3. Gangguan Termogulasi
Menurut Potter dan Perry (2005), gangguan pada termoregulasi
antara lain sebagai berikut:
a. Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh
lingkungan yang terpejan panas. Tanda dan gejala kurang volume
caiaran adalah hal yang umum selama kelelahan akibat panas.
Tindakan pertama yaitu memindahkan klien kelingkungan yang
lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.
b. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas
atau menurunkan produksi panas adalah hipertermi.
c. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan
dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran
panas. Kondisi ini disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya
panas dengan angka mortalitas yang tinggi. Heatstroke dengan
suhu lebih besar dari 40,50C mengakibatkan kerusakan jaringan
pada sel dari semua organ tubuh.
d. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus trehadap
dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi
panas., mengakibatkan hipotermi. Dalam kasus hipotermi berat,
klien menunjukkan tanda klinis yang mirip dengan orang mati
(misal tidak ada respon terhadap stimulus dan nadi serta
pernapasan sangat lemah).
e. Radang beku (frosbite)
Terjadi bila tubuh terpapar pada suhu dibawah normal.
Kristal es yang terbentuk di dalam sel dapat mengakibatkan
kerusakan sirkulasi dan jaringan secara permanen. Intervensi
termasuk tindakan memanaskan secara bertahap, analgesik dan
perlindungan area yang terkena.
c. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam
pemecahan karbohidrat dan lemak.Hal ini menyebabkan
peningkatan metabolisme dan produksi panas.Segala jenis olahraga
dapat meningkatkan produksi panas akibatnya meningkatkan suhu
tubuh.Olahraga berat yang lama, seperti lari jaak jauh, dapat
meningatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41 ºC.
d. Kadar hormone
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang
lebih besar dibandingkan pria.Variasi hormonal selama siklus
menstruasi menyebabkan fluktuasi suhu tubuh.Kadarprogesteron
meningkat dan menurun secara bertahap selama siklus menstruasi.
Bila kadar progesteron rendah, suhu tubuh beberapa derajat
dibawah kadar batas. Suhu tubuh yang rendah berlangsung sampai
terjadi ovulasi.Perubahan suhu juga terjadi pada wanita
menopause.Wanita yang sudah berhenti mentruasi dapat
mengalami periode panas tubuh dan berkeringat banyak, 30 detik
sampai 5 menit. Hal tersebut karena kontrol vasomotor yang tidak
stabil dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi (Bobak,
1993)
e. Irama Sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 ºC sampai 1 ºC
selama periode 24 jam. Bagaimanapun, suhumerupakan irama
stabil pada manusia.Suhu tubuh paling rendah biasanya antara
pukul 1:00 dan 4:00 dini hari.Sepanjang hari suhu tubuh naik,
sampai seitar pukul 18:00 dan kemudian turun seperti pada dini
hari.Penting diketahui, pola suhu tidak secara otomatis pada orang
yang bekerja pada malam hari dan tidur di siang hari.Perlu waktu
1-3 minggu untuk perputaran itu berubah. Secara umum, irama
suhu sirkadian tidak berubah sesuai usia. Penelitian menunjukkan,
puncak suhu tubuh adalah dini hari pada lansia (lenz,1984)
f. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui
stimulasi hormonal dan persarafan.Perubahan fisiologi tersebut
meningkatkan panas.Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau
tempat praktik dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari
normal.
g. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji
dalam ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu
meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme pengluaran-panas dan
suhu tubuh akan naik. Jika kien berada di lingkungan tanpa baju
hangat, suhu tubh mungkin rendah karena penyebaran yang efektif
dan pengeluaran panas yang konduktif.Bayi dan lansia paling
sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekaisme suhu
mereka kurang efisien.
h. Demam
Terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu
untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi
panas yang mengakiatkan peningkatan suhu abnormal. Demam
biasanya tidak berbahaya jika <39o C. Demam terjadi akibat
perubahan set point hipotalamus.
Pola demam :
1) Terus menerus : tingginya menetap >24 jam, bervariasi (1-
2)oC.
2) Intermitten : demam memuncak secara berseling dengan
suhu normal.
3) Remitten : demam memuncak dan turun tanpa
kembali ke tingkat suhu normal.
4) Relaps : periode episode demam diselingi dengan
tingkat suhu normal, episode demam dengan normotermia
dapat memanjang lebih dari 24 jam.
j. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas
atau menurunkan produksi panas.Setiap penyakit atau trauma pada
hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
k. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan
dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran
panas.Kondisi ini disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya
panas dengan angka mortalitas yg tinggi.Klien berisiko termasuk
yang masih sangat muda atau sangat tua, yang memiliki penyakit
kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik.Yang juga
termasuk beresiko adalah orang yang mengkonsumsi obat yang
menurunkan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas
(mis.Fenotiasin, antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan antagonis
reseptor beta- adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan
olahraga atau kerja yang berat (mis.Atlet, pekerja kontruksi dan
petani).Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi,
delirium, sangat haus, mual, kram otot, gangguan visual, dan
bahkan inkotinensia.Tanda yang paling dari heatstroke adalah kulit
yang hangat dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangn
elektrolit sangat berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke
dengan suhu lebih besar dari 40,5 ºC mengakibatkan kerusakan
jaringan pada sel dari semua organ tubuh. Tanda vital menyatakan
suhu tubuh kadang-kadang setinggi 45 ºC, takikardia dan hipotensi.
l. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap
dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi
panas, mengakibatkan hipotermia.Hipotermia diklasifikasikan
melalui pengukuran suhu inti.Hal tersebut dapat terjadi kebetulan
atau tidak sengaja selama prosedur bedah untuk mengurangi
kebutuhan metabolik dan kebutuhan tubuh terhada oksigen.
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan
tidak diketahui selama beberapa jam.Ketika suhu tubuh turun
menjadi 35 ºC, klien menglami gemetar yang tidak terkontrol,
hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menila. Jika suhu tubuh
turun di bawah 34,4 ºC, frekuensi jantung, pernafasan, dan tekanan
darah turun. kulit menjadi sianotik.
5. Manifestasi Klinik
a. Hipertermia
Keadaan dimana ketika seorang individu mengalami atau 37,8oC
peroral atau 38,8oC per rectal karena factor eksternal.
Pola hipertermi:
1) Terus – menerus
Merupakan pola demam yang tingginya menetap
lebih dari 24 jam, bervariasi 1oC – 2oC.
2) Intermiten
Demam secara berseling dengan suhu normal, suhu
akan kembali normal paling sedikit sekali 24 jam.
3) Remiten
Demam memuncak dan turun tanpa kembali kesuhu normal.
b. Hipotermia
Suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan
suhu, kesulitan mengatasi suhu normal ketika suhunya berada
dibawah 35oC (suhu dingin)
Gejala :
1) Penderita berbicara nglantur
2) Kulit sedikit berwarna abu – abu (pucat)
3) Detak jantung lemah
4) Tekanan darah menurun dan terjadi kontraksi otot sebagai
usaha untuk menghasilkan panas
5) Demam (hiperpireksia)
6) Demam (hiperpireksia) adalah kegagalan mekanisme
pengeluaran panas untuk mempertahankan kecepatan
pengeluaran kelebihan produksi panas.
7) Kelelahan akibat panas
8) Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan,
disebabkan oleh lingkunang yang terpapar oleh panas.
c. Heat stroke
Paparan yang lama terhadap sinar matahari atau
lingkungan dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme
pengeluaran panas . kondisi ini disebut heat stroke.
Tanda dan gejala :
1) Konvulsi, kram otot, inkontinensia
2) Delirium ( gangguan mentaql yang berlangsung singkat,
biasanya mencerminkan keadaan toksik yang ditandai oleh
halusinasi,dll.
3) Sangat haus, Kulit sangat hangat dan kering
6. Patofisiologi
Suhu tubuh kita dalam keadaan normal dipertahankan
dikisarkan 36,8oC oleh pusat pengatur suhu didalam otak yaitu
hipotalamus. Dalam pengatauransuhu tersebut selalu menjaga
keseimbangan antara jumlah panas yang diproduksi tubuh dari
metabolism dengan panas yang dilepas melalui kulit dan paru – paru
sehingga suhu tubuh dapat mempertahankan dalam kisaran normal.
Walaupun demikian, suhu tubuh dapat memiliki fluktuasi harian ,
yaitu sedikit lebih tinggi pada sore hari jika dibandingkan pagi
harinya.
Demam merupakan suatu kedaan dimana terdapat peningkatan
pengaturan dipusat pengatur suhu diotak. Hal ini sama dengan
pengaturan set point ( derajat celcius ) pada remote AC yang
bilamana set point tersebut dinaikkan maka temperature, ruangan
akan menjadi lebih hangat, maka nilai suhu tubuh dikatakan demam
jika melebihi 37,2oC pada pengukuran dipagi hari dan atau melebihi
37,7oC pada pengukuran sore hari dengan menggunakan thermometer
mulut.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan darah perifer lengkap
c. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
d. Pemeriksaan widal
e. Pemeriksan urin
8. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi pemberian parachetamol
tiap 4 – 6 jam 3 x1 bila panas. Diberikan infuse RL 20 tetes / menit
dan untuk membantu mencukupi kebutuhan cairan dan membantu
jalur masu obat parachetamol – cefotaxime sebagai antibiotic
diberikan secara intravena dengan dosis 2x 1 g/hari.diberikan
makanan rendah serat dan memperbaiki gizi pasien.
b. Perawatan
Tirah baring absolute sampai minimal 7 hari bebas demam / kurang
lebih selama 14 hari.
c. Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus
d. Mobilisasi sesuai kondisi
e. Diet
f. Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan
penyakit. Makanan mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi
protein, tidak boleh mengandung banyak serat.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas pasien
Riwayat keperawatan
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit keluarga
b. Hipotermia
Berhubungan dengan :
1) Agens farmaseutical
2) Kurang suplai lemak subkutan
3) Trauma
4) Pemakaian pakaian yang tidak adekuat
5) Terapi radiasi
Ditandai dengan :
1) kulit dingin
2) menggigil
3) peningkatan konsumsi oksigen
4) vasokonstriksi perifer
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
Hipotermi Setelah dilakukan Perawatan Hipotermia
tindakan keperawatan 1. Memonitor tanda
2x24 jam, diharapkan : tanda vital
Kriteria Hasil : 2. Berikan oksigen
1. Mengidentifikasi sesuai kebutuhan
factor resiko 3. Hentikan aktivitas
hipotermia fisik
2. Mengidentifikasi 4. Monitor suhu tubuh
tanda dan gejala menggunakan alat
hipotermia yang sesuai
3. Memodifikasi (misalnya:pemeriksaa
asupan cairan n rectal atau
sesuai kebutuhan esophagus)
4. Mengenali obat 5. Instruksi pasien
obat yang berefek mengenai tindakan
pada suhu tubuh untuk mencegah
5. Memfasilitasi kondisi sakit yang
penyesuaian untuk berhubungan dengan
penurunan suhu panas.
tubuh 6. Instruksi pasien
mengenai tanda dan
gejala awal dari
kondisi sakit yang
berhubungan dengan
panas dan kapan
mencari bantuan
petugas kesehatan.
Pengaturan Suhu
1. Monitor suhu paling
tidak setiap 2 jam
sesuai kebutuhan.
2. Memonitor TTV
3. Monitor suhu dan
warna kulit
4. Monitor dan
laporkan adanya
tanda dan gejala dari
hipotermia dan
hipertermia
5. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
adekuat