Anda di halaman 1dari 32

Nama : DEAN REX AZRIEL TELAUMBANUA

Nim : 180204039
Kelas : 2.1

SPIRITUAL
      Pengertian
Spiritual berasal dari bahasa latin spiritus, yang berarti bernafas atau angin. Ini berarti
segala sesuatu yang menjadi pusat semua aspek dari kehidupan seseorang (McEwan,
2005). Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa dan
Maha Pencipta (Hamid, 1999).

Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan tergantung pada
budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan
seseorang (Potter & Perry, 1999)

Menurut Burkhardt (1993) dalam Hamid (1999) spiritual meliputi aspek sebagai
berikut:
a.       Berhubungan dengan sesuatu yang tidk diketahui
b.      Menemukan arti dan tujuan hidup
c.       Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri
sendiri.
Kepercayaan artinya mempunyai kepercayaan atau komitmen terhadap sesuatu atau
seseorang, sementara agama merupakan sistem ibadah yang teratur dan terorganisasi
(Hamid, 1999)

      Karakteristik
1.      Hubungan dengan diri sendiri
Kekuatan dalam dan self relience
a.       Pengetahuan diri (siapa dirinya dan apa yang dapat dilakukannya)
b.      Sikap (percaya diri sendiri, percaya pada kehidupan/ masa depan, ketenangan
pikiran, harmoni/ keselarasan dengan diri sendiri)
2.      Hubungan dengan alam
Harmoni
a.       Mengetahui tentang alam, iklim, margasatwa
b.      Berkomunikasi dengan alam (berjalan kaki, bertanam), mengabdikan dan
melindungi alam
3.      Hubungan dengan orang lain
Harmoni/ Suportif
a.       Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik
b.      Mengasuh anak, orang tua dan orang sakit
c.       Meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat)
Tidak harmonis
a.       Konflik dengan orang lain
b.      Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi
4.       Hubungan dengan Ketuhanan
Agamis atau tidak agamis
a.       Sembahyang/ berdoa/ meditasi
b.      Perlengkapan keagamaan
a.       Bersatu dengan alam

1.     Konsep kesehatan spiritual.


a.       Spiritualitas
Konsep spiritual memiliki delapan batas tetapi saling tumpang tindih: Energi,
transendensi diri, keterhubungan, kepercayaan, realitas eksistensial, keyakinan dan
nilai, kekuatan batiniah, harmoni dan batin nurani.
1)           Spiritualitas memberikan individu energi yang dibutuhkan untuk menemukan
diri mereka, untuk beradaptasi dengan situasi yang sulit dan untuk
memelihara kesehatan.
2)           Transedensi diri (self transedence) adalah kepercayaan yang merupakan
dorongan dari luar yang lebih besar dari individu.
3)           Spiritualitas memberikan pengertian keterhubungan intrapersonal (dengan
diri sendiri), interpersonal (dengan orang lain) dan transpersonal (dengan
yang tidak terlihat, Tuhan atau yang tertinggi) (Potter & Perry, 2009)
4)           Spiritual memberikan kepercayaan setelah berhubungan dengan Tuhan.
Kepercayaan selalu identik dengan agama sekalipun ada kepercayaan tanpa
agama.
5)           Spritualitas melibatkan realitas eksistensi (arti dan tujuan hidup).
6)           Keyakinan dan nilai menjadi dasar spiritualitas. Nilai membantu individu
menentukan apa yang penting bagi mereka dan membantu individu
menghargai keindahan dan harga pemikiran, obysk dsn prilaku.(Holins, 2005;
Vilagomenza, 2005)
7)           Spiritual memberikan individu kemampuan untuk menemukan pengertian
kekuatan batiniah yang dinamis dan kreatif  yang dibutuhkan saat membuat
keputusan sulit (Braks-wallance dan Park, 2004).
8)           Spiritual memberikan kedamaian dalam menghadapi penyakit terminal
maupun menjelang  ajal (Potter & Perry, 2009).
Beberapa individu yang  tidak mempercayai adanya Tuhan (atheis) atau
percaya bahwa tidak ada kenyataan akhir yang diketahui (Agnostik). Ini
bukan berati bahwa spiritual bukan merupakan konsep penting bagi atheis
dan agnostik, Atheis mencari arti kehidupan melalui pekerjaan mereka dan
hubungan mereka dengan orang lain.agnostik menemukan arti hidup dalam
pekerjaan mereka karena mereka percaya bahwa tidak adanya akhir bagi jalan
hidup mereka.
b.       Dimensi Spiritual ( Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995)
1)       Mempertahankan keharmonisan / keselarasan dengan dunia luar
2)       Berjuang untuk menjawab / mendapatkan kekuatan
3)       Untuk menghadapi : Stres emosional, penyakit fisik dan menghadapi kematian
c.       Konsep kesejahteraan spiritual ( spiritual well-being)  (Gray,2006; Smith, 2006):
1)       Dimensi vertikal. Hubungan positif individu dengan Tuhan atau beberapa
kekuasaan tertinggi
2)       Dimensi horizontal. Hubungan positif individu dengan orang lain
2.       Perkembangan spiritual
a.           Bayi dan todler (1-3 tahun)
Tahap awal perkembangan spiritual adalah rasa percaya dengan yang mengasuh
dan sejalan dengan perkembangan rasa aman, dan dalam hubungan interpersonal,
karena sejak awal kehidupan mengenal dunia melalui hubungan dengan
lingkungan kususnya orangtua. Bayi dan todler belum memiliki rasa bersalah dan
benar, serta keyakinan spiritual. Mereka mulai meniru kegiatan ritual tanpa tau
arti kegiatan tersebut dan ikut ketempat ibadah yang mempengaruhi citra diri
mereka.
b.           Prasekolah
Sikap orang tua tentang moral dan agama mengajarkan pada anak tentang apa
yang dianggap baik dan buruk.anak pra sekolah belajar dari apa yang mereka lihat
bukan pada apa yang diajarkan. Disini bermasalah jika apa yang terjadi berbeda
dengan apa yang diajarkan.
c.           Usia sekolah
Anak usia sekolah Tuhan akan menjawab doanya, yang salah akan dihukum dan
yang baik akan diberi hadiah. Pada mas pubertas, anak akan sering kecewa karena
mereka mulai menyadari bahwa doanya tidak selalu dijawab menggunakan cara
mereka dan mulai mencari alasan tanpa mau menerima keyakinan begitu saja.
Pada masa ini anak mulai mengambil keputusan akan meneruskan  atau
melepaskan agama yang dianutnya karena ketergantungannya pada orang tua.
Remaja dengan orang tua berbeda agama akan memutuska memilih pilihan agama
yang dianutnya atau tidak memilih satupun dari agama orangtuanya.
d.           Dewasa
Kelompok dewasa muda yang dihadapkan pada pertanyaan bersifat keagamaan
dari anaknya akan menyadari apa yang diajarkan padanya waktu kecil dan
masukan tersebut dipakai untuk mendidik anakya
.
e.           Usia pertengahan
Usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan
agama dan berusaha untuk mengerti nilai agama yang di yakini oleh generasi
muda.
3.   Masalah Spiritual
Ketika penyakit, kehilangan, atau nyeri menyerang seseorang, kekuatan spiritual dapat
membantu seseorang kearah penyembuhan atau pada perkembangan kebutuhan dan
perhatian spiritual.selama penyakit atau kehilangan, misalnya saja, individu sering menjadi
kurang mampu untuk merawat diri mereka sendiri dan lebih bergantung pada orang lain
untuk perawatan dan dukungan. Distres spiritual dapat berkembang sejalan dengan
seseorang mencari makna tentang apa yang sedang terjadi, yang mungkin dapat
mengakibatkan seseorang merasa sendiri dan terisolasi dari orang lain. Individu mungkin
mempertanyakan nilai spiritual mereka, mengajukan pertanyaan tentang jalan hidup
seluruhnya, tujuan hidup, dan sumber dari makna hidup.
a. Penyakit Akut
Penyakit yang mendadak, tidak diperkirakan, yang menghadapkan baik ancaman
langsung atau jangka panjang terhadap kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan klien
dapat menimbulkan distress spiritual bermakna.
Penyakit atau cedera dapat dipandang sebagai hukuman, sehingga klien menyalahkan diri
mereka sendiri karena mempunyai kebiasaan kesehatan yang buruk, gagal untuk
mematuhi tindakan kewaspadaan keselamatan atau menghindari pemeriksaan kesehatan
secara rutin. Konflik dapat berkembang sekitar keyakinan individu dan makna hidup.
