Oleh : Farhanah
Nim : 201820461011096
2019
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN CKD
DI RUANG 28 RSU DR.SAIFUL ANWAR
Disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
( ) ( )
I. DEFINISI
Penyakit ginjal kronnis merupakan suatu keadaan saat ginjal mengalami percepatan
kehilangan fungsi ekskresi, endokrin, dan metabolik yang sifatnya tidak bisa
dikembalikan. Fungsi eksresi ginjal adalah melakukan fungsi mengeluarkan produk akhir
metabolisme yang tidak diperlukan tubuh, seperti urea. Fungsi endokrin ginjal adalah
memproduksi enzim dan hormon, seperti renin untuk pengaturan tekanan darah,
eritropoietin untuk sitesis eritrosit, 1,25 hidroksi vitamin D3 untuk mengatur kalsium
(Muttaqin, 2011).
Fungsi metabolisme ginjal adalah untuk memelihara keseimbangan air, elektrolit,
dan asam basa tubuh. Penyakit ginjal kronis berhubungan dengan penyakit diabetes
mellitus, hipertensi, dan adanya riwayat keluarga yang menderita CKD seta riwayat
mengonsumsi obat-obatan, seperti aspirin, acetaminophen, dan obat-obatan yang
mengandung ibu profen dalam waktu lama (Muttaqin, 2011)
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal
yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam
darah (Muttaqin dan Sari, 2011).
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus filtration
rate (GFR) (Nahas & Levin, 2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai
kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan
samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme,
cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia. Gagal ginjal
kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana ginjal gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan
uremia berupa retensi urea dan sampah lain dalam darah (Muttaqin, 2011)
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronik
adalah suatu keadaan dimana ginjal mengalami kerusakan sehingga tidak mampu lagi
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan penumpukan
urea dan sampah metabolisme lainnya serta ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
II. ETIOLOGI
Gagal ginjal atau CKD terjadi akibat penurunan volum plasma yag berakibat
penuruna curah jantung, dan perfusi ginjal. Gagal pra-renal daoat terjadi karena
hipovolemia (mis, dehidrasi, hemoragi, asites) atau insufisiensi sirkulasi (mis, syok, gagal
jantung kongestif, aritmia, hipotensi berkepanjangan). Iskemia renal sebagai akibat
hipovolemia sentral sering menyebabkan nekrosis tubular akut. Kecepatan dan volume
cairan yang hilang menentukan derajat gagal sirkulasi (Nahas, et al, 2010)
Gagal ginjal akut karena penyebab renal terjadi akibat perubahan parenkim ginjal
yang merusak nefron. Faktor-faktor penyebabnya macam-macam. Glomerulonefritis akut
dapat terjadi akibat infeksi Streptococcus. Kelainan patologisnya adalah proliferasi sel-sel
glomerular, nekrosis kapiler glomerular, atau eksudasi leukosit ke dalam glomerulus.
Penyakiut vaskular ginjal dapat terjadi akibat kelainan, yang dapat berakibat penyempitan
arteri, penebalan arteriol aferen, atau radang dan nekrosis dinding arteri. Nefritiss
intersisial berat bisa menyertai pielonefritis akut, nekrosisi papilar, sepsis, dan obat
nefrotoksik tertentu. Nekrosisi tubular akut menunjukkan kerussakan akut pada epitel
tubulus ginjal. Sedangkan penyebab pasca renal mencakup obstruksi saluran kemuh akibat
obstruksi uretra, batu, hipertrofi prostat, dan tumor (Nahas, et al, 2010)
Menurut Muttaqin dan Sari (2011) kondisi klinis yang memungkinkan dapat
mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan di luar ginjal.
a. Penyakit dari ginjal
2) Dyslipidemia.
3) SLE.
5) Preeklamsi.
6) Obat-obatan.
III. KLASIFIKASI
a) Gagal ginjal akut, terjadinya penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba yang dapat
disebabkan oleh kerusakan, sirkulasi yag buruk atau penyakit ginjal lainnya.
b) Gagal ginjal kronik, merupakann penurunan fungsi yang progresif selama beberapa
bulan hingga bertahun-tahunn yang ditandai berubahanya bentuk serta fungsi dari
ginjal normal secara bertahap.(Joy, Kshirsagar & Franceschini, 2008).
Perjalanan gagal ginjal kronik dibagi menjadi 3 stadium, yaitu :
a) Stadium I
Stadium pertama merupakan sebuah proses penurunan cadangan ginjal. Selama
stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal dan pasien asimptomatik.
b) Stadium II
Tahap ini merupakan insufisiensi ginjal dimana lebih dari 75% jaringan yang
berfungsi telah rusak dan GFR (Glomerulus Filtration Rate) besarnya hanya
25% dari normal. Kadar BUN mulai meningkat tergantung dari kadar protein
dalam diet. Kadar kreatinin serum juga mulai meningkat disertai dengan
nokturia dan poliuria sebagai akibat dari kegagalan pemekatan urin.
c) Stadium III
Stadium ini merupakan stadium akhir dimana 90 % dari massa nefron telah
hacur atau hanya tinggal 200.000 nefron saja yang masih utuh. GFR
(Glomerulus Filtration Rate) hanya 10 % dari keadaan normal. Kreatinin
serum dan BUN akan meningkat. Klien akan mulai merasakan gejala yang
lebih parah karena ginjal tidak lagi dapat mempertahankan homeostasis cairan
dan elektrolit dalam tubuh. Urin menjadi isoosmotik dengan plasma dan pasien
menjadi oligurik dengan haluaran urin kurang dari 500 cc/hari (Joy, Kshirsagar
& Franceschini, 2008).
