Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN

IMPACTION (SULIT BAB)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik


Dosen Pengampu: Eny Sutria, S.Kep,Ns.,M.Kes
Aidah Fitriani, S.Kep, Ns., M.Kep

Di Susun Oleh:
KEPERAWATAN B
Kelompok 6
1. Kaisar Agus 70300117041
2. Nur Hidayanti 70300117043
3. Nurul Fajriah 70300117044
4. Kurniati 70300117045
5. A. Kurniawan 70300117046
6. Fauziah Ayu Pratiwi 70300117047
7. Sally Purwanti 70300117048

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2020

BAB 1
ISI
A. Konsep Lansia Dan Proses Penuaan
a. Konsep Lansia
Suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam dan luar tubuh, seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun
1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan
nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, telah
menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan
usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut usia
makin bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif
dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial
lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai
keagamaan dan budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi
di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006).
b. Proses Penuaan
Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penurunan fungsi
tubuh. Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk
hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan
kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan
perubahan degeneratif pada kulit, tulang jantung, pembuluh darah,
paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya. Kemampuan regeneratif
pada lansia terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai
penyakit.
a. Teori – teori biologi
1) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik
untuk spesies – spesies tertentu. Menua terjadi sebagai
akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas
adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel)
2) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh
lelah (rusak)
3) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat
diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu
yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan sakit.
4) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus
theory)
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya
usia dan masuknya virus
kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ
tubuh.
5) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.
6) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan
osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
7) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan
kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
8) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel
yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.
b. Teori kejiwaan sosial
1) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang
dapat dilakukannya. Teori ini menyatakan bahwa lansia
yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial.
2) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara
hidup dari lansia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan
individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut
usia.
3) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada
lansia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas.
Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi
pada seseorang yang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimiliki.
4) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri
dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas
maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan
ganda (triple loss), yakni :
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontak sosial
c) Berkurangnya kontak komitmen
B. Konsep Sindrom Geriatri (14) Secara Umum
1. Immobility (kurang bergerak)
Immobility adalah suatu keadaan dimana penderita harus
istirahat di tempat tidur, tidak bergerak secara aktif akibat berbagai
penyakit atau gangguan pada alat/organ tubuh yang bersifat fisik
atau mental.
2. Instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh)
Terdapat banyak faktor yang berperan untuk terjadinya
instabilitas dan jatuh pada orang usia lanjut. Berbagai faktor tersebut
dapat diklasifikasikan sebagai faktor intrinsik (faktor risiko yang ada
pada pasien) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor yang terdapat di
