Anda di halaman 1dari 33

xii

HALAMAN JUDUL
PEMBERIAN BUBUR TEMPE TERHADAP PENURUNAN
FREKUENSI DIARE PADA ANAK DENGAN
KASUS GASTREONTERITIS AKUT

PROPOSAL

Oleh:

STEVEN KRISTIAN LAPANDIO


PO7120319110

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIV
KEPERAWATAN PALU 2020
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh Pembimbing Poltekkes
Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Prodi Studi DIV Keperawatan Palu.
Nama : STEVEN KRISTIAN LAPANDIO
Nim : PO7120319107
Palu, Oktober 2020

Pembimbing I

Iwan, S.Kep,Ns,M.Kes.
NIP : 197703262003121004

Palu, Oktober 2020

Pembimbing II

Baiq Emy Nurmalisa.S.Kep.Ns.M.Kep


NIP : 199002262019022002

Mengetahui :
Ketua Prodi D-IV Keperawatan

Iwan, S.Kep,Ns,M.Kes.
NIP : 197703262003121004

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................xii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................3
C. Tujuan Penelitian................................................................................3
1. Tujuan Umum.......................................................................................3
2. Tujuan Khusus.......................................................................................3
D. Manfaat Penelitian..............................................................................3
1. Secara Teoritis.......................................................................................3
2. Secara Praktis........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
A. Konsep Dasar Gastreonteritis.............................................................5
1. Pengertian..............................................................................................5
2. Etiologi gastroenteritis..........................................................................6
3. Manifestasi Klinik.................................................................................7
4. Patofisiologi..........................................................................................7
5. Pathway.................................................................................................9
6. Komplikasi..........................................................................................11
7. Penatalaksanaan medis........................................................................11
8. Pemeriksaan penunjang.......................................................................12
B. Konsep Dasar Bubur Tempe.............................................................13
1. Definisi................................................................................................13
2. Tujuan..................................................................................................14
3. Indikasi dan Kontradiksi.....................................................................15
4. Peneliti sebelumnya.............................................................................15
C. Kerangka Pikir..................................................................................16
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................17
A. Jenis Penelitian...........................................................................................17
B. Protokol dan Registrasi..............................................................................17
C. Database Pencaharian.................................................................................18
D. Kata Kunci..................................................................................................18
E. Kriteria Inklusi dan Ekslusi........................................................................19
F. Hasil Pencarian dan Seleksi Studi..............................................................20
G. Pengumpulan Data.....................................................................................22
H. Penilaian Kualitas.....................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare merupakan penyakit infeksi saluran pencernaan yang ditandai dengan

konsistensi tinja yang encer dan dikeluarkan dengan frekuensi buang air besar

(BAB) yang sering dibandingkan dengan frekuensi BAB biasanya.merupakan

salah satu penyebab utama morbiditas dan mortabilitas pada anak di negara

berkembang. Anak usia 0-3 tahun rata-rata mengalami tiga kali diare pertahun

Pada umumnya, penyakit diare dapat terjadi karena konsumsi makanan maupun

minuman yang terkontaminasi oleh bakteri, virus, atau parasit (Dewi Kartika

Sari, 2019).

Diare merupakan peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih

lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 1 kali dalam 24 jam.

Diare merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di kalangan anak-

anak kurang dari 5 tahun. Secara global terjadi peningkatan kejadian diare dan

kematian akibat diare pada balita dari tahun 2015-2017. Pada tahun 2015, diare

menyebabkan sekitar 688 juta orang sakit dan 499.000 kematian pada anak-anak

dibawah 5 tahun. Sedangkan pada tahun 2017, hampir 1,7 miliar kasus diare

terjadi pada anak dengan angka kematian sekitar 525.000 tiap tahunnya (WHO,

2017).

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan

konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekwensinya
2

lebih sering dari biasanya, biasanya tiga kali atau lebih dalam satu hari. Penyakit

Diare merupakan salah satu penyakit yang sering menimbulkan KLB (Kejadian

Luar Biasa) sehingga dikatakan bahwa penyakit ini masih menjadi masalah

kesehatan masyarakat. Meskipun di Sulawesi Tengah dalam sepanjang tahun

2018 KLB Diare sudah jarang terjadi, namun masih sering dilaporkan adanya

peningkatan kasus di beberapa wilayah kerja puskesmas pada waktu-waktu

tertentu, misalnya pada pergantian musim ataupun pada saat musim buah tertentu

seperti buah rambutan, mangga, dll. (Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah,

2020)

Berdasarkan pedoman pengendalian penyakit Diare, penanggulangan

penyakit Diare dibagi atas 2 (dua) kategori yaitu pada balita dan semua umur.

Dari survei morbiditas yang dilaksanakan oleh Subdit HISP Kemenkes RI pada

akhir tahun 2014 diketahui angka kesakitan diare untuk semua umur adalah

270/1000 penduduk dan untuk balita sebesar 843/1000 balita. Trend Cakupan

Pelayanan Penderita Diare, Provinsi Sulawsi Tengah Tahun 2019 Cakupan

pelayanan penderita diare semua umur selama 5 tahun berturut-turut sejak tahun

2015 - 2019 cenderung menurun dan belum mencapai target. Capaian cakupan

kasus diare dilayani tahun 2018 untuk semua umur dilayani sebesar 73,48 %

menurun menjadi 64,16% pada tahun 2019 (Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi

Tengah, 2020).

Pemberian oralit dan zinc pada semua umur maupun balita dicapai oleh

Kabupaten Morowali Utara dimana pemberian oralit pada semua umur mencapai
3

127,4% dan pada balita sebesar 116% serta pemberian zinc pada balita sebesar

112%. Cakupan pemberian oralit untuk semua umur 100% dicapai oleh

Kabupaten Donggala dan Kabupaten Tolitoli, sedangkan capaian terendah oleh

Kabupaten Tojo Unauna (62,5%). Demikian pula untuk pemberian oralit pada

Balita, cakupan 100% dicapai oleh 4 (empat) kabupaten/kota (Kabupaten

Donggala, Tolitoli, Parigi Moutong dan Kota Palu) dan terendah cakupannya

adalah Kabupaten Buol yakni hanya sebesar 64,1%. Adapun cakupan pemberian

Zinc 100% pada kasus balita diare dicapai oleh Kabupaten Donggala, Tolitoli

dan Kota Palu, sedangkan capaian terendah oleh Kabupaten Morowali (49%)

(Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 2020).

Penyakit diare dapat berakibat fatal apabila penderita diare mengalami

dehidrasi berat yang diakibatkan oleh kehilangan banyak cairan yang berlebihan

dari dalam tubuh. Oleh sebab itu diare tidak boleh dianggap penyakit yang biasa

saja walaupun kondisi tersebut sangat umum terjadi. Pada anak-anak, gejala

penyakit diare biasanya akan hilang dalam waktu 5-7 hari atau kurang dari dua

minggu. Sedangkan pada orang dewasa, penyakit diare biasanya sembuh dalam

2-4 hari, karena sistem kekebalan tubuhnya yang akan melawan infeksi penyebab

penyakit diare secara alami. Walau demikian, penyakit diare bisa berlangsung

lebih lama (Dewi Kartika Sari, 2020).

Prinsip penatalaksanaan diare ialah menggantikan cairan yang hilang

melalui tinja atau feses dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa

atau karbohidrat lainnya. Selain itu, dapat di lakukan diet (pengaturan makanan)
4

yang dapat membantu memperbaiki proses pencernaan dan juga mengganti

nutrisi yang hilang akibat diare. Salah satu upaya penanganan penyakit diare

yaitu dengan mengkonsumsi bubur tempe (Dewi Kartika Sari, 2020).

Pemberiaan bubur tempe yang merupakan salah satu makanan dengan

tekstur selluler yang mudah dicerna dan mengandung protein cukup tinggi serta

mempunyai zat yang bersifat anti bakteri. Pemberian bubur tempe terhadap

pasien diare ini karena yang berbahan dasar tempe dapat mempersingkat durasi

diare akut serta mempercepat pertambahan berat badan setelah menderita satu

episode diare akut. Tempe dipilih sebagai bahan dasar, karena tempe merupakan

bahan pangan tradisional yang mudah didapat dan murah, tempe mengandung

komponen fungsional probiotik dan prebiotik, serat l arut, asam lemak omega 3

polyunsaturated, konjugasi asam linoleat, antioksidan pada tanaman, vitamin dan

mineral, beberapa protein, peptida dan asam amino seperti phospholipid (Dewi

Kartika Sari, 2020).

Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa bubur tempe efektif diberikan

bagi penderita diare. Penelitian dilakukan terhadap semua penderita penyakit

diare pada anak usia 6-24 bulan yang dirawat mendapatkan hasil penelitian

bahwa formula tempe dapat dipakai sebagai pengganti formula Preda pada anak

dengan penyakit diare akut. Rata-rata lama penyakit diare pada pemberian

formula Preda adalah 4,95 hari dan pemberian bubur tempe adalah 4,21 hari

(Hartiningrum, 2010).
5

Penelitian yang serupa juga dilakukan dan menunjukkan bahwa suplemen

tempe berpengaruh baik terhadap kecepatan tumbuh pada anak penderita diare

umur 6-36 bulan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tempe juga

mempunyai kemampuan dalam penanggulangan diare. Hal ini disebabkan karena

tempe mengandung asam amino dan serat yang tinggi selain unsur prebiotik dan

probiotik (Sudigbia, 1990).

Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan memiliki peran dalam

membantu pasien mendapatkan diet yang tepat sesuai kondisi klien. Peran ini

dapat dilakukan termasuk pada penderita diare. Akan tetapi berdasarkan

pengalaman dinas peneliti di ruang anak sebelumnya, didapatkan bahwa masih

sangat jarang perawat yang melakukan peran ini. Kebanyakan perawat lebih

cenderung mengandalkan pengobatan farmakologis untuk menangani diare.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian “ Bagaimana Penerapan Pemberian Bubur Tempe Terhadap Penurunan

Frekuensi Diare Pada Anak Dengan Kasus Gastreonteritis”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah Pada Penelitian Ini Adalah apakah pemberian bubur

tempe pada anak dapat menurukan frekuensi diare dengan kasus gastreonteritis

akut?
6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui penurunan frekuensi diare pada anak dengan kasus

gastreonteritis akut dengan pemberian bubur tempe.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk Mengetahui penurunan frekuensi diare pada anak.

b. Untuk Mengetahui khasiat dari pemberian bubur tempe terhadap penurunan

frekuensi diare

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Poltekkes Palu

Diharapkan penelitian studi literatur ini dapat bermanfaat bagi civitas

akademika. Agar dapat meningkatkan pemahaman dan penambahan

pengetahuan Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu.

2. Bagi Penulis

Hasi penelitian studi literatur ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian studi literatur ini diharapkan dapat memberikan informasi

tentang apa dan bagaimana cara menurukan frekuensi diare pada anak.
7

4. Bagi Profesi keperawatan

Hasil penelitian studi literatur ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan ilmu bagi profesi keperawatan dan sebagai bahan pedoman dalam

menangani dan melayani msyarakat dalam dengan masalah diare.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Memperoleh pengalaman dan pengetahuan dalam mengimplementasikan

prosedur penerapan permberian bubur tempe dan menjadi pedoman dalam

penelitian pada asuhan keperawatan anak denagn pasien Gastroenteritis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Gastreonteritis

1. Definisi Gastroenteritis

Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana seseorang buang air besar

dengan konsisteni lembek atau cairbahkan dapat berupa air saja dan

frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih ) dalam satu hari

(DEPKES 2016)

Menurut WHO secara klinis diaredidefinisikan sebagai buang air besar

(defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat)

kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200g atau

200ml/24jm. Definisi lain memakai kriteria frekuaensiyaitu buang air besar

encer tersebut dapat atau tanpa di sertai lender dan darah . Jadi diare dapat

diartikan suatu kondisi buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3

kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapatdi sertai atau tanpa di

sertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada

lambung dan usus.

2. Etiologi gastroenteritis

a. Fator infeksi diare menurut Ngasityah (2016)

1) Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab

utama diare

2) Infeksi bakteria : vibrio, E.coli ,salmonella campilobaster


6

3) Infeksi virus :Rostavirus, Calcivirus,Entrovirus ,Adenovirus,

Astrovirus

4) Infeksi parasite : cacing, protozoa (entamoba histolica, giardia lambia),

jamur (candida aibicans).

5) Infeksi parenteral : infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti

Tonsilitas, bronkopneumonia, ensevalitis, meliputi : Faktor mal

absorbi : karbohidrat, lemak, protein Faktor makanan : basi, racun,

alergi Faktor psikologis : rasa takut dan cemas

3. Manifestasi Klinik

a. Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan)

tanda tandanya :

1) berak cair 1-2 kali sehari

2) muntah

3) nafsu makan tidak berkurang

4) masih ada keinginan bermain.

b. Pada anak yang mengalami diare dehidrasi ringan / sedang . tanda –

tandanya:

1) berak cair 4-9 kali sehari

2) muntah 1-2 kali sehari

3) suhu tubuh meningkat

4) tidak nafsu makan ,haus, badan lemah


7

c. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat tanda-tandanya:

1) berak cair terus –menerus

2) muntah terus-menerus, haus

3) mata cekung, bibir kering dan biru

4) tangan dan kaki dingin, lemah

5) tidak ada nafsu makan

6) Tidak keinginan bermain

7) Tidak BAK selama 6 jam

4. Patofisiologi

Menurut Rizal (2018) pathofisiologis dari gastroenteritis adalah

meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan

akibat dari gangguan absorbs dan ekskresi cairan dan elektrolit yang

berlebihan, cairan yodium, potassium dan bikarbonat berpindah dari rongga

ekstra seluler keadaan tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan

elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik

Diare yang terjadi merupakan proses dari transport aktif akibat

rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus sel dalam

mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan

elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal

sehingga mengurangi fungsi permukaan intestinal. Perubahan kapasitas

intestinal dan terjadi gangguan absorbs cairan dan elektrolit. Peredangan akan

menurunkankemampuanintestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit


8

dan bahan-bahan makanan ini terjadi pada sindrom mal absorbs Meknisme

dasar yang menyebabkan timbulnya diare ada 2 macam yaitu :

