Anda di halaman 1dari 8

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN KONSEP DIRI DAN

KESEHATAN SPRITUAL DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

Konsep diri adalah cara seseorang untuk memahami dirinya sendiri, yang mungkin positif
atau negatif sebagai hasil dari evaluasi diri. (Shavelson dalam jurnal Srivastava & Joshi,
2014).
Konsep diri terbagi atas 2 yaitu :
• Konsep-diri positif adalah pemahaman dan penerimaan diri terhadap sejumlah fakta yang
bermacam-macam sehubungan dengan diri.
• Konsep-diri negatif di satu sisi dikarakteristikan dengan pandangan yang tidak stabil
sehubungan dengan diri, yaitu individu tidak mengetahui secara pasti mengenai kekuatan,
kelemahan, dan hal-hal yang dapat dihargai dalam hidupnya. Komponen Konsep Diri
• Gambaran diri ( Body Image ) adalah sikap atau cara pandang seseorang terhadap tubuhnya
secara sadar dan tidak sadar.
• Ideal diri (self ideal) adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku
berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu.
• Harga diri ( Self esteem ) adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri.
• Peran ( Role Performance )adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh
lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial.
• Identitas ( Identity )adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung
jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu. (Fowler, 1981
dalam Kozier, Barbara J & Berman 2008). Faktor Dominan yang Mempengaruhi Konsep Diri
• Pola asuh
• Orang tua,
• Teman sebaya
• Peranan harga diri. (Dalam jurnal Saraswatia & Arifah, 2015

Pengertian Kesehatan Spiritual


spiritual bisa diartikan sebagai roh dan nafas yang berfungsi sebagai energi kehidupan
dan membuat seseorang menjadi hidup. (Rindfleisch et al dalam jurnal Aziz, 2017).
Kesehatan spiritual adalah koreksi dan elevasi bidang epistemologis transendental
dunia dan penjelasan sistem Monoteisme yang didasarkan pada kehidupan mutlak,
pengetahuan, kekuatan, kebijaksanaan dan keadilan Allah yang tertinggi dalam merancang
dan berpikir terbaik sistem tentang wawasan manusia, bidang keinginan, akan, emosi
manusia dan perbuatan dikoreksi dan elevated. (Dalam jurnal, Mousavimughadam, 2012).

Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Spiritual


• Faktor Pembawaan (Internal) • Faktor Lingkungan (Eksternal)
a. Lingkungan keluarga
b. Lingkungan Sekolah
c. Lingkungan Masyarakat. (Fowler, 1981 dalam Kozier, Barbara J & Berman 2008
•Perawat memberikan asuhan secara holistik (bio,psiko,sosio dan spiritual). •Pemenuhan
kebutuhan spiritual klien dapat menurunkan penderitaan dan membantu penyembuhan fisik
dan mental. •Untuk mengimplementasikan perawatan spiritual, perawat harus terampil
membina trust dan komunikasi dengan empati dan memahami nilai, tradisi agama, spiritual
yang dianut klien
•Perawat memberikan asuhan secara holistik (bio,psiko,sosio dan spiritual).
•Pemenuhan kebutuhan spiritual klien dapat menurunkan penderitaan dan membantu
penyembuhan fisik dan mental.
•Untuk mengimplementasikan perawatan spiritual, perawat harus terampil membina trust dan
komunikasi dengan empati dan memahami nilai, tradisi agama, spiritual yang dianut klien
•Menurut martsolf & mickley 1998, Spiritual •mencakup beberapa Aspek yaitu
: a. Makna (tujuan,membuat hidup lebih hidup)
b. Nilai (keyakinan dan standar yang dihargai)
c. Berhubungan (Org lain, alam, Tuhan)
d. Transendens (menghargai dimensi yg berada diluar diri)
Karakteristik kesejahteraan spiritualitas
•Rasa damai dalam diri
•Rasa kasih sayang pada sesama
•Menghargai hidup
•Rasa syukur
•Menghargai persamaan dan perbedaan
•Kemurahan hati
•Kebijaksanaan

Contoh kebutuhan spiritual


a. Kebutuhan akan cinta
b. Kebutuhan akan harapan
c. Kebutuhan memaafkan dan dimaafkan
d. Kebutuhan dihormati dan dihargai
e. Kebutuhan akan martabat
f. Kebutuhan akan kreativitas
g. Kebutuhan untuk berhubungan dengan Tuhan

PERKEMBANGAN SPIRITUAL

1. Bayi & toddler (0 – 3 tahun) Menanamkan rasa percaya pada Tuhan Pembiasaan ritual
pada anak Memperkenalkan keyakinan yang benar
2. Prasekolah (3-5 thn) Memperkenalkan sesuatu yang baik, benar dan salah Memberikan
contoh/ model spiritual Orang tua dan orang terdekat adalah guru spiritual bagi anak Metode
pendidikan spiritual yang tepat adalah indoktrinasi
3. Usia sekolah
Anak usia sekolah Tuhan akan menjawab doanya, yang salah akan dihukum dan yang baik
akan diberi hadiah. Pada mas pubertas, anak akan sering kecewa karena mereka mulai
menyadari bahwa doanya tidak selalu dijawab menggunakan cara mereka dan mulai mencari
alasan tanpa mau menerima keyakinan begitu saja.
4. Remaja (11-18 thn) • Mengetahui benar dan salah •Memutuskan memilih yang benar dan
salah • Membandingkan nilai-nilai yang dimiliki oleh orang lain dan dirinya •Memutuskan
keyakinan yang dianut
5. Dewasa
Kelompok dewasa muda yang dihadapkan pada pertanyaan bersifat keagamaan dari anaknya
akan menyadari apa yang diajarkan padanya waktu kecil dan masukan tersebut dipakai untuk
mendidik anakya.