lingkungan). Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah
instabilitas dan riwayat jatuh adalah: mengobati berbagai kondisi
yang mendasari instabilitas dan jatuh, memberikan terapi fisik dan
penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu,
sepatu atau sandal yang sesuai, serta mengubah lingkungan agar
lebih aman seperti pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai yang
tidak licin.
3. Incontinence (tidak merasakan sensasi buang air kecil dan atau
buang air besar) 
Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang
tidak dikehendaki dalam jumlah dan frekuensi tertentu sehingga
menimbulkan masalah sosial dan atau kesehatan. Inkontinensia urin
merupakan salah satu sindroma geriatrik yang sering dijumpai pada
usia lanjut. International Consultation on Incontinence, WHO
mendefinisikan Faecal Incontinence sebagai hilangnya tak sadar
feses cair atau padat yang merupakan masalah sosial atau higienis.
Definisi lain menyatakan, Inkontinensia alvi/fekal sebagai
perjalanan spontan atau ketidakmampuan untuk mengendalikan
pembuangan feses melalui anus. Kejadian inkontinensia alvi/fekal
lebih jarang dibandingkan inkontinensia urin.
4. Intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia)
Keadaan yang terutama menyebabkan gangguan intelektual
pada pasien lanjut usia adalah delirium dan demensia. Demensia
adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang
disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan
gangguan tingkat kesadaran. Demensia tidak hanya masalah pada
memori. Demensia mencakup berkurangnya kemampuan untuk
mengenal, berpikir, menyimpan atau mengingat pengalaman yang
lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien menjadi perasa, dan
terganggunya aktivitas.
5. Infection (infeksi)
Infection adalah penyakit yang disebabkan oleh berbagai agen
infeksi yang meliputi : virus, bakteri, parasit, maupun jamur.
6. Impairment of vision and
hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin
integrity (gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan
kulit)
Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada geriatri.
Prevalensi gangguan pendengaran sedang atau berat meningkat dari
21% pada kelompok usia 70 tahun sampai 39% pada kelompok usia
85 tahun. Pada dasarnya, etiologi gangguan pendengaran sama
untuk semua umur, kecuali ditambah presbikusis untuk kelompok
geriatri.
Otosklerosis biasanya ditemui pada usia dewasa muda,
ditandai dengan terjadinya remodeling tulang di kapsul otik
menyebabkan gangguan pendengaran konduktif, dan jika penyakit
menyebar ke telinga bagian dalam, juga dapat menimbulkan
gangguan sensorineural. Penyakit Ménière adalah penyakit telinga
bagian dalam yang menyebabkan gangguan pendengaran
berfluktuasi, tinnitus dan pusing. Gangguan pendengaran karena
bising yang disebabkan oleh energi akustik yang berlebihan yang
menyebabkan trauma permanen pada sel-sel rambut. Presbikusis
sensorik yang sering sekali ditemukan pada geriatri disebabkan oleh
degenerasi dari organ korti, dan ditandai gangguan pendengaran
dengan frekuensi tinggi. Pada pasien juga ditemui adanya gangguan
pendengaran sehingga sulit untuk diajak berkomunikasi.
Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada geriatri adalah
dengan cara memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan
bedah berupa implantasi koklea (Salonen, 2013).
Terapi pengobatan pada pasien usia lanjut secara signifikan
berbeda dari pasien pada usia muda, karena adanya perubahan
kondisi tubuh yang disebabkan oleh usia, dan dampak yang timbul
dari penggunaan obat-obatan yang digunakan sebelumnya. Masalah
polifarmasi pada pasien geriatri sulit dihindari dikarenakan oleh
berbagai hal yaitu penyakit yang diderita banyak dan biasanya
kronis, obat diresepkan oleh beberapa dokter, kurang koordinasi
dalam pengelolaan, gejala yang dirasakan pasien tidak jelas, pasien
meminta resep, dan untuk menghilangkan efek samping obat justru
ditambah obat baru. Karena itu diusulkan prinsip pemberian obat
yang benar pada pasien geriatri dengan cara mengetahui riwayat
pengobatan lengkap, jangan memberikan obat sebelum waktunya,
jangan menggunakan obat terlalu lama, kenali obat yang digunakan,
mulai dengan dosis rendah, naikkan perlahan-lahan, obati sesuai
patokan, beri dorongan supaya patuh berobat dan hati-hati
mengguakan obat baru (Setiati dkk.,2006).
7. Impaction (sulit buang air besar)
Impaction (sulit buang air besar) merupakan keadaan feses