Gangguan osmotic akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat

diserap akan menyebabkan tekanan dalam rongga yang tidak dapat diserap

akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus :

1. Gangguan sekresi akibat ragsangan tertentu (misalnya toksin) pada

dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam

rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi

rongga usus

2. Gangguan motilitas usus hiperperistaltik akan mengakibatkan

berkurngnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul

diare, sebaliknya bila peristaltic usus menurun akan mengakibatkan

bakteri kamuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.

Dari kedua mekanisme diatas menyebabkan :

1. Kehilangan air dan elektrolit atau (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan

gangguan keseimbangan asam basa (aksidosis metabolic hipokalemia)

2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran

bertambah)

3. Hipoglikemia

4. Gangguan sirkulasi darah


9

5. Pathway
Sumber : ( Nanda aplikasi, 2015)

6. Infeksi
infeksi Malabsorbsi Makanan

Kuman masuk Tekanan osmotik Toksin tidak


dan berkembang meningkat dapat diabsorbsi
dalam usus

Pergeseran air hiperperistaltik


Toksin dalam dan elektrolit ke
dinding usus rongga usus
halus

Hipersekresi air Isi rongga usus Kemampuan


dan elektrolit meningkat absorbsi
usus meningkat menurun

DIARE

BAB sering dengan Inflamasi saluran


konsistensi encer pencernaan

Kulit di sekitar Cairan yang Frekwensi Agen Mual dan


anus lecet dan keluar banyak defekasi pirogenic muntah
iritasi

anoreksia
Kemerahan dehidrasi BAB encer Suhu tubuh
dan gatal dengan atau meningkat
tanpa darah
Ketidakseim
Resiko Kekurangan bangan
kerusakan volume diare hipertermia nutrisi
integritas kulit cairan kurang dari
kebutuhan
11

7. Komplikasi

Beberapa komplikasi dari diare menurut Suryadi (2016) :

a. Hypokalemia (dengan gejala matiorisme hipotoni, otot lemah,

bradikardi,perubahan elektro kardiogram)

b. Hipokalsemia

c. Cardic dysrhythimias akibat hypokalemia dan hipokalsemia

d. Hiponatremi

e. Syok hipofolemik

f. Asidosis

g. Dehidrasi

8. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan untuk gastreonteritis pada anak adalah sebagai berikut:

menurut Rianto (2017) adalah pengobatan dengan cara pengeluaran diet dan

pemberian cairan.

a. Diare tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun

misalnya air putih, sari buah segar ,air teh, kuah sup ,air tajin

b. Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang

mengandung campuran gula dan garam yang disebut larutan dehidrasi

oral. Dibuat dengan mencampurkan garam rehidrasi kedalam satu liter air

besar
12

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada anak dengan gastroenteritis akut menurut IDAI

(2011)

a. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak

di perlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya

penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare

akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat.pemeriksaan

laboratorium diperlakukan pada diare akut:

b. Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, kultur darah tes

kepekaan terhadap antibiotika

c. Urine : urine lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.

d. Tinja :

Pemeriksaan makroskopik, tinja perlu dilakukan pada semua penderita

diare meskipun pemeriksaan laboratoriun tidak dilakukan.tinja yang

watery dan tampa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh enterotosin

virus, protozoa, atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran

gastreontestinal. Tinja yang mengandung darah atau mukus biasanya

disebabkan infeksi bakteri yang menghasilkansitotoksin, bakteri

enterionvaksif yang menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus.

Pemeriksaan mikroskopik, untuk mencari adanya lekosit dapat

memberikan informasi tentang penyebab diare, letak anatomis serta


13

adanya peradangan mukosa. Lekosit dalam tinja diproduksi sebagai

respon terhadap bakteri yang menyerang mukosa kolon.

B. Konsep Dasar Bubur Tempe

1. Definisi

secara umum tempe berwarna putih, dikarenakan pertumbuhan

miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur

yang memadat. Tempe memiliki aroma yang khas dikarenakan adanya

degradasi dari komponen-komponen kedelai itu sendiri (Dewi & Aziz, 2011)

Di dalam tempe kandungan Gizinya lebih baik dibandingkan dengan

kedelai dan produk turunan lainnya. Kandungan tersebut diantaranya ialah

Vitamin B2, Vitamin B12, Niasin dan juga asam pantotenat,bahkan hasil

analisi ,Gizi tempe menunjukkan kandungan niasin sebesar 1,13 mg/100

gram berat tempe yang dimakan. Menurut Dwinaningsih (2010) dalam

(Dewi dan Aziz,2011), kelompok vitamin yang terdapat di dalam tempe

terdiri atas dua jenis yaitu yang larut di dalam air (Vitamin B kompleks) dan

larut lemak (Vitamin A, D, E dan K). Tempe memiliki sumber vitamin B

yang potensial jenis Vitamin tersebut ialah, Vitamin B1 (Tiamin), Vitamin

B2 (Riboflavin), asam pantotenat, asam nikotinat ( Niasin), Vitamin B6

(Piridoksin), dan Vitamin B12 (Sianokobalamin), tempe merupakan satu-

satunya sumber nabati yang memiliki kandungan B12, dimana kandungan

ini hanya dimiliki oleh produk hewani, sehingga tempe memiliki potensial

yang lebih baik dibandingkan produk nabati lainnya , selama proses


14

fermentasi dalam pembuatan tempe terjadi peningkatan Vitamin B12 yang 7

sangat mencolok,yaitu 33 kali lebih banyak dibandingkan kedelai ( Astawan,

2009).

Riboflavin (Vitamin B6) meningkat 4-14 kali lebih banyak

disbanding kedelai, Niasin meningkat 2-5 kali, biotin mengalami

peningkatan sebesar 2-3, asam folat 4-5 kali, dan asam pentatonat hanya

meningkat 2 kali lipat dibandingkan dari kandungan kedelai sebelum

difermentasi. Vitamin ini tidak dihasilkan oleh kapang Rhizopus, melainkan

dari kontaminasi Klebsiella pneumoniae, dan Citrobacter freundii (Sarwono,

2010)

2. Tujuan

Pada formula tempe, karena mengandung prebiotik yang merupakan

nutrien bagi pertumbuhan dan aktifitas bakteri/ mikroorganisme yang

menguntungkan (Probiotik) sehingga penyerapan makanan dari usus halus

mencapai usus besar dapat terlindungi. Dengan demikian maka nutrisi dari

formula yang disajikan dapat dicerna dengan baik sehingga daya tahan tubuh

semakin baik dan berdampak pada hari kesembuhan semakin pendek.

Probiotik diduga dapat mencegah dan mengendalikan diare (Wahlqvist,

2002).
15

C. Konsep Teori Anak

1. Pengertian Anak

Usia Dini Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-8 tahun.

Menurut Beichler dan Snowman (Dwi Yulianti, 2010: 7), anak usia dini

adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun. Sedangkan hakikat anak usia dini

(Augusta, 2012) adalah individu yang unik dimana ia memiliki pola

pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosioemosional,

kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus yang sesuai dengan tahapan

yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Dari berbagai definisi, peneliti

menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 0-8 tahun yang

sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun

mental. Masa anak usia dini sering disebut dengan istilah “golden age” atau

masa emas. Pada masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka

untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Perkembangan setiap

anak tidak sama karena setiap individu memiliki perkembangan yang berbeda.

Makanan yang bergizi dan seimbang serta stimulasi yang intensif sangat

dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Apabila anak

diberikan stimulasi secara intensif dari lingkungannya, maka anak akan

mampu menjalani tugas perkembangannya dengan baik

Masa kanak-kanak merupakan masa saat anak belum mampu

mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Mereka cenderung senang

bermain pada saat yang bersamaan, ingin menang sendiri dan sering
16

mengubah aturan main untuk kepentingan diri sendiri. Dengan demikian,

dibutuhkan upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek

perkembangan, baik perkembangan fisik maupun perkembangan psikis.

Potensi anak yang sangat penting untuk dikembangkan. Potensi-potensi

tersebut meliputi kognitif, bahasa, sosioemosional, kemampuan fisik dan lain

sebagainya.

2. Karakteristik Anak

Usia Dini Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara

fisik, sosial, moral dan sebagainya. Menurut (Siti Aisyah,dkk, 2010)

karakteristik anak usia dini antara lain;

a) memiliki rasa ingin tahu yang besar

b) merupakan pribadi yang unik

c) suka berfantasi dan berimajinasi,

d) masa paling potensial untuk belajar

e) menunjukkan sikap egosentris

f) memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek

g) sebagai bagian dari makhluk sosial, penjelasannya adalah sebagai berikut.

Usia dini merupakan masa emas, masa ketika anak mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.


17

Pada usia ini anak paling peka dan potensial untuk mempelajari sesuatu,

rasa ingin tahu anak sangat besar. Hal ini dapat kita lihat dari anak sering

bertanya tentang apa yang mereka lihat. Apabila pertanyaan anak belum

terjawab, maka mereka akan terus bertanya sampai anak mengetahui

maksudnya. Di samping itu, setiap anak memiliki keunikan sendiri-sendiri

yang berasal dari faktor genetik atau bisa juga dari faktor lingkungan. Faktor

genetik misalnya dalam hal kecerdasan anak, sedangkan faktor lingkungan

bisa dalam hal gaya belajar anak (Siti Aisyah,dkk, 2010).

D. Kerangka Pikir

Kerangka berfikir merupakan sintesa hubungan antara variable yang di

susun dari berbagai teori yang telah di deskripsikan (Sugiyono, 2013).

Diare Anak
Bubur Tempe

1. Prinsip
Etiologi :
2. Strategi
1. Faktor infeksi 3. Infeksi pra rujukan
2. Faktor malabsorbsi 4. Infeksi untuk
3. Faktor makanan pemulasaraan jenazah
4. Faktor psikologis

Berkurangnya penularan

Berkurangnya kasus baru


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian metaanalisis dengan pendekatan

literatur review. Review ilmiah adalah sebuah proses atau tulisan yang

disusun untuk membedah sebuah studi atau penelitian ilmiah. Membaca dan

menulis ulasan atau review karya tulis ilmiah seperti skripsi, tesis, buku,

hingga artikel penelitian merupakan salah satu skill yang wajib dimiliki

seorang mahasiswa dan akademisi. Kegiatan ini bertujuan untuk menelaah

seberapa jauh perkembangan ilmu pengetahuan serta memperkuat dasar-dasar

keilmuan yang dimiliki oleh civitas akademia. Artikel review adalah sebuah

artikel yang dibuat untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai suatu

studi atau penelitian, baik itu kelebihan atau kekurangan dari objek yang di

review, maupun hanya menggabungkan antarabeberapa studi memperkuat

analisis dalam studi yang dilakukan (Suryanarayana and Mistry, 2016).

Studi literatur bisa didapat dari berbagai sumber baik jurnal, buku,

dokumentasi, internet dan pustaka. Metode studi literatur adalah serangkaian

kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca

dan mencatat serta mengelolah bahan penulisan (Nursalam, 2016).

B. Protokol dan Registrasi

Rangkuman menyeluruh dalam bentuk literatur review mengenai

pemberian bubur tempe pada anak dapat menurukan frekuensi diare dengan

kasus gastreonteritis akut dan evaluasi dari literatur review akan


18

menggunakan PRISMA checklist untuk menentukan penyeleksian studi yang

telah ditemukan dan disesuaikan dengan tujuan dari literatur review (Nursalam,

2020).

C. Database Pencaharian

Literature review yang merupakan rangkuman menyeluruh beberapa studi

penelitian yang ditentukan berdasarkan tema tertentu. Pencarian literatur

dilakukan pada bulan Agustus 2020. Data yang digunakan dalam peelitian ini

adalah data sekunder yang diperoleh bukan dari pengamatan langsung, akan tetapi

diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti

terdahulu. Sumber data sekunder yang didapat berupa artikel jurnal bereputasi

baik nasional maupun internasional dengan tema yang sudah ditentukan.

Pencarian literatur dalam literature review ini menggunakan lima database

dengan kriteria kualitas tinggi dan sedang, yaitu Google scholar, Scopus,

ProQuest, Pubmed, CINAHL dan Scient Direct (Nursalam, 2020).

D. Kata Kunci

Kata kunci dalam literature review ini disesuaikan dengan Medical Subject

Heading (MeSH), Misalnya peneliti melakukan pencarian pada mesin pencarian

Scholar dengan mengetik kata “(Penurunan or turun) AND (Frekuensi Diare or

Durasi Diare or Frequency of Diarrehea) AND (Anak or Child) AND

(Gastreonteritis or GEA). Atau dengan mengetik “Penurunan or turun” + ”


19

Frekuensi Diare or Durasi Diare or Frequency of Diarrehea” + ” Anak or Child

l” +” Gastreonteritis or GEA”.

Tabel 3.1 Kata Kunci Literatur Review


Penurunan Frekuensi Diare Anak Gastreonteritis
OR OR OR OR
Turun Durasi Diare Child GEA
OR OR
Decline Frequency of
diarrehea

Sumber : (Nursalam, 2020).

E. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan PCOS

framework, yang terdiri dari:

1. Population/problem yaitu populasi atau masalah yang akan di analisis sesuai

dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature review

2. Comparation yaitu intervensi atau penatalaksanaan lain yang digunakan

sebagai pembanding, jika tidak ada bisa menggunakan kelompok kontrol

dalam studi yang terpilih.

3. Outcome yaitu hasil atau luaran yang diperolah pada studi terdahulu yang

sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature review.

4. Study design yaitu desain penelitian yang digunakan dalam artikel yang akan

di review.
20

Tabel 3.2 Format PCOS dalam Literatur review

Kriteria Inklusi Ekslusi


Population Anak Yang bukan Anak
Intervention -
Comparators Tidan Ada Pembanding
Outcomes Analisis yang menjelaskan tentang Analisis yang tidak
pemberian bubur tempe terhadap menjelaskan tentang
penurunan frekuensi diare pada pemberian bubur tempe
anak dengan kasus gastreonteritis terhadap penurunan
akut frekuensi diare pada anak
dengan kasus
gastreonteritis akut
Study Design and Cross-sectional study, No exclusion
publication Type
Publication Years Post-2007 Pre-2020
Language English, Indonesian Language other than
English and Indonesian

Sumber : (Nursalam, 2020).

F. Hasil Pencarian dan Seleksi Studi

Berdasarkan hasil pencarian literature melalui publikasi di database yaitu

Google Scholar. Kemudian menggunakan kata kunci yang sudah disesuaikan,

peneliti mendapatkan 2.310 artikel yang berkaitan dengan kata kunci tersebut.

Hasil pencarian yang sudah didapatkan kemudian diperiksa duplikasi, ditemukan

terdapat 2.264 artikel yang sama dan tidak sesuai dengan judul sehingga

dikeluarkan dan tersisa 46 artikel. Peneliti kemudian melakukan skrining

berdasarkan judul (n = 46), abstrak (n = 9) dan full text (n =2) yang disesuaikan

dengan tema literature review. Assessment yang dilakukan berdasarkan


21

kelayakan terhadap kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan sebanyak 2 artikel

yang dipergunakan dalam literature review. Hasil seleksi artikel study dapat di

gambarkan dalam diagram flow di bawah ini:

Pencaharian Literature di
Google Scholar (n=2.310)
Catatan setelah duplikasi,
tidak sesuai dengan judul
(n=2.264)

Judul di identifikasi dan di saring


(n=46)
Arikel tidak membahas
pencegahan dan
pengendalian
Abstrak didentifikasi
coronavirus (n=37)
dan di saring
(n=9)

Salinan lengkap diambil dan


dinilai untuk kelayakan
(n=2)

Studi termaksud dalam sintesis


(n=2)
Gambar 3.1 Diagram flow pencarian literatur (Nursalam, 2020)

G. Pengumpulan Data
22

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah studi

kepustakaan atau studi literatur. Teknik ini dilakukan dengan cara mempelajari

buku-buku, artikel, jurnal, website dan literatur-literatur lain yang berhubungan

dengan permasalahan penelitian untuk memperoleh wawasan dan dasar teori

sehingga bisa digunakan sebagai informasi untuk menganalisis serta menunjang

pembahasan masalah penelitian ini.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui

perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) dengan berupa bukti, catatan,

atau laporan historis yang tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang

dipublikasi maupun yang tidak dipublikasikan (Sugiyono, 2013).

H. Penilaian Kualitas

Analisis kualitas metodologi dalam setiap studi (n = 2) dengan checklish

daftar penilaian dengan beberapa pertanyaan untuk menilai kualitas dari studi.

Penilaian kriteria diberi nilai ‘ya’,’tidak’, ‘tidak jelas’ atau ‘tidak berlaku’, dan

setiap kriteria dengan skor ‘ya’ diberi satu point dan nilai lainnya adalah nol,

setiap skor studi kemudian dihitung dan dijumlahkan. Crittical appraisal untuk

menilai studi yang memenuhi syarat dilakukan oleh para peneliti. Jika skor

penelitian setidaknya 50% memenuhi kriteria Crittical appraisal dengan nilai titik

cut-off yang telah disepakati oleh peneliti, studi dimasukkan ke dalam kriteria

inklusi. Peneliti mengecualikan studi yang berkualitas rendah untuk menghindari


23

bias dalam validitas hasil dan rekomendasi ulasan. Dalam skrining terakhir,

delapan belas studi mencapai skor lebih tinggi dari 50% dan siap untuk

melakukan sintesis data, akan tetapi karena penilaian terhadap resiko bias, dua

studi dikeluarkan dan artikel yang digunakan dalam Lierature review terdapat 2

buah.

Risiko bias dalam Literature review ini menggunakan asesmen pada metode

penelitian masing-masing studi, yang terdiri dari (Nursalam, 2020):

1. Teori: teori yang tidak sesuai, sudah kadaluwarsa, dan kredibilitas yang

kurang

2. Desain: Desain kurang sesuai dengan tujuan penelitian

3. Sample: ada 4 hal yang harus diperhatikan yaitu populasi, sampel, sampling,

dan besar sampel yang tidak sesuai dengan kaidah pengambilan sampel.

4. Variabel: variabel yang ditetapkan kurang sesuai dari segi jumlah,

pengontrolan variabel perancu, dan variabel lainnya.

5. Instrumen: instrument yang digunakan tidak memiliki sensitivitas, spesivikasi

dan validitas-reliablitas.

6. Analisis data: Analisis data tidak sesuai dengan kaidah analisis yang sesuai

dengan standar.
18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penilitian

1. Karakteristik Studi

Tiga artikel memenuhi kreteria inklusi (Gambar 1) terbagi menjadi

satu sub pembahasan berdasarkan topik literatur riview yaitu gambaran

perilaku masyarakat terhadap pencegahan penularan coronavirus disease

(Covid-19). Sebagian besar desain penelitian cross-sectional dan total

sampling. Jumlah secara keseluruhan sebanyak 1.396 orang. Terdiri dari

peserta yang secara keseluruhan, setiap penelitian membahas tentang

pengetahuan dan perilaku masyarakat terhadap pencegahan penularan

coronavirus diseases (Covid-19). Kualitas studi tertinggi adalah perilaku

masyarakat terhadap penularan coronavirus diseases (Covid-19). Studi yang

sesuai dengan tinjauan sistematis ini dilakukan di Indonesia dengan tiga

studi (Ika purnamasari, Anisa Ell raharyani, 2020), (Ressa Andriyani Utami,

Ria Efkelin Mose, Martini, 2020) dan (Devi Pramita Sari, Nabila Sholihah

‘Atiqoh, 2020). Tiga studi tentang perilaku yang berkontribusi pada

masyarakat dalam pencegahan penularan coronavirus diseases (Covid-19) di

antaranya (sample) adalah pengetahuan, sikap dan perilaku/tindakan.


19

2. Karakter Responden Studi

Responden dalam penelitian adalah seluruh masyarakat yang

terdampak dalam pencegahan penularan coronavirus disease (Covid-19) di

masing-masing daerah. Dalam studi telah disebutkan perilaku masyarakat

dalam pencegahan penularan coronavirus disease (Covid-19) dengan

mayoritas responden berjumlah 1.227 orang. Responden dalam penelitian ini

ditinjau dari pengetahuan, sikap, dan perilaku/tindakan.


DAFTAR PUSTAKA

Cheung, Pik-To dan Chung Pak-Ho. 2011. Journal of Paedetrics, Obstetrics


& Gynecology. Volume 37, No. 4:146.

Depkes RI. 2007. Diagnosa Diare dan Klasifikasi Dehidrasi. Diakses dari:
http://www. medicastore.com/ med/index.php.

Juffrie, M.; Soenarto, S.S.Y.; Oswari, H.; Arief, S.; Rosalina, I.; & Mulyani,
N.S. 2010. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI.

Kemenkes RI, ( 2011 ). Buletin data dan kesehatan :Situasi Diare di


Indonesia, Jakarta : Kemenkes.

Nanda (Nic-Noc). (2015). Panduan Asuhan Keperawatan Profesional. Jakarta


: EGC

Nurasalam. ( 2011). Manajemen Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : Salemba


Medika.

Nursalam, S. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan


Praktis (E4). In Jakarta: Salemba Medika. Salemba Medika.

Nursalam. (2020). Penulis Literature Review Dan Systematic Review Pada


Pendidikan Kesehatan (Contoh).

Penelitian dilakukan terhadap semua penderita penyakit diare pada anak usia
6-24 bulan yang dirawat di RSU RA. Kartini Kabupaten Jepara.
Sampel diambil secara accidentaldari bulan Januari - Pebruari 2010.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa formula tempe dapat dipakai
sebagai pengganti formula Preda pada anak dengan penyakit diare
akut. Rata-rata lama penyakit diare pada pemberian formula Preda
adalah 4,95 hari dan pemberian bubur tempe adalah 4,21 hari.

Profil Kesehatan Indonesia. 2017 Diakses dari: http://www.depkes.go.id.

Riskesdas. (2013). Di Akses 28 Januari 2019,

STIKES Kusuma Husada Surakarta. Diakses tanggal 6 Juni 2017

Sugiyono. (2013). Metode Penelitan Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

20
Suryana. 2005. Berbagai Masalah Kesehatan Anak Dan Balita. Jakarta: Dani
Jaya Abadi.

WHO. (2017). Di akses tanggal 28 Januari 2019,

Yonata, A & Farid, A.F. 2016. Penggunaan Probiotik Sebagai Terapi Diare.
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Majority Volume 5 Nomor 2.
Dari

21

Anda mungkin juga menyukai