Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN SPIRITUAL MUSLIM

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim II

Dosen Pembimbing:
Inggriane Puspita Dewi, S.Kep., Ners., M.Kep

Kelompok 5:
Novin Nuraeny Setiawan (032016001)
Nurlena (032016019)
Rizqi Ahmad (032016028)
Restu Fuji Gustiani (032016033)
Muthya Yuniar (032016007)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
Teori Pengkajian Spiritual
A. Pengertian
Aspek spiritual meliputi 3 komponen dasar yaitu: spiritual (keyakinan spiritual),
kepercayaan dan agama.
1. Spiritual, merupakan keyakinan dalam hubungannya dengan yang maha
kuasa dan maha pencipta dan percaya pada Allah atau Tuhan yang maha
pencipta
2. Kepercayaan, mempercayai atau mempunyai komitmen terhadap sesuatu
atau seseorang, juga dapat dikatakan upaya seseorang untuk memahami
tempat seseorang dalam kehidupan atau dapat dikatakan bagai mana
seseorang melihat dinnya dalam hubungannya dengan lingkungan
3. Agama, merupakan suatu system ibadah yang terorganisir atau teratur,
mempunyai keyakinan sentral, ritual dan praktik yang biasanya
berhubungan dengan kemaflan, perkawinan dan keselamatan dan
mempunyai aturan-aturan tertentu yang dipraktikkan dalam kehidupan
sehari-hari dalam memberikan keputusan bagi yang menjankannya.
B. Aspek Spiritual
Aspek spiritual berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau
ketidakpastian dalam kehidupan, menemukan arti dan tujuan hidup,
menyadari
kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri
serta mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan yang
maha esa.
C. Demensi Spiritual
Menurut Kozier, Erb. Blais & Wilkinson, 1995 Murray & Zontner, 1993,
mengemukakan fungsi spiritual meliputi: Mempertahankan keharmonisan
atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau
mendapatkan kekuatan dalam menghadapi stress emosional, penyakit fisik
dalam menghathpi kematian.
Mickley 1992, mengemukakan bahwa demensi spiritual meliputi: demensi
ekstensial dan agama.
Demensi ekstensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan. Maksudnya
hubungan manusia dengan manusia lain, lingkungan baik eksternal maupun
eksternal (hablum minannas), sedangkan demensi agama berfokus pada
hubungan seseorang dengan tuhannya (hablum minallah)
Teori Stoll, 1989 konsep spiritual mencakup 2 demensi yaitu demensi
vertical yaitu hubungan dengan tuhan yang maha esa atau yang maha tingi
yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan demensi horizontal yaitu
hubungan seseorang dengan din sendiri, orang lain dan Iingkungan, kedua
demensi tersebut dilaksanakan secara kontinyu
D. Kebutuhan Spiritual
Kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan
memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf
(pengampunan), mencintai, menjalin hubungan penuh nasa percaya path
tuhan. Kebutuhan spiritual juga dapat memenuhi kebutuhan untuk mencarai
anti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, rasa
keterikatan dan kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf.
E. Karakteristik Spiritual
Aspek spiritual tidak terlepas dari hubungan dengan diri sendiri (kekuatan
alaxn/self-relisnce), yang meliputi: pengetahuan diri dan sikap seseorang,
sedangkan hubungan dengan alam dapat berkomunikasi dengan alam
sekitarnya yang menjadi acuan kita untuk ingat kepada Allah.
Hubungan dengan orang lain (harmonis atau sportif), hubungan ini berupa
