PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang dalam hidupnya pasti akan menghadapi yang namanya
masalah, sikap seseorang dalam menghadapi sangat ditentukan oleh keyakinan
mereka masing-masing. Keyakinan yang dimiliki setiap orang selalu dikaitkan
dengan kepercayaan atau agama. Spiritual, keyakinan dan agama merupakan
hal yang berbeda namun seringkali diartikan sama. Penting sekali bagi seorang
perawat memahami perbedaan antara Spiritual, keyakinan dan agama guna
menghindarkan salah pengertian yang akan mempengaruhi pendekatan perawat
dengan pasien.
Pasien yang sedang dirawat dirumah sakit membutuhkan asuhan
keperawatan yang holistik dimana perawat dituntut untuk mampu memberikan
asuhan keperawatan secara komprehensif bukan hanya pada masalah secara
fisik namun juga spiritualnya.
Pasien dalam perspektif keperawatan merupakan individu, keluarga atau
masyarakat yang memiliki masalah kesehatan dan membutuhkan bantuan untuk
dapat memelihara, mempertahankan dan meningkatkan status kesehatannya
dalam kondisi optimal. Sebagai seorang manusia, klien memiliki beberapa
peran dan fungsi seperti sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan
makhluk Tuhan. Berdasarkan hakikat tersebut, maka keperawatan memandang
manusia sebagai mahluk yang holistik yang terdiri atas aspek fisiologis,
psikologis, sosiologis, kultural dan spiritual.
Tidak terpenuhinya kebutuhan manusia pada salah satu diantara dimensi di
atas akan menyebabkan ketidaksejahteraan atau keadaan tidak sehat. Kondisi
tersebut dapat dipahami mengingat dimensi fisik, psikologis, sosial, spiritual,
dan kultural merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan. Tiap bagian
dari individu tersebut tidaklah akan mencapai kesejahteraan tanpa keseluruhan
bagian tersebut sejahtera.
1
2
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan Asuhan Keperawatan spiritual pada pasien dengan ca
mammae stadium IV di RS Haji Jakarta ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui penerapan Asuhan Keperawatan spiritual pada pasien
dengan ca mamme stadium IV di RS Haji Jakarta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Aspek spiritualitas
Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan. Dimensi
ini termasuk menemukan arti, tujuan, menderita, dan kematian; kebutuhan
akan harapan dan keyakinan hidup, dan kebutuhan akan keyakinan pada diri
sendiri, dan Tuhan. Ada 5 dasar kebutuhan spiritual manusia yaitu: arti dan
tujuan hidup, perasaan misteri, pengabdian, rasa percaya dan harapan di
waktu kesusahan (Hawari, 2002).
3
4
3. Dimensi spiritual
Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau
keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan
kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik, atau
kematian. Dimensi spiritual juga dapat menumbuhkan kekuatan yang
timbul diluar kekuatan manusia (Kozier, 2004).
Spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi
eksistensial dan dimensi agama, Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan
dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada
hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa. Spirituaiitas
sebagai konsep dua dimensi. Dimensi vertikal adalah hubungan dengan
Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang,
sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri
sendiri, dengan orang lain dan dengan 9 lingkungan. Terdapat hubungan
yang terus menerus antara dua dimensi tersebut (Hawari, 2002).
5. Kesehatan spiritual
Dicapai ketika seseorang menemukan keseimbangan antara, nilai
hidup, hasil dan system kepercayaan, hubungan antara diri sendiri dan orang
lain.
Kesehatan spiritual atau kesejahteraan adalah kebutuhan untuk
mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban
agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan,
mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan
(Carson,1989).
Pada saat terjadi stress, penyakit, penyembuhan, atau kehilangan,
seseorang mungkin berbalik ke cara-cara lama dalam merespons atau
menyesuaikan dengan situasi. Sering kali gaya koping ini terdapat dalam
keyakinan atau nilai dasar orang tersebut. Keyakinan ini sering berakar
dalam spiritualitas orang tersebut. Sepanjang hidup seorang individu
mungkin tumbuh lebih spiritual, menjadi lebih menyadari tentang makna,
tujuan, dan nilai hidup.
Spiritualitas dimulai ketika anak-anak belajar tentang diri mereka dan
hubungan mereka dengan orang lain. Banyak orang dewasa mengalami
pertumbuhan spiritual ketika memasuki hubungan yang langgeng.
Kemampuan untuk mengasihi orang lain dan diri sendiri secara
bermakna adalah bukti dari kesehatan spiritualitas. Menetapkan hubungan
dengan yang maha agung, kehidupan, atau nilai adalah salah satu cara
6
6. Masalah spiritual
Ketika penyakit, kehilangan atau nyeri menyerang seseorang, kekuatan
spiritual dapat membantu seseorang ke arah penyembuhan atau pada
perkembangan kebutuhan dan perhatian spiritual. Selama penyakit atau
misalnya individu sering menjadi kurang mampu untuk merawat diri
mereka dan lebih bergantung pada orang lain untuk perawatan dan
dukungan. Distress spiritual dapat berkembang sejalan dengan seseorang
mencari makna tentang apa yang sedang terjadi, yang mungkin dapat
mengakibatkan seseorang merasa sendiri dan terisolasi dari orang lain.
Individu mungkin mempertanyakan nilai spiritual mereka, mengajukan
7
pertanyaan tentang jalan hidup seluruhnya, tujuan hidup, dan sumber dar
makna hidup.
Distres spiritual terdiri dari atas :
1. Spiritual yang sakit, yaitu kesulitan menerima kehilangan dari orang
yang dicintai atau dari penderitaan yang berat.
2. Spiritual yang khawatir, yatitu terjadi pertentangan kepercayaan dan
sistem nilai seperti adanya aborsi.
3. Spiritual yang hilang, yaitu adanya kesulitan menemukan ketenangan
dalam kegiatan keagamaan.
7. Karakteristik spiritualitas
Untuk memudahkan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
memperhatikan kebutuhan spiritual penerima layanan keperawatan, maka
perawat mutlak perlu memiliki kemampuan mengidentifikasi atau
mengenal karakteristik spiritualitas sebagai berikut:
a. Hubungan dengan diri sendiri. Kekuatan dalam atau/dan self-reliance:
1. Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya)
2. Sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan/masa
depan, ketenangan pikiran, harmoni/keselarasan dengan diri sendiri).
b. Hubungan dengan alam harmonis:
1. Mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa, dan iklim
2. Berkomunikasi dengan alam (bertanam dan berjalan kaki),
mengabadikan, dan melindungi alam.
c. Hubungan dengan orang lain harmonis/suportif:
1. Berbagi waktu, pengetahuan, dan sumber secara timbal balik
2. Mengasuh anak, orangtua, dan orang sakit
3. Meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat, dan lain-
lain).
Bila tidak harmonis akan terjadi:
1. Konflik dengan orang lain
2. Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi.
8
bukan merupakan perhatian utama pada usia ini, mereka lebih banyak
memudahkan hidup walaupun mereka tidak memungkiri bahwa mereka
sudah dewasa (Hamid, 2000).
f. Dewasa pertengahan (25-38 tahun)
Dewasa pertenghan merupakan tahap perkembangan spiritual yang
sudah benar-benar mengetahui konsep yang benar dan yang salah,
mereka menggunakan keyakinan moral, agama dan etik sebagai dasar
dari sistem nilai. Mereka sudah merencanakan kehidupan, mengevaluasi
apa yang sudah dikerjakan terhadap kepercayaan dan nilai spiritual
(Hamid, 2000).
g. Dewasa akhir (38-65 tahun)
Periode perkembangan spiritual pada tahap ini digunakan untuk
instropeksi dan mengkaji kembali dimensi spiritual, kemampuan
intraspeksi ini sama baik dengan dimensi yang lain dari diri individu
tersebut. Biasanya kebanyakan pada tahap ini kebutuhan ritual spiritual
meningkat (Hamid, 2000).
h. Lanjut usia (65 tahun sampai kematian)
Pada tahap perkembangan ini, pada masa ini walaupun
membayangkan kematian mereka banyak menggeluti spiritual sebagai
isu yang menarik, karena mereka melihat agama sebagai faktor yang
mempengaruhi kebahagian dan rasa berguna bagi orang lain. Riset
membuktikan orang yang agamanya baik, mempunyai kemungkinan
melanjutkan kehidupan lebih baik. Bagi lansia yang agamanya tidak
baik menunjukkan tujuan hidup yang kurang, rasa tidak berharga, tidak
dicintai, ketidakbebasan dan rasa takut mati. Sedangkan pada lansia
yang spiritualnya baik ia tidak takut mati dan dapat lebih mampu untuk
menerima kehidupan. Jika merasa cemas terhadap kematian disebabkan
cemas pada proses bukan pada kematian itu sendiri (Hamid, 2000).
Dimensi spiritual menjadi bagian yang komprehensif dalam
kehidupan manusia. Karena setiap individu pasti memiliki aspek
spiritual, walaupun dengan tingkat pengalaman dan pengamalan yang
12
C. Konsep Ca Mammae
1. Definisi
tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat
tumbuh dalam susu, jaringan lemak, maupun pada jaringan ikat payudara.
2. Etiologi Ca Mammae
Belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui, para peneliti
telah mengidentifikasi sekelompok faktor resiko. Riset lebih lanjut tentang
faktor-faktor resiko akan membantu dalam mengembangkan strategi yang
efektif untuk mencegah kanker payudara. Faktor-faktor resiko mencakup :
- Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker
payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja
membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh
yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.
- Ca Payudara yang terdahulu
Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena mammae adalah
organ berpasangan
- Anak perempuan dari ibu dengan kanker payudara (herediter)
21
- Ada perubahan pada puting susu : gatal, ada rasa seperti terbakar,
erosi dan terjadi retraksi
- Penyebaran ke tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan kadar
kalsium darah meningkat
- Ada pembengkakan didaerah lengan
- Adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara
- Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar
- Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun
sudah diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik
ke dalam
- Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk (Peau d' Orange)
- Benjolan menyerupai bunga kobis dan mudah berdarah
- Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh
lain.
4. Patofisiologi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi :
a) Fase Inisiasi
b) Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel
yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik
sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa
berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari.
tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu
karsinogen. kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang
disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu
karsinogen. bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel
menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
c) Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan
berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak
23
5. Stadium Ca Mammae
a) Stadium 1
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan limfonodus
(LN) dan tanpa penyebaran jauh. Tumor terbatas pada payudara dan
tidak terfiksasi pada kulit dan otot pektoralis.
b) Stadium 2a
25
6. Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya
benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi.
Sebelum menstruasi, payudara agak membengkak sehingga menyulitkan
pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :
1. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada
payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak
terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput,
lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu
atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.
2. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua
payudara.
3. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa
lagi.
4. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang
kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri
dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada
payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau
pembengkakan pada ketiak kiri.
5. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar
susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan
mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak
dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa
ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter.
Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh
secara sempurna. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak
kanan
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium meliputi:
27
8. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
- Mastectomy radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot
pectoralis mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat
namun otot pectoralis minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.
- Mastectomy total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan
otot pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan
lapisan otot dinding dada tidak diangkat.
- Lumpectomy/tumor
Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak
turut diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan
payudara normal yang berada di sekitar tumor tersebut.
- Wide excision/mastektomy parsial
Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal.
- Ouadranectomy
Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan
otot pectoralis mayor.
b. Radiotherapy
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang
pula merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan
29
A. Kasus
Ny. ”Z“ 31 tahun, ibu rumah tangga, sedang dalam pemulihan masektomi
radikal kanan. Kemarin dokter mengatakan bahwa kanker payudaranya sudah
metastatis dan prognosisnya buruk sehingga masektomi radikal kiri harus
dilakukan. Pagi ini perawat melihat Ny. Z menangis karena putus asa, kurang
tidur dan tidak nafsu makan. Awalnya Ny. Z mengatakan timbul benjolan kecil
di payudara sebelah kiri tapi oleh Ny. Z tidak pernah mengontrol kesehatannya
dan mengira benjolan biasa akhirnya lama kelamaan benjolan semakin besar
dan nyeri. Setelah di lakukan pemeriksaan Ny. Z terdiagnosa Ca Mammae
Stadium 4.
B. Asuhan keperawatan
1. Anamnesa
No. Reg : 113877
Ruang : Sakura
Tanggal MRS : 10 September 2019
Tanggal pengkajian : 10 September 2019 Jam : 09.00 WIB
Diagnose medis : Kanker payudara
A. Identitas
Nama pasien : Ny. “Z”
Umur : 31 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : Jakarta Utara
30
31
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum (TTV) sebagai berikut :
Suhu : 37,6 ̊ C
Nadi : 90 x/menit
Napas : 24 x/menit
TD : 130/85 mmHg
a. BB/TB : 54.0 kg / 167.1 cm
b. Data Diagnostik:
SDM : 3,5 X 106ml
Hb : 10,5 g/I
Ht : 35 %
c. Pengalaman dan Emosi
Saat pengkajian klien mengungkapkan bahwa ia tidak dapat
menerima keadaan sekarang ini.klien juga mengatakan kenapa allah
memberikan cobaan seperti ini, apakah saya terlalu banyak berbuat
dosa, Klien mengatakan tidak kuat dalam menghadapi masalah
selama dirawat di rumah sakit dan juga takut mati belum siap
bilamana ia akan mati. Selama dirawat di rumah sakit klien merasa
tingkat emosinya meningkat. Klien merasa malu karena di usia yang
masih terbilang muda sudah terkena kanker mamae, ia malu terhadap
32
e. Head To Toe
1. Pemeriksaan Kepala Leher
a. Rambut : Hitam, lurus
b. Kepala : Simetris, tidak ada benjolan
c. Mata : Konjungtiva tidak anemis
d. Hidung : Bersih, tidak ada polip
e. Bibir : Mukosa bibir kering
f. Gigi : Bersih
g. Telinga : Simetris
h. Leher : Tidak ada benjolan
i. Lidah : Lidah tidak kotor
2. Pemeriksaan Integumen / Kulit
a. Turgor kulit baik
b. Warna kulit kuning langsat bersih dan tidak ada lesi
3. Pemeriksaan Payudara dan ketiak
Balutan bedah lebar di dinding dada kanan kering dan utuh
4. Pemeriksaan Thorak/dada
a. Inspeksi thorak: Simetris bentuk dadanya, tidak ada kelainan
b. Auskultasi : Simetris, tidak ada suara tambahan
33
5. Jantung
a. Perkusi : Suara peka
b. Auskultasi : S1-S2 normal tidak ada suara tambahan
2. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi : Perut buncit
b. Palpasi : Nyeri jika ditekan di left lower kuadran 4
c. Perkusi : Suara kembung
d. Auskultasi : Bising usus menurun 10 x/menit
3. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
a. Genetalia : Bersih, tidak ada kelainan pada genetalia, personal
hygiene baik.
b. Anus : Anus pasien bersih, dan tidak ada bercak–bercak di
sekitarnya.
4. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Otot pasien kuat, sedikit merasa nyeri tangan sebelah kanan,
karena dipasang infus
3. Analisa Data
Nama Pasien : Ny. “Z”
Umur : 31 tahun
Symptom
No Etiologi Problem
(DS/DO)
1. DS : pasien mengatakan Penyakit Distres
bahwa Mengapa Allah kronik pada spiritual
memberikan cobaan seperti diri berupa
ini, ia merasa tidak sanggup Masektomi
menjalani cobaan seperti ini. dan
DO : Ny. “Z” menangis Ansietas
karena putus asa, kurang akibat
tidur dan tidak nafsu makan. ketakutan
Pasien terlihat putus asa. terhadap mati
34
4. Diagnosa Keperawatan
1. Distress spiritual yang berhubungan dengan ansietas karena takut
akan kematian dan penyakit kronik pada diri berupa masektomi
di tandai dengan pasien merasa berlumuran dosa, takut
menghadapi kematian.
2. Hambatan religiositas berhubungan nyeri kronis
35
5. Tindakan Keperawatan
Pukul ; 10.00
- Memberi
ketenangan,
penerimaan, dan
dukungan saat stress
R/ Pasien kooperatif
- Terbuka terhadap
ungkapan pasien
tentang kesepian dan
ketidakberdayaan
R/ Pasien lebih
tenang dan ceria
38
- Menganjurkan
kunjungan
pelayanan
keagamaan
R/ Pasien kooperarif
- Memberi jaminan
kepada pasien
bahwa perawat
selalu ada untuk
mendukung pasien
saat pasien
merasakan
penderitaan
R/ Pasien nyaman
Hambatan Setelah dilakukan - Menjelaskan - Dengan Pukul 11.00 S : Ny. “Z” mengatakan
religiositas tindakan kepada klien menjelaskan - Mengajarkan Pasien
sudah dapat
berhubungan keperawatan tentang bagaimana cara shat di atas tempat
dengan nyeri selama 4 kali bagaimana cara menjalankan tidur melakukan sholat di
kronis pertemuan (4 x 24 menjalankan shalat di atas - Memberikan Obat
tempat tidur.
jam) klien dapat shalat di atas tempat tidur klien nalgesik
menerima dan tempat tidur bisa menjalankan O : Ny. “Z” melakukan
beradaptasi shalat di atas 12.30
ibadah sholat setiap
dengan - Kolaborasi tempat tidur tanpa - Mengkaji Skala
kondisinya dengan dokter ada kesulitan. nyeri hari dan berdzikir.
sekarang dengan untuk - Dibutuhkan untuk
A : Masalah teratasi
kriteria hasil : memberikan obat menghilangkan
DS : analgesik.
39
40
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Spiritual adalah suatu perasaan terhadap keberadaan dan arti dari zat yang
lebih tinggi dari manusia yang menjadi faktor intrinsik alamiah dan merupakan
sumber penting dalam penyembuhan. Dimana dikatakan pula sebagai
keyakinan (faith) bersumber pada kekuatan yang lebih tinggi akan membuat
hidup menjadi lebih hidup dapat mendorong seseorang untuk melakukan
tindakan. Setiap interaksi dan perilaku individu sangat dipengaruhi oleh
spiritualisme yang dialami dalam kehidupan yang sangat erat hubungannya
dengan kebudayaan yang ada.
Kesehatan spiritual berkaitan erat dengan dimensi lain dan dapat dicapai
jika terjadi keseimbangan dengan dimensi lain (fisiologis, psikologis,
sosiologis, kultural). Peran perawat adalah bagaimana perawat mampu
mendorong klien untuk meningkatkan spiritualitasnya dalam berbagai kondisi,
Sehingga klien mampu menghadapi, menerima dan mempersiapkan diri
terhadap berbagai perubahan yang terjadi pada diri individu tersebut.
Pengkajian spiritual paling baik dilaksanakan setelah perawat membina
hubungan terapeutik dengan klien. Informasi dapat diperoleh mengenai konsep
klien terkait diet atau dorongan kreatif, sumber harapan dan kekuatan klien
terhadap hubungan antara kesehatan dan keyakinan spiritual. Intervensi
keperawatan yang meningkatkan kesejahteraan spiritual mencakup
menawarkan kehadiran seseorang, mendukung praktik keagamaan klien,
berdoa bersama klien, dan merujuk klien ke konselor keagamaan.
Jadi spiritualitas dan religi itu harus seimbang antara manusia dengan
Tuhan , dan antara Tuhan dan manusia. Jika tidak seimbang maka distress
spiritual akan terjadi.
Kita sebagai perawat meminta orang-orang terdekat seperti keluarga,
teman dan tokoh masyarakat (ustadz) untuk membantu dalam mendukung
41
42
proses penyembuhan klien yang mengalami distress spiritual selain obat yang
diberikan di rumah sakit.
B. Saran
Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui/menguasai tentang kesehatan
spiritual dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Potter, A.P. & Perry, A. (2006). Fundamentals of nursing. 6 th Edition. St. Louis
Missouri : Mosby-Year Book, Inc.
Price, Silvia A & Lorraine M. Wilson. (2006). Patofisiologi Vol. 2 ; Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer & Bare, B. G. (2009). Buku ajar: keperawatan medikal bedah, Vol 2 .
Jakaarta: EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI