Anda di halaman 1dari 15

A.

Pengertiaan Stres, Adaptasi, Koping


1. Stres
Setiap orang mengalami stres dari waktu ke waktu dan umumnya
seseorang dapat mengadaptasi stres jangka pendek sampai stres tersebut
berlalu. Stres dapat menimbulkan tuntutan yang besar pada seseorang dan
jika orang tersebut tidak dapat mengadaptasinya maka dapat terjadi
penyakit. Respon atau tindakan ini termasuk respon fisiologis dan
psikologis. Stres dapat menyebabkan perasaan negatif atau yang
berlawanan dengan apa yang diinginkan atau mengancam kesejahteraan
emosional. Persepsi atau pengalaman individu terhadap perubahan besar
menimbulkan stres. Stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan
disebut stressor. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang (mis.
Demam, kondisi seperti kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan
emosi seperti rasa bersalah). Stressor external berasal dari luar diri
seseorang (mis. Perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan
dalam peran keluarga atau sosial, atau tekanan dari pasangan).
Clonninger (1996, dalam Safaria, 2009) menyatakan stres adalah
keadaan yang membuat tegang yang terjadi ketika seseorang mendapatkan
masalah atau tantangan dan belum mempunyai jalan keluarnya atau
banyak pikiran yang mengganggu seseorang terhadap sesuatu yang akan
dilakukannya. Kendall dan Hammen (1998) mengemukakan stress terjadi
pada individu ketika terdapat ketidakseimbangan antara situasi yang
menuntut dengan perasaan individu atas kemampuannya untuk bertemu
dengan tuntutan-tuntutan tersebut. Situasi yang menuntut tersebut
dipandang sebagai beban atau melebihi kemampuan individu untuk
mengatasinya. Stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri
yang dapat mengganggu keseimbangan seseorang (Maramis, 2005). Dari
pernyataan ini factor penting yang ditekankan adalah adaptasi agar
keseimbangan selalu terjaga di dalam diri kita. Selye (1946, 1976)
mengemukakan stres adalah respon tubuh yang bersifat non spesifik
terhadap setiap tuntutan kebutuhan. Ini berarti bahwa setiap pemenuhan
kebutuhan biasanya dibarengi dengan adanya ketegangan atau stres.

Pendapat lain dikemukakan oleh Kartono dan Gulo (2000) yang


mengemukakan empat definisi stress sebagai berikut: (1) sebagai suatu
stimulus yang menegangkan daya psikologis dan fisiologis organisme, (2)
sejenis frusturasi dengan aktivitas terarah pada pencapaian tujuan telah
terganggu, tapi tidak terhalangi, yang disertai perasaan khawatir dalam
pencapaian tujuan tersebut, (3) kekuatan yang diterapkan pada suatu
system berupa tekanan fisik dan psikologis yang dikenakan pada diri dan
pribadi, dan (4) suatu kondisi ketegangan fisik atau psikologis yang
disebabkan oleh adanya persepsi ketakutan dan kecemasan. Dari berbagai
definisi di atas dapat dinyatakan bahwa stres itu adalah ketegangan, setiap
ketegangan yang dirasakan oleh seseorang akan mengganggu dan dapat
menimbulkan reaksi fisiologis, emosi, kognitif, maupun perilaku. Stress
tidak bias dihindari sepenuhnya, tapi dapat dikurangi dengan mengabaikan
hal-hal yang tidak begitu penting. Setiap hari kita mengalami berbagai
macam stimulasi yang menimbulkan stress, diantaranya kemacetan,
lingkungan yang panas, polusi udara, kebisingan, tekanan waktu dan
lainnya. Dengan mengetahui sumber-sumber stress dalam kehidupan, kita
akan lebih mampu mengelola keadaan yang menekan-menegangkan
tersebut secara efektif.
2. Adaptasi
Adaptasi adalah proses perubahan dimensi fisiologis dan
psikososial

dalam

berespon

terhadap

stress.

Gerungan

(1996)

mengemukakan [enyesuaian diri/adaptasi adalah mengubah diri sesuai


dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai
dengan keadaan (keinginan diri). Aadaptasi merupakan pertahanan yang
didapat sejak lahir atau diperoleh karena belajar dari pengalaman untuk
mengatasi stress. Folkman dan lazarus (1984) mengemukakan adaptasi
adalah usaha-usaha kognitif dan usaha perilaku untuk enangani
permintaan-permintaan

eksternal

dan

atau

internal

yang

dinilai

melampaui/menganggu sumber-sumber daya yang dimiliki oleh orang


tersebut.

Pada hakekatnya adapatasi adalah suatu proses perubahan terjadi


dalam aktivitas aspek fisiologis dan psikososial dalam berespon terhadap
suatu stresor. Perubahan yang terjadi dalam rangka menyesuaikan diri
melalui suatu pertahanan diri yang di dapat sejak lahir atau diperoleh
melalui pengalaman.
3. Koping
a. Pengertian Koping
Koping adalah

cara

yang

dilakukan

individu

dalam

menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, respon


terhadap situasi yang mengancam. Upaya individu dapat berupa
perubahan cara berfikir (kognitif), perubahan perilaku atau perubahan
lingkungan yang bertujuan untuk meyelesaikan stres yang dihadapi.
Koping yang efektif akan menghasilkan adaptasi. Koping dapat
diidentifikasi melalui respon, manifestasi (tanda dan gejala) dan
pertanyaan klien dalam wawancara (Keliat, 1999). Koping adalah cara
yang

dilakukan

individu,

dalam

menyelesaikan

masalah,

menyesuaikan diri dengan keinginan yang akan dicapai, dan respons


terhadap situasi yang menjadi ancaman bagi diri individu (Nurhaeni,
1998). Berdasarkan definisi di atas maka yang dimaksud koping
adalah cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah,
mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang mengancam baik
secara kognitif maupun perilaku. Koping dibagi menjadi dua bagian,
yaitu memfokuskan pada pemecahan masalah dan memfokuskan pada
emosi. Jenis-jenis koping yang memfokuskan pada masalah berupa :
1) Keaktifan diri, adalah suatu tindakan yang mencoba
menghilangkan atau mengelabuhi penyebab stres atau untuk
memperbaiki akibat yang ditimbulkan, dengan kata lain
bertambahnya usaha seseorang untuk melakukan koping, antara
lain dengan bertindak langsung.
2) Perencanaan, adalah memikirkan tentang bagaimana mengatasi
penyebab stres, contohnya dengan membuat strategi untuk
bertindak, memikirkan tentang langkah apa yang perlu diambil
dalam menangani suatu masalah.

3) Kontrol diri, adalah individu membatasi keterlibatannya dalam


aktivitas kompetensi atau persaingan dan tidak bertindak terburuburu, menunggu sehingga layak untuk melakukan suatu tindakan
dengan mencari alternative lain.
4) Mencari dukungan sosial, adalah mencari nasehat, pertolongan,
informasi, dukungan moral, empati, dan pengertian.
Sedangkan koping yang memfokuskan pada emosi, yaitu berupa :
1) Mengingkari, adalah suatu tindakan atau pengingkaran terhadap
suatu masalah.
2) Penerimaan diri, adalah suatu situasi yang penuh dengan tekanan
sehingga keadaan ini memaksanya untuk mengatasi masalah
tersebut.
3) Religius, adalah sikap individu untuk menenangkan dan
menyelesaikan masalah-masalah secara keagamaan.
b. Aspek-Aspek Koping
Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek, salah satunya adalah
aspek psikososial (Keliat, 1999) yaitu :
1) Reaksi Orientasi Tugas
Berorientasi terhadap tindakan untuk memenuhi tuntunan dan
situasi stres secara realistis, dapat berupa konstruktif atau
destruktif. Misal :
(a) Perilaku menyerang (agresif) biasanya untuk menghilangkan
atau mengatasi rintangan untuk memuaskan kebutuhan.
(b) Perilaku menarik diri digunakan untuk menghilangkan sumbersumber ancaman baik secara fisik atau psikologis.
(c) Perilaku kompromi digunakan untuk merubah cara melakukan,
merubah tujuan atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi
seseorang.
2) Mekanisme Pertahanan Diri
Sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental. Adapun
mekanisme pertahanan diri adalah sebagai berikut (Mustikasari,
2006):
(a) Penyangkalan (denial)
Menyatakan ketidak setujuan terhadap realitas dengan
mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini
adalah paling sederhana dan primitive.
(b) Pemindahan (displecement)

Pengalihan

emosi

yang

semula

ditunjukkan

pada

seseorang/benda lain yang biasanya netral atau lebih sedikit


mengancam dirinya.
(c) Disosiasi
Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari
kesadaran atau identitas.
(d) Identifikasi (Identification)
Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia
kagumi berupaya dengan mengambil/menirukan pikiranpikiran, perilaku dan selera orang tersebut.
(e) Intelektualisasi (Intelectualization)
Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk
menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
(f) Rasionalisasi
Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat
diterima

masyarakat

untuk

menghalalkan/membenarkan

impuls, perasaan, perilaku, dan motif yang tidak dapat


diterima.
(g) Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan
dalam penyalurannya secara normal.
(h) Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan
tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang didasari atau
pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari
kesadaran seseorang, kadang-kadang dapat mengarah pada
represi yang berikutnya.
(i) Represi
Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls
atau ingatan yang meyakitkan atau bertentangan, dari
kesadaran seseorang, merupakan pertahan ego yang primer
yang cenderung diperkuat oleh mekanisme lain.
c. FaktorFaktor yang Mempengaruhi Koping Individu
Faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme koping individu
antara lain (Handayani, 2000):
1. Umur

Dalam penelitian Suprapto (2002) tentang koping pada


kecemasan, dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
umur usia muda lebih mudah mengalami peningkatan stres
dibandingkan dengan umur usia dewasa. Lazarus (Suprapto,
2002) mengatakan bahwa struktur psikologis individu yang
komplek dan sumber koping yang berubah sesuai dengan
tingkat usianya akan menghasilkan

reaksi yang berbeda

dalam menghadapi situasi yang menekan.


2. Jenis Kelamin
Pria dan wanita mempunyai koping yang berbeda dalam
menghadapi masalah. Perilaku koping wanita biasanya lebih
ditekankan pada usaha untuk mencari dukungan sosial dan
lebih menekankan pada relegius, sedangkan pria lebih
menekankan pada tindakan langsung untuk menyelesaikan
pokok permasalahan.
3. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan proses hasil belajar yang berlangsung
di suatu lembaga pendidikan atau instusi dengan berbagai
jenjang. Individu yang mempunyai pendidikan tinggi akan
tinggi pula perkembangan kognitifnya yaitu dengan adanya
pengalaman-pengalaman bersama dan pengembangan caracara pemikiran baru mengenai masalah umur atau kelompok
diri sendiri yang

dilakukan dengan penelitian yang lebih

realistis dan efektif. Hal ini dapat meningkatkan ketrampilan


koping individu sehingga mampu menggunakan koping
adaptif.
4. Status Sosial Ekonomi
Individu yang mempunyai status sosial ekonomi rendah lebih
sering mendapat akibat negatif dari stress sehingga mereka
akrab dengan kriminalitas, sakit mental, dan minum yang
mengandung alkohol. Hal ini terjadai karena kontrol atas
hidupnya
pendidikan

tidak begitu kuat, mereka biasanya


sehingga

mereka

kurang

mampu

kurang
untuk

menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan proses


perawatan di rumah sakit secara tepat.
5. Dukungan Sosial
Dengan adanya dukungan sosial atau pemberian bantuan
kepada orang tua pasien dari keluarga, teman dan masyarakat
dapat menimbulkan perasaan diperhatikan, disenangi dan
dihargai sehingga dapat merubah mekanisme koping individu.
Bentuk dukungan sosial antara lain: dukungan emosional,
dukungan

instrumen

(finansial),

dukungan

informasi,

dukungan penilaian berupa komunikasi yang relevan untuk


evaluasi diri.
d. Mekanisme Koping
1) Pengertian Mekanisme Koping
Koping didefinisikan sebagai strategi untuk memanajemen
tingkah laku kepada pemecahan masalah yang paling sederhana
dan realistis, berfungsi untuk membebaskan diri dari masalah
yang nyata maupun tidak nyata, dan koping merupakan semua
usaha secara kognitif dan perilaku untuk mengatasi, mengurangi,
dan tahan terhadap tuntutan-tuntutan Lazarus, 1984 dalam
Safaria, Triantoro, 2009. Koping adalah proses yang dilalui oleh
individu dalam menyelesaikan situasi stresfull (Rasmun, 2004).
Strategi koping menunjuk pada berbagai upaya, baik mental
maupun perilaku, untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi,
atau minimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh
tekanan.
Strategi koping merupakan suatu proses dimana individu
berusaha untuk menanggani dan menguasai situasi stres yang
menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan
cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna
memperoleh rasa aman dalam dirinya (Mutadin, 2002).
Proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan
situasi stres. Koping tersebut merupakan respon individu terhadap
situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik
(Rasmun, 2004). Secara alamiah baik disadari ataupun tidak,
individu sesungguhnya telah menggunakan strategi koping dalam

menghadapi stress. Strategi koping adalah cara yang dilakukan


untuk merubah lingkungan atau situasi atau menyelesaikan
masalah yang sedang dirasakan atau dihadapi. Koping diartikan
sebagai usaha perubahan kognitif dan prilaku secara konstan
untuk menyelesaikan stress yang dihadapi.
Koping yang efektif menghasilkan adaptasi yang menetap
yang merupakan kebiasaan baru dan perbaikan dari situasi yang
lama, sedangkan koping yang tidak efektif berakhir dengan
maladaptif yaitu prilaku yang menyimpang dari keinginan
normatif dan dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain dan
lingkungan. Setiap individu dalam melakukan koping tidak
sendiri dan tidak hanya menggunakan satu strategi tetapi dapat
melakukannya bervariasi, hal ini tergantung dari kemampuan dan
kondisi individu (Rasmun, 2004).
Menurut Suryani & Widyasih (2008) secara garis besar
mekanisme koping terdiri dari mekanisme koping adaptif dan
maladaptif:
(a) Mekanisme koping adaptif
Penggunaan koping yang adaptif membantu individu dalam
beradaptasi untuk menghadapi keseimbangan. Adaptasi
individu yang baik muncul reaksi untuk menyelesaikan
masalah dengan melibatkan proses kognitif, efektif dan
psikomotor (bicara dengan orang lain untuk mencari jalan
keluar suatu masalah,

membuat berbagai tindakan dalam

menangani situasi dan belajar dari pengalaman masa lalu).


Kegunaan koping adaptif membuat individu akan mencapai
keadaan yang seimbang antara tingkat fungsi dalam
memelihara dan memperkuat kesehatan fisik dan psikologi.
Kompromi merupakan tindakan adaptif yang dilakukan oleh
individu untuk menyelesaikan masalah, lazimnya kompromi
dilakukan dengan cara bermusyawarah atau negosiasi untuk
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, secara umum

kompromi dapat mengurangi ketegangan dan masalah dapat


diselesaikan. Mekanisme koping adaptif yang lain adalah
berbicara dengan orang lain tentang masalah yang sedang
dihadapi, mencoba mencari informasi lebih banyak tentang
masalah yang sedang dihadapi, berdoa, melakukan latihan
fisik untuk mengurangi ketegangan masalah, membuat
berbagai alternatif tindakan untuk mengurangi situasi, dan
merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil, mengambil
pelajaran dari peristiwa atau pengalaman masa lalu.
(b) Mekanisme koping maladaptif
Penggunaan koping yang maladaptif dapat menimbulkan
respon

negatif

dengan

munculnya

reaksi

mekanisme

pertahanan tubuh dan respon verbal. Perilaku mekanisme


koping maladaptif antara lain perilaku agresi dan menarik
diri. Perilaku agresi dimana individu menyerang obyek,
apabila dengan ini individu mendapat

kepuasan, maka

individu

Perilaku

akan

menggunakan

agresi.

agresi

(menyerang) terhadap sasaran atau obyek dapat merupakan


benda, barang atau orang atau bahkan terhadap dirinya
sendiri. Adapun perilaku menarik diri dimana perilaku yang
menunjukan pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain,
jadi secara fisik dan psikologis individu secara sadar pergi
meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stressor
misalnya: individu melarikan diri dari sumber stress.
Sedangkan reaksi psikologis individu menampilkan diri
seperti apatis, pendiam dan munculnya perasaan tidak
berminat yang menetap pada individu. Perilaku yang dapat
dilakukan adalah menggunakan alkohol atau obat- obatan,
melamun dan fantasi, banyak tidur, menangis, beralih pada
aktifitas lain agar dapat melupakan masalah.
e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Strategi Koping
Menurut Keliat (2006), disebutkan mekanisme koping dapat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, konsep diri, rasa aman nyaman,
pengalaman masa lalu dan tingkat pengetahuan seseorang.

Faktor yang mempengaruhi strategi koping individu meliputi


usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, kesehatan
fisik/energi, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial
dan dukungan sosial dan materi (Suwitra, 2007).
1) Usia
Usia berhubungan dengan toleransi seseorang terhadap stres dan
jenis stresor yang paling mengganggu. Usia dewasa lebih mampu
mengontrol stress dibanding dengan usia anak-anak dan usia
lanjut (Siswanto, 2007). Indonesiannursing (2008) memaparkan
usia berpengaruh terhadap cara pandang seseorang dalam
kehidupan, masa depan dan pengambilan keputusan.
2) Jenis kelamin
Wanita biasanya mempunyai daya tahan yang lebih baik terhadap
stressor dibanding dengan pria, secara biologis kelenturan tubuh
wanita akan mentoleransi terhadap stres menjadi baik dibanding
pria (Siswanto, 2007). Jenis kelamin sangat mempengaruhi dalam
berespon terhadap penyakit, stres, serta penggunaan koping dalam
menghadapi masalah.
3) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi seseorang mudah terkena stres
atau tidak. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka toleransi dan
pengontrolan terhadap stressor lebih baik (Siswanto, 2007).
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi
untuk sikap berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin
tinggi tingkat

pendidikan seseorang, makin mudah menerima

informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang


dimiliki.
4) Status Perkawinan
Yosep (2007) menjelaskan salah satu penyebab stress psikososial
yaitu

status

perkawinan

dimana

berbagai

permasalahan

perkawinan merupakan sumber stres yang dialami seseorang,


misalnya

pertengkaran,

perpisahan,

perceraian,

kematian

pasangan, dan lain sebagainya. Stressor ini dapat menyebabkan


seseorang jatuh dalam depresi dan kecemasan.
5) Kesehatan Fisik
Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam
usaha mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan
tenaga yang cukup besar.
6) Keyakinan atau Pandangan Positif
Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting,
seperti keyakinan akan nasib (eksternal locus of control) yang
mengerahkan

individu

pada

penilaian

ketidakberdayaan

(helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi coping


tipe : problem- solving focused coping.
7) Keterampilan Memecahkan Masalah
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi,
menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan
untuk

menghasilkan

alternatif

tindakan,

kemudian

mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil


yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana
dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.
8) Keterampilan Sosial
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan
bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai
sosial yang berlaku dimasyarakat.
9) Dukungan Sosial
Dukungan ini meliputi dukungan

pemenuhan

kebutuhan

informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh


orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan
masyarakat sekitarnya.
10) Materi
Dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang barang
atau layanan yang biasanya dapat dibeli.

B. Tanda dan Gejala


1. Ketidakefektifan koping
a. Data Mayor
1) Pernyataan ketidakmampuan untuk mengatasi atau meminta
bantuan atau

2) Penggunaan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai atau


3) Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan
4) Perilaku destruktif terhadap diri sendiri atau orang lain
b. Data Minor
1) Rasa khawatir kronis, ansietas
2) Melaporkan kesulitan menghadapi stress kehidupan
3) Ketidakefektifan partisipasi social
4) Manipulasi verbal
5) Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
6) Pola respons nonasertif
7) Perubahan dalam pola komunikasi yang biasa
2. Ketidakmampuan Koping Keluarga
a. Data Mayor
1) Pemberian asuhan yang kasar atau ceroboh kepada klien
2) Kekerasan pasangan
3) Hubungan yang tidak acuh dengan anggota keluarga ini
b. Data Minor
1) Penyimpangan realitas berkenaan dengan masalah kesehatan klien
2) Intoleran
3) Penelantaran
4) Agitasi
5) Agresi
6) Penolakan
7) Desersi
8) Depresi
9) Bermusuhan
10) Gangguan restrukturisasi unit keluarga
3. Penurunan Koping Keluarga
a. Subjektif
1) Klien mengekspresikan atau membenarkan kekhawatiran atau
keluhan tentang respons orang terdekat terhadap masalah
kesehatannya.
2) Orang terdekat terlalu larut dengan reaksi personal mereka (mis.,
Ketakutan dukacita adaptif, rasa bersalah, ansietas) terhadap
penyakit, ketidakmampuan atau krisis perkembangan atau
situasional klien yang dialami klien).
3) Orang terdekat menjelaskan atau membenarkan kurangnya
pemahaman atau dasar pengetahuan yang mengganggu perilaku
asistif atau suportif yang efektif.
b. Objektif
1) Orang terdekat mengupayakan perilaku asistif atau suportif
dengan hasil yang kurang memuaskan.

2) Orang terdekat menarik diri atau masuk ke dalam komunikasi


personal yang terbatas atau temporer dengan klien pada saat
dibutuhkan.
3) Orang terdekat memperlihatkan perilaku protektif yang tidak
berimbang (terlalu sedikit atau terlalu banyak) terhadap
kemampuan atau kebutuhan klien akan otonom.
4. Ansietas
a. Mayor
Dimanifestasikan oleh gejala dari tiga katagori: fisiologis, emosional,
dan kognitif. Gejala bervariasi sesuai dengan tingkat ansietas.
Fisiologis
Peningkatan frekuensi jantung
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi napas
Diaforesis
Dilatasi pupil
Tremor Suara/perubahan nada
Gemetar, kedutan
Palpitasi
Mual atau muntah
Sering berkemih
Diare
Insomnia
Keletihan dan kelemahan
Pucat atau kemerahan
Mulut kering
Sakit dan nyeri tubuh (khususnya dada, punggung, leher)
Gelisah
Pusing/pingsan
Parestesia
Rasa panas atau dingin
Anoreksia
Emosional
Individu menyatakan bahwa Ia Merasakan:
Kekhawatiran
Ketidakberdayaan
Gugup
Tidak percaya diri
Kehilangan kendali
Ketegangan, atau merasa dikunci
Tidak dapat relaks
Antisipasi kegagalan
Individu Memperlihatkan:
Iritabilitas/tidak sabar
Marah meledak-ledak
Menangis

Cenderung menyalahkan orang lain kontak mata kurang


Kritik terhadap diri sendiri
Menarik diri
Kurang inisiatif
Mencela sendiri
Reaksi kaget
Kognitif
Tidak dapat berkonsentrasi (tidak dapat mengingat)
Mudah lupa
Ruminasi
Orientasi pada masa lalu daripada masa kini dan masa depan
Penurunan kemampuan belajar
Blok pikiran
Kurang kesadaran tentang sekitar
Terlalu perhatian
Preokupasi
Konfusi
5. Koping Defensif
a. Mayor
1) Penyangkalan terhadap masalah/kelemahan yang nyata
2) Proyeksi kesalahan/tanggung jawab
3) Rasionalisasi kegagalan
4) Hipersensitivitas terhadap kritik yang ringan
5) Grandiositas
b. Minor
1) Sikap superior yang ditujukan kepada orang lain
2) Kesulitan dalam membangun atau mempertahankan hubungan
3) Tawa yang bermusuhan atau mengejek orang lain
4) Kesulita dalam menguji persepsi terhadap realita
5) Kurangnya kepatuhan atau peran serta dalam pengobatan atau
terapi
6. Stress Berlebihan
a. Fisiologis
1) Sakit kepala
2) Dispepsia
3) Kesulitan tidur
4) Kurang istirahat
5) Letih
b. Emosional
1) Menangis
2) Gelisah
3) Gugup
4) Lelah
5) Marah
6) Tidak sabar
7) Mudah kecewa

8) Merasa sakit
c. Kognitif
1) Penurunan memori
2) Cepat lupa
3) Sulit membuat keputusan
4) Kekhawatiran konstan
5) Penurunan rasa humor
6) Kesulitan berpikir jernih
d. Perilaku
1) Isolasi
2) Penurunan intimasi
3) Merokok berlebihan
4) Intoleransi
5) Makan berlebihan
6) Antipati/menunjukkan sikap permusuhan

Anda mungkin juga menyukai