Disusun Oleh:
Syahril Adam, S.Kep (23.14901.12.31)
Mata Kuliah :
Konsep Dasar Profesi
Dosen Pembimbing:
Raden Surahmat,S.Kep, Ners, M.Kes
PALEMBANG
2023
1. KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan tergantung pada
budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan
seseorang (Mauk dan Schmidt, 2004 cit Potter Perry, 2009). Mickley (1992) menguraikan
spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi
agama. Stoll (1989) menguraikan bahwa spiritualitas sebagai konsep dua dimensi yaitu
dimensi vertical dan dimensi horizontal.
d. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri dan dengan Yang Maha Tinggi
B. ETIOLOGI
Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritual anak. Hal yang
penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua pada anak tentang Tuhan, tetapi apa
yang anak pelajari mengenai Tuhan, kehidupan, diri sendiri dari perilaku orang tua
mereka. Oleh karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman
pertama anak dalam mempersepsikan kehidupan di dunia, maka pandangan anak ada
umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam berhubungan dengan saudara dan
orang tua.
3. Latar belakang etnik dan budaya Sikap,
keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan budaya. Pada
umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak
belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama termasuk nilai moral dari hubungan
keluarga. Akan tetapi perlu diperhatikan apapun tradisi agama atau sistem
kepercayaan yang dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual unik bagi setiap
individu
4. Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat
mempengaruhi spiritual seseorang. Pengalaman hidup yang menyenangkan seperti
pernikahan, kelulusan, atau kenaikan pangkat menimbulkan syukur pada Tuhan.
Peristiwa buruk dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan pada manusia
untuk menguji imannya.
5. Krisis dan Perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis
sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan,
kehilangan, dan bahkan kematian. Bila klien dihadapkan pada kematian, maka
keyakinan spiritual dan keinginan untuk sembahyang atau berdoa lebih meningkat
dibandingkan dengan pasien yang berpenyakit tidak terminal.
6. Terpisah dari ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat individu terpisah
atau kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Kebiasaan hidup
seharihari juga berubah antara lain tidak dapat menghadiri acara sosial, mengikuti
kegiatan agama dan tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman yang biasa
memberikan dukungan setiap saat diinginkan. Terpisahnya klien dari ikatan spiritual
beresiko terjadinya perubahan fungsi spiritual.
7. Isu moral terkait dengan terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan
untuk menunjukkan kebesaranNya walaupun ada juga agama yang menolak
intervensi pengobatan. Prosedur medis seringkali dapat dipengaruhi oleh ajaran
agama seperti sirkumsisi, transplantasi organ, sterilisasi,dll. Konflik antara jenis
terapi dengan keyakinan agama sering dialami oleh klien dan tenaga kesehatan.
8. Asuhan Keperawatan Yang Kurang Sesuai
Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat diharapkan peka
terhadap kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan
perawat justru menghindar untuk memberi asuhan spiritual. Alasan tersebut antara
lain karena perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya kurang
menganggap penting kebutuhan spiritual, tidak mendapatkan pendidikan tentang
aspek spiritual dalam keperawatan, atau merasa bahwa pemenuhan kebutuhan
spiritual klien bukan menjadi tugasnya, tetapi tanggung jawab pemuka agama.
C. MANIFESTASI
2. Perubahan perilaku
3. Perasaan bersalah, rasa takut, depresi, dan ansietas mungkin menunjukkan perubahan
fungsi spiritual.
D. MASALAH
Faktor Penyakit akut,
kronis, termina
Verbalisasi distress
Perasaan bersalah,
Perubahan perilaku
rasa takut, deperesi
Distress spiritual
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pasien kesepian
Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akan membutuhkan
bantuan spiritual karena mereka merasakan tidak ada kekuatan selain kekuatan tuhan,
tidak ada yang menyertainya selain tuhan.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Jika klien mengalami distres spiritual atau mempunyai masalah kesehatan yang
menyebabkan keputusasaan, maka akan timbul perasaan kesepian. Klien akan merasa
terisolasi dari orang yang biasanya memberikan dukungan. Apapun keragaman intervensi
yang mungkin dipilih oleh perawat untuk klien, hubungan mengasihi dan saling memahami
penting. Baik klien dan perawat harus merasa bebas utnuk merelakan dan menemukan
bersama makna penyakit yang dialami pasien dan dampaknya pada makna dan tujuan hidup
klien. Pencapain tingkat pemahaman ini bersama klien memampukan perawat member
perawatan dengan cara yang sensitif, kreatif, dan sesuai.
a. Menetapkan Kehadiran
Klien telah melaporkan bahwa kehadiran perawat dan aktivitas pemberi
perawatan menunjang adanya perasaan sejahtera dan memberikan harapan untuk
pemulihan (clark et al.1991). Perilaku pemberian perawatan spesifik yang menunjukan
kehadiran perawat meliputi member I perhatian, menjawab pertanyaan, dan mempunyai
sikap positif dan memberikan dorongan (tetapi realistis). Perawat dapat menunjukan
adanya rasa kehadiran dalam berbagai cara yang tidak menyolok: melakukan pijat
punggung dengan penyegaran, sentuhan yang lembut; dengan hati-hati memposisikan
klien tanpa menimbulkan rasa nyeri; dengan halus memberikan perawatan mulut dan
bekerja bersama klien untuk dengan lambat dan berhati-hati bergerak dari tepi tempat
tidur ke kursi. Memberikan sentuhan yang menyegarkan dan mendukung, menunjukan
rasa percaya diri dan menyediakan waktubagi klien ketika terapi diberikan akan
membantu menciptakan kehadiran. Klien yang sakit mengalami kehilangn control dan
mencari seseorang untuk memberikan arahan dan perawatan yang kompeten.
b. Mendukung Hubungan yang Menyembuhkan
Benner (1984) yang mendefiniskan tiga langkah yang ternyata terbukti ketika
hubungan yang menyembuhkan terbina antara perawat dank lien:
2) Menemukan interprestasi yang dapat diterima atau memahami tentang penyakit, nyeri,
ketakutan, ansietas, atau emosi yang mengangkan.
Untuk mendukung lebih lanjut hubungan yang menyembuhkan perawat harus tetap
menyadari tentang kekuatan dan kebutuhan spiritual klien. Penting bagi klien untuk
mampu mengekspresikan dan menelaah keyakinannya. Perawat yang menghargai
kepercayaan klien dan mengenali pengaruh spiritualitas yang diberikan terhadap
penyembuhannya akan dirasakan oleh klien sebagai sumber harapan (clark et al. 1991).
Ketika penyakit atau pengobatan menimbulkan kebingungan atau ketidakpastian bagi
klien, maka perawat harus mengenali dampak dari hal ini terhadap kesejahteraan klien.
Sumber spiritual apa yang dapat diperkuat? Perawat dapat memulai dari apa yang ingin
klien ketahui dan kemudian memberikan informasi terbaik untuk menghilangkan
ketidakpastian klien. Klien mungkin juga meminta kehadiran keluarga atau teman untuk
mempertahankan persahabatan yang diperlukan untuk penyembuhan.
c. Sistem Dukungan
Dalam studi yang melibatkan klien, yahudi dan Kristen, clark et al (1991)
mengetahui bahwa sistem pendukung member I mereka rasa sejahtera terbesar selama
perawatan di rumah sakit. Sistem pendukung berfungsi sebagai hubungan manusia yang
menghubungakan klien, perawat dan gaya hidup klien sebelum terjadi penyakit. Bagian
dari lingkungan pemberi perawatan klien adalah kehadiran lingkungan pemberi
perawatan klien adalah kehadiran teratur dari keluarga dan teman yang dipandang oleh
klien sebagai pendukung. Perawat merencankan perawatan bersama klien dan jaringan
pendukung klien untuk meningktakan ikatan interp[ersonal yang sangat penting untuk
penyembuhan. Sistem pendukung sering memberi sumber penyembuhan. Sitem
pendukung member sumber kepercayaan yang memperbarui jati diri spiritual klien.
Keluarga dan teman mungkin juga menjadi sumber penting dalam melakukan ritual
kebiasaan keagamaan yang dianut klien.
d. Berdoa
Tindakan berdoa adalah bentuk “dedikasih diri” yang memungkinkan individu
untuk bersatu dengan Tuhan atau Yang Maha Kuasa (McCullough,1995). Berdoa
memberi kesempatan individu untuk memperbarui kepercayaan dan keyakinannya
kepada yang maha kuasa dalam cara yang lebih formal. Bagi banyak orang, berdoa
adalah suatu kesempatan untuk meninjau kembali kelemahan yang mereka rasa dan untuk
membuat komitmen hidup lebih baik. Klien dapat berpartisipasi dalam berdoa secara
pribadi atau mencari kesempatan untuk kelompok berdoa dengan keluarga, teman, atau
kelompok rohaniawan. Berdoa telah ditemukan sebagai suatu sumber yang efektif bagi
seseorang untuk mengatasi nyeri, stress, dan distres. Seringkali berdoa menyebabkan
seorang merasakan perbaikan Susana hati dan merasakn kedamaian dan ketenangan.
e. Terapi Diet
Makanan dan nutrisi adalah aspek penting dari asuhan keperawatan. Makanan
juga komponen dari kepatuhan keagamaan. Seperti halnya kultur atau agama tertentu,
makanan dan ritual sekitar persiapan dan penyajian makanan dapat menjadi bagian
penting dari spiritualitas seseorang. Agama hindu banyak mempunyai pantangan diet.
Beberapa sekte adalah penganut vegetarian, mempercayai bahwa membunuh segala
mahluk hidup adalah suatu tindakan kriminal. Banyak orang beragama budha juga
vegetarian. Sebagian penganut gama budha mempraktikan moderasi dan tidak
menggunakan alkohol , tembakau, atau obat-obatan dan berpuasa pada hari-hari khusus
beragama. Makan daging babi dan mengkonsumsi alkohol adalah larangan dalam agama
islam. Sebagai tradisi larangan Kristen, seperti hari ketujuh, mempunyai peraturan diet.
Kelompok lainya, seperti evangelikan melarang penggunaan alcohol, kafein, dan
tembakau. Sebagai penganut adven hari ketujuh mungkin menolak makanan yang
mengandung daging. Perawat dapat mengintrogasikan pilihan diet klien ke dalam
perawatan sehari-hari. Hal ini membutuhkan konsultasi dengan ahli gizi dari institusi
perawatan kesehatan. Pada situasi ketika dapur rumah sakit atau rumah perawatan tidak
dapat meyiapkan makanan dengan cara yang dipilih, keluarga dizinkan untuk membawa
makanan yang sesuai dengan semua pantangan diet yang diberlakukan oleh kondisi klien.
f. Mendukung Ritual
Bagi banyak klien, kemampuan untuk menelaah ritual keagamaan adalah suatu
sumber koping yan penting. Hal ini terutama benar bagi seorang lansia. Perawat yang
bertugas dilingkungan perawatan akut dan perawatan jangka panjang ,menjadi aktif
dalam perawatan spiritual klien, mereka membekali diri dengan kebijakan rumah sakit
mengenai kunjungan, pelayanan gereja, dan semua hal-hal yang berkenan dengan itu
seperti penggunaan lilin untuk berdoa. Selain itu,perwat dapat berkonsul dengan dokter
dan farmasi tentang penggunaan obat-obat pribadi klien,ramuan tradisional,atau medikasi
herbal,jika memungkinkan. Karena kunjungan ke kapel atau musolah rumah sakit atau
menghadiri suatu layanan mungkin penting bagi klien yang dirawat dirumah sakit dan
keluarganya,pengarahan tentang kapel atau musolah harus dicakupkan selama orientasi
pada fasilitas medis. Pengaturan mungkin diperlukan dengan pastoran dari departemen
perawatan bagi klien dan keluarganya sehingga dapat menerima sakramen. Perawat
merencanakan perwatan pribadi,terapi,atau pemeriksaan untuk memungkinkan pelayanan
dari tempat ibadah , pembacaan keagamaan,atau kunjungan spiritual.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Dalam buku ajar ini akan digunakan proses keperawtan menurut Craven (1996) pada
dasarnya, informasi awal yang perlu digali secara umum adalah sebagai berikut. Pertama,
Afiliasi agama :
a) Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secaraaktif atau tidak aktif .
b) Jenis patisipasi dalam kegiatan agama Kedua, keyakinan agama tau spritual
mempengaruhi :
a) Praktik kesehatan diet, mencari dan menerima terapi, ritual atau upacara
agama.
b) Persepsi penyakit hukuman cobaan terhadap keyakinan c) Strategi koping
Ketiga, nilai agama atau spritual mempengauhi a) Tujuan dan arti hidup b) Tujuan
dan arti kematian
Pedoman pengkajian spiritual yang disusun oleh Stoll dalam Craven &Hirnle
(1996) mencakup 4 area, yaitu :
Perawat perlu mengobservasi asfek berikut ini untuk mendapatkan data objektif
atau data klinis
a) Afek dan sikap, Apakah klien tampak kesepian, depresi, marah ,cemas, agitasi,
apatis atau preokupasi ?
b) Perilaku
1) Apakah klien tampak berdoa sebelum makan, membaca kitab suci atau buku
keagamaan ?
2) Apakah klien sering mengeluh tidak dapat tidur, bermimpi buruk dan berbagai
bentuk gangguan tidur lainnya , serta bercanda yang tidak sesuai atau
mengekspresikan kemarahannya terhadap agama ?
c) Verbalisasi
1) Apakah klien menyebut tuhan , doa , rumah ibadah atau topik keagamaan
lainnya( walaupun hanya sepintas)?
2) Apakah klien pernah meminta dikunjungi oleh pemuka agama ?
d) Hubungan interpersonal
4) Bagaimana klien berhubungan dengan klien yang lain dan dengan tenaga
keperawatan ?
e) Lingkungan
6. Penyakit yang berhubungan dengan emosi atau implikasi sosial dan agama
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Distress Spiritual
1) Marah
1) Menjelang hajal
2) Ansietas
3) Sakit kronis
4) Kematian
5) Perubahan hidup
6) Kesepian
7) Nyeri
8) Keterasingan diri
9) Keterasingan sosial
2. Ansietas
a. Definisi Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu)
perasaan takut yang disebabkan oleh antisifasi terhadap bahaya. Hal ini
merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya
bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghapdapi ancaman.
1) Penurunan produktivitas
3) Gelisah
4) Melihat sepintas
5) Insomnia
8) Agitasi
9) Mengintai
- Perubahan dalam
1) Status ekonomi
2) Lingkungan
3) Status kesehatan
4) Pola interaksi
5) Fungsi peran
6) Status peran
3. Ketidakefektifan Koping
B. Batasan Karakteristik
f. Letih
f. Tingkat percaya diri yang tidak adkuat dalam kemampuan mengatasi masalah.
4. Keputusasaan
a. Definisi Kondisi subjektif yang ditandai dengan individu memandang hanya ada
sedikit atau bahkan tidak ada alternatif atau pilihan pribadi dan tidak mampu
memobilisasi energy demi kepentingan sendiri.
b. Batasan Karakteristik
a. Menutup mata
b. Penurunan afek
C. RENCANA KEPERAWATAN