IV. TANDA DAN GEJALA
a. Manifestasi kardiovaskular: hipertensi, gagal ginjal kongestif, edema pulmonal,
perikarditis.
b. Gejala-gejala dermatologis: gagal-gatal hebat (pruritus)
c. Gejala-gejala gastrointestinal: anoreksia, mual, muntah dan cegukan, kehilangan
kemampuan penghidu dan pengecap, parotitis atau stomatitis.
d. Perubahan neuromuskular: perubahan tingkat kesadaran, kacau mental,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang.
e. Perubahan hematologis: kecenderungan perdarahan
f. Keletihan dan letargik, sakit kepala, kelemahan umum
g. Pasien secara bertahap akan lebih mengantuk, karakter pernapasan menjadi kusmaul;
dan terjadi koma dalam, sering dengan konvulsi (kedutan mioklonik) atau kedutan otot
IX. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak
bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial
Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan
melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka
dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke
jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- Transplantasi ginjal
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada Doenges
(2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti
proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu
kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / rdiri yang terlalu lama dan
lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/
zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius
bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu
6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau
turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya
adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan
darah atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi
peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga, hidung
kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah,
mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi
basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan
Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia,
dan terjadi perikarditis.
2. Dignosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
1 Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau kreatinin dan BUN serum 1. Perubahan ini menunjukkan
berhubungan dengan kerusakan keperawatan selama 3x24 2. Rujuk pasien ke ahli diet untuk kebutuhan dialisat segera
fungsi ginjal jam, volume cairan tubuh penyuluhan diet dan bantu dalam 2. Ahli diet adalah spesialis nutrisi
dapat berrkurang dengan merencanakan kebutuhan makanan dan dapat menjelaskan alasan
kriteria hasil : dengan modifikasi dalam protein, modifikasi diet dan dapat
kalium, fosfor, natrium dan kalori. membantu pasien merencanakan
1. Nilai elektrolit serum
3. Jangan memberikan obat-obatan makanan untuk memenuhi
dalam rentang normal
sampai setelah dialisat, bila tekanan kebutuhan nutrisi dalam batas
2. Bunyi nafas bersih
darah tetap di bawah 90/60 mmHg, diet.
3. Tak ada edema
jangan berikan obat anti hipertensi. 3. Kebanyakan obat-obatan
4. Tekanan darah sistolik
dikeluarkan melalui dialisat
(TD) diantara 90-140
mmHg
5. Peningkatan berat
badan saat ini dua pon
dari berat badan tidak
edema.
2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau berat badan setiap hari, 1. Untuk mengidentifikasi indikasi
berhubungan dengan anemia keperawatan selama 3x24 kreatinin dan BUN serum, jumlah perkembangan atau
dan nyeri sendi sekunder jam, intoleransi aktivitas makanan yang dikonsumsi dalam penyimpangan dari hasil yang
terhadap gagal ginjal. pasien dapat teratasi dengan setiap makanan, hasil laporan JDL, diharapkan
kriteria hasil : terutama hemoglobin dan hematokrit, 2. Ini dapat menandakan kemajuan
kadar besi dan feritin serum, nilai kerusakan ginjal dan perlunya
1. Berkurangnya keluhan
protein serum, masukan dan haluaran, penilaian tembahan dalam terapi
lelah
hasil kalsium serum dan kadar fosfat. 3. Istirahat memungkinkan tubuh
2. Peningkatan
2. Konsul dokter bila keluhan kelelahan untuk menyimpan energi yang
keterlibatan pada
menetap digunakan oleh aktivitas
aktivitas social
3. Mungkin periode istirahat sepanjang 4. Stomatitis dapat terjadi karena
3. Laporan perasaan lebih
hari toksin uremik berlebihan pada
berenergi
4. Bila pasien mengeluh mulut kering, mukosa oral dan penurunan
4. Frekuensi pernafasan
izinkan pasien untuk berkumur dengan masukan cairan. Selain itu
dan frekuensi jantung
air sedikitnya tiap jam atau berikan anoreksia, ditambah dengan
kembali normal setelah
batu es atau permen lemon keras. mulut kering dan lengket.
penghentian aktivitas,
5. Jamin lingkungan kondusif untuk Tindakan ini meningkatkan
berkurangnya nyeri
makan selama waktu makan (bebas saliva.
sendi.
bau, makanan disajikan sesuai 5. Meskipun anoreksia akibat dari
kesukaan pasien). kombinasi faktor-faktor seperti
kelelahan, toksin uremik
6. Berikan agen ikatan fosfat yang berlebihan dan depresi, penilaian
diprogramkan, suplemen kalsium dan dapat dibuat untuk meningkatkan
suplemen vitamin D. nafsu makan.
7. Bantu pasien dalam merencanakan 6. Defosit kalsium mengakibatkan
jadwal aktivitas setiap hari untuk ketidaknyamanan sendi pada
menghindari imobilisasi dan gagal ginjal, metabolisme
kelelahan. vitamin D berkurang, yang
menyebabkan penurunan
absorpsi kalsium dan saluran GI.
Bila kalsium serum turun
produksi parathormon
meningkat, mengakibatkan
peningkatan resorpsi fosfat dan
kalsium dari tulang meningkat
dan akhirnya demineralisasi
tulang.
7. Imobilisasi meningkatkan
resorbsi kalsium dari tulang.
3 a. Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Bila mungkin atur untuk kunjungan 1. Individu yang berhasil dalam
kurang pengetahuan tentang keperawatan selama 3x24 dari individu yang mendapat terapi koping terhadap gagal ginjal
kondisi, pemeriksaan jam, ansietas dapat 2. Berikan informasi tentang : kronik dapat berpengaruh positif
diagnostik, rencana tindakan berkurang dengan kriteria (1) Sifat gagal ginjal untuk membantu pasien yang
dan prognosis. hasil : (2) Pemeriksaan diagnostik termasuk baru didiagnosis memperhatikan
tujuan, deskripsi singkat, harapan dan mulai menilai
1. Mengungkapkan
persiapan yang diperlukan perubahan gaya hidup yang akan
pemahaman tentang
sebelum tes. diterima.
kondisi
(3) Tujuan terapi yang diprogramkan. 2. Pasien sering tidak memahami
2. Pemeriksaan diagnosik
3. Sediakan waktu untuk pasien dan bahwa dialisa akan diperlukan
dan rencana tindakan;
orang terdekat untuk membicarakan selamanya bila gagal ginjal tak
sedikit melaporkan
tentang masalah dan perasaan tentang dapat pulih. Memberi pasien
perasaan gugup dan
perubahan gaya hidup yang akan informasi mendorong partisipasi
takut.
diperlukan untuk memilih terapi. dalam mengambil keputusan dan
membantu mengembangkan
kepatuhan dan kemandirian
maksimum.
3. Pengekspresian perasaan
membantu mengurangi ansietas,
tindakan untuk gagal ginjal
berdampak pada seluruh
keluarga.
4 b. Risiko tinggi kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pasien untuk 1. Kuku pendek kurang mungkin
integritas kulit berhubungan keperawatan selama 3x24 mempertahankan kuku terpotong untuk merobek. Keringat, panas
dengan pruritus sekunder jam, risiko kerusakan pendek, mempertahankan suhu dan kulit kering meningkatkan
terhadap gagal ginjal. integritas kulit dapat diatasi ruangan pada keadaan nyaman untuk pruritus. Toksin urenik
dengan kriteria hasil : mencegah keringat, mengikuti menyebabkan pruritus. Sabun
pembatasan diet yang diprogramkan, ringan kurang mungkin untuk
1. Tidak ada tanda
mandi dengan sabun tanpa deodorant menyebabkan kulit kering dan
garukan pada kulit,
dan hipoalergik. mengiritasi kulit.
keluhan pruritus lebih
2. Berikan agen ikatan fosfat atur untuk 2. Kadar fosfor serum terlalu
sedikit.
dialisa sesuai program. tinggi. Karna kalsium dan fosfor
berbanding terbalik secara
proporsional, kalsium serum
turun dan pasien menjadi
tremor. Dialisa membuang
toksin dan membantu
menormalkan biokimia.
5 c. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan tindakan 1. Tinjau kembali raasional untuk 1. Kepatuhan ditingkatkan bila
ketidakpatuhan berhubungan keperawatan selama 3x24 memodifikasi diet yang diprogramkan pasien mengalami efek-efek
dengan kurang pengetahuan, jam, ketidak patuhan dapat pada rencana pulang : tindakan yang diprogramkan
sistem pendukung kurang berkurang dengan kriteria untuk kondisi mereka
adekuat. hasil :
1. Merupakan 1). Tinjau kembali rasional untuk 2. Instruksi verbal dapat mudah
pemahaman tentang menghindari kelebihan yang dilupakan
instruksi pulang, meningkatkan kadar ureum. 3. Untuk memastikan keamanan
mendemonstrasikan pemberian pengobatan
2). Pembatasan natrium untuk
kemampuan untuk 4. Tim pendukung yang tersedia
mengurangi retensi cairan.
merawat klien. dan konsisten diperlukan
3). Pembatasan kalium sepanjang hidup pasien
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika
Joy, S.M., Kshirsagar, A., Franceschini, N. 2008. Chronic Kidney Disease. In Gary R. Matzke.
Pharmacotheraphy : A Pathophysiology Approach. United State: The McGraw-Hill
Companies, Inc.