuk membantu
diuretic dan bronkodilator mengencerkan dan
mengeluarkan dahak
3.3.RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan utama saat masuk RS
Penurunan kesadaran
2. Riwayat keluhan utama saat masuk RS
Pasien masuk RS pada tanggal 19 November 2021 pukul 22.50 WITA melalui IGD dengan keluhan penurunan kesadaran ±
6 jam. Keluarga pasien mengatakan awalnya pasien mengalami muntah-muntah ± 5 kali dan nyeri pada perut.
3. Keluhan utama saat di kaji
Klien mengeluh sesak nafas
4. Riwayat keluhan utama
Pasien dipindahkan ke ruang ICU pada tanggal 20 November 2021 pukul 23.40 WITA. Telah dilakukan pengkajian pada
tanggal 23 November 2021 pukul 13.40 WITA. Pada saat dilakukan pengkajian, klien mengeluh sesak nafas. sesak nafas
dirasakan ketika klien batuk dan sulit mengeluarkan dahaknya.
5. Keluhan yang menyertai
Klien mengeluh lemas, klien mengatrakan nyeri pada luka di eksremitas bawah sebelah kiri, klien tampak,hb 7,5,input
2.413 output 1.550,terdapat edema di kedua eksremitas bawah,klien Nampak gelisah
6. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit menular, klien pernah oprasi katarak di rs UNDATA 4 tahun yang lalu
7. Riwayat kesehatan keluarga
keluarga klien mengatakan kakek dan ibu klien tidak ada penyakit asma atau penyakit yang menular
8. Riwayat alergi (obata dan makanan)
Klien mengatakan tidak alergi terhadap obat, namun klien tidak memiliki riwayat alergit terhadap makanan
3.4.GENOGRAM
x x x x
Keterangan :
: Laki-laki X : Meninggal
: Perempuan : Klien
: Menikah : Serumah
: Keturunan
Keterangan Genogram : Keluarga klien mengatakan kakek dan nenek klien sudah meninggal karena faktor usia, orang tua klien
juga sudah meninggal karena faktor usia. Di dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit asma, hipertensi
dan penyakit yang di derita klien sekaran( penyakit CKD).
1. Persepsi Kesehatan
Sebelum sakit : Klien mengatakan biasa melakukan aktivitas
Saat sakit : Klien mengatakan belum bisa melakukan aktivitas kareana terdapat luka di bagian kaki dan tampak
lemah
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Klien mengatakan nafsu makan baik, makan 3x sehari, tidak gangguan mengunyah dan menelan
makanan, klien minum 8 gelas per hari
Saat sakit : Klien mengatakan makan dan minum klien baik, porsi dihabiskan
3. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak ada gangguan pola tidur, tidur siang sekitar 2-3 jam, tidur malam 8 jam
Saat sakit : Klien mengatakan susah tidur,dan gelisah akibat lukanya
4. Pola kebersihan diri
Sebelum sakit : Klien mengatakan mandi 2x sehari, menggosok gigi,keramas,dan memotong kuku jika kuku sudah
mulai panjang
Saat sakit :Klien mengatakan setelah post operasi membersihkan diri dengan cara waslap atau tissue basah.
5. Pola eliminasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan BAB dan BAK lancar , tidak ada gangguan saat BAB dan BAK
Saat sakit : Klien mengatakan BAB seperti biasa, 2-3 sehari, BAK lancar.
