DI SUSUN OLEH
B. Etiologi
1. Diabetes melitus tipe 1
Timbul akibat distruksi otoimun sel-sel betapulau langerhans yang di cetuskan oleh lingkungan.
Serangan otoimun dapat timbul setelah infeksi virus misalnya gondongan, rubela, sitomegalovirus
kronik, atau setelah pajanan obat atau toksin (misalnya golongan nitrosamin yang terdapat pada daging
yang di awetkan).
2. Diabetes melitus tipe 2
Diperkirakan bahwa terdapat suatu sifat genetika yang belum teridentifikasi yang menyebabkan
pangkreas mengeluarkan insulin yang berbeda, atau menyebabkan reseptor insulin atau perantara
kedua tidak dapat berespons secara adekuat terhadap insulin.
3. Diabetes melitus gestasional
Penebab diabetes gestasional dianggap berkaitan dangan peningkatan kebutuhan energi dan kadar
estrogen dan hormon pertumbuhan yang terus menerus tinggi dalam kehamilan. Hormon pertumbuhan
dan estrogen merangsang pengeluaran insulin dan dapat menyebabkan gambaran sekresi berlebihan
insulin seperti diabetes tipe 2 yang akhirnya menyebabkan penurunan responsivitas sel.
C. Patofisiologi
Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang tinggi dari pada rentang kadar puasa normal
80-90 mg/ 100 ml darah, atau rentang nonpuasa sekitar 140-160 / 100 ml. hiperglikemia biasanya di
sebabkan oleh defisiensi insulin, seperti dijumpai pada diabetes tipe 1, atau karna penurunan responsifitas
sel terhadap insulin, seperti dijumpai pada diabetes tipe 2. Hiperkortiselomia, yang terjadi pada sindrom
cushing dan sebagai respons terhadap stres kronik, dapat menyebabkan hiperglikemia melalui
perangsangan glukoneogenesis hati. Keadaan akut kelebihan hormon tiroid, prolaktin, dan
hormonpertumbuhan dapat menyebabkan peningkatan glukosa darah. Peningkatan kadar hormon-hormon
tersebut dalam jangka panjang, terutama hormon pertumbuhan, dianggap diabetogenik (menimbulkan
diabetes). Hormon-hormon tersebut merangsang pengeluaran insulin secara berlebihan oleh sel-sel beta
pulau langerhans pamgkreas sehingga akhirnya terjadi penurunan respons sel terhadap insulin.
D. Manifestasi Klinik
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah memelihara peningkatan glukosa darah lebih dari 140 mg / 100 ml pada dua kali
pengukuran terpisah.
2. Glukosa dalam urin dapat diukur.
3. Keton di dalam urin dapat diukur.
4. Peningkatan hemoglobin terglikosilasi.
5. Uji toleransi glukosa yang melambat.
G. Penatalaksanaan
1. Insulin
2. Pendidikan dan kepatuhan terhadap diet
3. Program oiahraga
4. Pencegahan : untuk krtoasidosis diabetes
5. Pemberian cairan : koma nonketotik hiperglikemik hiperosmolar
6. Intervensi farmakologi
7. Penggantian sel pulau langerhans
8. Insersi gen untuk insulin.
DAFTAR PUSTAKA