Anda di halaman 1dari 43

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang dalam hidupnya pasti akan menghadapi yang namanya
masalah, sikap seseorang dalam menghadapi sangat ditentukan oleh keyakinan
mereka masing-masing. Keyakinan yang dimiliki setiap orang selalu dikaitkan
dengan kepercayaan atau agama. Spiritual, keyakinan dan agama merupakan
hal yang berbeda namun seringkali diartikan sama. Penting sekali bagi seorang
perawat memahami perbedaan antara Spiritual, keyakinan dan agama guna
menghindarkan salah pengertian yang akan mempengaruhi pendekatan perawat
dengan pasien.
Pasien yang sedang dirawat dirumah sakit membutuhkan asuhan
keperawatan yang holistik dimana perawat dituntut untuk mampu memberikan
asuhan keperawatan secara komprehensif bukan hanya pada masalah secara
fisik namun juga spiritualnya.
Pasien dalam perspektif keperawatan merupakan individu, keluarga atau
masyarakat yang memiliki masalah kesehatan dan membutuhkan bantuan untuk
dapat memelihara, mempertahankan dan meningkatkan status kesehatannya
dalam kondisi optimal. Sebagai seorang manusia, klien memiliki beberapa
peran dan fungsi seperti sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan
makhluk Tuhan. Berdasarkan hakikat tersebut, maka keperawatan memandang
manusia sebagai mahluk yang holistik yang terdiri atas aspek fisiologis,
psikologis, sosiologis, kultural dan spiritual.
Tidak terpenuhinya kebutuhan manusia pada salah satu diantara dimensi di
atas akan menyebabkan ketidaksejahteraan atau keadaan tidak sehat. Kondisi
tersebut dapat dipahami mengingat dimensi fisik, psikologis, sosial, spiritual,
dan kultural merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan. Tiap bagian
dari individu tersebut tidaklah akan mencapai kesejahteraan tanpa keseluruhan
bagian tersebut sejahtera.

1
2

B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan Asuhan Keperawatan spiritual pada pasien dengan ca
mammae stadium IV di RS Haji Jakarta ?

C. Tujuan
Untuk mengetahui penerapan Asuhan Keperawatan spiritual pada pasien
dengan ca mamme stadium IV di RS Haji Jakarta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keperawatan Spiritualitas dan religi


1. Definisi spiritualitas dan religi
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha
Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada
Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Spiritualitas mengandung
pengertian hubungan manusia dengan Tuhannya dengan menggunakan
instrumen (medium) sholat, puasa, zakat, haji, doa dan sebagainya (Hawari,
2002).
Berdasarkan kamus, religi berarti suatu sistem kepercayaan dan praktek
yang berhubungan dengan Yang Maha Kuasa (Smith, 1995). Pargamet
(1997) mendefinisikan religi sebagai suatu pencarian kebenaran tentang
cara-cara yang berhubungan dengan korban atau persembahan. Seringkali
kali kata spiritual dan religi digunakan secara bertukaran, akan tetapi
sebenarnya ada perbedaan antara keduanya. Dari definisi religi, dapat
digunakan sebagai dasar bahwa religi merupakan sebuah konsep yang lebih
sempit dari pada spiritual. Jadi dapat dikatakan religi merupakan jembatan
menuju spiritual yang membantu cara berfikir, merasakan, dan berperilaku
serta membantu seseorang menemukan makna hidup. Sedangkan praktek
religi merupakan cara individu mengekspresikan spiritualnya.

2. Aspek spiritualitas
Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan. Dimensi
ini termasuk menemukan arti, tujuan, menderita, dan kematian; kebutuhan
akan harapan dan keyakinan hidup, dan kebutuhan akan keyakinan pada diri
sendiri, dan Tuhan. Ada 5 dasar kebutuhan spiritual manusia yaitu: arti dan
tujuan hidup, perasaan misteri, pengabdian, rasa percaya dan harapan di
waktu kesusahan (Hawari, 2002).

3
4

Menurut Burkhardt (Hamid, 2000) spiritualitas meliputi aspek sebagai


berikut:
1. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian
dalam kehidupan
2. Menemukan arti dan tujuan hidup
3. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam
diri sendiri
4. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang
Maha Tinggi.

3. Dimensi spiritual
Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau
keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan
kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik, atau
kematian. Dimensi spiritual juga dapat menumbuhkan kekuatan yang
timbul diluar kekuatan manusia (Kozier, 2004).
Spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi
eksistensial dan dimensi agama, Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan
dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada
hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa. Spirituaiitas
sebagai konsep dua dimensi. Dimensi vertikal adalah hubungan dengan
Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang,
sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri
sendiri, dengan orang lain dan dengan 9 lingkungan. Terdapat hubungan
yang terus menerus antara dua dimensi tersebut (Hawari, 2002).

4. Berfikir kritis dan spiritual


Perawat ahli membutuhkan kemampuan untuk menggali privasi klien
untuk menerima dan mencari bantuan. Perawat memiliki caring holistik
memberdayakan mereka untuk mendapat tingkat kenyamanan dan
dukungan yang bersifat intutif. Intuitif klinik (Young, 1987) Perawat
5

mengetahui tentang klien yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.


Intusisi (rasa hangat dan empati dari dalam) memberikan aspek berpikir
kritis yang menganalisis dan merasakan isyarat yang berbeda, ingatan, dan
perasaan untuk membantu perawat memiliki kesadaran lebih baik tentang
kebutuhan klien.
Perawat mengetahui isyarat spiritual yang ditunjukkan klien selama
masa penyembuhan, perubahan, penyakit, dan kehilangan. Intuisi dapat
muncul dari rada kedekatan dengan klien.

5. Kesehatan spiritual
Dicapai ketika seseorang menemukan keseimbangan antara, nilai
hidup, hasil dan system kepercayaan, hubungan antara diri sendiri dan orang
lain.
Kesehatan spiritual atau kesejahteraan adalah kebutuhan untuk
mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban
agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan,
mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan
(Carson,1989).
Pada saat terjadi stress, penyakit, penyembuhan, atau kehilangan,
seseorang mungkin berbalik ke cara-cara lama dalam merespons atau
menyesuaikan dengan situasi. Sering kali gaya koping ini terdapat dalam
keyakinan atau nilai dasar orang tersebut. Keyakinan ini sering berakar
dalam spiritualitas orang tersebut. Sepanjang hidup seorang individu
mungkin tumbuh lebih spiritual, menjadi lebih menyadari tentang makna,
tujuan, dan nilai hidup.
Spiritualitas dimulai ketika anak-anak belajar tentang diri mereka dan
hubungan mereka dengan orang lain. Banyak orang dewasa mengalami
pertumbuhan spiritual ketika memasuki hubungan yang langgeng.
Kemampuan untuk mengasihi orang lain dan diri sendiri secara
bermakna adalah bukti dari kesehatan spiritualitas. Menetapkan hubungan
dengan yang maha agung, kehidupan, atau nilai adalah salah satu cara
6

mengembangkan spiritualitas. Kesehatan spiritualitas yang sehat adalah


sesuatu yang memberikan kedamaian dan penerimaan tentang diri dan hal
tersebut sering didasarkan pada hubungan yang langgeng dengan yang
Maha Agung. Penyakit dan kehilangan dapat mengancam dan menantang
proses perkembangan spiritual. Kesehatan spiritual tercapai ketika
seseorang menemukan keseimbangan antara nilai hidup, tujuan hidup,
sistem keyakinan, dan hubungan seseorang dengan diri sendiri atau orang
lain.
Tanda-tanda kesehatan spiritualnya adalah Seseorang yang mempunyai
karakter baik juga mempunyai kehidupan spiritual yang sehat. Dari jumlah
banyaknya keluhan orang, mungkin kalian akan segera mengetahui berapa
banyak karakter buruk yang masih tertinggal didalam diri seseorang. Dan
ketika kalian mampu menghilangkan seluruh keluhan yang kalian miliki,
kalian kemudian akan mengetahui bahwa kalian itu sehat dan tidak ada lagi
karakter buruk yang tertinggal. Hal ini sangat penting bagi seseorang untuk
memiliki karakter yang baik. Jika seseorang tidak mempunyai keluhan lagi,
berarti dia sudah memiliki kesabaran dan ini berarti dia mempunyai iman
yang sejati. Kesabaran adalah sebuah tindakan melawan semua keinginan
ego.

6. Masalah spiritual
Ketika penyakit, kehilangan atau nyeri menyerang seseorang, kekuatan
spiritual dapat membantu seseorang ke arah penyembuhan atau pada
perkembangan kebutuhan dan perhatian spiritual. Selama penyakit atau
misalnya individu sering menjadi kurang mampu untuk merawat diri
mereka dan lebih bergantung pada orang lain untuk perawatan dan
dukungan. Distress spiritual dapat berkembang sejalan dengan seseorang
mencari makna tentang apa yang sedang terjadi, yang mungkin dapat
mengakibatkan seseorang merasa sendiri dan terisolasi dari orang lain.
Individu mungkin mempertanyakan nilai spiritual mereka, mengajukan
7

pertanyaan tentang jalan hidup seluruhnya, tujuan hidup, dan sumber dar
makna hidup.
Distres spiritual terdiri dari atas :
1. Spiritual yang sakit, yaitu kesulitan menerima kehilangan dari orang
yang dicintai atau dari penderitaan yang berat.
2. Spiritual yang khawatir, yatitu terjadi pertentangan kepercayaan dan
sistem nilai seperti adanya aborsi.
3. Spiritual yang hilang, yaitu adanya kesulitan menemukan ketenangan
dalam kegiatan keagamaan.

7. Karakteristik spiritualitas
Untuk memudahkan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
memperhatikan kebutuhan spiritual penerima layanan keperawatan, maka
perawat mutlak perlu memiliki kemampuan mengidentifikasi atau
mengenal karakteristik spiritualitas sebagai berikut:
a. Hubungan dengan diri sendiri. Kekuatan dalam atau/dan self-reliance:
1. Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya)
2. Sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan/masa
depan, ketenangan pikiran, harmoni/keselarasan dengan diri sendiri).
b. Hubungan dengan alam harmonis:
1. Mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa, dan iklim
2. Berkomunikasi dengan alam (bertanam dan berjalan kaki),
mengabadikan, dan melindungi alam.
c. Hubungan dengan orang lain harmonis/suportif:
1. Berbagi waktu, pengetahuan, dan sumber secara timbal balik
2. Mengasuh anak, orangtua, dan orang sakit
3. Meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat, dan lain-
lain).
Bila tidak harmonis akan terjadi:
1. Konflik dengan orang lain
2. Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi.
8

d. Hubungan dengan ketuhanan. Agamis atau tidak agamis:


1. Sembahyang/berdoa/meditasi
2. Perlengkapan keagamaan
3. Bersatu dengan alam.
Secara ringkas, dapat dinyatakan seseorang terpenuhi kebutuhan
spiritualitasnya jika mampu:
1. Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan
keberadaannya di dunia/kehidupan
2. Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu
kejadian atau penderitaan
3. Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa
percaya, dan cinta
4. Membina integritas personal dan merasa diri berharga
5. Merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan
6. Mengembangkan hubungan antar-manusia yang positif.

8. Perkembangan aspek spiritual keperawatan


Perawat harus mengetahui tahap perkembangan spiritual dari manusia,
sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan tepat
dalam rangka memenuhi kebutuhan spiritual klien. Tahap perkembangan
klien dimulai dari lahir sampai klien meninggal dunia. Perkembangan
spiritual manusia dapat dilihat dari tahap perkembangan mulai dari bayi,
anak-anak, pra sekolah, usia sekolah, remaja, desawa muda, dewasa
pertengahan, dewasa akhir, dan lanjut usia. Secara umum tanpa memandang
aspek tumbuh-kembang manusia proses perkembangan aspek spiritual
dilhat dari kemampuan kognitifnya dimulai dari pengenalan, internalisasi,
peniruan, aplikasi dan dilanjutkan dengan instropeksi. Namun, berikut akan
dibahas pula perkembangan aspek spiritual berdasarkan tumbuh-kembang
manusia (Carson, 2002).
9

a. Bayi dan Toodler


Tahap awal perkembangan manusia dimulai dari masa
perkembangan bayi. Hamid (2000) menjelaskan bahwa perkembangan
spiritual bayi merupakan dasar untuk perkembangan spiritual
selanjutnya. Bayi memang belum memiliki moral untuk mengenal arti
spiritual. Keluarga yang spiritualnya baik merupakan sumber dari
terbentuknya perkembangan spiritual yang baik pada bayi. Oleh karena
itu, perawat dapat menjalin kerjasama dengan orang tua bayi tersebut
untuk membantu pembentukan nilai-nilai spiritual pada bayi.
Dimensi spiritual mulai menunjukkan perkembangan pada masa
kanak-kanak awal (18 bulan-3 tahun). Anak sudah mengalami
peningkatan kemampuan kognitif. Anak dapat belajar membandingkan
hal yang baik dan buruk untuk melanjuti peran kemandirian yang lebih
besar. Tahap perkembangan ini memperlihatkan bahwa anak-anak
mulai berlatih untuk berpendapat dan menghormati acara-acara ritual
dimana mereka merasa tinggal dengan aman. Observasi kehidupan
spiritual anak dapat dimulai dari kebiasaan yang sederhana seperti cara
berdoa sebelum tidur dan berdoa sebelum makan, atau cara anak
memberi salam dalam kehidupan sehari-hari. Anak akan lebih merasa
senang jika menerima pengalamanpengalaman baru, termasuk
pengalaman spiritual (Hamid, 2000).
b. Pra Sekolah
Perkembangan spiritual pada anak masa pra sekolah (3-6 tahun)
berhubungan erat dengan kondisi psikologis dominannya yaitu super
ego. Anak usia pra sekolah mulai memahami kebutuhan sosial, norma,
dan harapan, serta berusaha menyesuaikan dengan norma keluarga.
Anak tidak hanya membandingkan sesuatu benar atau salah, tetapi
membandingkan norma yang dimiliki keluarganya dengan norma
keluarga lain. Kebutuhan anak pada masa pra sekolah adalah
mengetahui filosofi yang mendasar tentang isu-isu spiritual. Kebutuhan
spiritual ini harus diperhatikan karena anak sudah mulai berfikiran
10

konkrit. Mereka kadang sulit menerima penjelasan mengenai Tuhan


yang abstrak, bahkan mereka masihkesulitan membedakan Tuhan dan
orang tuanya (Hamid, 2000).
c. Usia Sekolah
Usia sekolah merupakan masa yang paling banyak mengalami
peningkatan kualitas kognitif pada anak. Anak usia sekolah (6-12 tahun)
berfikir secara konkrit, tetapi mereka sudah dapat menggunakan konsep
abstrak untuk memahami gambaran dan makna spriritual dan agama
mereka. Minat anak sudah mulai ditunjukan dalam sebuah ide, dan anak
dapat diajak berdiskusi dan menjelaskan apakah keyakinan. Orang tua
dapat mengevaluasi pemikiran sang anak terhadap dimensi spiritual
mereka (Hamid, 2000).
d. Remaja (12-18 tahun)
Pada tahap ini individu sudah mengerti akan arti dan tujuan hidup,
Menggunakan pengetahuan misalnya untuk mengambil keputusan saat
ini dan yang akan datang. Kepercayaan berkembang dengan mencoba
dalam hidup. Remaja menguji nilai dan kepercayaan orang tua mereka
dan dapat menolak atau menerimanya. Secara alami, mereka dapat
bingung ketika menemukan perilaku dan role model yang tidak
konsisten. Pada tahap ini kepercayaan pada kelompok paling tinggi
perannya daripada keluarga. Tetapi keyakinan yang diambil dari orang
lain biasanya lebih mirip dengan keluarga, walaupun mereka protes dan
memberontak saat remaja. Bagi orang tua ini merupakan tahap paling
sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk
bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja
(Hamid, 2000).
e. Dewasa muda (18-25 tahun)
Pada tahap ini individu menjalani proses perkembangannya dengan
melanjutkan pencarian identitas spiritual, memikirkan untuk memilih
nilai dan kepercayaan mereka yang dipelajari saaat kanak-kanak dan
berusaha melaksanakan sistem kepercayaan mereka sendiri. Spiritual
11

bukan merupakan perhatian utama pada usia ini, mereka lebih banyak
memudahkan hidup walaupun mereka tidak memungkiri bahwa mereka
sudah dewasa (Hamid, 2000).
f. Dewasa pertengahan (25-38 tahun)
Dewasa pertenghan merupakan tahap perkembangan spiritual yang
sudah benar-benar mengetahui konsep yang benar dan yang salah,
mereka menggunakan keyakinan moral, agama dan etik sebagai dasar
dari sistem nilai. Mereka sudah merencanakan kehidupan, mengevaluasi
apa yang sudah dikerjakan terhadap kepercayaan dan nilai spiritual
(Hamid, 2000).
g. Dewasa akhir (38-65 tahun)
Periode perkembangan spiritual pada tahap ini digunakan untuk
instropeksi dan mengkaji kembali dimensi spiritual, kemampuan
intraspeksi ini sama baik dengan dimensi yang lain dari diri individu
tersebut. Biasanya kebanyakan pada tahap ini kebutuhan ritual spiritual
meningkat (Hamid, 2000).
h. Lanjut usia (65 tahun sampai kematian)
Pada tahap perkembangan ini, pada masa ini walaupun
membayangkan kematian mereka banyak menggeluti spiritual sebagai
isu yang menarik, karena mereka melihat agama sebagai faktor yang
mempengaruhi kebahagian dan rasa berguna bagi orang lain. Riset
membuktikan orang yang agamanya baik, mempunyai kemungkinan
melanjutkan kehidupan lebih baik. Bagi lansia yang agamanya tidak
baik menunjukkan tujuan hidup yang kurang, rasa tidak berharga, tidak
dicintai, ketidakbebasan dan rasa takut mati. Sedangkan pada lansia
yang spiritualnya baik ia tidak takut mati dan dapat lebih mampu untuk
menerima kehidupan. Jika merasa cemas terhadap kematian disebabkan
cemas pada proses bukan pada kematian itu sendiri (Hamid, 2000).
Dimensi spiritual menjadi bagian yang komprehensif dalam
kehidupan manusia. Karena setiap individu pasti memiliki aspek
spiritual, walaupun dengan tingkat pengalaman dan pengamalan yang
12

berbeda-beda berdasarkan nilai dan keyaninan mereka yang mereka


percaya. Setiap fase dari tahap perkembangan individu menunjukkan
perbedaan tingkat atau pengalaman spiritual yang berbeda (Hamid,
2000).

9. Faktor-faktor yang mempengaruhi spiritual


Menurut taylor, Lillis & Le Mone (1997) dan Craven & Hirnle (1996)
dalam Hamid (2009, p. 13) faktor penting yang dapat mempengaruhi
spiritualitas seseorang adalah :
a. Pertimbangan tahap perkembangan
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa manusia mempunyai
persepsi tentang Tuhan dan bentuk sembahyang yang berbeda menurut
usia, seks, agama, dan kepribadian manusia.
b. Keluarga
Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritual
anak. Oleh karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dan
lingkungan pertama anak dalam mempersepsikan kehidupan di dunia,
maka pandangan anak pada umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka
dalam berhubungan dengan orang tua dan saudaranya.
c. Latar belakang etnik dan budaya
Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan
sosial budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama
dan spiritual keluarga.
d. Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif
dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang. Sebaliknya juga
dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual
kejadian atau pengalaman tersebut.
e. Krisis dan perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual
seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit,
13

penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan bahkan kematian,


khususnya pada pasien terminal atau dengan prognisis yang buruk.
f. Terpisah dari ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat
individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem
dukungan sosial.
g. Isu moral terkait dengan terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai
cara tuhan untuk menunjukkan kebesarannya, walaupun ada juga agama
yang menolak intervensi pengobatan.
h. Asuhan keperawatan yang kurang sesuai
Ketika memberi asuhan keperawatan kepada klien, perawat
diharapkan peka kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai alasan
ada kemungkinan justru perawat menghindar untuk memberikan asuhan
spiritual sehingga mengakibatkan kebutuhan klien akan spiritual tidak
terpenuhi.

B. Proses keperawatan dan spiritualitas


Pada intinya keperawatan adalah komitmen tentang mengasihi (caring).
Merawat seseorang adalah suatu proses interaktif yang bersifat individual
melalui proses tersebut individu menolong satu sama lain dan menjadi
teraktualisasi (Carl,et al,1991). Suatu elemen perawatan kesehatan berkualitas
adalah untuk menunjukkan kasih sayang pada klien sehingga terbentuk
hubungan saling percaya. Rasa saling percaya diperkuat ketika pemberi
perawatan menghargai dan mendukung kesejahteraan spiritiual klien.
Penerapan proses keperawatan dari perspektif kebutuhan spiritual klien
tidak sederhana. Hal ini sangat jauh dari sekedar mengkaji praktik dan ritual
keagamaan klien. Memahami spiritualitas klien kemudian secara tepat
mengidentifikasi tingkat dukungan dan sumber yang diperlukan, membutuhkan
perspektif baru yang lebih luas. Perawat harus belajar untuk memahami aspek
positif dari spiritualiatas klien ketimbang berfikir bahwa pada saat menderita
14

suatu penyakit spiritualitas selalu mengalami ancaman. Mendukung dan


mendukung dan mengenali klien akan tersalur sepanjang pemberian asuhan
keperawatan yang efektif dari individual.
1. Pengkajian
Joint Commission on acreditation Healthcare Organizations (2000) saat
ini memandatkan bahwa setiap klien yang masuk ke intitusi keperawatan
harus dilakukan pengkajian keyakinan dan praktik spiritual. Taylor (2000)
merekomendasikan suatu pendekatan dua tingkat untuk pengkajian spiritual.
(Kozier, 2010., p.503)
Meskipun perawat melakukan pengkajian secara kontinu, pengkajian
spiritual awal paling baik dilakukan pada akhir proses pengkajian, atau
setelah pengkajian psikososial, setelah perawat membina hubungan saling
percaya dengan pasien atau orang pendukung. Perawat yang menunjukkan
kepekaan dan kehangatan personal, serta berhasil membina hubungan
terapeutik lebih mampu melakukan pengkajian spiritual. (Kozier, 2010.,
p.504).
Secara sistematis, menurut (Hamid 2008., p.20) pada dasarnya informasi
awal yang perlu digali secara umum adalah sebagai berikut.
a. Afiliasi agama
Afiliasi adalah suatu bentuk kebutuhan akan pertalian dengan orang
lain, pembentukan persahabatan, ikut serta dalam kelompok-kelompok
tertentu, kerja sama dan kooperasi (Chaplin, 2002). Afiliasi menurut
Poerwadarwinta (1986), adalah penggabungan, perkaitan, kerja sama,
penerimaan sebagai anggota (suatu golongan masyarakat atau
perkumpulan).
1. Partisipasi klien dalam kegiatan agama, apa dilakukan secara aktif atau
tidak
2. Jenis partisipasi dalam kegiatan agama
b. Keyakinan agama atau spiritual, mempengaruhi :
1. Praktik kesehatan: diet, mencari dan menerima terapi, ritual atau
upacara agama
15

2. Persepsi penyakit: hukuman, cobaan terhadap keyakinan


3. Stress koping (bagaimana reaksi orang ketika menghadapi
stress/tekanan)
c. Nilai agama atau spiritual, mempengaruhi :
1.Tujuan dan arti hidup
2. Tujuan dan ari kematian, kesehatan dan pemeliharaannya
3.Hubungan dengan tuhan, diri sendiri dan orang lain
d. Pengkajian data subjektif
Pedoman pengkajian spiritual yang disusun oleh Stoll dalam Craven
dan Hirnle (1996) dalam (Hamid 2008., p.20) mencakup empat area,
yaitu:
1. Konsep ketuhanan
2. Sumber harapan atau kekuatan
3. Praktik agama dan ritual
4. Hubungan antara keyakinan spiritual dan kondisi kesehatan
Pertanyaan yang dapat di ajukan perawat untuk memperoleh informasi
tentang pola fungsi spiritual klien, antara lain:
a. Apakah agama atau tuhan merupakan hal penting dalam kehidupan
anda?
b. Kepada siapa biasanya anda meminta bantuan?
c. Apakah anda merasa percaya bahwa agama membantu anda? jika ya,
bagaimana dapat membantu anda?
d. Apakah sakit (atau kejadian penting lainnya yang pernah anda alami)
telah mengubah perasaan anda terhadap tuhan atau praktik agama
anda?
Fish dan Shelly dalam Craven dan Hirnle (1996) dalam (Hamid,
2008, p.21) juga menambah beberapa pertanyaan yang bermanfaat
untuk mengkaji data subjektif, yaitu:
1. Mengapa anda berada dirumah sakit?
2. Apakah kondisi sakit yang anda alami telah mempengaruhi cara
anda memandang kehidupan?
16

3. Apakah penyakit anda telah mempengaruhi hubungan anda dengan


orang yang paling berarti dalam kehidupan anda?
4. Apakah kondisi sakit yang anda alami telah mempengaruhi cara
anda melihat diri sendiri?
5. Apa yang paling anda butuhkan saat ini?
e. Pengkajian data objektif
Pengkajian data objektif dilakukan melalui pengkajian klinis yang
meliputi pengkajian afek dan sikap, prilaku, verbalisasi, hubungan
interpersonal dan lingkungan. Pengkajian data objektif terutama
dilakukan melalui observasi. (Shelley & fish, 1998; Summer, 1998
dalam Kozier, 2010 p. 504 dan Hamid, 2008., p.22)
1. Afek dan sikap
Apakah pasien tampak kesepian, depresi, marah, cemas,
agitasi, apatis atau preokupasi?
2. Prilaku
a. Apakah pasien tampak berdoa sebelum makan, membaca kitab
suci atau buku agama?
b. Apakah pasien sering kali mengeluh, tidak dapat tidur, mimpi
buruk, dan berbagai bentuk gangguan tidur lainnyya serta
bercanda yang tidak sesuai atau mengekspresikan
kemarahannya terhadap agama?
3. Verbalisasi
a. Apakah pasien menyebut tentang makna dan arti hidup
b. Kebutuhan, doa atau topik keagamaan lainnya (walau hanya
sepintas)
c. Apakah pasien pernah meminta dikunjungi oleh pemuka
agama?
d. Apakah pasien mengekspresikan rasa takutnya terhadap
kematian, kepedulian terhadap arti kehidupan, konflik batin
tentang keyakinan agama, kepedulian tentang hubungan
17

dengan yang maha penguasa, arti keberadaannya di dunia, arti


penderitaan atau implikasi terapi terhadap nilai moral/etik?
4. Hubungan interpersonal (hubungan yang terdiri atas dua orang
atau lebih yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan
menggunakan pola interaksi yang konsisten)
a. Siapa pengunjung pasien?
b. Bagaimana pasien berespon terhadap pengunjung?
c. Apakah pemuka agama mengunjungi pasien?
d. Bagaimana pasien berhubungan dengan pasien lain dan
dengan tenaga keperawatan
5. Lingkungan
a. Apakah pasien membawa kitab suci atau perlengkapan
sembahyang lain?
b. Apakah pasien menerima kiriman tanda simpati dari unsur
keagamaan?
c. Apakah klien memakai pakaian yang memiliki makna
religius?
Menurut Hamid (2008)., p.23 pada umumnya
karakteristik klien yang berpotensi mengalami distress
spiritual adalah sebagai berikut.
1. Klien yang tampak kesepian dan sedikit pengunjung
2. Klien yang mengekspresikan rasa takut dan cemas
3. Klien yang mengekspresikan keraguan terhadap sistem
agama
4. Klien yang mengekspresikan rasa takut terhadap kematian
5. Klien yang akan di operasi
6. Penyakit yang berhubungan dengan emosi atau implikasi
sosial dan agama
7. Mengubah gaya hidup
8. Preokupasi tentang hubungan agama dan kesehatan
9. Tidak dapat dikunjungi oleh pemuka agama
18

10. Tidak mampu atau menolak melakukan ritual spiritual


11. Menverbalisasikan bahwa penyakit yang di deritanya
merupakan hukuman dari tuhan
12. Mengekspresikan kemarahannya kepada tuhan
13. Sedang menghadapi sakaratul maut (dying)
Tabel. Panduan Pengkajian Terfokus. Menurut Hamid, 2008., p.24
No Aspek spiritual Pertanyaan dan pendekatan
1 Keyakinan spiritual Apakah ada keyakinan spiritual atau agama
yang penting bagi anda?
Apakah keyakinan agama anda mengatur
tindakan yang berkonflik dengan terapi
yang direkomendasikan oleh dokter?
2 Praktik spiritual Uraikan praktik spiritual yang biasa anda
lakukan atau yang mengganggu
kemampuan anda uuntuk melakukannya?
Apakah saya dapat membantu anda untuk
tatap melakukannya?
3 Hubungan antara Uraikan bagaimana keyakinan spiritual
keyakinan spiritual anda mempengaruhi kehidupan anda
dengan kehidupan sehari-hari?
sehari-hari Apakah pengaruh tersebut membuat hidup
anda lebih sehat atau justru destruktif?
4 Defisit atau distress Apakah keyakinan spiritual anda akhir-
spiritual akhir inimenyebabkan distress?
5 Kebutuhan spiritual Dengan cara apa saya dan perawat lain
membantu anda memenuhi kebutuhan
spiritual anda?
Apakah anda ingin berhubungan dengan
pemuka agama?
19

6 Kebutuhan Dengan cara apa keyakinan agama anda


menemukan arti dan membantua atau menghalangi anda
tujuan mengahadapi situasi yang di alamiakhir ini
serta menghadapinya dengan keberanian
dan perasaaan damai?
7 Kebutuhan Dengan cara apa keyakinan keagamaan
mencintai dan anda membantu atau menghalangi anda
keterikatan- untuk memenuhi kebutuhan untuk dicintai
kedekatan dan mencintai?
8 Kebutuhan untuk Dengan cara apa keyakinan agama anda
mendapatkan membantu atau menghalangi anda untuk
pengampunan merasa damai?
9 Observasi prilaku Waspadai kemungkinan perubahan
penting mendadak dalam praktik spiritual,
perubahan alam perasaan, minat yang tiba-
tiba terhadap hal-hal spiritual dan gangguan
pola tidur. Semuanya ini mungkin
menunjukkan adanya kebutuhan spiritual
yang belum terpenuhi?

C. Konsep Ca Mammae
1. Definisi

Cancer mammae disebut juga dengan Carcinoma Mammae adalah sebuah

tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat

tumbuh dalam susu, jaringan lemak, maupun pada jaringan ikat payudara.

(Suryaningsih & Sukaca 2009).


20

Cancer mammae adalah keganasan yang berasal dari kelenjar, saluran


kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kullit payudara.
(Romauli & indari, 2009).

Cancer mammae adalah pertumbuhan sel yang tidak terkontrol lantaran


perubahan abnormal dari gen yang bertanggung-jawab atas pengaturan
pertumbuhan sel. Secara normal, sel payudara yang tua akan mati, lalu
digantikan oleh sel baru yang lebih ampuh. Regenerasi sel seperti ini
berguna untuk mempertahankan fungsi payudara, gen yang bertanggung-
jawab terhadap pengaturan pertumbuhan sel termutasi. Kondisi itulah yang
disebut cancer mammae. (Satmoko, 2008).

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa cancer


mammae adalah suatu keadaan dimana terjadi pertumbuhan sel yang tidak
terkendali pada payudara, sehingga menyebabkan terjadinya benjolan atau
kanker yang ganas.

2. Etiologi Ca Mammae
Belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui, para peneliti
telah mengidentifikasi sekelompok faktor resiko. Riset lebih lanjut tentang
faktor-faktor resiko akan membantu dalam mengembangkan strategi yang
efektif untuk mencegah kanker payudara. Faktor-faktor resiko mencakup :
- Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker
payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja
membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh
yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.
- Ca Payudara yang terdahulu
Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena mammae adalah
organ berpasangan
- Anak perempuan dari ibu dengan kanker payudara (herediter)
21

- Menarke dini. Resiko Ca payudara meningkat pada wanita yang


mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun.
- Nulipara dan usia maternal. Lanjut saat kelahiran anak pertama.
Wanita yang melahirkan setelah usia 30 tahun lebih berisiko
mengalami knker payudara.
- Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun.
- Riwayat penyakit payudara jinak
- Kontrasepsi oral
- Masukan alkohol setiap hari
- Hormon, diduga tidak adanya keseimbangan estrogen sehingga dapat
menyebabkan carcinoma mammae. Oleh sebab itu carcinoma
mammae lebih banyak perempuan dibandingkan dengan laki-laki
- pernah menjalani operasi ginekologi misalnya tumor ovarium
- pernah mengalami radiasi didaerah dada.
- Pernah mengalami operasi pada payudara kelainan jinak atau tumor
ganas mammae
- Disebabkan oleh tumor yang terjadi karena trauma yang berulang-
ulang iritasi yang berjalan kronis oleh karena rangsangan oleh bahan-
bahan kimiawi, zat pewarna, sinar radioaktif.
- Obesitas pasca maunopause

3. Tanda dan Gejala


- Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
- Payudara tidak simetris / mengalami perubahan bentuk dan ukuran
karena mulai timbul pembengkakan
- Ada perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar
puting susu, mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus
pada payudara
- Ada perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan, panas
- Ada cairan yang keluar dari puting susu
22

- Ada perubahan pada puting susu : gatal, ada rasa seperti terbakar,
erosi dan terjadi retraksi
- Penyebaran ke tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan kadar
kalsium darah meningkat
- Ada pembengkakan didaerah lengan
- Adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara
- Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar
- Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun
sudah diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik
ke dalam
- Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk (Peau d' Orange)
- Benjolan menyerupai bunga kobis dan mudah berdarah
- Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh
lain.

4. Patofisiologi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi :
a) Fase Inisiasi
b) Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel
yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik
sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa
berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari.
tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu
karsinogen. kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang
disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu
karsinogen. bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel
menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
c) Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan
berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak
23

akan terpengaruh oleh promosi. karena itu diperlukan beberapa faktor


untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu
karsinogen).
Kanker mammae merupakan penyebab utama kematian pada wanita
karena kanker (Maternity Nursing, 1997). Penyebab pasti belum
diketahui, namun ada beberapa teori yang menjelaskan bagaimana
terjadinya keganasan pada mammae, yaitu :
1) Mekanisme hormonal, dimana perubahan keseimbangan hormone
estrogen dan progesterone yang dihasilkan oleh ovarium
mempengaruhi factor pertumbuhan sel mammae (Smeltzer &
Bare, 2002). Dimana salah satu fungsi estrogen adalah
merangasang pertumbuhan sel mammae .Suatu penelitian
menyatakan bahwa wanita yang diangkat ovariumnya pada usia
muda lebih jarang ditemukan menderita karcinoma mammae,
tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa hormone estrogenlah
yang, menyebabkan kanker mammae pada manusia. Namun
menarche dini dan menopause lambat ternyata disertai
peninmgkatan resiko Kanker mammae dan resiko
kanker mammae lebih tinggi pada wanita yang melahirkan anak
pertama pada usia lebih dari 30 tahun.
2) Virus, Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu
menyebabkan adanya massa abnormal pada sel yang sedang
mengalami proliferasi.
3) Genetik
4) Defisiensi imun
Defisiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan
produksi interferon yang berfungsi untuk menghambat terjadinya
proliferasi sel dan jaringan kanker dan meningkatkan aktivitas
antitumor. Gangguan proliferasi tersebut akan menyebabkan
timbulnya sel kanker pada jaringa epithelial dan paling sering pada
system duktal. Mula-mula terjadi hyperplasia sel dengan
24

perkembangan sel atipikal. Sel ini akan berlanjut menjadi


karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker butuh waktu 7
tahun untuk dapat tumbuh dari sebuah sel tunggal menjadi massa
yang cukup besar untuk bias diraba. Invasi sel kanker yang
mengenai jaringan yang peka terhadap sensasi nyeri akan
menimbulkan rasa nyeri, seperti periosteum dan pelksus saraf.
Benjolan yang tumbuh dapat pecah dan terjadi ulserasi pada
kanker lanjut.

Pertumbuhan sel terjadi irregular dan bisa menyebar melalui


saluran limfe dan melalui aliran darah. Dari saluran limfe akan
sampai di kelenjer limfe menyebabkan terjadinya pembesaran
kelenjer limfe regional. Disamping itu juga bisa menyebabkan
edema limfatik dan kulit bercawak (peau d’ orange). Penyebaran
yang terjadi secara hematogen akan menyebabkan timbulnya
metastasis pada jaringan paru, pleura, otak tulang (terutama
tulang tengkorak, vertebredan panggul).

Pada tahap terminal lanjut penderita umumnya menderita


kehilangan progersif lemak tubuh dan badannya menjadi kurus
disertai kelemahan yang sangat, anoreksia dan anemia. Simdrom
yang melemahkan ini dinyatakan sebagai kakeksi kanker.

5. Stadium Ca Mammae
a) Stadium 1
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan limfonodus
(LN) dan tanpa penyebaran jauh. Tumor terbatas pada payudara dan
tidak terfiksasi pada kulit dan otot pektoralis.
b) Stadium 2a
25

Tumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan limfonodus


(LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter kurang
5 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
c) Stadium 2b
Tumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan limfonodus
(LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter lebih 5
cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
d) Stadium 3a
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus
(LN) tanpa penyebaran jauh.
e) Stadium 3b
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus
(LN) dan terdapat penyebaran jauh berupa metastasis ke
supraklavikula dengan keterlibatan limfonodus (LN) supraklavikula
atau metastasis ke infraklavikula atau menginfiltrasi/ menyebar ke
kulit atau dinding toraks atau tumor dengan edema pada tangan.
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan
pembengkakan bisa juga luka bernanah di payudara. Didiagnosis
sebagai Inflamatory Breast Cancer. Bisa sudah atau bisa juga belum
menyebar ke pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi
tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubu
f) Stadium 3c
Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe
infraklavikularipsi lateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat
metastasis kelenjar limfe mammaria interna dan metastase kelenjar
limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe supra klavikularipsi
lateral.
g) Stadium 4
Tumor yang mengalami metastasis jauh, yaitu : tulang, paru-paru, liver
atau tulang rusuk.
26

6. Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya
benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi.
Sebelum menstruasi, payudara agak membengkak sehingga menyulitkan
pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :
1. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada
payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak
terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput,
lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu
atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.
2. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua
payudara.
3. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa
lagi.
4. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang
kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri
dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada
payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau
pembengkakan pada ketiak kiri.
5. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar
susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan
mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak
dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa
ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter.
Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh
secara sempurna. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak
kanan

7. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium meliputi:
27

a. Morfologi sel darah


b. Laju endap darah
c. Tes faal hati
d. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum
atau plasma
e. Pemeriksaan sitologik
f. Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan
yang keluar spontan dari putting payudar, cairan kista atau cairan
yang keluar dari ekskoriasi
2. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi
secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk
mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap
awal. Mammografi pada masa menopause kurang bermanfaat karean
gambaran kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak.
3. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada
mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit
dengan kista. kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
4. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena
peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
5. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara
pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan
peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
6. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas,
dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif
28

terhadap massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi


terapi.
7. CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada
organ lain
8. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran
darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.

8. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
- Mastectomy radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot
pectoralis mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat
namun otot pectoralis minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.
- Mastectomy total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan
otot pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan
lapisan otot dinding dada tidak diangkat.
- Lumpectomy/tumor
Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak
turut diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan
payudara normal yang berada di sekitar tumor tersebut.
- Wide excision/mastektomy parsial
Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal.
- Ouadranectomy
Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan
otot pectoralis mayor.
b. Radiotherapy
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang
pula merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan
29

kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau


otot pectoralis, radang tenggorokan.
c. Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran
darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan,
kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.
d. Manipulasi hormonal
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah
bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy.
Dapat juga digabung dengan therapi endokrin lainnya.
BAB III
APLIKASI TEORI

A. Kasus
Ny. ”Z“ 31 tahun, ibu rumah tangga, sedang dalam pemulihan masektomi
radikal kanan. Kemarin dokter mengatakan bahwa kanker payudaranya sudah
metastatis dan prognosisnya buruk sehingga masektomi radikal kiri harus
dilakukan. Pagi ini perawat melihat Ny. Z menangis karena putus asa, kurang
tidur dan tidak nafsu makan. Awalnya Ny. Z mengatakan timbul benjolan kecil
di payudara sebelah kiri tapi oleh Ny. Z tidak pernah mengontrol kesehatannya
dan mengira benjolan biasa akhirnya lama kelamaan benjolan semakin besar
dan nyeri. Setelah di lakukan pemeriksaan Ny. Z terdiagnosa Ca Mammae
Stadium 4.

B. Asuhan keperawatan
1. Anamnesa
No. Reg : 113877
Ruang : Sakura
Tanggal MRS : 10 September 2019
Tanggal pengkajian : 10 September 2019 Jam : 09.00 WIB
Diagnose medis : Kanker payudara
A. Identitas
Nama pasien : Ny. “Z”
Umur : 31 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : Jakarta Utara

30
31

B. Data Penangggung Jawab


Nama : Tn. “R”
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : S1
Alamat : Jakarta Utara
Hubungan dengan pasien : Suami

2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum (TTV) sebagai berikut :
Suhu : 37,6 ̊ C
Nadi : 90 x/menit
Napas : 24 x/menit
TD : 130/85 mmHg
a. BB/TB : 54.0 kg / 167.1 cm
b. Data Diagnostik:
SDM : 3,5 X 106ml
Hb : 10,5 g/I
Ht : 35 %
c. Pengalaman dan Emosi
Saat pengkajian klien mengungkapkan bahwa ia tidak dapat
menerima keadaan sekarang ini.klien juga mengatakan kenapa allah
memberikan cobaan seperti ini, apakah saya terlalu banyak berbuat
dosa, Klien mengatakan tidak kuat dalam menghadapi masalah
selama dirawat di rumah sakit dan juga takut mati belum siap
bilamana ia akan mati. Selama dirawat di rumah sakit klien merasa
tingkat emosinya meningkat. Klien merasa malu karena di usia yang
masih terbilang muda sudah terkena kanker mamae, ia malu terhadap
32

keluarga terutama suaminya, ia merasa tak berdaya menghadapi


cobaan ini, klien juga mengungkapkan bahwa dirinya kurang damai
dan tidak berdaya. Saat ini klien merasa dirinya tidak mempunyai
motivasi hidup dan tujuan hidup dalam dirinya.
d. Ritual dan Ibadah
Klien mengatakan bahwa rasa nyeri di kedua payudara dengan
skala 5 telah mengganggu aktivitas beribadah. Klien mengatakan
bahwa klien kesulitan dalam menjalankan shalat di atas tempat tidur.
Ny. Z mengatakan semenjak mengalami sakit klien tidak bisa
melaksanakan kegiatan keagamaan seperti shalat berjamaah di
masjid.

e. Head To Toe
1. Pemeriksaan Kepala Leher
a. Rambut : Hitam, lurus
b. Kepala : Simetris, tidak ada benjolan
c. Mata : Konjungtiva tidak anemis
d. Hidung : Bersih, tidak ada polip
e. Bibir : Mukosa bibir kering
f. Gigi : Bersih
g. Telinga : Simetris
h. Leher : Tidak ada benjolan
i. Lidah : Lidah tidak kotor
2. Pemeriksaan Integumen / Kulit
a. Turgor kulit baik
b. Warna kulit kuning langsat bersih dan tidak ada lesi
3. Pemeriksaan Payudara dan ketiak
Balutan bedah lebar di dinding dada kanan kering dan utuh
4. Pemeriksaan Thorak/dada
a. Inspeksi thorak: Simetris bentuk dadanya, tidak ada kelainan
b. Auskultasi : Simetris, tidak ada suara tambahan
33

5. Jantung
a. Perkusi : Suara peka
b. Auskultasi : S1-S2 normal tidak ada suara tambahan
2. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi : Perut buncit
b. Palpasi : Nyeri jika ditekan di left lower kuadran 4
c. Perkusi : Suara kembung
d. Auskultasi : Bising usus menurun 10 x/menit
3. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
a. Genetalia : Bersih, tidak ada kelainan pada genetalia, personal
hygiene baik.
b. Anus : Anus pasien bersih, dan tidak ada bercak–bercak di
sekitarnya.
4. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Otot pasien kuat, sedikit merasa nyeri tangan sebelah kanan,
karena dipasang infus

3. Analisa Data
Nama Pasien : Ny. “Z”
Umur : 31 tahun
Symptom
No Etiologi Problem
(DS/DO)
1. DS : pasien mengatakan Penyakit Distres
bahwa Mengapa Allah kronik pada spiritual
memberikan cobaan seperti diri berupa
ini, ia merasa tidak sanggup Masektomi
menjalani cobaan seperti ini. dan
DO : Ny. “Z” menangis Ansietas
karena putus asa, kurang akibat
tidur dan tidak nafsu makan. ketakutan
Pasien terlihat putus asa. terhadap mati
34

2 DS : Nyeri Kronis Hambatan


- Klien mengatakan Religiositas
bahwa rasa nyeri di
kedua payudara dengan
skala 5 telah
mengganggu aktivitas
beribadah.
- Klien mengatakan
bahwa klien kesulitan
dalam menjalankan
shalat di atas tempat
tidur.
- Klien mengatakan
semenjak sakit tidak
bisa melaksanakan
kegiatan keagamaan
seperti shalat
berjamaah di masjid.
DO :
- Klien tampak lesu
- Klien tampak tidak
bersemangat saat
berbicara
- Vital Sign  TD :
130/85, N : 90x/mnt,
RR : 24 x/mnt, S :
37,5°C

4. Diagnosa Keperawatan
1. Distress spiritual yang berhubungan dengan ansietas karena takut
akan kematian dan penyakit kronik pada diri berupa masektomi
di tandai dengan pasien merasa berlumuran dosa, takut
menghadapi kematian.
2. Hambatan religiositas berhubungan nyeri kronis
35

5. Tindakan Keperawatan

Tgl/Jam Diagnosis Tujuan dan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi


Keperawatan Kriteria Hasil (NIC)
(NOC)

Distress Tujuan: - Berikan - Meningkatkan Pukul : 10.00 S : Ny. “Z” mengatakan


spiritual yang penjelasan pemahaman - Memberikan
- Setelah masih merasa takut
berhubungan hubungan antara tentang penyakit pemahaman/edukasi
dilakukan
dengan proses penyakit yang diderita dan malu.
asuhan
ansietas dan gejalanya. klien. - Memberi
keperawatan O : Ny. “Z” tampak
karena takut ketenangan,
masalah
akan kematian - Beri ketenangan, - Pasien dapat penerimaan, dan cemas, sedih,
Distres
dan penyakit penerimaan, dan merasa nyaman dukungan saat stress
spiritual dapat pandangan tidak
kronik pada dukungan saat dan menerima R/ Pasien kooperatif
teratasi
diri berupa stress atas penyakitnya focus saat
masektomi di - Membantu pasien
berbicara.
tandai dengan Kriteria hasil: - Memfasilitasi - Pasien dapat untuk merasakan
pasien merasa perkembangan merasa tenang keseimbangan dan A : Masalah belum
- Memahami
berlumuran sikap positif dan selalu berfikir hubungan dengan
bahwa teratasi
dosa, takut pada situasi positif dalam Tuhan
penyakit
menghadapi tertentu menghadapi - R/ Pasien P : Rencana Intervensi
adalah suatu
kematian penyakitnya. melaksanakan
tantangan dilanjutkan
Tidak merasa ibadah
terhadap
- Gunakan teknik cemas
sistem
klarifikasi nilai - Mendengarkan
keyakinan
untuk membantu pandangan pasien
36

- Pasien mampu tentang hubungan


- pasien melaksanakan antara kepercayaan
mengklarifikasi praktik spiritual dan kondisi
keyakinan dan keagamaan kesehatannya
nilai yang ia R/ Pasien
yakini mengungkapkan
- Pasien tidak bahwa penyakit
- Jaga privasi dan merasa kesepian adalah tantangan
beri waktu dan diperhatikan terhadap keyakinan
kepada pasien
untuk mengamati - Menggunakan
praktik teknik klarifikasi
keagamaan - Pasien dapat nilai untuk
manambah membantu pasien
- Terbuka terhadap wawasan spiritual mengklarifikasi
ungkapan pasien keyakinan dan nilai
tentang kesepian yang ia yakini
dan R/ Pasien mampu
ketidakberdayaan - Pasien mampu menjelaskan nilai
memenuhi kehidupan
- Anjurkan kebutuhanya
kunjungan (berinteraksi Pukul ; 12.00
kelayanan dengan orang - Memberi
keagamaan lain) ketenangan,
penerimaan, dan
dukungan saat stress
- Buat perubahan - Memberi - R/ Pasien kooperatif
yang diperlukan kenyamanan dan
37

pasien menurunkan rasa - Membuat perubahan


(dukungan kesepian pada yang diperlukan
keluarga atau pasien. pasien (dukungan
orang terdekat) keluarga atau orang
Beri jaminan - Pasien dapat terdekat)
kepada pasien mengandalkan R/ Pasien mau
bahwa perawat perawat untuk menjawab
selalu ada untuk selalu bersifat pertanyaan perawat
mendukung terbuka. - Menjaga privasi dan
pasien saat beri waktu kepada
pasien pasien untuk
merasakan mengamati praktik
penderitaan keagamaan
R/ Pasien
melakukan ibadah

Pukul ; 10.00
- Memberi
ketenangan,
penerimaan, dan
dukungan saat stress
R/ Pasien kooperatif
- Terbuka terhadap
ungkapan pasien
tentang kesepian dan
ketidakberdayaan
R/ Pasien lebih
tenang dan ceria
38

- Menganjurkan
kunjungan
pelayanan
keagamaan
R/ Pasien kooperarif
- Memberi jaminan
kepada pasien
bahwa perawat
selalu ada untuk
mendukung pasien
saat pasien
merasakan
penderitaan
R/ Pasien nyaman

Hambatan Setelah dilakukan - Menjelaskan - Dengan Pukul 11.00 S : Ny. “Z” mengatakan
religiositas tindakan kepada klien menjelaskan - Mengajarkan Pasien
sudah dapat
berhubungan keperawatan tentang bagaimana cara shat di atas tempat
dengan nyeri selama 4 kali bagaimana cara menjalankan tidur melakukan sholat di
kronis pertemuan (4 x 24 menjalankan shalat di atas - Memberikan Obat
tempat tidur.
jam) klien dapat shalat di atas tempat tidur klien nalgesik
menerima dan tempat tidur bisa menjalankan O : Ny. “Z” melakukan
beradaptasi shalat di atas 12.30
ibadah sholat setiap
dengan - Kolaborasi tempat tidur tanpa - Mengkaji Skala
kondisinya dengan dokter ada kesulitan. nyeri hari dan berdzikir.
sekarang dengan untuk - Dibutuhkan untuk
A : Masalah teratasi
kriteria hasil : memberikan obat menghilangkan
DS : analgesik.
39

- Klien tidak rasa nyeri atau P : Rencana tindakan di


mengeluhkan - Kaji keluhan ketidaknyamanan. hentikan dan saat
kegiatan nyeri, perhatikan pasien akan pulang di
beribadahnya lokasi, intensitas - Untuk berikan Health
(skala 1-10), mengetahui Education.
frekuensi dan berapa berat nyeri
waktu. yang dialami
klien
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan untuk menangani kasus ini dapat dilihat spiritualitas


mempunyai pengertian yaitu keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha
Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah
sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Sedangkan religi berarti suatu sistem
kepercayaan dan praktek yang berhubungan dengan Yang Maha Kuasa.
Kondisi Ny “Z” dia tidak rajin beribadah selama hidupnya, sering menangis,
tetapi dia masih bisa berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini berarti hubungan
spiritualitas dan religi dengan Tuhan tidak seimbang. Sehingga ketika dia di
diagnosis kanker payudara, dia mengalami distress spiritual. Dia menganggap
bahwa kanker payudara ini merupakan bentuk kemarahan Tuhan terhadap dirinya
yang tidak pernah beribadah seumur hidupnya.
Berdasarkan aspek spiritualitas bahwa Ny. “Z” tidak seimbang tentang
aspek spiritualitas yang berhubungan dengan sesuatu tidak diketahui atau
ketidakpastian dalam kehidupan, dimana Ny. “Z” lupa akan Tuhannya yang tidak
berwujud tetapi Tuhan itu ada. Ny. “Z” tidak seimbang dengan aspek spiritual
‘mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dengan Yang Maha Tinggi’
dimana Ny. “Z” merasa tidak terikat dengan Tuhannya. Sehingga Ny. “Z” tidak
melakukan ibadah.

40
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Spiritual adalah suatu perasaan terhadap keberadaan dan arti dari zat yang
lebih tinggi dari manusia yang menjadi faktor intrinsik alamiah dan merupakan
sumber penting dalam penyembuhan. Dimana dikatakan pula sebagai
keyakinan (faith) bersumber pada kekuatan yang lebih tinggi akan membuat
hidup menjadi lebih hidup dapat mendorong seseorang untuk melakukan
tindakan. Setiap interaksi dan perilaku individu sangat dipengaruhi oleh
spiritualisme yang dialami dalam kehidupan yang sangat erat hubungannya
dengan kebudayaan yang ada.
Kesehatan spiritual berkaitan erat dengan dimensi lain dan dapat dicapai
jika terjadi keseimbangan dengan dimensi lain (fisiologis, psikologis,
sosiologis, kultural). Peran perawat adalah bagaimana perawat mampu
mendorong klien untuk meningkatkan spiritualitasnya dalam berbagai kondisi,
Sehingga klien mampu menghadapi, menerima dan mempersiapkan diri
terhadap berbagai perubahan yang terjadi pada diri individu tersebut.
Pengkajian spiritual paling baik dilaksanakan setelah perawat membina
hubungan terapeutik dengan klien. Informasi dapat diperoleh mengenai konsep
klien terkait diet atau dorongan kreatif, sumber harapan dan kekuatan klien
terhadap hubungan antara kesehatan dan keyakinan spiritual. Intervensi
keperawatan yang meningkatkan kesejahteraan spiritual mencakup
menawarkan kehadiran seseorang, mendukung praktik keagamaan klien,
berdoa bersama klien, dan merujuk klien ke konselor keagamaan.
Jadi spiritualitas dan religi itu harus seimbang antara manusia dengan
Tuhan , dan antara Tuhan dan manusia. Jika tidak seimbang maka distress
spiritual akan terjadi.
Kita sebagai perawat meminta orang-orang terdekat seperti keluarga,
teman dan tokoh masyarakat (ustadz) untuk membantu dalam mendukung

41
42

proses penyembuhan klien yang mengalami distress spiritual selain obat yang
diberikan di rumah sakit.
B. Saran
Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui/menguasai tentang kesehatan
spiritual dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A. H. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC edisi revisi jilid I. Jogjakarta :
Mediaction Publishing.

Potter, A.P. & Perry, A. (2006). Fundamentals of nursing. 6 th Edition. St. Louis
Missouri : Mosby-Year Book, Inc.

Price, Silvia A & Lorraine M. Wilson. (2006). Patofisiologi Vol. 2 ; Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Smeltzer & Bare, B. G. (2009). Buku ajar: keperawatan medikal bedah, Vol 2 .
Jakaarta: EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI

Anda mungkin juga menyukai