6. Pola aktivitas
Sebelumsakit : Klien mengatakan aktivitasnya sebagai petani
Saat sakit : Klien mengatakan belum bisa melakukan aktivitas karena keadannya masih sakit
7. Pola hubungan peran
Sebelum sakit : Klien mengatakan selama dirumah peran klien sebagai anak ke tiga dan membantu pekerjaan
orang tua di kebun
Saat sakit : Klien mengatakan selama sakit masih bisa melakukan kegiatan membantu pekerjaan orang tua
8. Pola koping-toleransi stress
Sebelum sakit : Klien mengatakan selalu senang ketika melakukan aktivitas yang biasa dilakukan
Saat sakit : Klien mengatakan masih bisa melakukan aktivitas walaupun sedang sakit
9. Pola nilai kepercayaan
Sebelum sakit :Klien mengatakan selalu berdo’a semoga Allah SWT melindunginya
Saat sakit :Klien mengatakan klien berdo’a untuk kesembuhannya
3.6.PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Sopor
Gcs 9
Tanda-tanda vital
TD : 64/38 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
SB : 37,7oC
SpO2 :99 %
3. Hidung
Inspeksi : bentuk rongga hidung simetris, tidak tedapat deviasi septum, tidak ada cuping hidung, tidak ada
tanda-tanda infeksi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada hidung
4. Telinga
Inspeksi : Tampak simetris kiri dan kanan, tidak ada tanda-tanda peradangan, fungsi pendengaran baik
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
5. Mulut
Inspeksi : bibir kehitaman dan kering,gigi tidak lengkap
Palpasi : tidak ada pembengkakan di bibir
6. Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak nampak pembengkakan kelenjar tyroid
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat benjolan
a. Hasil laboratorium
b. Hasil rontgen : -
c. Hasil USG :-
3.8. Pentalaksanaan Terapi Medis
1. Nacl 0,9% : DEX 0,5 %
2. Omeprazole 40 gr/12 jam/IV
3. Paracetamol 1 gr/8 jam/IV
4. IVFD Dextrose 40% extra 1 flacon
5. IVFD Dextrose 10% 20 TPM
Data obyektif
- K/U lemah
- Klien Nampak batuk
- tampak sesak
- terdapat suara tambahan ronchi di area paru sebelah kanan dan kiri
- terapi nebulizer ventolin /12 jam
- Edema pada kedua eksremitas bawah
- Hasil lab kreatinin 3,89
- Hb 7,5
- Observasi ttv
TD : 120/80 mmhg
N :115
SB : 36,8
R :22X/M
- Intake ( input ) = 2.413
- Output = 1.550
- Balance Cairan
2.413 – 1.550 =863
-Klien Nampak gelisah
-Konjungtiva anemis ( pucat )
-Nampak hitam di bawah mata
-Kulit klien Nampak kering
-Rambut klien Nampak kering dan Nampak kotor
-Kuku klien Nampak kotor dan kukunya panjang
Udem
Kelebihan volume
cairan
3. Data Subjektif : Nyeri pada kaki Gangguan pola
- Klien mengatakan tidur
susah tidur akibat
luka yang di Merasa tidak nyaman.
rasakan
- Klien mengatakan
tidur tidur tidak Susah tidur
puas
- Klien mengatakan
sering terbangun di Ketidakpuasan tidur
malam hari
Data objektif :
- Ku. Lemah gangguan pola tidur
- Kesadaran
somnolen
- Klien Nampak
gelisah
- Konjungtiva
anemis ( pucat )
- Nampak hitam di
bawah mata
4. DS : Defisit perawatan
- Klien mengatakan diri
tidak mandi selama
di rumah sakit
- Klien mengatakan
hanya bias
menggunakan
tisuue basah untuk
membersihkan
badanya
DO :
- Kulit klien
Nampak kering
- Rambut klien
Nampak kering dan
Nampak kotor
- Kuku klien
Nampak kotor dan
kukunya panjang
RENCANA KEPERAWATAN
N DIAGNOSA RASIONAL
O. TUJUAN INTERVENSI
Gangguan pola tidur b/d Setelah dilakukan tindakan DUKUNGAN TIDUR
keadekuatan kualitas tidur asuhan keperawatan Observasi :
ditandai dengan : 3x 24 jam maka - Identifikasi pola aktivitas dan tidur
DO : keadekuatan kualitas tidur - Identifikasi factor pengganggu tidur
observasi
- Klien mengatakan susah membaik dengan kriteria (fisik /psikologis )
- Untuk mengetahui
tidur akibat luka yang di hasil : Terapeutik :
kemudahan dalam
rasakan - Keluhan sulit tidur - Modifikasi lingkungan (missal
tidur pada klien
- Klien mengatakan tidur membaik pencahayaan,kebisingan,dan tempat
- Untuk mengetahui
tidur tidak puas - Keluhan sering terjaga tidur)
penyebab actual dari
- Klien mengatakan sering meningkat Edukasi :
gangguan tidur
terbangun di malam hari - Keluhan tidak puas tidur - Jelaskan pentingnya cukup tidur
terapeutik
- Klien mengeluh gelisah meningkat selama sakit
- Untuk memantau
- Klien mengeluh nyeri - Keluhan istrhat tidak - Anjurkan menghindari makanan
seberapa jauh dapat
pada luka di bagian kaki cukup meningkat atau minuman yang mengganggu
bersikap tenang dan
sebelah kiri tidur
3. rileks
DO : kolaborasi
edukasi
- Ku. Lemah - Sesuaikan jadwal pemberian obat
- Untuk memudahkan
- Klien Nampak gelisah dan tindakan untuk menunjang
mendapatkan tidur
- Konjungtiva anemis siklus tidur terjaga
yang optimal
( pucat )
- Untuk menghindari
- Nampak hitam di bawah
ketidakpuasan dan
mata
mengganggu tidur
- Observasi TTV
TD : 122 / 71 mmHg
kolaborasi
N : 89 x/m
- Pemberian obat sesuai
R : 23 x/m
jadwalnya
SB : 36,6
SP02 : 100%
P : lanjutkan intervensi
- Monitor status hemodinamik missal
frekuensi jantung dan tekanan darah
- Monitor intake dan output cairan
- Periksa tanda dan gejala hipervolemi
missal dispneu, edema, dan suara nafas
tambahan
- Timbang berat badan
- Ajarkan cara membatasi cairan
- Kolaborasi pemberian diuretik
Vascoon 0,05 mg/kg bb
3. Selasa, Gangguan pola 08.15 - Identifikasi pola aktivitas dan tidur Jam : 13.30
23/11-21 tidur S:
08.25 - Identifikasi factor pengganggu tidur - Klien mengatakan susah tidur akibat
(fisik /psikologis ) luka yang di rasakan
- Klien mengatakan tidur tidur tidak puas
- Modifikasi lingkungan (missal - Klien mengatakan sering terbangun di
08.35 pencahayaan,kebisingan,dan tempat malam hari
tidur) - Klien mengeluh gelisah
- Klien mengeluh nyeri pada luka di
- Jelaskan pentingnya cukup tidur bagian kaki sebelah kiri
selama sakit O:
09.02 - Ku. Lemah
- Anjurkan menghindari makanan atau - Kesadaran somnolen
minuman yang mengganggu tidur - Klien Nampak gelisah
- Konjungtiva anemis ( pucat )
10.30 - Sesuaikan jadwal pemberian obat dan - Nampak hitam di bawah mata
tindakan untuk menunjang siklus tidur - Observasi tanda tanda vital
terjaga TD : 122 / 71 mmHg
N : 89 x/m
R : 23 x/m
SB : 36,6
SP02 : 100%
A : gangguan pola tidur belum
Teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur
- Identifikasi factor pengganggu tidur
(fisik /psikologis)
- Modifikasi lingkungan (missal
pencahayaan,kebisingan,dan tempat tidur)
- Jelaskan pentingnya cukup tidur selama
sakit
- Sesuaikan jadwal pemberian obat dan
tindakan untuk menunjang siklus tidur
terjaga
4. Selasa , Defisit 09.00 - Memonitor kebersihan tubuh Jam 10.30
23/11-21 perawatan diri 09.15 - Memonitor integritas kulit S:
- Menyediakan peralatan - Klien mengatakan tidak mandi
09.30 mandi(mis,sabun,sikat selama di rawat di rumah sakit
gigi,sampoo, pelembab kulit - Klien mengatakan hanya
- Mempertahankan kebiasaan menggunakan tisuue basah untuk lap
09.41 kebersihan diri badanya
- Menjelaskan manfaat mandi dan
dampak tidak mandi terhadap O:
09.50 kesehatan - Kulit klien tampak kotor dan kering
- Rambut klien Nampak kotor dan
kering
- Kuku klien Nampak kotor
A : masalah defisit perawatan diri belum
terarasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor kebersihan tubuh (mis,
rambut, kulit, kuku)
- Monitor integritas kulit
- Sediakan peralatan mandi (sabun,
sikat gigi, sampoo, pelembab kulit)
- Pertahankan kebiasaan kebersihan
diri
- Jelaskan manfaat mandi dan dampak
tidak mandi terhadap kesehatan
3.15. CATATAN PERKEMBANGAN
HARI/TGL : Rabu,24/11-2021
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan
dengan atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK)
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius)
dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia
atau azotemia (Smeltzer, 2011).
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible, yang menyebabkan kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan maupun elektrolit, sehingga timbul gejala uremia (retensi urea
dan sampah nitrogen lain dalam darah).
Berdasarkan teori diagnose keperawatan yang sering di temukan pada penyakit CKD adalah bersihan jalan nafas berhubungan
dengan sekresi yang tertahan, kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan volume cairan, gangguan pola tidur
berhubungan dengan ketidak adekuatan kualitas tidur, defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.
Berdasarkan kasus kelolaan, klien masuk di RSUD TORABELO SIGI Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 19
November 2021 pukul 22.50 WITA melalui IGD dengan keluhan penurunan kesadaran ± 6 jam. Keluarga pasien mengatakan
awalnya pasien mengalami muntah-muntah ± 5 kali dan nyeri pada perut.
Pada saat pengkajian pada tanggal 23 November 2021 pukul 13.40 WITA. Pada saat dilakukan pengkajian, keluarga klien
mengatakan klien sesak nafas,klien mengatakan lemas,hb klien 7,5 terdapat udem, sulit untuk aspirasi disertai dengan gelisah dan
klien mengatakan susah tidur.
Dari hasil pengumpulan data yang telah dilakukan, diagnose keperawatan atau masalah yang muncul pada pasien kelolaan
adalah bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang tertahan, kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
volume cairan, gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidak adekuatan kualitas tidur, defisit perawatan diri berhubungan
dengan kelemahan.
Pada diagnose kelebihan volume cairan atau hipervolemi tindakan yang dilakukan adalah pengaruh coaching support terhadap
kepatuhan penderita chronic kidney disease (ckd) yaitu tentang edukasi yang melibatkan serta keluarga dalam menigkatkan kepatuhan
dalam diet secara tepat dan pembatasan cairan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh susanti dan caturia sulystiana yang berjudul adalah pengaruh coaching
support terhadap kepatuhan penderita chronic kidney disease (ckd) di RS Adi Husada Surabaya yang di dapatkan hasil analisis
menunjukan bahwa terjadi perbedaan kepatuhan yang signifikan antara kelompok control dan kelompok perlakuan dengan p-
value=0,000 intervensi coaching support efektif terhadap kepatuhan terhadap penderita CKD. Pelaksanaan coaching support
berlangsung dengan baik karena responden dan keluarga yang proaktif.
Pemberian coaching support dapat mempengaruhi perilaku penderita CKD untuk melakukan pengelolaan penyakit CKD sesuai
dengan hal-hal yang sudah disarankan oleh coach (Bistara, 2015). Edukasi pada penderita CKD dengan melibatkan peran serta
keluarga dapat diberikan secara langsung maupun secara tidak langsung karena semakin tinggi peran keluarga maka semakin tinggi
pula penderita CKD berperilaku patuh terhadap pembatasan cairan dan diet (Thom et al., 2013).
BAB V
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan
dengan atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010).
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible, yang menyebabkan kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan maupun elektrolit, sehingga timbul gejala uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).
bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang tertahan, kelebihan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan volume cairan, gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidak adekuatan kualitas tidur, defisit perawatan diri
berhubungan dengan kelemahan, setelah di lakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam hasilnya diagnose keperawatan
atau masalah yang muncul belum teratasi
Edukasi pada penderita CKD dengan melibatkan peran serta keluarga dapat diberikan secara langsung maupun secara
tidak langsung karena semakin tinggi peran keluarga maka semakin tinggi pula penderita CKD berperilaku patuh terhadap
pembatasan cairan dan diet.
1.2. Saran
Di harapkan kepada pembaca terutama pada petugas kesehatan dapat lebih meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya
dengan kasus CKD misalnya dengan melakukan ronde atau case manager
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SIKI. (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Edisi 1.Cetakan 2. DPP PPNI. Jakarta Selatan
Muttaqin Arif. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Wilson, Lorraine M. Price, Sylvia A. 2007. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC