Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN SPIRITUAL

Disusun oleh :

Yuli Yni

J.0105.20.035

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI

TAHUN 2020
A. DEFINISI
Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan tergantung pada
budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan
seseorang.
Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa dan
Maha Pencipta (Achir Yani, 2000).
Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan tergantung pada
budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan
seseorang (Mauk dan Schmidt, 2004 cit  Potter Perry, 2009)
kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau
mengambalikan keyakinan.
B. ETIOLOGI
Menurut Taylor & Craven (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi spiritual
seseorang adalah
1. Tahap perkembangan seseorang
Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat negara berbeda,
ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk
sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama, dan kepribadian anak
2. Keluarga
Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritual anak. Hal yang
penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua pada anak tentang Tuhan, tetapi
apa yang anak pelajari mengenai Tuhan, kehidupan, diri sendiri dari perilaku orang
tua mereka. Oleh karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman
pertama anak dalam mempersepsikan kehidupan di dunia, maka pandangan anak ada
umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam berhubungan dengan saudara
dan orang tua.
3. Latar belakang etnik dan budaya
Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan budaya.
Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga.
Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama termasuk nilai moral dari
hubungan keluarga. Akan tetapi perlu diperhatikan apapun tradisi agama atau sistem
kepercayaan yang dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual unik bagi setiap
individu
4. Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat
mempengaruhi spiritual seseorang. Pengalaman hidup yang menyenangkan seperti
pernikahan, kelulusan, atau kenaikan pangkat menimbulkan syukur pada Tuhan.
Peristiwa buruk dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan pada manusia
untuk menguji imannya.
5. Krisis dan Perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis
sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan,
kehilangan, dan bahkan kematian. Bila klien dihadapkan pada kematian, maka
keyakinan spiritual dan keinginan untuk sembahyang atau berdoa lebih meningkat
dibandingkan dengan pasien yang berpenyakit tidak terminal.
6. Terpisah dari ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat individu terpisah
atau kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Kebiasaan hidup
sehari-hari juga berubah antara lain tidak dapat menghadiri acara sosial, mengikuti
kegiatan agama dan tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman yang biasa
memberikan dukungan setiap saat diinginkan. Terpisahnya klien dari ikatan spiritual
beresiko terjadinya perubahan fungsi spiritual.
C. MANIFESTASI KLINIS SPIRITUAL
1. verbalisasi distress
Individu yang mengalami gangguan  fungsi spiritual, biasanya  akan
meverbalisasikan yang dialaminya untuk mendalatkan bantuan.
2. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan fungsi spiritual..
Klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau menunjukkan kecemasan
setelah mendengar hasil pemeriksaan mungkin saja sedang menderita distress
spiritual.
3. Perasaan bersalah, rasa takut, depresi, dan ansietas mungkin menunjukkan
perubahan fungsi spiritual
Menurut Nolan & Crawford (1997) kebutuhan spiritual sekelompok orang
meliputi keinginan kelompok tersebut untuk dapat memberikan kontribusi positif
terhadap lingkungannya. Dalam kenyataannya, semua manusia memiliki dimensi
spiritual,  semua klien akan mengekspresikan dan memanifestasikan kebutuhan
spiritual mereka kepada perawat. Karena kurangnya pemahaman tentang kebutuhan
spiritual, seringkali perawat gagal dalam mengenali ekspresi kebutuhan spiritual
klien, sehingga perawat gagal dalam memenuhi kebutuhan tersebut.Kesejahteraan
Spiritual,merupakan suatu kondisi yang ditandai adanya penerimaan hidup,
kedamaian, keharmonisan, adanya kedekatan dengan Tuhan, diri sendiri,
masyarakat, dan lingkungan sehingga menunjukkan adanya suatu kesatuan (Greer &
Moberg, 1998). Dalam hierarki kebutuhan dasar manusia, kesejahteraan spiritual
termasuk dalam tingkat kebutuhan aktualisasi diri .
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stres dan struktur fungsi
otak. Stress adalah realita kehidupan mansuai sehari-hari setiap orang tidak dapat
menghindari stress setiap orang diharapkan melakukan menyesuaian terhadap perubahan
akibat stres. Konsep ini sesuai yang dismapaikan oleh Cannon W B (dalam Davis, dkk,
1988) yang menguraikan respon sebagai suatu rangkaian perubahan biokimia didalam
otak yang menyiapkan seseorang mengahadapi ancaman yaitu stress.
E. CARA PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL
Perawat diharapkan terlebih dahulu terpenuhi kebutuhan spiritualnya, sebelum membantu
pasien dalam memenuhi kebutuhan spiritual klien. Dengan hal ini diharapkan perawat
dapat lebih memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas. Beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan spiritual perawat antara lain sebagai
berikut :
1. Membantu klien menggunakan dukungan sosial, emosional, atau spiritual
Mengerahkan harapan klien, harapan adalah motivator untuk merangkul individu
dengan strategi yang dibutuhkan untuk mengahdapi segla tantangan dalam hidup!
2. Beribadah dalam suatu komunitas
Berpartisipasi dalam suatu komunitas rohani dapat meningkatkan spiritualitas.
Banyak orang merasa asing dengan orang-orang yang memiliki agama atau
kepercayaan sama. Tetapi dengan bergabung dalam suatu komunitas rohani dapat
menimbulkan rasa nyaman dan dapat meningkatkan rasa spiritual.
3. Berdoa
Berdoa memberi kesempatan individu untuk  memperbarui kepercayaan dan
keyakinannya kepada yang maha dalam meningkatkan spiritual.
4. Menulis pengalaman spiritual.
Perawat dapat menulis perasaan yang sedang dirasakan, pengalaman spiritual yang
dialami, atau semua inspirasi dan pikiran-pikiran yang timbul. Cara ini sangat
bermanfaat bagi kliemt untuk dapat keluar dari situasi stress.
5. Mencari dukungan spiritual.
Dukungan spiritual dapat datang dari mana saja. Perawat dapat mencari dukungan
spiritual dari komunitas rohaninya. Selain itu dukungan spiritual juga dapat
diperoleh dari teman, mentor, ataupun konselor.

F. PASIEN YANG MEMBUTUHKAN BANTUAN SPIRITUAL


1. Pasien kesepian
Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akan membutuhkan
bantuan spiritual
2. Pasien ketakutan dan cemas
adanya ketakutan atau kecemasan dapat menimbulkan perasaan kacau, yang dapat
membuat pasien membutuhkan ketenangan pada dirinya
G. Asuhan keperawatan
a Pengkajian
Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subyektif dan obyektif Spiritual
sangat bersifat subyektif, ini berarti spiritual berbeda untuk individu yang berbeda
pula (Mcsherry dan ross, 2002)
1. Pengkajian psikososial dan spiritual
Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secara aktif atau tidak,
Jenis partisipasi dalam kegiatan agama dan hubungan dengan keluarga baik atau
tidak
b Diagnosa keperawatan
1. Distress spiritual b.d:
a Anxietas
b kurangnya motivasi
c Mengungkapkan kekurangan harapan
d Mengungkapkan kurangnya maknanya hidup
e Mengungkapkan kurangnya ketenangan
2. Koping tidak efektif b.d:
a krisis situasi
b Penurunan dukungan sosial

c Perencanaan
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC)
Keperawatan Hasil (NOC)
1 Distress spiritual Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji adanya indikasi
keperawatan kecemasan ketaatan dalam
berkurang dengan beragama
kriteria hasil : 2. Tentukan konsep
1. Menunjukkan ketuhanan klien
harapan 3. Kaji sumber-sumber
2. Berdoa dan harapan dan 
beribadah kekuatan pasien
4. Dengarkan
pandangan pasien
tentang hubungan
spiritiual dan
kesehatan

2 Koping tidak efektif Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi


keperawatan koping pandangan klien
efektif dengan kriteria terhadap kondisi
hasil : dan
1. Koping efektif kesesuaiannya
2. kemampuan bisa 2. Bantu klien
mengendalikan mengidentifikasi
diri kekuatan
personal
3. Berikan motivasi

d. Evaluasi
1. Evaluasi formatif (mereflesikan observasi perawat dan analisis klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
2. Evaluasi sumatif (mereflesikan rekapitulasi dan sinopsis observasi dan
analisis mengenai status kesehatan klien terhadap waktu)
DAFTAR PUSTAKA
NANDA. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasrkan Diagnosa Medis dan
NANDA jilid 2. Yogyakarta : Media Action
Potter.,Perry.(2006).Fundmental Keperawatan.Jakarta : EGC.
Hamid, Achir Yani, 1999, Buku ajar Aspek Spiritual dalam Keperawatan, Widya
medika: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai