Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL

I. Tinjauan Medis
A. Pengertian
Manusia adalah mahkluk biopsikososial dan unik dan menerapkan
sistem terbuka serta salinmg berinteraksi. Manusia selalu berusaha
untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Kebutuhan
spiritual merupakan kebutuhan dasaryang dibutuhkan oleh setiap
manusia.[ CITATION Tar152 \l 1057 ].
Konsep diri (self concept) merupakan bagian dari masalah
kebutuhan psikososial yang tidak didapat sejak lahir, akan tetapi
dapat dipelajari sebagai hasil dari pengalaman seseorang terhadap
dirinya. Konsep diri berkembang secara bertahap sesuai dengan
tahap perkembangan psikososial seseorang. Secara umun konsep
diri adalah semua tanda, keyakinan dan pendirian yang merupakan
suatu pengetahuan individu tentang dirinya yang dapat memengaruhi
hubungannya dengan orang lain, termasuk karakter, kemampuan,
nilai, ide, dan tujuan. [ CITATION Hid14 \l 1057 ].
Menurut Stuart dan Sunden (1991), mengatakan bahwa harga diri
(self esteem) adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal dirinya.
[ CITATION Has172 \l 1057 ].
Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan
tergantung pada budaya , perkembangan, pengalaman hidup,
kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan seseorang. [ CITATION
Pot102 \l 1057 ].
Spiritualitas merupakan sesuatu yang dipercayakan oleh
seseorang dalam hubnungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi
(Tuhan). [ CITATION Has172 \l 1057 ]
B. Komponen Konsep Diri
1. Citra Tubuh
Citra tubuh adalah sikap sesorang terhadap tubuhnya secara
sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencangkup persepsi dan
perasaan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi penampilan tubuh
saat ini dan masa lalu.
2. Ideal diri
Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku
sesuai dengan standar perilaku. Ideal diri dapat mewujudkan cita-
cita dan harapan pribadi.
3. Harga diri
Harga diri adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan
analisis, sejauh mana perilaku memenuhi ideal diri. Jika individu
selalu sukses, maka harga dirinya cenderung akan tinggi dan jika
mengalami gagal harga dirinya cenderung menjado rendah. Harga
diri ini diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
4. Peran diri
Peran diri adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari
seeorang berdasarkan posisinya dimasyarakat.
5. Identitas diri
Identitas diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang
bersumber dari observasi dan peniolaian yang merupakan sintesis
dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.
[ CITATION Tar152 \l 1057 ].
C. Tahapan Perkembangan Kebutuhan
1. Psikososial ( konsep diri )
a. Usia 0-1 tahun
1) Menumbuhkan rasa percaya diri konsentrasi dalam
kinteraksi pengasuhan yang dilakukan oleh orang lain.
2) Membedakan dirinya dari lingkungan
b. Usia 1-3 tahun
1) Mulai menyatakan apa yang disukai dan yang tidak disukai.
2) Meningkatnya kemandirian dalam berfikir dan bertindak.
3) Menghargai penmpilan dan fungsi tubuh.
4) Mengembangkan diri dengan mencontoh orang yang
dikagumi, menuri, dan bersosialisasi
c. Usia 3-6 tahun
1) Memiliki inisiatif
2) Mengenali jenis kelamin
3) Meningkatkan kesadaran diri
4) Meningkatkan keterampilan berbahasa, termasuk
pengenalan akan perasaan seperti senang, kecewa, dan
sebagainya.
d. Usia 6-12 tahun
1) Menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan guru,
keluarga tidak lagi dominan.
2) Meningkatkan harga diri dengan penguasaan keterampilan
baru.
3) Menguatnya identitas seksual.
4) Menyadari kekuatan dan kelemahan
e. Usia 12-20 tahun
1) Menerima perubahan tubuh/ kedewsaan.
2) Belajatr tentang sikap, nuilai, dan keyakinan menentukan
tujuan masa depan.
3) Merasa positif atas perkembangannya konsep diri.
4) Berinteraksi dengan orang-orang yang menurutnya menarik
secara seksual dan intelektual
f. Usia 20-40 tahun
1) Memiuliki hubungan yang intim dengan keluarga dan orang
lain.
2) Memmiliki perasaan yang stabil dan positif mengenai diri.
3) Mengalami keberhasilan transisi peran dan meningkatnya
tanggung jawab.
g. Usia 40-60 tahun
1) Dapat menerima perubahan penamilan dan ketahuan fisik.
2) Mengevaluasi ulang tujuan hidup.
3) Merasa nyaman dengan proses penuaan
h. Usia diatas 60 tahun
1) Merasa positif mengenaihidup dan makna kehidupan.
2) Berkeinginann untuk meninggalkan warisan bagi generasi
berikutnya.[ CITATION Hid14 \l 1057 ].
2. Spiritual
Perkembanagn spiritual seseorang menurut westerhoff’s dibagi
kedalam empat tingkatan berdasarkan kategori umur, yatu :

a. Usia anak-anak, merupakan tahap perkembangan berdasarkan


pengalaman. Pada masa ini anak-anak biasanya sudah mulai
bertanya tentang pencipta, arti doa, seta mencari jawaban
tentang kegiatan keagamaan.

b. Usia remaja akhir, merupakan tahap perkumpulan kepercayaan


yang ditandai dengan adanya partisipasi aktif pada aktivitas
keagamaan berkembang spiritual pada masa ini sudah mulai
pada keinginan akan pencapaian kebutuhan spiritual seperti
keinginan memulai, meminta atau berdoa kepada penciptanya.
Yang berrti sudah mulai membutuhkan pertolongan melalui
keyakinan atau kepercayaan.

c. Usia awal dewasa, merupakan masa pencarian kepercayaan


dini, diawali dengan proses pertanyaan akan keyakinan atau
kepercayaan yang akan dikaitkan secara kognitif sebai bentuk
yang tepat untuk mempercayainya. Pada masa ini, timbul
perasaan akan penghargaan terhadap kepercayaannya.
d. Usia pertengahan dewasa, merupakan tingkatan kepercayaan
dari diri sendiri, perkembangan ini diawali dengan semakin
kuatnya kepercayaan diri yang dipertahankan walaupun
menghadapi perbedaan keyakinan yang lain danlebih mengerti
akan kepercayaan dirinya.[ CITATION Has172 \l 1057 ].

D. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan

1. Tingkat perkembangan dan kematangan

Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan dan


pertumbuhan anak akan mempenharuhi konsep dirinya.

2. Budaya

Dimana pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang


tuanya, kelompoknya dan lingkungannnya. Orang tua yang
bekerja seharian akan membawa lebih dekat pada
lingkungannnya.

3. Sumber eksternal dan internal

Dimana kekuatan dan perkembangan pada individu sangat


berpengaruh terhadap konsep diri. Pada sumber internal
misalnya, orang yang hunoris koping individunya lebih efektif.
Sumber eksterbal misalkan adanya dukungan dari masyarakat
dan ekonomi yang kuat.

4. Pengalaman sukses dan gagal

Ada kecendrungan bahawa riwayat sukses akan meningkatkan


konsep diri demikian pula sebaliknya

5. Stresor

Sterssor dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru,


ujian dan ketakutan. Juka koping individu tidak adekuat maka
akan menimbulkan depresi, menarik diri dan kecemasan.
6. Usia

Keadaan sakit dan trauma misalnya usia tua, keadaa sakit akan
mempengaruhi persepsi dirinya.[ CITATION Tar11 \l 1057 ]

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Spiritual

1. Perkembangan. Usia perkembangan dapat menetukan proses


pemenuhan kebutuhan spiritual, karena setiap tahap
perkembangan memiliki cara meyakini kepercayaan.

2. Keluarga. Keluarga memiliki peran yang cukup stategis dalam


memenuhi kenutuhan spritual, karena keluarga memiliki ikatan
emosional yang kuat dan akan selalu berinteraksi dalam
kehidupan sehari-hari.

3. Ras/suku. Ras/ suku mermiliki keyakinan/ kepercayaan yang


berbeda-beda, sehingga peroses pemenuhan kebutuhan spiritual
pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang dimiliki.

4. Agama yang dianut. Keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki


oleg seseorang dapat menentukanarti pentingnya kebutuhab
spiritual.

5. Kegiataan keamanan. Adanya kegiatan keamanan dapat


mengingtkan keberadaan dirinya dengan tuhan dan selalu
mendekatkan diri kepada penciptanya. [ CITATION Has172 \l 1057 ].

F. Masalah Kebutuhan
1. Psikososial
a. Gangguan identitas diri
1) Perubahan perkembangan
2) Trauma.
3) Jenis kelamin yang tidak sesuai.
4) Budaya yang tidak sesuai
b. Gangguan citra tubuh
1) Hilangna bagian tubuh
2) Perubahan perkembangan
3) Kecacatan
c. Gangguan harga diri
1) Hubungan interpersonal yang tidak harmonis
2) Kegagalan perkembangan
3) Kegagalan mencapai tujuan hidup

d. Gangguan peran
1) Kehilangan peran
2) Peran ganda
3) Konflik peran
4) Ketidakmampuan menampilkan peran.[ CITATION Tar152 \l
1057 ]
2. Spiritual
a. Penyakit Akut. Penyakit yang mendadak yang tidak
diperkirakan, yang mengharapkan baik ancaman langsung atau
jangka panjang terhadap kesehatan dan kesejahteraan klien,
dapat menimbulkan stress spiritual yang bermakna.
b. Penyakit Kronis. Seseorang yang dengan penyakit kronis
sering menderita gejala yang melumpuhkan dan menganggu
kemampuan untuk melanjutkan gaya hidup normal mereka.
c. Penyakit Terminal, umunya menyebabkan ketakutan terhadap
nyeri fiisk, ketidaktahuan dan ancaman terhadapintegritas.
d. Individuasi. Ketika seseorang menjalani hidup mereka, sering
mengajukan pertanyaan untuk menemukan dan memahami diri
(mereka) sebagai hal yang berbeda tetapi juga dalam
hubungan dengan orang lain. Individuasi digambarkan sebagai
krisis pertengahan hidup, individuasi umum pada individu usia
baya.
e. Pengalaman Mendekati Kematian. Perawat atau bidan mungkin
menghadapi klien yang telah mempunyai pengalaman
mendekati kematian (NDE/ Near Death Experience). NDE telah
diidentifikasi sebagai fenomena psikologis tentang individu
yang baik telah sangat dekat dengan kematian secara klinis
atau mungkin telah pulih setelah dinyatakan mati.
f. Perubahan Dalam Keanggotaan Denominasi atau Perubahan
Religi. Melakukan perkawinan dengan seseorang yang
berbeda latar belakang agamanya atau berpindah ke suatu
lingkungan yang tidak mempunyai cabang dari kelompok
keagamaan tertentu, akan merasa kehilangan bagi individu.
g. Intensifikasi Kepatuhan terhadap Keyakinan. Intensifikasi
praktik keagamaan secara sukarela dapat menyebabkan
masalah ketika seseorang tidak merasa bebas atau tidak
mengetahui bagaimana harus membicarakan tentang aspek
keagamaan atau mengintensifikasi praktik keagamaan dalam
menghadapi rasa bersalah atau untuk menghadapi trauma
yang sulit atau kehilangan.
h. Kehilangan atau Mempertanyakan Kepercayaan. Kepercayaan
adalah cara menunjukkan diri seseorang, komunitas seseorang
dan kekuatan yang lebih tinggi sebagai pusat. [ CITATION Has172 \l
1057 ]
II. Tinjauan Keperawatan

A. Pengkajian Keperawatan.[ CITATION Tar152 \l 1057 ].

1. Pengkajian psikologis

a. Status emosional

1) Apakah emosi sesuai perilaku.

2) Apakah kilien dapat mengendalikan emosi?


3) Bagaimana perasaan kilien yang tampil dengan seperti
biasanya?

4) Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas klien?

5) Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?

b. Konsep diri

1) Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?

2) Bagaimana klien menilai orang lain?

3) Apakah klien suka akan dirinya?

c. Cara komunikasi

1) Apakah klien mudah merespons?

2) Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?

3) Bagaimana perilaku nonverbal klien dalam berperilaku?

4) Apakah klien menolakuntuk memberi respons?

d. Pola inteksi

1) Kepada siapa klien mau berinteraksi?