hubungan timbale balik (saling membutuhkan)
Contoh: kamu dikatakan pandai karena ada yang bodoh. Meyakini
kehidupan dan kematian
Hubungan dengan orang lain yang tidak harmonis
Contoh: konflik dengan orang lain, resolusi yang menimbulkan
ketidakharmonisan dan friksi.
Hubungan dengan ketuhanan, hal ini menunjukan seseorang apakah masuk
agamis atau tidak agamis
1. Merumuskan tujuan positif didunia atau kehidupan
2. Mengembangkan arti penderitaan
3. menjalin hubungan positif dan dinamis
4. membina integritas personal dan merasa diri berharga
5. merasa kehidupan terarah melalui harapan
6. mengembangkan hubungan antar manusia yang positif
F. Keterkaitan Antara Spiritualitas, Kesehatan Dan Sakit
Spiritualitas, kesehatan dan sakit merupakan satu kesatuan yang saling
berkaitan, meliputi:
1. menentukan kebiasaan hidup sehari-hari
pandangan seseorang tentang kegiatan sehari-hari didasarkan pada
kepercayaan meliputi makan, berobat, keluarga berencana, dan lain- lain.
2. sumber dukungan
keyakinan terhadap agama merupakan suatu modal seseorang untuk
berbakti kepada sang penciptanya, yang meliputi: sembahyang, berdo’a,
membaca al-qur’an, dal lain-lam.
3. sumber kekuatan dan penyembuhan
dukungan spiritual juga dapat menahan atau meminimalkan distress fisik
luar biasa sehingga dapat menyakinkan keberhasilan.
4. sumber konflik
bila terjadi konflik antara keyakinan dan kesehatan maka respon manusia
berbeda-beda ada yang mempunyai kemampuan ada yang tidak
berkemampuan untuk memecahkan konflik, maka dikembalikan kepada
sang pencipta.
G. Faktor-Faktor Mempengaruhi Spiritualitas
1. pertimbangan tahap perkembangan
hasil penelitian terhadap 4 anak dengan perbedaan agama menghasilkan:
persepsi tentang tuhan dan cara beribadah.
Kesamaan mencakup: gambaran tuhan, kedekatan dengan manusia dan
saling keterkaitan dengan kehidupan, Tuhan terlibat dalam perubahan
atau pertumbuhan din dan transpormasi, yakin tuhan punya kekuatan dan
takut menghadapi kekuasaan tuhan dan gambaran cahaya dan sinar.
2. keluarga
peran orang tua sangat penting, bukan apa yang diajarkan tetapi apa yang
dipelajari oleh anak dan pandangan utama adalah keluarga yaitu ayah
atau ibu.
3. latar belakang etnik dan budaya
umumnya orang cendenmg mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga
4. pengalaman hidup sebeluinnya
spiritual seseorang dipengaruhi antara lain: pengalaman hidup,
bagaimana mengartikan secara spiritual pengalaman hidup tersebut.
Contoh: 2 orang tertimpa musibah adayang syukur dan ada juga yang
ingkar, begitu juga mendapat kenikmatan
5. krisis dan perubahan
krisis dapat menguatkan ke dalam spiritual seseorang yang terdiri dari:
diharapkan pada kematian yaitu keinginan untuk beribadah meningkat
atau berontak
6. terpisah dari ikatan spiritual
sakit akut atau kronis pada individu merasa terisolasi atau kehilangan
kebebasan pribadi dan system dukungan social.
7. isu moral terkait dengan terapi
banyak agama berfungsi sebagai penyembuhan merupakan kebesaran
tuhan, tetapi menolak tindakan medis
contoh: keluarga berencana
8. aspek yang kurang sesuai
perawat harus peka terhadap kebutuhan spiritual klien, justru kebanyakan
perawat menghindar untuk memberikan kebutuhan spiritual, alasannya:
a. perawat kurang nyaman dengan kehidupan spiritual
b. kurang menganggap penting
c. tidak mendapatkan pendidikan
d. bukan menjadi tugasnya

Perkembangan Spiritual Pada Kelompok Usia


1. Perkembangan Spiritual pada Masa Infancy dan Early Childhood.
Perkembangan keagamaan anak dapat dipupuk oleh pendidikan anak dirumah.
Penekanan yang diberikan pada kepatuhan terhadap peraturan agama dalam
kehidupan sehari-hari. Anak yang dibesarkan dengan kebiasaan berdoa sebelum
makan, sebelum tidur, dan orang tua menceritakan cerita-cerita tentang
keagamaan, cenderung perkembangan keagamaannya lebih baik dibandingkan
anak yang tidak dibesarkan dengan kebiasaan beragama.
Pada masa ini ‘iman’ anak banyak diperoleh dari apa yang diceritakan orang
dewasa. Dari cerita-cerita itu mereka membentuk gambaran Tuhan yang perkasa,
surga yang imajinatif, dan neraka yang mengerikan. Gambaran ini umumnya
bersifat irasional, karena pada masa ini anak belum memahami sebab-akibat dan
belum dapat memisahkan kenyataan dan fantasi. Mereka juga masih kesulitan
membedakan sudut pandang Tuhan dengan sudut pandang mereka atau
orangtuanya.
Anak mulai menaruh perhatian pada kegiatan keagaamaan yang dilakukan
orang tuanya. Dalam hal ini perhatian yang anak tunjukan ialah untuk menirukan
(imitation) kegiatan keagamaan yang dilakukan orang tuanya (observational
learning), tetapi belum mampu mengartikan apa yang ia lakukan. Misalnya, anak
akan menggoyangkan badan seperti orang yang berdzikir, apabila dilantunkan
bacaan dzikir. Menirukan orang yang berdoa, mengangkat kedua tangannya seraya
berdoa tetapi belum mengartikannya. Pada masa ini pula rasa ingin tahu seorang
anak berada pada posisi yang teratas .Rasa ingin tahu tentang keagamaanpun mulai
muncul. Pada anak yang diberikan pembelajaran keagamaan dikeluarganya,
seorang anak akan menanyakan hal-hal yang menyangkut keagamaan seperti :
”Siapakah Tuhan?”, “Di mana Surga itu?”, “Apakah Malaikat itu?” Belajar
memahami proses keagamaan. Apabila suara adzan telah berkumandang, anak
yang dibimbing keagamaannya akan mengambil posisi seperti orang yang
melakukan Sholat dan menirukan gerakan shalat. Bagi anak yang sudah diajarkan
berdoa, anak akan belajar menerapkan kegiatan berdoa dengan bimbingan orang
tuanya tetapi tidak memahami untuk apa ia berdoa.
Beberapa kepercayaan anak-anak Tuhan. Tuhan adalah seseorang yang sangat
besar, berpakaian putih, berwajah angker atau ramah dan berjanggut putih. Dia
membalas mereka yang baik dan mengirimkan mereka ke Surga bila
meninggal. Surga adalah tempat kediaman Tuhan ditengah awan, tempat orang
memperoleh segala sesuatu yang mereka impikan. Neraka merupakn tempat
dibawah bumi, tempat penderitaan abadi dan hukuman bagi mereka yang
berkelakuan buruk semasa hidup. Orang yang baik hidupnya akan masuk Surga
setelah meninggal dan menjadi malaikat, berjubah putih.Qur’an atau Alkitab.
Sebuah buku yang ditulis Tuhan. Setiap kata dalam Al-Qur’an benar dan yang
meragukan kebenarannya adalah dosa.Perkembangan Spiritual pada Anak Masa
Sekolah (Middle Childhood).
Sejak pada masa Infancy dan Early Childhood, anak telah dibiasakan hidup
dalam suasana ketuhanan, tetapi mereka sendiri belum mampu menentukan
sikapnya terhadap nilai-nilai keagamaan. Dalam masa sekolah, perasaan
keagamaan masih dalam perkembangan yang agak lamban karena anak cenderung
focus pada realitas sosialnya. Misalnya, anak yang mengikuti sekolah minggu anak
tidak memperhatikan kegiatan keagamaannya melainkan lebih memperhatikan
kesenangan bernyanyi bersama, berkumpul dengan teman, serta permainan-
permainan yang diberikan.
Dalam sisi lain, peningkatan minat pada keagamaan sudah terjadi, tetapi masih
belum bisa menentukan sikapnya terhadap nilai keagamaan. Contohnya, anak
mulai melakukan kegiatan keagamaan seperti Sholat dan berdoa. Tetapi dalam hal
ini tidak terlalu memahami makna sholat dan berdoa. Anak mengartikan berdoa itu
seperti “ritual meminta-minta”. Sebagai contoh, anak meminta berbagai barang dan
mohon bantuan Tuhan dalam melakukan sesuatu yang menurut perasaan mereka
tidak dapat mereka lakukan sendiri. Di sisi lain, mereka sudah dapat memahami
bahwa Tuhan mempunyai sudut pandang lain dengan turut mempertimbangkan
usaha dan niat seseorang sebelum ‘menghakiminya’. Mereka percaya bahwa
Tuhan itu adil dalam memberi ganjaran yang sepantasnya bagi manusia.
Anak belum mampu menentukan jalan ketuhanan yang harus ia jalani,
cenderung hanya meniru dan meyesuaikan diri dengan pandangan orang tuanya.
Maksudnya, anak belum mengetahui kewajiban-kewajibannya sebagai pemeluk
agama karena pada masa ini anak belum mampu berfikir abstrak.
2. Perkembangan Spiritual Masa Adolescence (Remaja)
Hal-hal yang religius sudah mulai diajarkan sejak kecil dilingkungan rumah
tangga. Tanpa banyak mengalami kesulitan, anak-anak menerimanya saja karena
mereka masih berfikir sederhana, tetapi bukan berarti bahwa kepercayaan dan
ketakwaan anak terhadap Tuhan YME hanya bentukan lingkungan saja.
Pendidikan ketuhanan akan mempertajam pandangan untuk melihat gejala-gejala
pertama dari perkembangan religius yang sebenarnya.
Setelah mampu berpikir abstrak, remaja mulai membentuk ideologi (sistem
kepercayaan) dan komitmen terhadap ideal-ideal tertentu. Di masa ini mereka
mulai mencari identitas diri dan menjalin hubungan pribadi dengan Tuhan. Namun
identitas mereka belum benar-benar terbentuk, sehingga mereka juga masih
melihat orang lain untuk panduan moral.
Pada masa remaja kepercayaan dan ketakwaan kepada Tuhan YME dialami
sendiri dengan sadar, misalnya waktu mengikuti upacara-upacara keagamaan yang
membangkitkan suasana dan perasaan keagamaan itu.
Di masa remaja, segala sesuatu yang menyangkut ketuhanan masih perlu
diterangkan. Misalnya, bagaimana bersikap yang baik dengan pemeluk agama
yang lain. Bagaimana cara sholat yang dibenarkan oleh Al-Quran. Bimbingan
orang tua serta tenaga pendidik masih diperlukan.
Mulai menerapkan nilai-nilai keagamaan yang telah ia dapatkan di masa
kanak-kanak dan masa sekolah dan memahami untuk apa ia melakukan itu semua.
Seperti, menerapkan doa sebelum dan sesudah makan serta memahami doa
tersebut untuk menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan YME. Perlu digaris
bawahi, semua perkembangan yang terjadi tergantung pengajaran keluarga
terhadap norma-norma keagamaan. Untuk membuat pribadi individual yang
religius.
3. Perkembangan Spiritual Dewasa Muda (Early Adulthood)
Pada tahap ini individu mulai memeriksa iman mereka dengan kritis dan
memikirkan ulang kepercayaan yang sudah mereka anut, terlepas dari otoritas
eksternal dan norma kelompok. Maksudnya, individu mulai memikirkan kembali
dan mulai memahami ajaran agama yang ia anut dari keluarga dan tidak
dipengaruhi oleh lingkungan lagi.
4. Perkembangan Spiritual Dewasa Lanjut (Middle Adulthood)
Pada dewasa lanjut, orang jadi semakin menyadari batas-batas akalnya. Mereka
memahami adanya paradoks (seakan-akan bertentangan tetapi tidak) dan
kontradiksi (pertentangan) dalam hidup, dan sering menghadapi konflik antara
memenuhi kebutuhan untuk diri sendiri dengan berkorban untuk orang lain. Mulai
mengantisipasi kematian, mereka dapat mencapai pemahaman dan penerimaan
lebih dalam, yang diintegrasikan dengan iman yang mereka miliki sebelumnya.
Mencoba lebih dekat dengan Tuhan. Mengartikan makna hidup yang dijalani dan
mampu memandang kebenaran dan kesalahan dari berbagai sudut.
5. Perkembangan Spiritual Usia Lanjut (Late Adulthood)
Pada tahap terakhir yang dapat dicapai ini, individu tidak lagi berpusat pada
diri sendiri. Mungkin ia akan membagikan ilmu keagamaannya kepada orang lain
walaupun sebatas kelompok kecil seperti keluarga. Hanya berminat pada satu
komunitas. Misalnya kelompok mengaji. Individu yang sudah masuk masa ini
mungkin memiliki keterbatasan pada motorik dan sensoriknya. Jadi , aktifitas
kekelompokkannya mulai berkurang.
Memandang kehidupan dunia melalui pengalaman pribadinya. Semakin
mendekatkan diri pada Tuhan karena usianya yang memasuki “usia kematian”.
Walaupun kegiatan keagamaan yang dilakukan tidak sebanyak pada masa
sebelumnya (penurunan fungsi fisik).
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN SPIRITUAL MUSLIM - 2
KASUS 5

Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien (Tn A, 58 tahun) mengatakan saat ini adalah pertama kalinha dirawat di Rumah Sakit Al
Islam. Pada saat di kaji klien terlihat lemah. Klien mengatakan sesak nafas. Dari sejak 1 haru
SMRS sesak nafas sudah terasa dan semakin bertambah. Tanggal 3 Juli klien masuk di rawat
inap di ruangan Darussalam 4. Pada saat pengkajian klien tampak lemas dan mengatakan
sesak nafas. Sesak nafas bertambah apabila klien emosi, ada kekesalan atau memikirkan
sesuatu yang membuat hati tidak nyaman. Rasa emosi itu hingga dilampiaskan kepada istri,
anak-anaknya bahkan orang lain yang berasa di sekitarnya. Klien mengatakan ingin bisa
mengendalikab emosinya sehungga tidak menjadi sesak. Hasil pemeriksaan tanda-yanda vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg, Nadi : 80 x/mt, Respirasi : 26 x/mt, Suhu : 36,8 oC, terpasang
O2 = 3 lt/mt. Terpasang Infus RL 20 tt/mtdi tangan kanan. Oedema ekstremitas kaki (+),
pitting edema +2.
Riwayat Kesahatan Dahulu
Klien mengatakan selama ini sudah berobat kemana-mana, karena ingin sembuh, dari berobat
ke rumah sakit sampai berobat ke alternative. Klien mengatakan selama ini mempunyai
riwayat penyakit jantung.
Pengkajian Spiritual
Tn. A mengatakan bahwa sehat adalah suatu anugrah yang Allah SWT berikan, dan sakit uang
sekarang sedang dialami adalah sebagau cobaan dari Allah SWT. Klien mengatakan sudah
ikhlas menerima penyakitnha. Tn. A berobat ke RS Al Islam sebagai bentuk ikhtiar yang
wajib dilakukan sebagau manusia beragama. Klien berharap Allah SWT segera memberikan
kesembuhan kepadanha. Kondisi yang dirasakan paling mengganggu Tn. A adalah sesak
nafasnya. Pada saat dilakukan pengkajian respirasi klien = 26 x/mt, terpasang O2 = 3 lt/mt.
Selama dilakukan perawatan tidak ada tindakan media ataupun keperawatan yang
bertentangan dengan keyakinan klien. Upaya yang dilakukan klien untuk sembuh adalah
dengan kooperatif selama dalam perawatan dan mengikuti semua anjuran tim medis.
Saat keadaan sakit klien merasa ini adalah cobaan dari Allah SWT karena Allah menyayangi
umatnya . klien yakin pada Allah SWT akan memberikan kesembuhan karena hanya Allah
SWT yang maha penyembuh segala penyakit. Klien mengatakan memiliki semangat yang
tinggi untuk sembuh dan tidak merasa putus asa agar bisa beraktivitas lagi , karena yang
sedang dialaminya pasti ada hikmah yang dapat diambil. Klien mengatakan bahwa Allah tidak
akan mengujinya melebihi batas kemampuannya. Klien menyampaikan bahwa sudah berobat
kemana mana ternasuk ke pengobatan alternatif tetapi ketika berobat menurut klien tidak
bolehh sampai bertentangan dengan syariat islam dan harus terhindar dari musrik. Ketika
sehat klien senantiasa melaksanakan solat 5 waktu dirumah,untuk ke mesjid jarang karena
terkendala kondisi sesak . ibadah lainnya seperti puasa sunnah, membaca al quran dan
pengajian di mesjid jarang dilakukan.
Klien mengatakan karena komdisinya sekarang klien tidak dapat beribadah secara sempurna
seperti saat sebelum sakit. Klien tidak kuat untuk ke kamar mandi, baik untuk BAK, BAB,
maupun untuk wudhu. Klien mengatakan merasa tidak nyaman dan tidak terbiasa bila harus
BAK dan BAB di tempat tidur. Saat ini klien harus bed rest di tempat tidur. Pada saat di kaji
klien mengatakan sudah mengetahui untuk wudhu dapat diganti dengan tayamum, akan tetapi
masih memerlukan bimbingan tatacara tayamum yang tepat sesuai syariat. Klien mengatakan
belum paham cara shalat saat sakit. Saat dirawat di RS Al Islam klien mengatakan merasa
tenang karena sering mendengar murotal al Qur'an dari pengeras suara dan selalu didoakan
oleh perawat setiap harinya saat operan shift, bahkan ada kunjungan ustadz yang mendoakan
dan menguatkan klien agar senantiasa mengingat allah selama sakit ini dan segera diberikan
kesembuhan. Klien mengatakan selalu berdo'a agar segera disembuhkan oleh allah SWT
dengan do'a yang dipahaminya.
Klien mengatakan bahwa dia adalah seorang kepala keluarga dan sudah dikaruniai 4 orang
anak, 2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Saat pengkajian klien ditunggu oleh istrinya,
klien merasa bahwa istri dan anak-anaknya adalah support sistem baginya selama sakit. Saat
masuk dirawat di rumah sakit Al-islam klien diantar juga oleh saudara-saudaranya. Klien
termotivasi untuk sembuh karena terus dimotivasi dan didukung oleh keluarga. Klien
sebelumnya bekerja sebagai PNS di kantor pengairan Provinsi Jawa Barat, dan sekarang baru
menjalani pensiun selama 1 tahun

Analisis Pengkajian Spiritual Pasien


Tahap pra interaksi
1. Validasi nama pasien : Pasien bernama Tn. A berusia 58 tahun.
2. Sudah terjalin trust dengan pasien : Pasien sudah bersedia untuk di kaji oleh perawat.

Tahap Kerja
Hubungan kesehatan dan spiritual
1. Definisi sakit menurut pasien : -
2. Kaji perasaan pasien ketika sakit : Klien mengatakan sudah menerima penyakitnya.
3. Kaji fase berduka pasien : -
4. Kaji kondisi sakit yang paling mengganggu pasien : Kondisi yang dirasakan paling
mengganggu Tn. A adalah sesak nafasnya (26x/menit, O2 3 liter/menit).

Konsep ketuhanan
1. Kaji perasaan pasien terhadap tuhannya saat sakit : Tn. A mengatakan sakit yang
sekarang dialami adalah sebagai cobaan dari Allah SWT, cobaan dari allah karena
allah menyayangi umatnya.
2. Kaji upaya mendekatkan diri pada tuhannya : Tn. A berobat ke RS Al-Islam sebagai
bentuk ikhtiar yang wajib dilakukan sebagai manusia yang beragama. Klien masih bisa
beribadah tetapi tidak secara sempurna seperti saat sebelum sakit.
3. Kaji kebiasaan berdoa pasien : Klien mengatakan selalu berdoa agar segera
disembuhkan oleh Allah SWT dengan doa yang dipahaminya.

Makna hidup
1. Kaji makna hidup menurut klien : Klien mengatakan bahwa Allah tidak akan
mengujinya melebihi atas kemampuannya.
2. Kaji hikmah sakit dalam kehidupan klien : Tn. A mengatakan sakit yang sekarang
dialami adalah sebagai cobaan dari Allah SWT, cobaan dari allah karena allah
menyayangi umatnya.

Support sistem dan dukungan


1. Kaji siapakah yang menjadi sumber dukungan pasien : Klien mengatakan yang
menjadi sumber dukungan yaitu keluarga.
2. Kaji jenis dukungan yang diberikan kepada pasien tersebut : Saat pengkajian klien
ditunggu oleh istrinya. Saat masuk di rawat RS Al-Islam klien diantar oleh saudara-
saudaranya.
3. Kaji makna dukungan tersebut bagi pasien : Saat pengkajian klien merasa bahwa istri
dan anak-anaknya adalah support sistem baginya saat sakit.

Sumber harapan dan kekuatan


1. Kaji keyakinan pasien untuk sembuh : Klien yakin pada Allah SWT akan memberikan
kesembuhan karena hanya Allah SWT yang maha penyembuh segala penyakit.
2. Kaji hal-hal yang memotivasi pasien untuk sembuh : Klien mengatakan memiliki
semangat yang tinggi untuk sembuh dan tidak merasa berputus asa agar bisa
beraktivitas lagi.
3. Kaji sumber kekuatan dan harapan pasien : Klien selalu didoakan oleh perawat setiap
harinya pada saat operan shift.
4. Kaji hal-hal yang dapat membuat suasana hati pasien tenang dan damai : Saat dirawat
di RS Al-Islam klien mengatakan merasa tenang karena sering mmendengar murotal
Al-Quran dari pengeras suara dan selalu didoakan oleh perawat setiap harinya pada
saat operan shift.

Mengkaji praktik ibadah di rumah


1. Pelaksanaan shalat wajib (rutin/tidak rutin) : Ketika sehat klien senantiasa beribadah
shalat 5 waktu dirumah.
2. Pelaksanaan puasa wajib (rutin/tidak rutin) : Klien mengatakan jarang dilakukan.
3. Jenis shalat sunnah yang sering dilakukan : Klien mengatakan jarang dilakukan.
4. Puasa sunah yang sering dilakukan : -
5. Membaca al-qur’an (rutin/tidak rutin) : Klien mengatakan jarang dilakukan.

Mengkaji praktik ibadah di rumah sakit


1. Jenis praktik ibadah yang terganggu/ tidak dapat dilaksanakan selama sakit : Klien
mengatakan karena kondisinya sekarang klien tidak dapat beribadah secara sempurna
seperti sebelum sakit.
2. Jenis bantuan yang diharapkan pasien dalam hal praktik ibadah ketika sakit : Pada saat
dikaji klien mengatakan suda mengetahui untuk wudhu dapat diganti dengan tayamum,
akan tetapi masih memerlukan bimbingan tata cara tayamum yang tepat sesuai syariat.
3. Kaji pengetahuan pasien tentang cara-cara praktik ibadah ketika sakit : Pada saat dikaji
klien mengatakan suda mengetahui untuk wudhu dapat diganti dengan tayamum.

Dukungan komunitas
1. Kaji apakah saat ini pasien butuh pembimbing rohani islam : Klien memerlukan
bimbingan tata cara tayamum yang tepat sesuai syariat.
2. Kaji jenis dukungan spiritual yang pasien harapkan : -
DAFTAR PUSTAKA
Clinebell, Howard. 2002. Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling. Kanisius (Anggota
IKAPI): Yogyakarta
Kozier, B., et al. 2004. Fundamental of Nursing : Concepts, Process and Practice. (7th ed).
New Jersey : Prentice-Hall, Inc
Yusuf, Ah dkk. (2017). Kebutuhan Spiritual Konsep dan Aplikasi dalam Asuhan
Keperawatan. Jakarta : Mitra Wacana Media

Anda mungkin juga menyukai