Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL

TERAPI BERMAIN “MENCOCOKKAN WARNA”


Pada Anak Toddler
Di Ruang Roudloh Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

Oleh:
Alfin Nugroho 2018204610111125
Farhanah 2018204610111096
Qorina Binadari 2018204610111106
Muhammad Amir 2018204610111110
Anisa Rizky Aulia 2018204610111117
Nur Ifni Azizah 2018204610111118

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak
secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas
bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak.
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.
Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu,
dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan
rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah
agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada
saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2003 didapatkan jumlah anak usia
toddler (1-3 tahun) di Indonesia adalah 13,50 juta anak. Anak-anak pada usia
toddler dapat memainkan sesuatu dengan tangannya serta senang bermain dengan
warna, oleh karena itu bermain dengan mencocokkan warna menjadi alternatif
untuk mengembangkan kreatifias anak dan dapat menurunkan tingkat kecemasan
pada anak selama dirawat. Mencocokkan warna dapat menjadi salah satu media
bagi perawat untuk mampu mengenali tingkat perkembangan anak.
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain
dengan warna mampu mengasah fungsi kognitif anak serta menambah kosakata
pembendaharaan kata. Oleh karena itu sangat pentingnya kegiatan bermain
terhadap tumbuh kembang anak dan untuk mengurangi kecemasan akibat
hospitalisai, maka akan dilaksanakan terapi bermain pada anak usia toddler
dengan cara mencocokkan benda sesuai warna.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


1. Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak
2. Memaksimalkan tumbuh kembang anak
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Anak dapat lebih mengenali warna
2. Menurunkan tingkat kecemasan pada anak
3. Mengembangkan imajinasi pada anak
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN BERMAIN
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat
bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan
bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa
permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan atau kepuasan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Suhendi,
2008). Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktekkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif,
mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Aziz A, 2005). Jadi
kesimpulannya bermain adalah cara untuk memperoleh kesenangan agar anak dapat
kreatif dan mengekspresikan pikiran, tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

B. KATEGORI BERMAIN
1. Bermain Aktif: Anak banyak menggunakan energy inisiatif dari anak sendiri.
Contoh: bermain sepak bola.
2. Bermain Pasif: Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakkan aktivitas
(hanya melihat)
Contoh: Memberikan support.

C. CIRI-CIRI BERMAIN
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2. Selalu ada timbal balik interaksi
3. Selalu dinamis
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu

D. KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT ISI


1. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam
bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang,
dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
2. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya, dengan
bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir.
3. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan anak
akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda.
4. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.

E. KLASIFIKASI BERMAIN MENURUT KARAKTERISTIK SOSIAL


1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang
bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Toddler.
2. Paralel play
Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai
mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak
saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak pre school.
Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang sama tetapi
belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain
sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan terencana
dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen

F. FUNGSI BERMAIN
Anak dapat melangsungkan perkembangannya
1. PERKEMBANGAN SENSORIK MOTORIK
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu, misalnya meraih
pensil.
2. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk kegunaan).
3. KREATIFITAS
Mengembangkan kreatifitas menoba ide baru misalnya menyusun balok.
4. PERKEMBANGAN SOSIAL
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari belajar
dalam kelompok.
5. KESADARAN DIRI (SELF AWARENESS)
Bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan, dan tingkah laku terhadap
orang lain.
6. PERKEMBANGAN MORAL
Interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman, menyesuaikan
dengan aturan kelompok.
Contoh : dapat menerapkan kejujuran
7. TERAPI
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak,
misalnya : marah, takut, benci.
8. KOMUNIKASI
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat mengatakan
secara verbal, misalnya : melukis, menggambar, bermain peran.

G. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN


1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
2. Status kesehatan, anak sakit à perkembangan psikomotor kognitif terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan à lokasi, negara, kultur
5. Alat permainan à senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status sosial ekonomi

H. TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN


1. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
3. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

I. TAHAP TUMBUH KEMBANG dan KARAKTERISTIK BERMAIN ANAK USIA


TOODLER (1-3 TAHUN)
1. Tahap Pertumbuhan
Perhitungan berat badan : Umur (tahun) x 2 – 8 : 2
Perhitungan panjang badan : Umur 1 tahun : 75 cm
: Umur 2 – 3 tahun = Umur (tahun) x 6 - 77
2. Tahap Perkembangan
a. Perkembangan Psikoseksual menurut Sigmeun Freud :
Fase anal (1 – 3 tahun) : daerah anal aktifitas, pengeluaran tinja menjadi sumber
kepuasan libido yang penting. Menunjukkan keakuannya, sikap narsistik (cinta
terhadap diri sendiri), dan egoistik.
Tugas utama anak : latihan kebersiahan, perkembangan bicara dan bahasa meniru
dan mengulang kata sederahana, hubungan interpersonal anak sangat terbatas,
bermain sendiri, belum bisa bermain dengan anak lain.
b. Perkembangan Psikoseksual menurut Erikson :
Tahap ke 2 : Autonomi vs Shame and doubt
Perkembangan ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari dari lingkungan dan
keuntungan yang ia peroleh untuk mandiri, jika orang tua terlalu melindungi,
menuntut harapan terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu.
c. Stimulasi dan perkembangan anak
a) Anak umur 12 – 18 bulan :
1) Perkembangan anak : berjalan sendiri tidak jatuh, mengambil benda kecil
dengan jari telunjuk, mengungkapkan keinginan secara sedehana, minum
sendiri dari gelas tidak tumpah.
2) Stimulasi dini : melatih anak naik turun tangga, bermain dengan anak
melempar dan menangkap bola besar kemudian kecil, melatih anak
menunjuk dan menyebut nama-nama bagian tubuh, memberi kesempatan
anak melepas pakaian sendiri.
b) Anak umur 18-24 bulan:
1) Perkembangan anak: berjalan mundur 5 langkah, mencoret-coret dengan alat
tulis, menunjukkan bagian tubuh dan menyebut namanya, meniru melakukan
pekerjaan rumah tangga.
2) Stimulasi dini: melatih anak berdiri dengan satu kaki, mengajari anak
menggambar bulatan, garis segi tiga dan gambar wajah, melatih anak
mengikuti perintah sederhana, melatih anak mau ditinggalkan ibunya
sementara waktu.

Anak usia toddler menunjukkan karakteristik yang khas, yaitu banyak bergerak,
tidak bias diam dan mulai mengembangkan otonomi dan kemampuannya untuk mandiri.
Oleh karena itu, dalam melakukan permainan, anak lebih bebas, spontan, dan
menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan maupun dalam aktivitas bermiannya.
Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Oleh karena itu seringkali mainannya di
bongkar-pasang, bahkan dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan
keselamatan anak dengan cara tidak memberikan alat permainan yang tajam dan
menimbulkan perlukaan.
Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah “sollitary play dan
parallel play”. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun lebih jelas terlihat anak melakukan
permainan sendiri dengan mainannya sendiri, sedangkan pada usia lebih dari 2 tahun
sampai 3 tahun, anak mulai dapat melakukan permainan secara parallel karena sudah
dapat berkomunikasi dalam kelompoknya walaupun belum begitu jelas karena
kemampuan berbahasa belum begitu lancer. Jenis alat permainan yang tepat diberikan
adalah boneka, pasir, tanah liat dan lilin warna-warni yang dapat dibentuk benda macam-
macam.

J. BERMAIN DI RUMAH SAKIT


1. TUJUAN
a. Melanjutkan tugas kembang selama perawatan
b. Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang tepat
c. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat
2. PRINSIP
a. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
b. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
c. Kelompok umur sama
d. Melibatkan keluarga/orangtua
3. UPAYA PERAWATAN DALAM PELAKSANAAN BERMAIN
a. Lakukan saat tindakan keperawatan
b. Sengaja mencari kesempatan khusus
4. BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
a. Alat bermain
b. Tempat bermain
5. PELAKSANAAN BERMAIN DI RS DIPENGARUHI OLEH
a. Faktor pendukung
Pengetahuan perawat, fasilitas kebijakan RS, kerjasama Tim dan keluarga
b. Faktor penghambat
Tidak semua RS mempunyai fasilitas bermain

K. BERMAIN MENCOCOKKAN WARNA


1. Definisi
Mewarnai adalah proses memberi warna pada suatu media. Mewarnai gambar
diartikan sebagai proses memberi warna pada media yang sudah bergambar.
Mewarnai gambar merupakan terapi permainan yang kreatif untuk mengurangi stress
dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi pada anak.
2. Manfaat
a. Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat terapeutik
(sebagai permainan penyembuh/”therapeutic play”).
b. Dengan bereksplorasi menggunakan gambar, anak dapat membentuk,
mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan ketrampilan motorik halus.
c. Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia toddler, karena menggunakan media
kertas gambar dan crayon.
d. Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada anak suatu cara
untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata.
e. Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena proses
hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress, kognitifnya tidak akurat dan
negative.
f. Bermain mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk meningkatkan
ekspresi emosinal anak, termasuk pelepasan yang aman dari rasa marah dan benci.
g. Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan metode
penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama dirawat di rumah sakit.

SATUAN ACARA KEGIATAN


TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR

Judul : Terapi bermain “mewarnai gambar”


Tanggal pelaksanaan : 19 Desember 2014
Waktu : 40 menit
Tempat : Ruang Anggrek, RSUD Kota Salatiga

A. SASARAN
1. Anak usia toddler (1-3 tahun)
2. Anak yang dirawat di ruang Anggrek
3. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghalangi
proses terapi bermain
4. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
5. Anak yang dapat memegang pensil warna
6. Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain mewarnai gambar

B. MEDIA
1. Pensil warna
2. Kertas bergambar
3. Lembar penilaian

C. STRATEGI PELAKSANAAN
No. Waktu Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan :
1. Membuka kegiatan
dengan Menjawab salam

mengucapkan salam.
Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri
 Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan dari terapi

bermain Memperhatikan
4. Kontrak waktu anak dan orang tua
2. 20 menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan tata cara pelaksanaan Memperhatikan
terapi bermain mewarnai kepada

anak Bertanya
2. Memberikan kesempatan kepada

anak untuk bertanya jika belum
Antusias saat
jelas
menerima peralatan
3. Membagikan kertas bergambar dan
 Memulai untuk
crayon
mewarnai gambar
4. Fasilitator mendampingi anak dan
 Menjawab
memberikan motivasi kepada anak
pertanyaan
5. Menanyakan kepada anak apakah
 Mendengarkan
telah selesai mewarnai gambar 
6. Memberitahu anak bahwa waktuMemperhatikan
yang diberikan telah selesai
7. Memberikan pujian terhadap anak
yang mampu mewarnai gambar
sampai selesai
3. 10 menit Evaluasi :
1. Memotivasi anak untuk Menceritakan
menyebutkan apa yang diwarnai
 Gembira
2. Mengumumkan nama anak yang
dapat mewarnai dengan contoh  Gembira
3. Membagikan reward kepada
seluruh peserta
4. 5 menit Terminasi:
1. Memberikan motivasi dan pujian Memperhatikan
 Gembira
kepada seluruh anak yang telah

mengikuti program terapi bermain Mendengarkan
2. Mengucapkan terima kasih kepada
 Menjawab salam
anak dan orang tua
3. Mengucapkan salam penutup

D. KRITERIA EVALUASI
1. Evalusi Struktur
a. Anak hadir di ruangan minimal 3 orang.
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang Anggrek.
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Anak antusias dalam kegiatan mewarnai gambar
b. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
c. Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk mewarnai gambar
3. Kriteria Hasil
a. Anak terlihat senang dan gembira
b. Kecemasan anak berkurang
c. Mewarnai gambar sesuai dengan contoh
d. Anak mampu menyebutkan warna yang dipakai

E. PENGORGANISASIAN
1. Pembimbing Pendidikan : Umi Aniroh S,Kep.Ns, M.Kes
2. Pembimbing Ruangan : Kasmirah S,Kep
3. Leader : Andriadi
4. Co Leader : Endah Zuni
5. Fasilitator : 1. Esthi Wahyuningsih
2. Nurul Chotimah
3. Ahmad Rozi Fahmi
4. Hilmiati
6. Observer : 1. Era Setiawati
2. Endang Dwi Rahayu
3. Amalia Nazimatul Uma

7. Anak : Anak berusia 1-3 tahun dirawat di ruang Anggrek

F. TUGAS MASING-MASING
1. Leader : Memimpin jalannya program terapi
2. Fasilitator : Mendampingi dan mengarahkan saat anak terapi
3. Observer : Mencatat dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
4. Anak : Mengikuti jalannya terapi bermain

G. PERKIRAAN HAMBATAN :
1. Jadwal terapi bermain yang kurang sesuai (lebih lambat dari yang di jadwalkan)
2. Anak rewel atau ingin keluar dari terapi bermain

H. ANTISIPASI HAMBATAN/MASALAH
1. Jadwal terapi bermain disesuaikan (tidak pada waktu terapi)
2. Melakukan kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi anak selama program
terapi.

I. SETTING TEMPAT
2 1

Keterangan:

Leader Observer

Co Leader Anak

Fasilitator
DAFTAR PUSTAKA

Erlita, dr. (2006). Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak. Terdapat pada :
http://info. balitacerdas.com. Diakses pada tanggal 21 Desember 2009

Foster and Humsberger, 1998, Family Centered Nursing Care of Children. WB sauders
Company, Philadelpia USA

Hurlock, E B.1991. Perkembangan Anak Jilid 1. Erlangga : Jakarta

L. Wong, Donna. 2003. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik Edisi 4. EGC : Jakarta
www.Pediatrik.com Selasa 21 Desember 2009. Jam 15.25

Markum, dkk. 1990.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, EGC : Jakarta

Soetjiningsih, 1995,Tumbuh Kembang Anak, EGC : Jakarta

Whaley and Wong, 1991, Nursing Care Infanst and Children. Fourth Edition. Mosby Year
Book. Toronto Canada

Anda mungkin juga menyukai