2) Siapa yang penting untuk berpengaruh bagi klien?

3) Bagaimana sifat asli klien: mendominasi atau positif?

2. Pengkajian sosial

a. Pendidikan dan pekerjaan

1) Pendidikan tekhir.

2) Keterampilan yang mampu dilakukan.

3) Pekerjaan klien.

4) Status keuangan
b. Hubungan sosial

1) Teman dekat klien.

2) Bagaimna klien menggunakan waktu luang?

3) Apakah klien berkcimpung dalam kelompok mansyarakat?

c. Faktor sosiokultural

1) Apakah agama dan kebudayaan klien ?

2) Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?

3) Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan


orang lain?

d. Pola hidup

1) Dimana tempat tinggal klien?

2) Bagaimna tempat tinggal klien?

3) Dengan siapa klien tinggal?

4) Apa yang klien lakukan untuk menyenagkan diri?

e. Keluarga

1) Apakah klien sudah menikah.

2) Apakh klien sudah mempunyai anak?

3) Bagaimna status kesehatan klien dalam keluarga?

4) Masalah apa yang terutama dalam keluarga?

5) Bagaimana tingkat kecemasan klien?

3. Spiritual

Pengkajian spiritual terhadap masalah kebutuhan spiritual,


diantaranya adanya ungkapan terhadap masalah spiritual, seperti
artikehidupan, kematian, dan penderitaan, keraguan akan
kepercayaan yang dianut, penolakan untuk beribadah, perasaan
yang ksoong serta pengakuan alam.[ CITATION Hid14 \l 1057 ].

B. Diagnosis Keperawatan.[ CITATION Tim17 \l 1057 ].

1. Ansietas

a. Definisi

Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap


objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya
yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman

b. Penyebab

1) Krisis situasional

2) Kebutuhan tidak terpenuhi.

3) Krisis maturasional.

4) Ancaman terhadap konsep diri.

5) Ancaman terhadap kematian.

6) Kekhawatiran mengalami kegagalan.

7) Disfungsi fungsi keluarga.

8) Hubungan orang tua anak tidak memuaskan.

9) Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir).

10) Penyalahgunaan zat

11) Terpapar bahaya lingkungan (mis. Toksin, polutan, dan lain-


lain)

12) Kurang terpapar informasi


c. Gejala dan tanda mayor

1) Subyektif

a) Merasa bingung

b) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi

c) Sulit berkomunikasi

2) Obyektif

a) Tampak gelisah

b) Tampak tegang

c) Sulit tidur

d. Gejala dan tanda minor

1) Subyektif

a) Mengeluh pusing

b) Anoreksia

c) Palpitasi

d) Merasa tidak berdaya

2) Obyektif

a) Frekuensi nafas meningkat

b) Frekuensi nadi meningkat

c) Tekanan darah meningkat

d) Diaforesis

e) Tremor

f) Muka tampak pucat


g) Suara bergetar

h) Kontak mata buruk

i) Sering berkemih

j) Berorientasi pada masa lalu

e. Kondisi klinis terkait

1) Penyakit kronis progresif (mis. Kanker, penyakit autoimun)

2) Penyakit akut

3) Hospitalisasi

4) Rencana operasi

5) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas

6) Penyakit neurologis

7) Tahap tumbuh kembang

2. Distres spiritual

a. Definisi

Gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa kesulitan


merasakan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan
diri, orang lain, lingkungan atau tuhan.

b. Penyebab

1) Menjelang ajal

2) Kondisi penyakit kronis

3) Kematian orang terdekat

4) Perubahan pola hidup

5) Kesepian
6) Pengasingan diri

7) Pengasingan sosial

8) Gangguan sosio-kultural

9) Peningkatan ketergangtungan pada orang lain

10) Kejadian hidup yang tidak diharapkan

c. Gejala dan tanda mayor

1) Subyektif

a) Mempertanyakan tujuan/makna hidupnya

b) Menyatakan hidupnya terasa tidak/kuran bermakna

c) Merasa menderita/tidak berdaya

2) Obyektif

a) Tidak mampu beribadah

b) Marah pada tuhan

d. Gejala dan tanda minor

1) Subyektif

a) Menyatakan hidupnya terasa tidak/kurang tenang

b) Mengeluh tidak dapat menerima (kurang pasrah)

c) Merasa bersalah

d) Merasa terasing

e) Menyatakan telah diabaikan

2) Obyektif

a) Menolak berinteraksi dengan orang terdekat/pemimpin


spiritual
b) Tidak mampu berkreativitas (mis. Menyanyi,
mendengarkan musik, menulis)

c) Koping tidak efektif

d) Tidak berminat pada alam/literatur spiritual

e. Kondisi klinis terkait

1) Penyakit kronis (mis. Arthritis rheumatoid, sklerosis multiple)

2) Penyakit terminal ( mis. Kanker)

3) Retardasi mental

4) Kehilangan bagian tubuh

5) Sudden infant death syndrome (sids)

6) Kelahiran mati, kematian janin, keguguran

7) Kemandulan

8) Gangguan psikiatrik

3. Gangguan citra tubuh

a. Definisi

Perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi


fisik individu

b. Penyebab

1) Perubahan struktur/bentuk tubuh (mis. Amputasi, trauma,


luka bakar, obesitas, jerawat).

2) Perubahang fungsi tubuh (mis. Proses penyakit, kehamila,


kelumpuhan).

3) Perubahan fungsi kognitif.

4) Ketidaksesuaian budaya, keyakinan atau sistem nilai.


5) Transisi perkembangan.

6) Gangguan psikososial.

7) Efek tindakan/pengobatan (mis. Pembedahan, kemoterapi,


terapi radiasi)

c. Gejala dan tanda mayor

1) Subyektif

a) Mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh

2) Obyektif

a) Kehilangan bagian tubuh.

b) Fungsi/struktur tubuh berubah/hilang

d. Gejala dan tanda minor

1) Subyektif

a) Tidak mau mengungkapkan kecacatan atau kehilangan


bagian tubuh.

b) Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan


tubuh.

c) Mengungkapakan kekhawatiran pada penolakan/reaksi


orang lain.

d) Mengungkapkan perubahan gaya hidup

2) Obyektif

a) Menyembunyikan / menunjukkan bagian tubuh secara


berlebihan

b) Menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian tubuh

c) Fokus berlebihan pada perubahan tubuh


d) Respon non verbal pada perubahan dan persepsi tubuh

e) Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu

f) Hubungan sosial berubah

e. Kondisi klinis terkait

1) Mastektomi

2) Amputasi

3) Jerawat

4) Parut atau luka bakar yang terlihat

5) Obesitas

6) Hiperpigmentasi apda kehamilan

7) Gangguan psikiatrik

8) Program terapi neoplasma

9) Alopesia chemically induced

4. Harga diri rendah situasional

a. Definisi

Evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri dan


kemampuan klien sebagai respon terhadap situasi saat ini

b. Penyebab

1) Perubahan pada citra tubuh

2) Perubahan peran sosial

3) Ketidakadekuatan pemahaman

4) Perilaku tidak konsisten dengan nilai

5) Riwayat kehilangan
6) Riwayat penolakan

7) Transisi perkembangan

c. Gejala dan tanda mayor

1) Subyektif

a) Menilai diri negatif (mis. Tidak berguna, tidak tertolong)

b) Merasa malu/bersalah

c) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri

d) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri

2) Obyektif

a) Berbicara pelan dan lirih

b) Menolak berinteraksi dengan orang lain

c) Berjalan menunduk

d) Postur tubuh menunduk

d. Gejala dan tanda minor

1) Subyektif

a) Sulit berkonsentrasi

2) Obyektif

a) Kontak mata kurang

b) Lesu dan tidak bergairah

c) Pasif

d) Tidak mampu membuat keputusan

e. Kondisi klinis terkait


1) Cedera traumatis

2) Pembedahan

3) Kehamilan

4) Stroke

5) Penyalahgunaan zat

6) Demensia

7) Kondisi baru diagnosis (mis. Diabetes melitus)

8) Pengalaman tidak menyenangkan

5. Keputusasaan

a. Definisi

Kondisi individu yang memandang adanya keterbatasan


atau tidak tersedianya alternatif pemecahan pada masalah
yang dihadapi

b. Penyebab

1) Stress jangka panjang

2) Penurunan kondisi fisiologis

3) Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual

4) Kehilangan kepercayaan pada nilai-nilai penting

5) Pembatasan aktivitas jangka panjang

6) Pengasingan

c. Gejala dan tanda mayor

1) Subyektif

a) Mengungkapkan keputusasaan
2) Obyektif

a) Kurang terlibat dalam aktivitas perawatan

b) Afek datar

d. Gejala dan tanda minor

1) Subyektif

a) Sulit tidur

b) Selera makan menurun

2) Obyektif

a) Berperilaku pasif

b) Kurang inisiatif

c) Meninggalkan lawan bicara

d) Mengangkat bahu sebagai respon pada lawan bicara

e. Kondisi klinis terkait

1) Penyakit kronis

2) Penyakit terminal

3) Penyakit yang tidak dapat disembuhkan

6. Ketidakbedayaan

a. Definisi

Persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan


mempengaruhi hasil secara signifikan, persepsi kurang kontrol
pada situasi saat ini atau yang akan datang.

b. Penyebab
1) Program perawatan/pengobatan yang kompleks atau jangka
panjang

2) Lingkungan tidak mendukung perawatan/pengobatan

3) Interaksi interpersonal tidak memuaskan

c. Gejala dan tanda mayor

1) Subyektif

a) Menyatakan frustasi atau tidak mampu melaksanakan


aktivitas sebelumnya

2) Obyektif

a) Bergantung pada orang lain

d. Gejala dan tanda minor

1) Subyektif

a) Merasa diasingkan

b) Menyatakan keraguan tentang kinerja peran

c) Menyatakan kurang kontrol

d) Menyatakan rasa malu

e) Merasa tertekan (depresi)

2) Objektif

a) Tidak berpartisipasi dalam perawatan

b) Pengasingan

e. Kondisi klinis terkait

1) Diagnosis yang tidak terduga atau baru

2) Peristiwa traumatis
3) Diagnosis penyakit kronis

4) Diagnosis penyakit terminal

5) Rawat inap

C. Intervensi Keperawatan.[ CITATION Tim181 \l 1057 ]

1. Reduksi Ansietas
a. Definisi
Meminimalkan kondisi individu dan pengalaman subyektif
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi
bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan
untuk menghadapi ancaman.
b. Tindakan
1) Observasi
a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
(mis.kondiis,waktu, stresor)
b) Identifikasi kemmapuan mengambil keputusan
c) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
2) Terapeutik
a) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
b) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
memunginkan
c) Pahami situasi yang membuat ansietas
d) Dengarkan dengan penuh perhatian
e) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
f) Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
g) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
h) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang
akan datang
3) Edukasi
a) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
dialami
b) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
c) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
d) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
e) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
f) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
g) Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
h) Latih teknik relaksasi

4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
2. Dukungan Spiritual
a. Definisi
Memfasilitasi penngkatan perasaan seimbang dan terhubung
dengan kekuatan yang lebih besar.
b. Tindakan
1) Observasi
a) Identifikasi perasaan khawatir, kesepian dan
ketidakberdayaan
b) Identifikasi pendangan tentang hubungan antara spiritual
dan kesehatan
c) Identifikasi harapan dan kekuatan pasien
d) Identifikasi ketaatan dalam beragama
2) Terapeutik
a) Berikan kesempatan mengekspresikan perasaan tentang
penyakit dan kematian
b) Berikan kesempatan mengekspresikan dan meredakan
marah secara tepat
c) Yakinkan bahwa perawat bersedia mendukung selama
masa ketidakberdayaan
d) Sediakan privasi dan waktu tenang untuk aktivitas spiritual
e) Diskusikan keyakinan tentang makna dan tujuan hidup,
jika perlu
f) Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
3) Edukasi
a) Anjurkan berinteraksi dengan keluarga, teman, dan/atau
orang lain
b) Anjurkan berpartisipasi dalam kelompok pendukung
c) Ajarkan metode relaksasi, meditasi, dan imajinasi
terbimbing
4) Kolaborasi
a) Atur kunjungan dengan rohaniawan (mis. ustadz, pendeta,
romo, biksu)
3. Gangguan Citra Tubuh
a. Definisi
Menignkatkan perbaikan perubahan persepsi terhadap fisik
pasien.
b. Tindakan
1) Observasi
a) Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap
perkembangan
b) Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur
terkait citra tubuh
c) Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan
isolasi sosial
d) Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
e) Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang
berubah
2) Terapeutik
a) Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
b) Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga
diri
c) Diskusikan perubahan akibat pubertas, kehamilan dan
penuaan
d) Diskusikan kondisi stres yang mempengaruhi citra tubuh
(mis.luka, penyakit, pembedahan)
e) Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh
secara realistis
f) Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang
perubahan citra tubuh.

3) Edukasi
a) Jelaskan kepada keluarga tentang perawata perubahan
citra tubuh
b) Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra
tubuh
c) Anjurkan menggunakan alat bantu (mis.pakaian, wig,
kosmetik)
d) Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (mis.kelompok
sebaya)
e) Latih fungsi tubuh yang dimiliki
f) Latih peningkatan penampilan diri (mis.berdandan)
g) Latih pengungkapan kemmapuan diri kepada orang lain
maupun kelompok
4. Orientasi Realita
a. Definisi
Meningkatkan kesadaran terhadap identitas diri, waktu, dan
lingkungan
b. Tindakan
1) Observasi
a) Monitor oerubahan orientasi
b) Monitor perubahan kognitif dan perilaku
2) Terapeutik
a) Perkenalkan nama saat emmulai interaksi
b) Orientasikan orang, tempat, dan waktu
c) Hadirkan realita (mis.beri penjelasan alternatif, hindari
perdebatan)
d) Sediakan lingkungan dan rutinitas secara konsisten
e) Atur stimulus sensorik dan lingkungan (mis.kunjungan,
pemandangan, suara, pencahayaan, bau dan sentuhan)
f) Gunakan simbol dalam mengorientasikan lingkingan
(mis.tanda, gambar, warna)
g) Libatkan dalam terapi kelompok orientasi
h) Berikan waktu istirahat dan tidur yang cukup, sesuai
kebutuhan
i) Fasilitasi akses informasi (mis.teelvisi, surat kabar, radio),
jika perlu
3) Edukasi
a) Anjurkan perawatan diri secara mandiri
b) Anjurkan penggunaan alat bantu (mis.kacamata, alat
bantu denganr, gigi palsu)
c) Ajarkan keluarga dalam perawatan orientasi realita
5. Promosi Harga Diri
a. Definisi
Menignkatkan penilaian perasaan/persepsi terhadap diri sendiri
atau kemampuan diri.
b. Tindakan
1) Observasi
a) Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin,dan usia
terhadap harga diri
b) Monitor verbalisasi yang merendahkan diri sendiri
c) Monitor tingkat harga diri setiap waktu,sesuai kebutuhan.
2) Terapeutik
a) Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri
b) Motivais menerima tantangan atau hal baru
c) Diskusikan pernyataan tentang harga diri
d) Diskusikan kepercayaan terhadap penilaian diri
e) Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri
f) Diskusikan persepsi negatif diri
g) Diskusikan alasan mengkritik diri atau rasa bersalah
h) Diskusikan penetapan tujuan realistis untuk mencapai
harga diri yang lebih tinggi
i) Diskusikan bersama keluarga untuk menetapkan harapan
dan batasan yang jelas
j) Berikan umpan balik positif atas peningkatan mencapai
tujuan
k) Fasilitasi lingkungan dan aktiivtas yang meningkatkan
harga diri
3) Edukasi
a) Jelaskan kepada keluarga pentingya dukungan dalam
perkembangan konsep posiitf diri pasien
b) Anjurkan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki
c) Anjurkan mempertahankan kontak mata sata
berkomunikasi dengan orang lain
d) Anjurkan membuka diri terhadap kritik negatif
e) Anjurkan megevaluasi perilaku
f) Ajarkan cara mengatasi bullying
g) Latih peningkatan tanggung jawab untuk diri sendiri
h) Latih pernyataan/kemampuan positif diri
i) Latih cara berfikir dan berprilaku positif
j) Latih menigkatka kepercayaan pada kemampuan dalam
menangani situasi
6. Dukungan Emosional
a. Definisi
Memfasilitasi penerimaan kondisi emosional selama masa
stres.
b. Tindakan
1) Observasi
a) Identifikasi fungsi marah, frustasi, dan amuk bagi pasien
b) Identifikasi hal yang memicu emosi
2) Terapeutik
a) Faislitasi mengungkapkan perasaan cemas, marah, atau
sedih
b) Buat pernyataan suportif atau empati selama fase berduka
c) Lakukan sentuhan utnuk memberikan dukungan (mis.
merangkul, menepuk-nepuk)
d) Tetap bersama pasien dan pastikan keamanan selama
ansietas, jika perlu
e) Kurangi tuntutan berpikir saat sakit atau lelah
3) Edukasi
a) Jelaskan konsekuensi tidak menghadapi rasa bersalah
dan malu
b) Anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami
(mis.ansietas, marah, sedih)
c) Anjurkan mengungkapkan pengalaman emosional
sebelumnya dan pola respons yang biasa digunakan
d) Ajarkan penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
4) Kolaborasi
a) Rujuk untuk konseling, jika perlu
7. Promosi Harapan
a. Definisi
Meningkatkan kepercayaan pada kemampuan untuk memulai
dan mempertahankan tindakan
b. Tindakan
1) Observasi
a) Identifikasi harapan pasien dan keluarga dalam
pencapaian hidup
2) Terapeutik
a) Sadarkan bahwa kodniis yang dialami memiliki nilai
penting
b) Pandu mengingat kembali kenangan yang menyenangkan
c) Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan
d) Kembangkan rencana perawatan yang melibatkan tingkat
pencapaian tujuan sederhana sampai dengan kompleks
e) Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga terlibat
dengan dukungan kelompok
f) Ciptakan lingkungan yang memudahkan yang
memudahkan mempraktikkan kebutuhan spiritual
3) Edukasi
a) Anjurkan mengungkapkan perasaan terhadap kondiis
dengan realistis
b) Anjurkan mempertahankan hubungan (mis. menyebutkan
nama orang ang dicintai)
c) Anjurkan mempertahankan hubungan terapeutik dengan
orang lain
d) Latih menyusun tujuan yang sesuai dengan harapan
e) Latih cara mengembangkan spiritual diri
f) Latih cara mengenang dan menikmati masa lalu (mis.
prestasi, pengalaman)
D. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan


intervensi-intervensi keperawatan. Implementasi terdiri atas
melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan
tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan
intervensi.[ CITATION Koz111 \l 1057 ].
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncakan dalam
rencana perawat. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independen) dan tindakan kolaborasi. [ CITATION Tar11 \l 1057 ]

E. Evaluasi Keparwatan.

Evaluasi merupakan evaluasi intervensi keperawatan dan terapi


dengan membandingkan kemajuan klien dengan tujuan dan hasil
yang diinginkan dan direncanakan keperawatan.[ CITATION Pot102 \l
1057 ].
Perawat mengevaluasi keberhasilan intervensi. Perawat harus
mempersiapkan untuk mengubah rencana jika tidak berhasil.
[ CITATION Sar11 \l 1057 ].
Evaluasi keperawatan adalah aktivitas yang direncanakan
berkelnajutan dan terarah ketika klien menuju pencapaian
tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. [ CITATION
Koz111 \l 1057 ].
DAFTAR PUSTAKA

Haswita, d. S. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia Untuk


MahasiswaKeperawatan dan Kebidanan. Jakarta: Trans Info.
Hidayat, A. A. (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia (edisi 2 buku
1). Jakarta: Selembia Medika.
Kozier, B. G. (2011). Buku Ajar Fundenmental Keperawatan Konsep,
Proses & Praktik Edisi 7 Volume 1. Jakarta: EGC.
Perry, P. &. (2010). Fundenmental Keperawatan Buku 3 Edisi 7. Jakarta:
EGC.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosisnotik Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diag. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
Saryono, &. W. (2011). CatnKuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM).
Yogyakarta: Nuha Medika.
Tarwoto, &. W. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan (edisi 4). Jakarata: Salemba Medika.
Wartonah, T. &. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan ( edisi 5). jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai