Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL

Disusun Oleh:
Syahril Adam, S.Kep (23.14901.12.31)

Mata Kuliah :
Konsep Dasar Profesi

Dosen Pembimbing:
Raden Surahmat,S.Kep, Ners, M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN-NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA

PALEMBANG

2023
1. KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN

Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan tergantung pada
budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan
seseorang (Mauk dan Schmidt, 2004 cit Potter Perry, 2009). Mickley (1992) menguraikan
spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi
agama. Stoll (1989) menguraikan bahwa spiritualitas sebagai konsep dua dimensi yaitu
dimensi vertical dan dimensi horizontal.

Menurut Burkhardt (1993), spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut :

a. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam


kehidupan.

b. Menemukan arti dan tujuan hidup.

c. Menyadari kemampuan untuk menggunakkan sumber dan kekuatan diri sendiri.

d. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri dan dengan Yang Maha Tinggi

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau


mengambalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kbutuhan untuk
mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya
dengan tuhan

B. ETIOLOGI

Menurut Taylor & Craven (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi spiritual


seseorang yaitu:

1. Tahap perkembangan seseorang


Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat negara berbeda,
ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk
sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama, dan kepribadian anak.
2. Keluarga

Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritual anak. Hal yang
penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua pada anak tentang Tuhan, tetapi apa
yang anak pelajari mengenai Tuhan, kehidupan, diri sendiri dari perilaku orang tua
mereka. Oleh karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman
pertama anak dalam mempersepsikan kehidupan di dunia, maka pandangan anak ada
umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam berhubungan dengan saudara dan
orang tua.
3. Latar belakang etnik dan budaya Sikap,
keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan budaya. Pada
umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak
belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama termasuk nilai moral dari hubungan
keluarga. Akan tetapi perlu diperhatikan apapun tradisi agama atau sistem
kepercayaan yang dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual unik bagi setiap
individu
4. Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat
mempengaruhi spiritual seseorang. Pengalaman hidup yang menyenangkan seperti
pernikahan, kelulusan, atau kenaikan pangkat menimbulkan syukur pada Tuhan.
Peristiwa buruk dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan pada manusia
untuk menguji imannya.
5. Krisis dan Perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis
sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan,
kehilangan, dan bahkan kematian. Bila klien dihadapkan pada kematian, maka
keyakinan spiritual dan keinginan untuk sembahyang atau berdoa lebih meningkat
dibandingkan dengan pasien yang berpenyakit tidak terminal.
6. Terpisah dari ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat individu terpisah
atau kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Kebiasaan hidup
seharihari juga berubah antara lain tidak dapat menghadiri acara sosial, mengikuti
kegiatan agama dan tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman yang biasa
memberikan dukungan setiap saat diinginkan. Terpisahnya klien dari ikatan spiritual
beresiko terjadinya perubahan fungsi spiritual.
7. Isu moral terkait dengan terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan
untuk menunjukkan kebesaranNya walaupun ada juga agama yang menolak
intervensi pengobatan. Prosedur medis seringkali dapat dipengaruhi oleh ajaran
agama seperti sirkumsisi, transplantasi organ, sterilisasi,dll. Konflik antara jenis
terapi dengan keyakinan agama sering dialami oleh klien dan tenaga kesehatan.
8. Asuhan Keperawatan Yang Kurang Sesuai
Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat diharapkan peka
terhadap kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan
perawat justru menghindar untuk memberi asuhan spiritual. Alasan tersebut antara
lain karena perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya kurang
menganggap penting kebutuhan spiritual, tidak mendapatkan pendidikan tentang
aspek spiritual dalam keperawatan, atau merasa bahwa pemenuhan kebutuhan
spiritual klien bukan menjadi tugasnya, tetapi tanggung jawab pemuka agama.
C. MANIFESTASI

Berbagai perilaku dan ekspresi yang dimanifestasikan klien seharusnya


diwaspadai oleh perawat, karena mungkin saja klien sedang mengalami masalah spiritual.
1. Verbalisasi distress

Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual biasanya memverbalisasikan


distress yang dialaminya atau mengekspresikan kebutuhan untuk mendapatkan bantuan.
Misalnya seorang istri mengatakan, “Saya merasa bersalah karena saya seharusnya
mengetahui lebih awal bahwa suami saya mengalami serangan jantung.” Biasanya klien
meminta perawat untuk berdoa bagi kesembuhannya atau memberitahu pemuka agama
untuk mengunjunginya. Peawat juga perlu peka terhadap keluhan klien tentang kematian
atau merasa tidak berharga dan kehilangan arti hidup. Kepekaan perawat sangat penting
dalam menarik kesimpulan dari verbalisasi klien tentang distress yang dialami klien.

2. Perubahan perilaku

Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan fungsi spiritual.


Klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau menunjukkan kemarahan
setelah mendengar hasil pemeriksaan mungkin saja sedang menderita distress spiritual.
Ada yang bereaksi dengan mengintrospeksi diri dan mencari alasan terjadinya suatu
situasi dan berupaya mencari fakta yang dapat menjelaskan situasi tersebut, tetapi ada
yang bereaksi secara emosional dan mencari informasi serta dukungan dari keluarga atau
teman.

3. Perasaan bersalah, rasa takut, depresi, dan ansietas mungkin menunjukkan perubahan
fungsi spiritual.

D. MASALAH
Faktor Penyakit akut,
kronis, termina

Harga diri Isolasi sosial


rendah

Verbalisasi distress
Perasaan bersalah,
Perubahan perilaku
rasa takut, deperesi

ansietas Ketidakefektifan keputusasaan


koping

Distress spiritual

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pasien kesepian
Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akan membutuhkan
bantuan spiritual karena mereka merasakan tidak ada kekuatan selain kekuatan tuhan,
tidak ada yang menyertainya selain tuhan.

2. Pasien ketakutan dan cemas

Adanya ketakutan atau kecemasan dapat menimbulkan perasaan kacau, yang


dapat membuat pasien membutuhkan ketenangan pada dirinya dan ketenangan yang
paling besar adaalah bersama tuhan.

3. Pasien menghadapi pembedahan

Menghadapai pembedahan adalah sesuatu yang sangat mengkhawatirkan karena


akan timbul perasaan antara hidup dan mati. Pada saat itulah keberadaan pencipta dalam
hal ini adalah tuhan sangat penting sehingga pasien selalu membutuhkan bantuan
spiritual.

4. Pasien yang harus mengubah gaya hidup

Perubahan gaya hidup dapat membuat seseorang lebih membutuhkan keberadaan


tuhan (Kebutuhan spiritual). Pola gaya hidup dapat membuat kekacauan keyakinan bila
kearah yang lebih buruk. Akan tetapi bila perubahan gaya hidup ke araaha yang lebih
baik, maka pasien akanlebih membutuhkan dukungan spiritual.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS

Jika klien mengalami distres spiritual atau mempunyai masalah kesehatan yang
menyebabkan keputusasaan, maka akan timbul perasaan kesepian. Klien akan merasa
terisolasi dari orang yang biasanya memberikan dukungan. Apapun keragaman intervensi
yang mungkin dipilih oleh perawat untuk klien, hubungan mengasihi dan saling memahami
penting. Baik klien dan perawat harus merasa bebas utnuk merelakan dan menemukan
bersama makna penyakit yang dialami pasien dan dampaknya pada makna dan tujuan hidup
klien. Pencapain tingkat pemahaman ini bersama klien memampukan perawat member
perawatan dengan cara yang sensitif, kreatif, dan sesuai.