Individu mungkin mempunyai kesulitan memandang masa depan dan dapat terpuruk
tidak berdaya oleh kedukaan.
Kemarahan bukan hal yang tidak wajar, dan klien mungkin mengekspresikannya terhadap
Tuhan, keluarga, dan/atau diri mereka sendiri. Kekuatan spiritualitas klien mempengaruhi
bagaimana mereka menghadapi penyakit mendadak dan bagaimana mereka dengan cepat
beralih kearah penyembuhan.
b.      Penyakit Kronis
Seseorang dengan penyakit kronis sering menderita gejala yang melumpuhkan dan
mengganggu kemampuan untuk melanjutkan gaya hidup normal mereka. Kemandirian
dapat sangat terancam, yang mengakibatkan ketakutan, ansietas, kesedihan yang
menyeluruh. Ketergantungan pada orang lain untuk mendapat perawatan rutin dapat
menimbulkan perasaan tidak berdaya dan persepsi tentang penurunan kekuatan batiniah.
Seseorang mungkin merasa kehilangan tujuan dalam hidup yang mempengaruhi kekuatan
dari dalam yang diperlukan untuk mengahdapi perubahan fungsi yang dialami. Kekuatan
tentang spiritualitas seseorang dapat mejadi factor penting dalam cara seseorang
menghadapi perubahan yang diakibatkan oleh penyakit kronis. Keberhasilan dalam
mengatasi perubahan yang diakibatkan oleh penyakit kronis dapat menguatkan seseorang
secara spiritual. Reevaluasi tentang hidup mungkin terjadi. Mereka yang kuat secara
spiritual akan membentuk kembali identitas diri dan hidup dalam potensi mereka.
c.   Penyakit Terminal
Penyakit terminal umumnya menyebabkan ketakutan terhadap nyeri fisik,
ketidaktahuan, kematian, dan ancaman terhadap integritas (Turner et al, 1995). Klien
mungkin mempunyai ketidak pastian tentang makna kematian dan dengan demikian
mereka menjadi sangat rentan terhadap distress spiritual. Tedapat juga klien yang
mempunyai rasa spiritual tentang ketenangan yang memampukan mereka untuk
menghadapi kematian tanpa rasa takut.
Individu yang mengalami penyakit terminal sering menemukan diri meraka menelaah
kembali kehidupan mereka dan mempertanyakan maknanya. Pertanyaan-petanyaan
umum yang diajukan dapat mencakup, “ mengapa hal ini terjadi pada saya’’ atau “apa
yang telah saya lakukan sehingga hal ini terjadi pada saya” keluarga dan teman-teman
dapat terpengaruhi sama halnya yang klien alami.
Fryback (1992) melakukan penelitian untuk, mengetahui bagaimana individu dengan
penykit terminal menggambarkan tentang kematian. Klien yang termasuk dalam
penelitian mengidentifikasikan tiga domain kesehatan sebagai berikut: mental-emosi,
spiritual dan fisik. Domain spiritual dipandang sebagai hal penting dalam hal kesehatan
dan mencakup mempunyai hubungan dengan kekuatan yang lebih tinggi, menghargai
moralitas seseorang dan menumbuhkan aktualisasi diri. Dari penelitian tersebut
didapatkan hasil bahwa penelitian tersebut menunjukkan klien yang mempunyai penyakit
terminalmempunyai persepsi dalam Keadaan tidak sehat,persepsi tersebut bukan karena
penyakitnya tetapi karena sedang tidak mampu menjalani hidup mereka dengan sempurna
dan tidak mampu melakukan hal-hal yang mereka inginkan.
d.    Individuasi
Ketika seseorang menjalani hidup mereka, sering mengajukan pertanyaan untuk
menemukan dan memahami diri (mereka) sebagai hal yang berbeda tetapi juga dalam
hubungan dengan orang lain. Psikolog Carl Jung (Storr, 1983) menggambarkan proses ini
sebagai individuasi seseorang. Juga digambarkan sebagai krisis pertengahan
hidup, individuasi umumnya pada individu usia baya. Individuasi mungkin didahului oleh
rasa kekosongan dalam hidup atau kurang mampu untuk memotivasi diri. Individuasi
adalah pengalaman manusia yang umum yang ditandai oleh kebingungan, konflik,
keputusasaan, dan perasaan hampa. Spiritualitas seseorang harus dipertahanka, karena
individuasi tampaknya mendorong seseorang untuk mempertahankan aspek positif, life-
asserting dari kepribadian. Kejadian seperti stress, keberhasilan atau kekurang berhasilan
dalam pekerjaan, konflik perkawinan, atau penurunan kesehatan dapat menyebabkan
seseorang mencari pemahaman diri yang lebih besar.
e.    Pengalaman Mendekati Kematian
Perawat mungkin menghadapi klien yang telah mempunyai pengalaman
mendekati kematian (NDE/near death experience). NDE telah diidentifkasikan sebagai
fenomena psikologis tentang idividu yang baik telah sangat dekat dengan kematian secara
klinis atau yag telah pulih setelah dinyatakan mati. NDE tidak berkaitan dengan
kelaianan mental (Basford, 1990). Orang yang mengalami NDE setelah henti jantung-
paru, misalnya sering mengatakan cerita yang sama tentang perasaan diri mereka terbang
di atas tubuh mereka dan melihat para pemberi perawatan kesehatan melakukan tindakan
penyelamatan hidup. Sebagian besar individu menggambarkan bahwa mereka melewati
terowongan kearah cahaya yang terang, dan merasakan suatu ketenangan yang dalam dan
damai. Tidak bergerak kearah cahaya tersebut, sering mereka mengetahui bahwa belum
waktunya untuk mati bagi mereka dan mereka kembali hidup.
Klien yang telah mengalami NDE sering enggan untuk mendiskusikan hal ini, mereka
berpikir bahwa keluarga atau pemberi perawatan kesehatan tidak dapat memahami.
Isolasi dan depresi dapat terjadi sebagai akibat tidak menceritakanpengalamannya atau
menerima penghakiman dari orang lain ketika mereka menceritakannya. Namun
demikian, imdividu yang mengalami NDE, dan mereka yang dapat mendiskusikannya
dengan keluarga atau pemberi perawatan kesehatan, menemukan keterbukaan pada
kekuatan pemgalaman mereka seperti yang dilaporkan. Mereka secara konsisten
melaporkaaftereffect yang positif, termasuk sikap positif, perubahan nilai, dan
perkembangan spiritual (Turner, 1995). Bila klien dapat hidup setelah henti jantung-paru,
penting artinya bagi perawat untuk tetap terbuka dan memberi kesempatan kepada klien
untuk menggali apa yang sudah terjadi.

4. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SPIRITUAL

1.       Pengkajian
Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subyektif dan obyektif. Aspek spiritual
sangat bersifat subyektif, ini berarti spiritual berbeda untuk individu yang berbeda pula
(Mcsherry dan Ross, 2002)
Pada dasarnya informasi awal yang perlu digali adalah
a)       Alifiasi nilai;  Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secara aktif
atau tidak, Jenis partisipasi dalam kegiatan agama
b)      Keyakinan agama dan spiritual; Praktik kesehatan misalnya diet,  mencari dan
menerima ritual atau upacara agama,  strategi koping

Nilai agama atau spiritual, mempengaruhi tujusn dan arti hidup, Tujuan dan arti
kematian, Kesehatan dan arti pemeliharaan serta Hubungan dengan  Tuhan, diri
sendiri dan orang lain

2.        Diagnosa Keperawatan


a)       Distress spiritual
b)      Koping inefektif
c)       Ansietas
d)      Disfungsi seksual
e)       Harga diri rendah
f)       Keputusasaan
3.       Perencanaan
1.      Distress spiritual b.d anxietas
Definisi : gangguan pada prinsip hidup yang meliputi semua aspek dari  seseorang yang
menggabungkan aspek psikososial dan biologis
NOC :
a.       Menunjukkan harapan
b.      Menunjukkan kesejahteraan spiritual:
-          Berarti dalam hidup
-          Pandangan tentang spiritual
-          Ketentraman, kasih sayang dan ampunan
-          Berdoa atau beribadah
-          Berinteraksi dengan pembimbing ibadah
-          Keterkaitan denganorang lain, untuk berbagi pikiran, perasaan dan kenyataan
c.       Klien tenang
 NIC :
-          Kaji adanya indikasi ketaatan dalam beragama
-          Tentukan konsep ketuhanan klien
-          Kaji sumber-sumber harapan dan  kekuatan pasisien
-          Dengarkan pandangan pasien tentang hubungan spiritiual dan kesehatan
-          Berikan prifasi dan waktu bagi pasien untuk mengamati praktik keagamaan
-          Kolaborasi dengan  pastoral
2.      Koping inefektif b.d krisis situasi
Definisi : ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadat stressor, pilihan respon untuk
bertindak secara tidak adekuat dan atau ketidakmampuan menggunakan sumber yang tersedia
NOC:
-          Koping efektif
-          Kemampuan untuk memilih antara 2 alternatif
-          Pengendalian impuls : kemampuan mengendalikan diri dari prilaku kompulsif
-          Pemrosesan informasi : kemampuan untuk mendapatkan dan menggunakan informasi
NIC :
-          Ientifikasi pandangan klien terhadap kondisi dan kesesuaiannya
-          Bantu klien mengidentifikasi kekuatan personal
-          Peningkatan koping:
⎝nilai kesesuaian pasien terhadap perubahan gambaran diri
⎝nilai dampak situasi kehidupan terhadap peran
⎝evaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan
⎝Anjurkan klien menggunakan tehnik relakssi
⎝Berikan pelatihan ketrampilan sosial yang sesuai
-          Libatkan sumber – sumber yang ada untuk mendukung pemberian pelayanan kesehatan

D.    Pelaksanaan
Dilaksanakan sesuai dengan NIC yang telah ditentukan

E.     Evaluasi
Evaluasi dengan melihat NOC yang telah ditentukan , secaara umum  tujuan tercapai apabila
klien ( Hamid, 1999)
1.      Mampu beristirahat dengan tenang
2.      Menyatakan penerimaan keputusan moral
3.      Mengekspresikan rasa damai
4.      Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka
5.      Menunjukkan sikap efektif tanpa rasa marah, rasa berslah dan ansietas
6.      Menunjukkan prilaku lebih positif
7.      Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya

                                                                                         
DAFTAR PUSTAKA

Dochterman, J. M and Bulecheck, G. M., 2004, Nursing Interventions Clasification (NIC),


Mosby: St. Louis, Missouri
Doenges, M. E., Moorhouse. M. F., Geisler. A. C., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC: Jakarta
Hamid, A, Y., 1999, Buku ajar Aspek Spiritual dalam Keperawatan, Widya medika: Jakarta
Nurjanah, I, 2010, Intan’s Screening Diagnoses Assesment (ISDA), Mocomedia: Yogyakarta
Nurjanah, I, 2004, Pedoman Penanganan pada Gangguan Jiwa, Mocomedia: Yogyakarta
NANDA, 2007, Nursing Diagnoses: Definitions and Clasification 2007-2008, Philadelphia
NANDA, 2010, Diagnosa Keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2009-2010, EGC: Jakarta
Potter, P. A., Perry, A. G., 1999, Fundamental Keperawatan, Salemba medika: Jakarta
Sue Moorhead., Johnson, M., Mass. M., 2004, Nursing Outcomes Clasification (NOC), Mosby:
St. Louis, Missouri
Taylor, Lilis, Lemone, Lyn, 2011, Fundamental of Nursing The art and Sience of Nursing Care, 
lippinco
Dr.liza,2011.konsep spiritual.sang obsesi.
Jeany.blogs.spot.com-makalah konsep dasar spiritual. Rabu, 04 Januari 2012.
Kurniawan,bayu.blogs.spot.com-kebutuhan spiritual pasien. November 25, 2011
OKSIGENASI
A.     Pengertian
Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi tubuh. Otak masih mampu
mentoleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit. Apabila kekurangan oksigen berlangsung
lebih dari 5 menit, maka terjadi kerusakan sel otak secara permanen.. Selain itu oksigen
digunakan oleh sel tubuh untuk mempertahankan kelangsungan metabolisme sel. Oksigen akan
digunakan dalam metabolisme sel membentuk ATP (Adenosin Trifosfat) yang merupakan
sumber energi bagi sel tubuh agar berfungsi secara optimal.
Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara melancarkan
saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2) sehingga konsentrasi
oksigen meningkat dalam tubuh.
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan 1
atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.

B.    Tujuan pemberian oksigenasi


Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan pemberian oksigen dengan
menggunakan kanula dan masker, fisioterapi dada, dan cara penghisapan lendir (suction)
Tujuan :
1.    Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2.    Untuk menurunkan kerja paru-paru
3.    Untuk menurunkan kerja jantung
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi, kardiovaskuler, dan
keadaan hematologi.

C.   Anatomi Sistem Pernapasan


1.       Saluran Nafas Atas
a.    Hidung
•         Terdiri atas bagian eksternal dan internal
•         Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan
kartilago
•         Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga
hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum
•         Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung
•         Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir
secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia
•         Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru
•         Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru
•         Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghirup) karena reseptor
olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalandengan
pertambahan usia.

b. Faring
•         Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan
hidung dan rongga mulut ke laring
•         Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring
(laringofaring)
•         Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan
digestif

c. Laring
•         Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang
menghubungkan faring dan trakea
•         Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas:
o   Epiglotis Adalah daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring
selama menelan
o   Glotis adalah ostium antara pita suara dalam laring
o   Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini
membentuk jakun (Adam's apple)
o   Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring
(terletak di bawah kartilago tiroid)
o   Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago
tiroid
o   Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan
bunyi suara (pita suara melekat pada lumen laring)
•         Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
•         Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing
dan memudahkan batu

d. Trakea
o   Disebut juga batang tenggorok
o   Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina

2. Saluran Nafas Bawah

a. Bronkus
o   Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
o   Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
o   Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris
kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental
o   Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang
dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf

b. Bronkiolus
o   Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
o   Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas

c. Bronkiolus Terminalis
o   Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia)

d. Bronkiolus respiratori
o   Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
o   Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas
konduksi dan jalan udara pertukaran gas

e. Duktus alveolar dan Sakus alveolar


o   Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus
alveolar
o   Dan kemudian menjadi alveoli

f. Alveoli
o   Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
o   Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70
m2
o   Terdiri atas 3 tipe :
1)         Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding
alveoli
2)         Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan
mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam
dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
3)         Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel
fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan

g. Paru-paru
o   Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
o   Terletak dalam rongga dada atau toraks
o   Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa
pembuluh darah besar
o   Setiap paru mempunyai apeks dan basis
o   Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
o   Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
o   Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya

h. Pleura
o   Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
o   Terbagi mejadi 2 :
1)      Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
2)      Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
o   Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang
berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan,
juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru
o   Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk
mencegah kolap paru-paru

D.     Fisiologi Sistem Pernapasan


Bernafas/pernapasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu dan
lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang (ekspirasi).
Sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa
ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernapasan, diafragma, isi abdomen, dinding
abdomen, dan pusat pernapasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernapasan antara 12-
15 kali per menit.

Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :


1.        Ventilasi
yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru atau sebaliknya.
Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan antara udara
atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang, diafragma turun dan volume
paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a.       Tekanan udara atmosfir
b.      Jalan nafas yang bersih
c.       Pengembangan paru yang adekuat

2.        Difusi
yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan kapiler paru-
paru.
Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang bertekanan/konsentrasi lebih besar
ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat
tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini
kadang disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran
respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen
antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a.       Luas permukaan paru
b.      Tebal membran respirasi
c.       Jumlah darah
d.      Keadaan/jumlah kapiler dara
e.       Afinitas
f.       Waktu adanya udara di alveoli

3.       Transpor
yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan sebaliknya
karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.
Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus
ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen akan
berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai
oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a.       Curah jantung (cardiac Output / CO)
b.      Jumlah sel darah merah
c.       Hematokrit darah
d.      Latihan (exercise)
e.       Keadaan pembuluh darah

Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh system respirasi, kardiovaskuler, dan
keadaan hematologi.
•         Sistem Respirasi
Sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa
ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernapasan, diafragma, isi abdomen,
dinding abdomen dan pusat pernapasan di otak.
Bernafas adalah pergerakan udara dari atmosfer ke sel tubuh dan pengeluaran CO2 dari
sel tubuh sampai ke luar tubuh. Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi,
perfusi paru dan difusi.

•         Sistem kardiovaskuler
Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi oleh fungsi jantung untuk
memompa darah sebagai transport oksigen. Darah masuk ke atrium kiri dari vena
pulmonaris. Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju aorta melalui katup aorta.
Kemudian dari aorta darah disalurkan ke seluruh sirkulasi sistemik melalui arteri, arteriol,
dan kapiler serta menyatu kembali membentuk vena yang kemudian dialirkan ke jantung
melalui atrium kanan. Darah dari atrium kanan masuk dalam ventrikel kanan melalui
katup pulmonalis untuk kemudian dialirkan ke paru-paru kanan dan kiri untuk berdifusi.
Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali ke atrium kiri dan bersikulasi secara
sistemik berdampak pada kemampuan transport gas oksigen dan karbon dioksida.

•           Hematologi
Oksigen membutuhkan transport dari paru-paru ke jaringan dan karbon dioksia dari
jaringan ke paru-paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah
berikatan dengan hemoglobin (Hb) dan 3 % oksigen larut dalam plasma. Setiap sel darah
merah mengandung 280 juta molekul Hb dan setiap molekul dari keempat molekul besi
dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul oksigenasi membentuk
oksihemoglobin (HbO2). Afinitas atau ikatan Hb dengan O2 dipengaruhi oleh suhu, ph,
konsentrasi 2,3 difosfogliserat dalam darah merah.
Dengan demikian besarnya Hb dan jumlah eritrosit akan memengaruhi transport gas.

E.     Faktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan oksigen.


1.       Faktor Fisiologi
a.       Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
b.      Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas
bagian atas.
c.       Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2
terganggu.
d.      Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dan lain-
lain.
e.       Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit kronik seperti TBC paru.
2.       Faktor Perkembangan
a.       Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
b.      Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
c.       Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
d.      Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
e.       Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
3.      Faktor Perilaku
a.       Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang
buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak
menimbulkan arterioklerosis.
b.      Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c.       Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
d.      Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe menurun
mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi pusat
pernapasan.
e.       Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
4.      Faktor Lingkungan
a.       Tempat kerja
b.      Suhu lingkungan
c.       Ketinggian tempat dan permukaan laut.

Perubahan-perubahan fungsi jantung yang memengaruhi kebutuhan oksigenasi :


1.        Gangguan kondiksi seperti distritmia (takikardia/bradikardia).
2.        Perubahan cardiac output, menurunnya cardiac output seoerti pada pasien dekom
menimbulkan hipoksia jaringan.
3.        Kerusakan fungsi katup seperti pada stenosis, obstruksi, regurgitasi darah yang
mengakibatkan ventrikel bekerja lebih keras.
4.        Myocardial iskhemial infark mengakibatkan kekurangan pasokan darah dari arteri
koroner ke miokardium.

F. Masalah Keperawatan Berkaitan dengan Kebutuhan Oksigen

       Masalah keperawatan yang umum terjadi terkait dengan kebutuhan oksigen ini, antara lain :

1. Tidak Efektifnya Jalan Napas

Masalah keperawatan ini menggambarkan kondisi jalan napas yang tidak bersih,
misalnya karna adanya  sumbatan, penumpukan sekret, penyempitan jalan napas oleh
karena spasme bronkus, dan lain lain.
2. Tidak efektifnya Pola Napas

Tidak efektifnya pola napas ini merupakan suatu kondisi dimana pola napas, yaitu
inspirasi dan ekspirasi, menunjukkan tidak normal. Penyebab biasanya karena kelemahan
neuromuskular, adanya sumbatan ditrakeobronkhinal, kecemasan dan lain lain.

3. Gangguan pertukaran gas

Gangguan pertukaran gas merupakan suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan


antara oksigen yang dihirup dengan karbondioksida yang dikeluarkan pada pertukaran
gas antara alveoli dan kapiler. Penyebabnya bisa karena perubahan membran alveoli,
kondisi anemia, proses penyakit, dan lain-lain

4. Penurunan perfusi jaringan

Penurunan perfusi jaringan adalah suatu keadaan dimana sel kekurangan suplai nutrisi
dan oksigen. Penyebabnya dapat terjadi karena kondisi hipovelemia, hipervolemia,
retensi karbon diogsida.

5. Intoleransi aktivitas

Intoleransi aktivitas adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan


untuk melakukan aktivirtasnya. Penyebabnya antara lain karena ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen, produksi yang dihasilkan menurun, dan lain-lain

6. Perubahan pola tidur

Gangguan kebutuhan oksigen  dapat mengakibatkan pola tidur terganggu. Kesulitan


bernafas (sesak nafas) menyebabkan seseorang tidak bisa tidur. Perubahan pola tidur juga
dapat terjadi karena kecemasan dengan penyakit yang dideritanya

7. Resiko terjadinya iskemik otak

Gangguan oksigenasi mengakibatkan suplai darah keotak berkurang. Hal tersebut


disebabkan oleh cardiac output yangmenurun, aliran darah keotak berkurang, gangguan
perfusi jaringan otak, dan lain-lain. Akibatnya, otak kekurangan oksigen  sehingga
beresiko terjadinya kerusakan jaringan otak.

ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian Keperawatan

Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :


1.      Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun
psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan
pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.
2.      Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat
perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya mengandung
unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
3.      Riwayat perkembangan
a.       Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b.      Bayi : 44 x/mnt
c.       Anak : 20 - 25 x/mnt
d.      Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e.       Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
4.      Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah /
penyakit yang sama.
5.      Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok, pekerjaan,
rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6.      Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :

a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya


b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi

7.      Riwayat spiritual


8.      Pemeriksaan fisik
a.       Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat,
darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b.      Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c.      Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian
bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan
trakhea dapat diketahui.

e. Thoraks

Inspeksi :
1)  Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya
menjadi elevasi ke atas.
2) Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk
bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter tranversal
(1:1). Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal
adalah (1 : 2)

Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya :


a.       Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai dengan diameter tranversal
sempit, diameter antero-posterior membesar dan sternum sangat menonjol ke
depan.
b.      Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri berlawanan dengan
pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter antero-
posterior mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-posterior dan
tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1.

Kelainan tulang belakang diantaranya :


a.       Kiposis atau bungkuk dimana punggung melengkung/cembung ke belakang.
b.      Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau punggung berbentuk cekung.
c.       Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi.

3) Pola napas
o   eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24 x/mnt, klien tenang,
diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya,
o   tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau
bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/mnt
o   apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.

4) Kaji volume pernapasan


o   hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara dalam paru-paru yang ditandai
dengan pernapasan yang dalam dan panjang
o   hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan
pernapasan yang lambat.

5)      Kaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu pernapasan
yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan perut.

6)      Kaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau irreguler,
-          cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan kadang
diselingi apnea.
-          kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu
pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode
apnea.
7)      Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang
dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan bernapas
hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri

8)      Perlu juga dikaji bunyi napas


o   stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas
o   stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi
o   wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul,
o   rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat inspirasi
o   ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar saat ekspirasi.

9)      Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami
o   batuk produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi,
o   non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi
o   hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah

10)  Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji  heart rate/denyut nadi
o   takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah
o   bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.
Juga perlu dikaji tekanan darah
o   hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi
o   hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.

11)  Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah


o   anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang
o   hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah kurang
o   hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam jaringan akibat kelainan
internal atau eksternal
o   cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit akibat
deoksigenasi yang berlebihan dari Hb
o   clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat kekurangan oksigen
dalam waktu yang lama.

Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan,
kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal
selama seseorang berbicara.  Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru dan dinding
dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara
pria besar.

B.  Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1.        Bersihan jalan nafas tidak efektif
2.        Pola napas tidak efektif
3.        Gangguan pertukaran gas
4.        Penurunan kardiak output
5.        Rasa berduka
6.        Koping tidak efektif
7.        Perubahan rasa nyaman
8.        Potensial/resiko infeksi
9.        Interaksi sosial terganggu
10.    Intoleransi aktifitas, dll sesuai respon klien

1.      Bersihan jalan napas tidak efektif


Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya :
•      Bunyi napas yang abnormal
•      Batuk produktif atau non produktif
•      Cianosis
•      Dispnea
•      Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan

Kemungkinan faktor penyebab :


•      Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
•      Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
•      Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
•      Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
•      Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
•     Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit untuk di
expektoran
•      Immobilisasi
•     Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi

2.      Pola napas tidak efektif


Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan tidak adekuat
Tanda-tandanya :
•      Dispnea
•      Peningkatan kecepatan pernapasan
•      Napas dangkal atau lambat
•      Retraksi dada
•      Pembesaran jari (clubbing finger)
•      Pernapasan melalui mulut
•      Penambahan diameter antero-posterior
•      Cianosis, flail chest, ortopnea
•      Vomitus
•      Ekspansi paru tidak simetris

Kemungkinan faktor penyebab :


•      Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas, nyeri
•       Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan obat anasthesi
•      Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang menyebabkan kolaps paru
•      CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli
•      Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi
•      Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang menyebabkan spasme
bronchial atau oedema
•      Penimbunan CO2 akibat penyakit paru

3.      Gangguan pertukaran gas


Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan alkalosis
respiratori.
Tanda-tandanya :
•      Dispnea,
•      Abnormal gas darah arteri
•      Hipoksia
•      Gelisah
•      Takikardia
•      Sianosis
•      Hipoksemia
•      Tingkat kedalaman irama pernafasan abnormal

Kemungkinan penyebab :
•      Penumpukan cairan dalam paru
•       Gangguan pasokan oksigen
•      Obstruksi saluran pernapasan
•      Bronkhospasme
•      Edema paru
•      Pembedahan paru

C.       Rencana Keperawatan


1.      Bersihan jalan napas tidak efektif
Inter vensi:
a.    Auskultasi dada bagian anterior dan posterior
Rasional : untuk mengetahui adanya penurunan atau  tidaknya ventilasi dan bunyi
tambahan.
b.    Lakukan pengisapan jalan napas bila diperlukan
Rasional : Merangsang terjadinya batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik
pada pasien yang tak mampu batuk secara efektif dan penurunan kesadaran
c.    Pertahankan kaedekuatan hidrasi untuk menurunkan viskositas sekresi.
Rasional : memobilisasi keluarnya sputum
d.   Instruksikan untuk batuk efektif & teknis napas dalam untuk memudahkan keluarnya
sekresi.
Rasional : memudahkan ekspansi maksimal paru atau jalan napas lebih kecil dan
membantu silia untuk mempermudah jalan napas
e.   Kolaborasi dengan berikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, bronkodilator,
analgesik
Rasional : Untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret.
f.        Kolaborasi dengan berikan obat sesuai indikasi :mukolitik, ekspektoran, bronkodilator.
Rasional : untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret
g.       Kolaborasi dengan bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain
mis : spiromerti iasentif, perkusi, drainase postural.
Rasional : memudahkan pengenceran dan pembuangan secret.

2.         Pola napas tidak efektif


a.         Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi semi fowler
Rasional : Merangsang fungsi pernapasan atau ekspansi paru
b.        Bantu klien untuk melakukan batuk efektif & napas dalam
Rasional : Meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas, sehingga mudah
untuk dikeluarkan
c.         Berikan tambahan oksigen masker/ oksigen nasal sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk kebutuhan sirkulasi.
d.        Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian ekspektoran
Rasional : Membantu mengencerkan secret, sehingga mudah untuk dikeluarkan

3.         Gangguan pertukaran gas


a.         Berikan O2  sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar dan dapat memperbaiki
hipoksemia jaringan
b.        Pantau GDA Pasien
Rasional : Nilai GDA yang normal menandakan pertukaran gas semakin membaik
c.         Pantau pernapasan
Rasional : Untuk evaluasi distress pernapasan
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta.  Penerbit
Buku Kedokteran. EGC
Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakara : EGC
NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran. EGC
Potter dan Perry,  Fundamental Keperawatan Volume 2.
Nanda NIC-NOC.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Edisi Revisi Jilid 1. Jakarta : ECG
Nanda NIC-NOC.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi Revisi
Jilid 2. Jakarta : ECG

Anda mungkin juga menyukai