yang kering dan keras, kesulitan dalam defekasi, buang air besar
kurang dari 3x perminggu (Meiner, 2015). Impaction (sulit buang air
besar) merupakan penurunan frekuensi normal defekasi disertai
kesulitan pengerluran feses tidak tuntas, keras kering dan banyak
(Nanda, 2015).
8. Isolation (depresi)
Isolation (terisolasi) dan depresi, penyebab utama depresi
pada usia lanjut adalah kehilangan seseorang yan disayangi,
pasangan hidup, anak, bahkan binatang peliharaan. Selain itu
kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan, menyebabkan
dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang mulai
mengacuhkan karena merasa direpotkan menyebabkan pasien akan
merasa hidup sendiri dan menjadi depresi. Beberapa orang dapat
melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang berkepajangan.
9. Inanition (kurang gizi)
Inanition adalah suatu keadaan kekurangan, kelebihan, atau
ketidakseimbangan zat gizi energi, protein, dan zat gizi lain yang
menyebabkan efek yang buruk pada bentuk tubuh, fungsional tubuh,
serta hasil klinis.
10. Impecunity (tidak punya uang)
Impecunity (kemiskinan), usia lansia dimana seseorang
menjadi kurang produktif (bukan tidak produktif) akibat penurunan
kemampuan fisik untuk beraktivitas. Usia pensiun dimana sebagian
dari lansia hanya mengandalkan hidup dari tunjangan hari tuanya.
Pada dasarnya seorang lansia masih dapat bekerja, hanya saja
intensitas dan beban kerjanya yang harus dikurangi sesuai dengan
kemampuannya, terbukti bahwa seseorang yang tetap menggunakan
otaknya hingga usia lanjut dengan bekerja, membaca, dsb., tidak
mudah menjadi “pikun” . Selain masalah finansial, pensiun juga
berarti kehilangan teman sejawat, berarti interaksi sosialpun
berkurang memudahakan seorang lansia mengalami depresi.
11. Iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan)
Iatrogenics (latrogenesis), karakteristik yang khas dari
pasien geriatri yaitu multipatologik, seringkali menyebabkan pasien
tersebut perlu mengkonsumsi obat yang tidak sedikit jumlahnya.
Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari
interaksi obat-obat tersebut yang dapat mengancam jiwa. Pemberian
obat pada lansia haruslah sangat hati-hati dan rasional karena obat
akan dimetabolisme di hati sedangkan pada lansia terjadi penurunan
fungsi faal hati sehingga terkadang terjadi ikterus (kuning) akibat
obat. Selain penurunan faal hati juga terjadi penurunan faal ginjal
(jumlah glomerulus berkurang), dimana sebagaian besar obat
dikeluarkan melalui ginjal sehingga pada lansia sisa metabolisme
obat tidak dapat dikeluarkan dengan baik dan dapat berefek toksik.
12. Insomnia (gangguan tidur)
Insomnia, dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup
yang menyebabkan seorang lansia menjadi depresi. Selain itu
beberapa penyakit juga dapat menyebabkan insomnia seperti
diabetes melitus dan hiperaktivitas kelenjar thyroid, gangguan
neurotransmitter di otak juga dapat menyebabkan insomnia. Jam
tidur yang sudah berubah juga dapat menjadi penyebabnya.
13. Immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun)
Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh)
banyak hal yang mempengaruhi penurunan sistem kekebalan tubuh
pada usia lanjut seperti atrofi thymus (kelenjar yang memproduksi
sel-sel limfosit T) meskipun tidak begitu bermakna (tampak
bermakna pada limfosit T CD8) karena limfosit T tetap terbentuk di
jaringan limfoid lainnya. Begitu juga dengan barrier infeksi pertama
pada tubuh seperti kulit dan mukosa yang menipis, refleks batuk dan
bersin -yang berfungsi mengeluarkan zat asing yang masuk ke
saluran nafas- yang melemah. Hal yang sama terjadi pada respon
imun terhadap antigen, penurunan jumlah antibodi. Segala
mekanisme tersebut berakibat terhadap rentannya seseorang
terhadap agen-agen penyebab infeksi, sehingga penyakit infeksi
menempati porsi besar pada pasien lansia.
14. Impotence (impotensi)
Impotence (Impotensi), ketidakmampuan melakukan
aktivitas seksual pada usia lanjut terutama disebabkan oleh
gangguan organik seperti gangguan hormon, syaraf, dan pembuluh
darah. Ereksi terjadi karena terisinya penis dengan darah sehingga
membesar, pada gangguan vaskuler seperti sumbatan plak
aterosklerosis (juga terjadi pada perokok) dapat menyumbat aliran
darah sehingga penis tidak dapat ereksi. Penyebab lainnya adalah
depresi.
C. Konsep Impaction (sulit buang air besar)
a) Defenisi
Impaction (sulit buang air besar) merupakan penurunan
frekuensi normal defekasi disertai kesulitan pengerluran feses tidak
tuntas, keras kering dan banyak (Nanda, 2015).
b) Perubahan fisik, psikososial, mental, spiritual yang berkaitan dengan
masalah tersebut.
1) Perubahan fisik
Perubahan fisik umumnya biasanya akan dialami oleh
lanjut usia contohnya adalah penurunan sistem imun, perubahan
sistem integument sehingga kulit akan mudah rusak,perubahan
elastisitas arteri yang dapat menyebabkan kerja jantung
memberat, penurunan kemampuan metabolisme oleh hati dan
ginjal, serta adanya penurunan dari kemampuan penglihatan dan
pendengaran. Penurunan pada lanjut usia biasanya akan
menyebabkan berbagai gangguan secara fisik yang di tandai
oleh ketidakmampuan lanjut usia untuk beraktivitas atau
melakukan kegiatan yang tergolong berat, hal ini dapat
mempengaruhi kesehatan dan menyebabkan perubahan pada
kualitas hidup lanjut usia. ( ummah,2018 )
Mempertahankan mobilisasi optimal sangat penting
untuk kesehatan mental dan fisik semua lansia. Pada umumnya,
para lansia akan mengalami penurunan aktifitas fisik. Salah satu
faktor penyebabnya adalah pertambahan usia yang dapat
menyebabkan terjadinya kemunduran biologis. Kondisi ini
setidaknya akan membatasi aktifitas yang menuntut ketangkasan
fisik. Aktivitas fisik juga merangsang terhadap timbulnya
peristaltik. Penurunan aktivitas fisik dapat mengakibatkan
terjadinya penurunan gerak peristaltik dan dapat menyebabkan
melambatnya feses menuju rectum dalam waktu lama dan terjadi
reabsorpsi cairan feses sehingga feses mengeras. Aktivitas fisik
juga membantu seseorang untuk mempertahankan tonus otot.
Tonus otot yang baik dari otot-otot abdominal, otot pelvis dan
diafragma sangat penting bagi defekasi (Asmadi, 2008).
2) Psikososial
Seseorang dapat mengukur perubahan psikososialnya
dengan melihat produktivitas dan indentitas nya serta peran
orang dalam pekerjaan. Pada saat pensiun seseorang akan
kehilangan berbagai macam faktor psikososial diantaranya
adalah status jabatan, relasi dan aktivitas kegiatan yang dapat
menyebabkan seseorang merasa kesepian akibat pengasingan
dari lingkungan social. (ummah,2018 )
Gangguan pada saluran cerna bagian bawah dapat berupa
adanya hambatan pada jalannya gerak usus sehingga
mengakibatkan terjadinya kesulitan buang air besar atau terdapat
peningkatan kecepatan gerak usus sehingga menimbulkan
gangguan pada penyerapan air yang berdampak pada buang air
besar cair. Kedua hal tersebut dapat disebabkan oleh suatu
penyakit atau juga pengaruh dari faktor psikis. Sebagai contoh,
orang yang sedang murung atau sedih sering kali mengalami
gangguan buang air besar.
3) Mental
Perubahan sikap pada lanjut usia seperti sikap egosentrik,
mudah curiga, serta bertambah pelit atau tamak memiliki
sesuatu yang merupakan perubahan-perubahan mental atau
psikis yang akan dialami oleh seorang lansia. Sebagian besar
lanjut usia mengiginkan meninggal secara terhormat dan tetap
diberikan peranan dalam masyarakat, berwibawa dengan
mempertahankan harta dan haknnya, serta berumur yang
panjang dengan menghemat tenaga yang dimiliki.
(ummah,2018 )
Sindrom kelelahan kronis atau Chronic Fatigue
Syndrome  (CFS) adalah suatu kondisi kelelahan yang sering
kambuh atau terus menerus dan tidak dapat dijelaskan yang
diperburuk oleh aktivitas fisik maupun mental. CFS ditandai
dengan gangguan fungsi syaraf dan psikis atau perilaku seperti
sakit kepala, nyeri otot dan sendi setelah aktivitas, gangguan
memori dan konsentrasi, gangguan tidur, dan perubahan suasana
hati seperti depresi dan kecemasan. Selain itu, banyak pasien
CFS mengeluh gangguan pencernaan termasuk konstipasi atau
perubahan kebiasaan buang air besar dan perut yang tidak
nyaman. Penelitian menunjukkan, tingginya angka penderita
CFS yang mengalami nyeri kepala dan konstipasi dikaitkan
dengan adanya interaksi antara otak, syaraf, dan saluran cerna.
4) Spiritual
kematangan dalam hal keagamaan merupakan salah satu
contoh perubahan spritual yang dialami oleh seseorang lanjut
usia. Perkembangan spritual yang matang dapat membantu
lanjut usia dalam menghadapi kenyataan, berperanaktif dalam
kehiduapan (ummah,2018 )
Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi
gangguan fungsi spiritual. Klien yang merasa cemas dengan
hasil pemeriksaan atau menunujukkan kemarahan setelah
mendengar hasil pemeriksaan mungkin saja sedang menderita
distres spiritual dan ini bisa memicu otak ke saluran pencernaan
sehingga terjadi kesulitan buang air besar.

c) WOC (Web Of Causation)

Defisiensi B12, Kegagalan produksi Perdarahan/


Destruksi SDM
asam folat, besi SDM oleh sumsung
berlebihhemofilia
tulang

Penurunan SDM

Hb berkurang
Anemia

Suplai O2 dan
nutrisi ke
jaringan
berkurang

Gastro
Hipoksia
intestinal

Penurunan Kerja lambung Mekanisme


kerja GI menurun on aerob

As. Lambung ATP


meningkat berkurang
Kelelahan

Peristaltik Anoreksia
menurun mual Intoleransi
aktivitas
Makanan Perubahan
susah nutrisi kurang
dicerna dari Energi untuk
kebutuhan membentuk
antibodi
Konstipasi
berkurang

Resiko
infeksi
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS IMPACTION (SULIT BAB)


Seorang kakek bernama Tn. A yang berumur 65 tahun. Keluhan
utama klien mengatakan kesulitan BAB akibat kurang pergerakan
karena tirah baring yang lama, klien mengatakan tidak memiliki tenaga
untuk beraktivitas sehingga hanya mampu berbaring di tempat tidur,
serta nyeri yang dirasakan pada perut bagian bawah, klien juga
mengatakan sudah seminggu belum pernah BAB, mudah lelah, kurang
minum air putih. Biasanya kakek bisa BAB 3 hari sekali. Sejak saat itu
kakek tidak pernah menghabiskan porsi makan sehari-harinya karena
kurang nafsu makan.
Dari hasil pengkajian didapatkan, tingkat kesadaran composmentis,
inspeksi:pembesaran abdomen, palpasi:perut terasa keras dan ada
impaksi feses, perkusi:redup, Auskultasi:bising usus tidak terdengar.
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan BB: 50 Kg, TD: 130/100 mmHg,
R: 23 kali/menit, N: 90 kali/menit, dan S: 37,5 ˚C.
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA

I. DATA DEMOGRAFI NAMA


LANSIA :Tn. A
UMUR : 65 Tahun

ALAMAT : Jl Poros Malino

JENIS KELAMIN : Laki-Laki

JUMLAH KETURUNAN

- ANAK :5

- CUCU :4

NAMA SUAMI/ISTRI : Ny. I

UMUR : 63 Tahun

II. PENGKAJIAN

A. Fisik

Wawancara
1. Pandangan Lanjut Usia tentang kesehatannya : Klien mengatakan tidak
mampu melakukan aktivitas seperti biasanya, pada saat dilakukan
pengkajian klien tampak berbaring serta aktivitas klien dibantu oleh
keluarga.
2. Kegiatan yang mampu dilakukan Lanjut Usia : Aktivitas klien dibantu
oleh keluarga misalnya, makan dan merawat diri.
3. Kebiasaan Lanjut Usia merawat diri sendiri : Dibantu oleh keluarga
4. Kekuatan fisik Lanjut Usia: otot, sendi, penglihatan da pendengaran :
Kekuatan otot dan sendi klien menurun, klien mengatakan penglihatan
sudah mulai rabun, serta fungsi pendengaran klien mulai terganggu.
5. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air
besar/kecil : Nafsu makan menurun, istirahat/tidur baik,
klien mengatakan kesulitan BAB selama 3 hari.
6. Kebiasaan gerak badan/olah raga/senam Lanjut Usia : Klien
mengatakan sudah tidak pernah mengikuti kegiatan senam lansia
7. Kebiasaan Lanjut Usia dalam memelihara kesehatan dan
kebiasaan dalam minum obat: Klien mengatakan pernah
meminum obat sembelit yang dibeli di warung.
8. Masalah-masalah seksual yang dirasakan: Tidak dilakukan pengkajian
pada masalah seksual.

Pemeriksaan Fisik
9. Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh
10. Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik, yaitu:
- Head to toe
- Sistem tubuh
1. Temperatur :
- Tempat pengukuran : Suhu : 37,5’C
2. Pulse (denyut nadi) :
Kecepatan : 90 kali/menit
3. Respirasi (Pernafasan) :
Kecepatan : 23 kali/menit
4. Tekanan Darah : 130/100 mmHg
5. Berat dan tinggi badan terakhir : 50 Kg , 162 Cm
6. . Memory (ingatan) : Baik
7. Tidur
a. Kuantitas (Lama tidur) : 7-8 jam perhari
b. Kualitas : Baik
c. Pola : Baik
8. Istirahat
a. Kwantitas (Lama tidur) : 7-8 jam perhari
b. Kwalitas : Baik
c. Pola : Baik
A. Sistem Gastrointestinal
1. Status gizi : Baik
2. Pemasukan diet : Pasien mengatakan membatasi pola makannya seperti
makan daging, kacang-kacangan, dan minuman
bersoda.
3. Anoreksia : Tidak
4. Mual : Tidak
5. Muntah : T id ak
6. Mengunyah dan menelan : Baik
7. Keadaan gigi : Menggunakan gigi palsu
8. Rahang : N orma l
9. Rongga mulut : Normal
10. Bising usus :-
11. Keadaan perut : Tidak ada keluhan
12. Konstipasi (sembelit) : Ya
13. Diare : Tidak
14. Inkontinesia alvi : -
B. Sosial Ekonomi
1. Sumber keuangan : Keluarga
2. Kesibukan dalam mengisi waktu luang : Mengaji
3. Teman tinggal : Keluarga
4. Kegiatan organisasi : Tidak ada
5. Pandangan terhadap lingkungannya : Baik
6. Hubungan dengan orang lain di luar rumah : Baik
7. Yang biasa mengunjungi : Keluarga dan Kerabat
C. Spiritual
1. Agama : Islam
2. Kegiatan ibadah : Baik
3. kegiatan keagamaan : Baik
4. Cara Lanjut Usia menyelesaikan masalah : Berdoa
5. Penampilan Lansia : Klien tampak bersih
A. Analisa Data

N DATA
o MASALAH
KEPERAWATAN

1 Ds : Intoleransi Aktivitas
- Klien mengatakan tidak memiliki
tenaga untuk beraktivitas
- Klien mengatakan tidak mengikuti
aktivitas senam
Do :
- Klien tampak berbaring
- Klien tampak dibantu melakukan
aktivitas

2 Ds :
- Klien mengatakan sulit buang air Konstipasi
besar
- Klien mengatakan mengejan saat
defekasi
- Klien mengatakan tidak BAB selama
3 hari.
Do :
- Klien tampak lemah
- Teraba massa pada rektal

3 Ds : Gangguan Mobilitas
- Klien mengeluh sulit menggerakkan Fisik
ekstremitas
- Klien mengatakan penglihatan sudah
mulai rabun
Do:
- Kekuatan otot dan sendi menurun
- Pendengaran klien mulai menurun
B. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Evaluasi Intervensi
11. Intoleransi Aktivitas SSetelah dilakukan asuhan Manajemen Energi
berhubungan dengan tirah keperawatan 1x24 jam Observasi :
baring. diharapkan Intoleransi Aktivitas 1 Identifikasi gangguan funsi tubuh
Ditandai dengan: menurun dengan kriteria hasil : yang mengakibatkan kelelahan
Ds : 2. Monitor kelelahan fisik dan
1. Klien mengatakan 1 Klien tidak memiliki tenaga emosional
tidak memiliki untuk beraktivitas menurun 3 Monitor pola jam tidur
tenaga untuk 2 Klien tidak mengikuti 4 Monitor lokasi dan
beraktivitas aktivitas senam lansia menurun ketidaknyamanan selama melakukan
2. Klien mengatakan 3 Klien dibantu aktivitas aktivitas.
tidak mengikuti menurun . Terapeutik
aktivitas senam 5 Sediakan lingkungan nyaman dan
lansia rendah stimulus (mis, cahaya, suara,
Do : kujungan )
1.Klien tampak 6 Lakukan latihan rentang gerak pasif
berbaring ata aktif. Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan Fasilitasi duduk di
2. Klien tampak sisi tempat tidur, jika tidak dapat
dibantu melakukan berpindah atau berjalan.
aktivitas Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang.
3 Anjurkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan.
Kaloborasi ;
1. Kaloborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkam
asupan makanan.
2. Konstipasi berhubungan SSetelah dilakukan asuhan Manajemen Konstipasi
dengan perubahan pada lanjut keperawatan 1x24 jam Observasi :
usia. Ditandai dengan : diharapkan Intoleransi Aktivitas 1. Periksa tanda dan gejala konstipasi
Ds : menurun dengan kriteria hasil : 2. Periksa pergerakan usus,
1. Klien mengatakan 1 Klien sulit buang air besar karakteristik feses( konsistensi,
sulit buang air menurun bentuk, volume dan warna)
besar 2 Klien mengejan saat defekasi 3. Identifikasi faktor risiko konstipasi
2. Klien mengatakan menurun (mis, obat-obatan, tirah baring, dan
mengejan saat 3 klien tidak BAB selama 3 diet rendah serat)
defekasi hari menurun 4. Monitor tanda dan gejala ruptur
3. Klien mengatakan 4. Klien tampak lemah usus dan peritonitis
tidak BAB selama menurun Terapeutik :
3 hari. 5. Klien teraba massa pada 1. Anjurkan diet tinggi serat
Do : rektal menurun 2.Lakukan massse abdomen, jika perlu
1. Klien tampak lemah 3 Lakukan evakuasi secara manual,
2. Teraba massa pada jika perlu
rektal 4. Berikan enema atau irigasi, jika
perlu
Edukasi
1. Jelaskan etiologi masalah dan
alasan tindakan
2 Anjurkan peningkatan asupan cairan,
jika tidak ada kontraindikasi
3 Ajarkan cara mengatasi
konstipasi/impaksi .
Kaloborasi
1. Konsultasi dengan tim medis
tentang penurunan/peningkatan
frekuensi suara usus
2. Kaloborasi penggunaan obat
pencahar, jika perlu.
Gangguan mobilitas fisik SSetelah dilakukan asuhan Dukungan Ambulasi
berhubungan dengan keperawatan 1x24 jam Observasi :
penurunan kekuatan otot. diharapkan Intoleransi Aktivitas - Identifikasi adnya nyeri atau keluhan
Ditandai dengan : menurun dengan kriteria hasil : fisik lainnya’
1. Klien sulit menggerakkan - Identifikasi toleransi fisik melakukan
Ds : ekstremitas menurun ambulasi
1 Klien mengeluh sulit 2. Kekuatan otot dan sendi - Moonitor frejuensi jantung dan
menggerakkan meningkat tekanan darah sebelum memulai
ekstremitas 3. Pendengaran klien mulai ambulasi
2 Klien mengatakan membaik Terapeutik :
penglihatan sudah 4. Penglihatan rabun mulai - Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan
mulai rabun membaik. alat bantu (mis, tonkat, kruk
Do: - Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik,
1. Kekuatan otot dan jika perlu
sendi menurun Libatkan keluarga untuk membantu
2. Pendengaran klien pasien dalam meningkatkan amulasi
mulai menurun Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi
sendiri.
- Ajarkan ambulasi sederhana yang
harus dilakukan (mis. Berjaa
DAFTAR PUSTAKA

Azizah & Lilik Ma’rifatul, (2011). Keperawatan LanjutUsia. Edisi 1. Yogyakarta : Graha
Ilmu Darmojo RB, Mariono, HH (2004). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke-3.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Undang-Undang No 13 (1998). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
13
TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA.
Hadi, Sujono. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V Psikosomatik Pada
Saluran Cerna Bagian Bawah. Interna Publishing

PPNI, (2016) Standar Diagnosis Keperawtan Indonesia (SDKI). Jakarta

PPNI, (2017) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta

Anda mungkin juga menyukai