Hubungan Spiritual dengan kesehatan dan sakit


a. Menuntun kebiasaan hidup
Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan mungkin
mempunyai makna keagamaan bagi pasien.Sebagai contoh, ada agama yg menetapkan
makanan diit yg boleh dan tidak boleh dimakan. Begitu pula metode keluarga berencana ada
agama yg melarang cara tertentu untuk mencegah kehamilan termasuk terapi medik atau
pengobatan.
b. Sumber dukungan
Pada saat mengalami stress, individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya.
Dukungan ini sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan sakit yang dialami,
khususnya jika penyakit tersebut memerlukan proses penyembuhan yang lama dengan hasil
yang belum pasti. Sembahyang atau berdoa, membaca kitab suci, dan praktik keagamaan
lainnya sering membantu memenuhi kebutuhan spiritual yang juga merupakan suatu
perlindungan terhadap tubuh.
c. Sumber kekuatan dan penyembuhan
Individu cenderung dapat menahan stress baik fisik maupun psikis yang luar biasa karena
mempunyai keyakinan yang kuat. Keluarga klien akan mengikuti semua proses penyembuhan
yang memerlukan upaya ekstra, karena keyakinan bahwa semua upaya tersebut akan berhasil.
d. Sumber konflik
Pada suatu situasi tertentu, bisa terjadi konflik antara keyakinan agama dengan praktik
kesehatan, misalnya ada orang yang memandang penyakit sebagai suatu bentuk hukuman
karena pernah berdosa.Ada agama tertentu yang menganggap manusia sebagai makhluk yg
tidak berdaya dalam mengendalikan lingkungannya, oleh karena itu penyakit diterima
sebagai nasib bukan sebagai sesuatu yg harus disembuhkan.
Faktor - faktor yang mempengaruhi spiritualitas
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas
a. Perkembangan, semakin dewasa idealnya semakin matang tingkat spiritualitas
seseorang
b. Keluarga, memiliki peran yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan spiritual,
individu yang dibesarkan dalam keluarga agama Islam cenderung 90% islam.
c. Ras / Suku, di Indonesia timur seperti Irian Jaya mayoritas beragama Kristen dan di
Aceh mayoritas beragama Islam
d. Pengalaman hidup sebelumnya , keyakinan pada agama tertentu dapat menentukan arti
pentingnya kebutuhan spiritual
e. Isu moral terkait dengan terapi Manifestasi Perubahan fungsi spiritual, kegiatan agama
dapat mengingatkan keberadaan dirinya dengan Tuhan, dan selalu mendekatkan diri kepada
pencipta
Masalah Kesehatan Spiritual
Manifestasi perubahan fungsi spiritual
1. Verbalisasi distress
Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual, biasanya akan meverbalisasikan yang
dialaminya untuk mendalatkan bantuan.
2. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan fungsi spiritual. Klien yang
merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau menunjukkan kemarahan setelah mendengar
hasil pemeriksaan mungkin saja sedang menderita distress spiritual. Untuk jelasnya berikut
terdapat tabel ekspresi kebutuhan spiritual.
PERAWAT SEBAGAI ROLE MODEL DALAM SPIRITUAL
1. Memiliki pegangan hidup
2. Memiliki keyakinan spiritual
3. Memupuk keyakinan
4. Menunjukkan perasaan damai, kekuatan batin, kehangatan, keceriaan, caring dan
kreativitas
5. Menghargai keyakinan orang lain
6. Meningkatkan pengetahuan tentang bagaimana spiritual menjadi sumber keyakinan dalam
proses penyembuhan klien
7. Menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan spiritual
8. Menyusun strategi askep yang paling sesuai terutama pada klien yang mengalami distres
spiritual
PERAWAT SEBAGAI ROLE
MODEL DALAM SPIRITUAL
1. Memiliki pegangan hidup
2. Memiliki keyakinan spiritual
3. Memupuk keyakinan
4. Menunjukkan perasaan damai, kekuatan batin,
kehangatan, keceriaan, caring dan kreativitas
5. Menghargai keyakinan orang lain
6. Meningkatkan pengetahuan tentang bagaimana spiritual
menjadi sumber keyakinan dalam proses penyembuhan
klien
7. Menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan spiritual
8. Menyusun strategi askep yang paling sesuai terutama
pada klien yang mengalami distres spiritual
Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
• Konsep tentang Tuhan atau Ketuhanan
• Sumber Harapan dan Kekuatan
• Praktik agama dan Ritual
• Hubungan antara keyakinan spiritual
dan kondisi kesehatan
b. Data Objektif
• Afek dan sikap
• Apakah klien tampak kesepian, depresi,
marah, cemas, agitasi atau apatis
• Perilaku
• Melakukan kegiatan spiritual
• Berdoa
• Membawa kitab suci
• Mengekspresikan kemarahannya terhadap
agama
Verbalisasi
•Menyebut Tuhan
•Keinginan untuk dikunjungi oleh pemuka agama
•Mengekspresikan perasaan
•Hubungan Interpersonal
•Pengunjung klien
•Respon klien terhadap pengunjung
•Adakah pemuka agama mengunjungi
•Bagaimana klien berhubungan dengan klien dan
perawat
Karakteristik distres spiritual
•Klien tampak kesepian
•Klien mengekspresikan rasa takut dan cemas
•Klien ragu terhadap keyakinannya
•Klien takut menghadapi kematian
•Klien yang akan dioperasi
•Penyakit yang berhubungan dengan emosi atau
implikasi sosial dan agama
•Mengubah gaya hidup
•Menolak atau tidak mampu melakukan kegiatan ritual
•Penyakit adalah hukuman dari Tuhan
•Marah pada Tuhan
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan penyesuaian terhadap penyakit yang berhubunagn dengan ketidak
mampuan untuk merekonsilasi penyakit dengan keyakinan spiritual
2. Koing individu tidak efektif yang berhubungan dengan kehilangan agama sebagai
dukungan utama
3. Takut berhubungan belum siap untuk menghadapi kematian dan pengalaman
kehidupan setelah kematian
4. Berduka yang disfungsional : Keputus asaan yang berhubungan dengan
keyakinan bahwa agama tidak mempunyai arti
5. Keputus asaan berhubungan dengan keyakinan bahwa tidak ada yang peduli
termasuk Tuhan
6. Gangguan harga diri yang berhubungan dengan kegagalan untuk hidup sesuai
dengan ajaran agama
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan distres spiritual
8. Resiko tindak kekerasan terhadap diri sendiri berhubungan dengan perasaan
tidak berarti
PERENCANAAN
1. Bantu klien memenuhi kewajiban agamanya
2. Bantu klien untuk mengetahui sumber kekuatan diri
3. Bantu klien untuk membina hubungan dengan Tuhan
4. Bantu klien untuk mengenal arti/ makna hidup dan kondisi
yang sedang dihadapi
5. Tingkatkan perasaan penuh harapan
6. Berikan sumber spiritual
IMPLEMENTASI
1. Periksa keyakinan spiritual
2. Fokuskan pada persepsi klien
3. Asumsikan klien butuh spiritual
4. Mengetahui pesan non verbal kebutuhan siritual
5. Mendengarkan secara aktif
6. Menerapkan tehnik komter
7. Memfasilitasi memnuhi kewajiban spiritual klien
8. Memberitahu pelayanan spiritual yang tersedia
EVALUASI
1. Istirahat dengan tenang
2. Menerima kondisi yang dihadapi
3. Mengekspresikan rasa damai
4. Menunjukkan hubungan yang hangat kepada orang lain
5. Menunjukkan afek positif
6. Menunjukkan perilaku positif
7. Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan
keberadaannya.

Anda mungkin juga menyukai