a. Menetapkan Kehadiran
Klien telah melaporkan bahwa kehadiran perawat dan aktivitas pemberi
perawatan menunjang adanya perasaan sejahtera dan memberikan harapan untuk
pemulihan (clark et al.1991). Perilaku pemberian perawatan spesifik yang menunjukan
kehadiran perawat meliputi member I perhatian, menjawab pertanyaan, dan mempunyai
sikap positif dan memberikan dorongan (tetapi realistis). Perawat dapat menunjukan
adanya rasa kehadiran dalam berbagai cara yang tidak menyolok: melakukan pijat
punggung dengan penyegaran, sentuhan yang lembut; dengan hati-hati memposisikan
klien tanpa menimbulkan rasa nyeri; dengan halus memberikan perawatan mulut dan
bekerja bersama klien untuk dengan lambat dan berhati-hati bergerak dari tepi tempat
tidur ke kursi. Memberikan sentuhan yang menyegarkan dan mendukung, menunjukan
rasa percaya diri dan menyediakan waktubagi klien ketika terapi diberikan akan
membantu menciptakan kehadiran. Klien yang sakit mengalami kehilangn control dan
mencari seseorang untuk memberikan arahan dan perawatan yang kompeten.
b. Mendukung Hubungan yang Menyembuhkan
Benner (1984) yang mendefiniskan tiga langkah yang ternyata terbukti ketika
hubungan yang menyembuhkan terbina antara perawat dank lien:

1) Mengerahkan harapan bagi perawat, demikian halnya bagi klien.

2) Menemukan interprestasi yang dapat diterima atau memahami tentang penyakit, nyeri,
ketakutan, ansietas, atau emosi yang mengangkan.

3) Membantu klien menggunakan dukungan sosial, emosional, atau spiritual.

Inti dari hubungan yang menyembuhkan adalah mengerahkan harapan klien.


Harapan adalah motivator untuk merangkul individu dengan strategi yang dibutuhkan
untuk mengahdapi segla tantangan dalam hidup. Perawat dapat membantu klien
menemukan hal-hal yang dapat diajdikan sebagai harapan.Klien yang menderita penyakit
terminal mungkin berharap data menghadiri anak wisuda perempuanya atau untuk
menjalani hidup setiap hari dengan penuh makna.

Untuk mendukung lebih lanjut hubungan yang menyembuhkan perawat harus tetap
menyadari tentang kekuatan dan kebutuhan spiritual klien. Penting bagi klien untuk
mampu mengekspresikan dan menelaah keyakinannya. Perawat yang menghargai
kepercayaan klien dan mengenali pengaruh spiritualitas yang diberikan terhadap
penyembuhannya akan dirasakan oleh klien sebagai sumber harapan (clark et al. 1991).
Ketika penyakit atau pengobatan menimbulkan kebingungan atau ketidakpastian bagi
klien, maka perawat harus mengenali dampak dari hal ini terhadap kesejahteraan klien.
Sumber spiritual apa yang dapat diperkuat? Perawat dapat memulai dari apa yang ingin
klien ketahui dan kemudian memberikan informasi terbaik untuk menghilangkan
ketidakpastian klien. Klien mungkin juga meminta kehadiran keluarga atau teman untuk
mempertahankan persahabatan yang diperlukan untuk penyembuhan.

c. Sistem Dukungan
Dalam studi yang melibatkan klien, yahudi dan Kristen, clark et al (1991)
mengetahui bahwa sistem pendukung member I mereka rasa sejahtera terbesar selama
perawatan di rumah sakit. Sistem pendukung berfungsi sebagai hubungan manusia yang
menghubungakan klien, perawat dan gaya hidup klien sebelum terjadi penyakit. Bagian
dari lingkungan pemberi perawatan klien adalah kehadiran lingkungan pemberi
perawatan klien adalah kehadiran teratur dari keluarga dan teman yang dipandang oleh
klien sebagai pendukung. Perawat merencankan perawatan bersama klien dan jaringan
pendukung klien untuk meningktakan ikatan interp[ersonal yang sangat penting untuk
penyembuhan. Sistem pendukung sering memberi sumber penyembuhan. Sitem
pendukung member sumber kepercayaan yang memperbarui jati diri spiritual klien.
Keluarga dan teman mungkin juga menjadi sumber penting dalam melakukan ritual
kebiasaan keagamaan yang dianut klien.
d. Berdoa
Tindakan berdoa adalah bentuk “dedikasih diri” yang memungkinkan individu
untuk bersatu dengan Tuhan atau Yang Maha Kuasa (McCullough,1995). Berdoa
memberi kesempatan individu untuk memperbarui kepercayaan dan keyakinannya
kepada yang maha kuasa dalam cara yang lebih formal. Bagi banyak orang, berdoa
adalah suatu kesempatan untuk meninjau kembali kelemahan yang mereka rasa dan untuk
membuat komitmen hidup lebih baik. Klien dapat berpartisipasi dalam berdoa secara
pribadi atau mencari kesempatan untuk kelompok berdoa dengan keluarga, teman, atau
kelompok rohaniawan. Berdoa telah ditemukan sebagai suatu sumber yang efektif bagi
seseorang untuk mengatasi nyeri, stress, dan distres. Seringkali berdoa menyebabkan
seorang merasakan perbaikan Susana hati dan merasakn kedamaian dan ketenangan.
e. Terapi Diet
Makanan dan nutrisi adalah aspek penting dari asuhan keperawatan. Makanan
juga komponen dari kepatuhan keagamaan. Seperti halnya kultur atau agama tertentu,
makanan dan ritual sekitar persiapan dan penyajian makanan dapat menjadi bagian
penting dari spiritualitas seseorang. Agama hindu banyak mempunyai pantangan diet.
Beberapa sekte adalah penganut vegetarian, mempercayai bahwa membunuh segala
mahluk hidup adalah suatu tindakan kriminal. Banyak orang beragama budha juga
vegetarian. Sebagian penganut gama budha mempraktikan moderasi dan tidak
menggunakan alkohol , tembakau, atau obat-obatan dan berpuasa pada hari-hari khusus
beragama. Makan daging babi dan mengkonsumsi alkohol adalah larangan dalam agama
islam. Sebagai tradisi larangan Kristen, seperti hari ketujuh, mempunyai peraturan diet.
Kelompok lainya, seperti evangelikan melarang penggunaan alcohol, kafein, dan
tembakau. Sebagai penganut adven hari ketujuh mungkin menolak makanan yang
mengandung daging. Perawat dapat mengintrogasikan pilihan diet klien ke dalam
perawatan sehari-hari. Hal ini membutuhkan konsultasi dengan ahli gizi dari institusi
perawatan kesehatan. Pada situasi ketika dapur rumah sakit atau rumah perawatan tidak
dapat meyiapkan makanan dengan cara yang dipilih, keluarga dizinkan untuk membawa
makanan yang sesuai dengan semua pantangan diet yang diberlakukan oleh kondisi klien.
f. Mendukung Ritual
Bagi banyak klien, kemampuan untuk menelaah ritual keagamaan adalah suatu
sumber koping yan penting. Hal ini terutama benar bagi seorang lansia. Perawat yang
bertugas dilingkungan perawatan akut dan perawatan jangka panjang ,menjadi aktif
dalam perawatan spiritual klien, mereka membekali diri dengan kebijakan rumah sakit
mengenai kunjungan, pelayanan gereja, dan semua hal-hal yang berkenan dengan itu
seperti penggunaan lilin untuk berdoa. Selain itu,perwat dapat berkonsul dengan dokter
dan farmasi tentang penggunaan obat-obat pribadi klien,ramuan tradisional,atau medikasi
herbal,jika memungkinkan. Karena kunjungan ke kapel atau musolah rumah sakit atau
menghadiri suatu layanan mungkin penting bagi klien yang dirawat dirumah sakit dan
keluarganya,pengarahan tentang kapel atau musolah harus dicakupkan selama orientasi
pada fasilitas medis. Pengaturan mungkin diperlukan dengan pastoran dari departemen
perawatan bagi klien dan keluarganya sehingga dapat menerima sakramen. Perawat
merencanakan perwatan pribadi,terapi,atau pemeriksaan untuk memungkinkan pelayanan
dari tempat ibadah , pembacaan keagamaan,atau kunjungan spiritual.

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Ketepatan waktu pengkajian merupakan hal yang penting yaitu sebaiknya


dilakukan setelah pengkajian aspek psikososial klien, selanjutnya, jika klien menanyakan
tentang aspek psikososial ini, perawat langsung dapat menjelaskan bahwa keyakinan
spritual seseorang juga merupakan bagian penting untuk memelihara kesehatan.
Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dan data objektif.

Dalam buku ajar ini akan digunakan proses keperawtan menurut Craven (1996) pada
dasarnya, informasi awal yang perlu digali secara umum adalah sebagai berikut. Pertama,
Afiliasi agama :

a) Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secaraaktif atau tidak aktif .

b) Jenis patisipasi dalam kegiatan agama Kedua, keyakinan agama tau spritual
mempengaruhi :

a) Praktik kesehatan diet, mencari dan menerima terapi, ritual atau upacara
agama.
b) Persepsi penyakit hukuman cobaan terhadap keyakinan c) Strategi koping
Ketiga, nilai agama atau spritual mempengauhi a) Tujuan dan arti hidup b) Tujuan
dan arti kematian

c) Kesehatan dan pemeliharaannya

d) Hubungan dengan tuhan ,diri sendiri dan orang lain

1. Pengkajian data subjektif

Pedoman pengkajian spiritual yang disusun oleh Stoll dalam Craven &Hirnle
(1996) mencakup 4 area, yaitu :

1) Konsep tentang tuhan atau ketuhanan

2) Sumber harapan dan kekuatan

3) Praktik agama dan ritual

4) Hubungan antara keyakinan spritual dan kondisi kesehatan.

2. Pengkajian data objektif.

Pengkajian data objektif dilakukan melalui melalui pengkajian klinis yang


meliputi pengkajian afek dan sikap, prilaku, verbalisasi hubungan interpesonal dan
lingkungan pengkajian data objektif terutama dilakukan melalui observasi.

Perawat perlu mengobservasi asfek berikut ini untuk mendapatkan data objektif
atau data klinis

a) Afek dan sikap, Apakah klien tampak kesepian, depresi, marah ,cemas, agitasi,
apatis atau preokupasi ?

b) Perilaku

1) Apakah klien tampak berdoa sebelum makan, membaca kitab suci atau buku
keagamaan ?

2) Apakah klien sering mengeluh tidak dapat tidur, bermimpi buruk dan berbagai
bentuk gangguan tidur lainnya , serta bercanda yang tidak sesuai atau
mengekspresikan kemarahannya terhadap agama ?

c) Verbalisasi

1) Apakah klien menyebut tuhan , doa , rumah ibadah atau topik keagamaan
lainnya( walaupun hanya sepintas)?
2) Apakah klien pernah meminta dikunjungi oleh pemuka agama ?

3) Apakah klien mengekspresikan rasa takutnya terhadap kematiaan , kepedulian


terhadap arti kehidupan , konflik batin tentang kenyakinan agama, kepedulian
tentang hubungan dengan penguasa, pertanyaan tentang arti keberadaannya di
dunia, arti penderitaan atau implikasi terhadap nilai normal/etik?

d) Hubungan interpersonal

1) Siapa pengunjung klien ?

2) Bagaimana klien berespon terhadap pengunjung ?

3) Apakah pemuka agama datang mengunjungi klien ?

4) Bagaimana klien berhubungan dengan klien yang lain dan dengan tenaga
keperawatan ?

e) Lingkungan

1) Apakah klien membawa kitab suci atau perlengkapan sembahyang lainnya ?

2) Apakah klien menerima kiriman tanda simpati dari unsur keagamaan ?

Pada umumnya karakteristik klien yang berpotensi mengalami distres spiritual


adalah sebagai berikut

1. Klien yang tampak kesepian dan sedikit pengunjung

2. Klien yang mengepresikan rasa takut dan cemas

3. Klien yang mengekspresikan keraguan terhadap sistem kepercyaan /agama.

4. Klien yang mengepresikan rasa takut terhadap kematian

5. Klien yang akan dioperasi

6. Penyakit yang berhubungan dengan emosi atau implikasi sosial dan agama

7. Mengubah gaya hidup

8. Peokupasi tentang hubungan agama dengan kesehatan

9. Tidak dapat dikunjungi oleh pembuka agama

10. Tidak mampu atau menolak melakukan ritual spritual


11. Memverbalisasikan bahwa penyakit yang dideritannya merupakan hukuman dari
tuhan

12. Mengekspresikan kemarahannya rterhadap tuhan

13. Mempertayakan rencana terapi karena bertentangan dengan keyakinan agama

14. Sedang mengadapi sakatul maut

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Distress Spiritual

a. Definisi Gangguan kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan makna dan


tujuan hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, seni, music,
literature, alam, dan atau kekuatan yang lebih besar dari pada diri sendiri

b. Batasan Karakteristik - Hubungan dengan diri sendiri

1) Marah

2) Mengungkapkan kurang dapat menerima (kurang pasrah)

3) Mengungkapan kurangnya motivasi

4) Mengungkapakan kurang dapat memaafkan diri sendiri

5) Mengungkapkan kekurangan harapapan

6) Mengungkapkan kekurangan cinta

7) Mengungkapkan kurangnya maknanya hidup

8) Mengungkapkan kurangnya tujuan hidup

9) Mengungkapkan kurangnya ketenangan (misalnya kedamain)

10) Merasa bersalah

11) Koping tidak efektif

c. Faktor yang berhubungan

1) Menjelang hajal

2) Ansietas
3) Sakit kronis

4) Kematian

5) Perubahan hidup

6) Kesepian

7) Nyeri

8) Keterasingan diri

9) Keterasingan sosial

10) Gangguan sosiolultural

2. Ansietas

a. Definisi Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu)
perasaan takut yang disebabkan oleh antisifasi terhadap bahaya. Hal ini
merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya
bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghapdapi ancaman.

b. Batasan karakteristik - Perilaku

1) Penurunan produktivitas

2) Gerakan yang irelevan

3) Gelisah

4) Melihat sepintas

5) Insomnia

6) Kontak mata yang buruk

7) Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup

8) Agitasi

9) Mengintai

10) Tampak waspada

c. Faktor yang berhubungan

- Perubahan dalam
1) Status ekonomi

2) Lingkungan

3) Status kesehatan

4) Pola interaksi

5) Fungsi peran

6) Status peran

3. Ketidakefektifan Koping

A. Definisi Ketidakmampuan untuk membentuk penilian valid tentang stressor,


ketidakadekuatan pilihan respons yang dilakukan, dan atau ketidakmampuan
untuk menggunakan sumber daya yang tersedia

B. Batasan Karakteristik

a. Perubahan dalam pola komunikasi yang biasa

b. Penurunan penggunaan dukungan sosial

c. Perilaku destruktif terhadap orang lain

d. Perilaku destruktif terhadap diri sendiri

e. Kesulitan mengorganisasi informasi

f. Letih

C. Factor yang berhubungan

a. Gangguan dalam pola penilaian ancaman

b. Gangguan dalam pola melepaskan tekanan atau ketegangan

c. Perbedaan gender dalam strategi koping

d. Derajat ancaman yang tinggi

e. Ketidakmampuan untuk mengubah energy yang adaftif

f. Tingkat percaya diri yang tidak adkuat dalam kemampuan mengatasi masalah.
4. Keputusasaan

a. Definisi Kondisi subjektif yang ditandai dengan individu memandang hanya ada
sedikit atau bahkan tidak ada alternatif atau pilihan pribadi dan tidak mampu
memobilisasi energy demi kepentingan sendiri.

b. Batasan Karakteristik

a. Menutup mata

b. Penurunan afek

c. Penurunan selera makan

d. Penurunan respon terhadap stimulus

C. RENCANA KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tindakan dan kriteria hasil intervensi rasional


Keperawatan
1 Distres Spiritual Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya 1. Agar dapat
keperawatan selama 3x24 jam indicator langsung mengetahui
diharapkan pasien status spiritual bagaimana
menunjukkan kesehatan pasien status spiritual
spiritual dengan kriteria hasil : 2. Komunikasikan pasien
1. Mengungkapkan tentang kebutuhan nutrisi 2. Agar pasien
keyakinan, arti hidup dan dengan ahli gizi dapat terpenuhi
kedamaian diri 3. Buat peubahan status gizinya
2. Memahami bahwa penyakit yang diperlukan 3. Agar pasien
adalah sesuatu tantangan segera untuk mendapatkan
terhadap system keyakinan membantu kebutuhan
3. Memahami bahwa terapi memenuhi nutrisinya depat
bertentangan dengan system kebutuhan pasien cepat
kepercayaan 4. Jaga privasi dan 4. Agar
4. Menunjukkan teknik beri waktu kepada mengurangi
koping untuk menghadapi pasien untuk kesalahpahama
distress spiritual mengamati praktik n antara pasien
5. Mengungkapkan keagamaan dengan tim
penerimaan terhadap 5. Terbuka medis sehingga
keterbatasan ikatan budaya terhadap ungkapan dapat
atau keagamaan pasien tentang bekerjasama
6. Mendiskusikan praktik dan kesepian dan dengan baik
keluhan spiritual ketidakberdayaan 5. Agar pasien
7. Pasien menjelang ajal akan 6. Ungkapkan dapat percaya
: empati terhadap dengan tim
a.Mengungkapkan perasaan klien medis
penerimaan atau kesiapan 7. Beri jaminan 6. Agar pasien
menghadapi kematian kepada pasien merasakan
b.Berbahagia dengan bahwa perawat bahwa tim
hubungan sebelumnya selalu ada untuk medis juga
c.Mengungkapkan kasih mendukung pasien dapat
sayang terhadap orang saat pasien merasakan apa
terdeka merasakan yang dirasakan
penderitaan oleh pasien
8. Anjurkan 7. Agar
kunjungan pasientidak
pelayanan merasa
keagamaan kesepian
9. Beri artikel 8. Agar
keagamaan yang kebutuhan
diinginkan spiritual pasien
terpenuhi
9. Agar pasien
juga tetap
mempelajari
agamany
2 Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda 1. Agar
keperawatan selama 3x24 jam tanda vital dan mengetahui
diharapkan ansietas berkurang ansietas kondisi pasien
dengan kriteria hasil : 2. Instrusikan 2. Agar pasien
1. Klien mampu pasien tentang merasa lebih
mengidentifikasikan dan penggunaan teknik nyaman dan
mengungkapkan gejala cemas relaksasi tenang
2. Mengidentifikasi, 3. Berikan obat 3. Agar ansietas
mengungkapkan dan untuk mengurangi dapat
menunjukkan teknik untuk ansietas berkurang
mengontrol cemas 4. Gunakan 4. Agar pasien
3. Vital sign dalam batas pendekatan yang tidak merasa
normal tenang dan terganggu dan
4. Postur tubuh, ekspresi meyakinkan bisa percaya
wajah, bahasa tubuh dan 5. Nyatakan dengan dengan tim
tingkat aktivitas menunjukkan jelas tentang medis
berkurangnya ansietas harapan terhadap 5. Agar pasien
perilaku pasien tidak salah
6. Bantu pasien paham dengan
untuk penjelasan yang
mengidentifikasik diberikan
an situasi yang 6. Agar pasien
mencetutaskan dapat
ansietas mengetahui
7. Dorong pasien tentang ansietas
untuk 7. Agar pasien
mengungkapkan dapat lebih
secara verbal terbuka tentang
pikiran dan penyakitnya
perasaan untuk 8. Agar pasien
mengekteralisasik tidak merasa
an ansietas takut
8. Dampingi pasien 9. Agar pasien
untuk tidak merasa
meningkatkan kesepian
keamanan dan 10. Agar dapat
mengurangi rasa membantu
takut pasien dalam
9. Dorong keluarga mengurangi
untuk menemasi penyakitnya
klien 11. Agar pasien
10. Sarankan terapi mengerti dan
alternative untuk paham akan
mengurangi prosedur yang
ansietas yang dapat diberikan
diterima pasien
11. Jelaskan
prosedur dan semua
yang dirasakan
selama prosedur
3 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. 1. Agar tidak
Koping keperawatan selama 3x24 jam Menginformasika n terpaku dengan
diharapkan pasien pasien alternative satu
menunjukkan koping yang atau solusi lain penanganan
efektif dengan kriteria hasil : penanganan saja
1. Mengidentifikasikan pola 2. Memfasilitasi 2. Agar pasien
koping yang efektif pasien untuk tidak merasa
2. Mengungkapkan secara membuat terkekang
verbal tentang koping yang keputusan 3. Agar pasien
efektif 3. Bantu pasien paham dengan
3. Mengatakan penurunan mengidentifikasik kelebihan dan
stress an keuntungan, kekurangan
4. Klien mengatakan telah kerugian dari atas
menerima tentang keadaannya keadaan keadaannya
5. Mampu 4. Bantu pasien 4. Agar pasien
mengidentifikasikan strategi untuk identifikasi lebih mengerti
tentang koping bermacam macam dengan
nilai kehidupan nilainilai
5. Bantu pasien kehidupan
identifikasi strategi 5. Agar pasien
positif untuk dapat
mengatur pola nilai memahami
yang dimiliki lebih jelas
6. Anjurkan pasien tentang pola
untuk nilai
mengidentifikasi 6. Agar pasien
gambaran dapat
perubahan peran mengidentifikas
yang realistis i secara nyata
7. Gunakan dan objektif
pendekatan tenang 7. Agar pasien
dan meyakinkan juga merasa
8. Hindari tenang dan
pengambilan yakin dengan
keputusan pada saat apa yang akan
pasien berada disampaikan
dalam stress berat 8. Agar pasien
9. Berikan tidak salah
informasi aktual langkah dalam
yang terkait dengan mengambil
diagnosis terapi dan keputusan
prognosis 9. Agar
10. Bantu informasi yang
penyaluran diberikan jelas
kemarahan dan rasa dan dapat
bermusuhan secara dipercaya
konstruktif 10. Agar pasien
dapat
berinteraksi dan
mendapatkan
masukan yang
membang
4 Keputusasaan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau afek dan 1.Untuk
keperawatan selama 3x24 jam kemampuan mengetahui
diharapkan keputusasaan membuat bahwa
pasien berkurang dengan keputusan keputusan yang
kriteria hasil : 1. 2. Ajari pengenala diambil oleh
Menunjukkan semangat untuk terhadap realita pasien itu benar
hidup dengan meninjau adanya
2. Segera menampilkan situasi dan 2. Agar pasien
perilaku yang dapat membuat rencana dpaat menilai
menurunkan perasaan yang mungkin secara nyata
keputusasaan 3. Dukung dan tidak semu
3. Percaya pada diri sendiri partisipasi aktif 3. Agar pasien
dan orang lain dalam aktivitas mendapatkan
kelompok untuk dorongan sosial
memberikan dari lingkungan
kesempatan terdekatnya
terhadap dukungan 4. Agar pasien
social dan juga
penyelesaian mendapatkan
masalah kesempatan
4. Gali bersama untuk
pasien factor yang mengapresias
berkontribusi ikan
terhadap perasaan keadaannya
keputusasaan saat ini
5. Beri penguatan 5. Agar pasien
positif terhadap dapat berpikir
perilaku yang dengan jelas,
menunjukkan jernih dan
inisiatif, seperti tenang dan
kontak mata, tidak dikuasai
membuka diri, oleh hal-hal
penurunan jumlah yang negatif
waktu tidur,
perawatan diri,
peningkatan nafsu
makan

Anda mungkin juga menyukai