Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

“KONSEP SPIRITUAL DALAM KEPERAWATAN”

Disusun Oleh :

Tingkat 2/Reguler 3

KELOMPOK 4

ELSA YUNIAR (1814401111)

TAHSYA RIA SHAFIRA (1814401112)

RAHMA SARI HSB. (1814401113)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG

PRODI D3 KEPERAWATAN

2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat mengerjakan makalah ini tepat pada waktunya yang
berjudul “Konsep Spiritual dalam Keperawatan “
Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari harapan, oleh karena itu saran
dan kritik yang konstruktif dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk menghasilkan
makalah yang lebih baik untuk masa mendatang.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua.

Bandar Lampung, 31 Juli 2019

Penyusun kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang ....................................................................................... 1


B. Rumusan masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................... 2
BAB 11 PEMBAHASAN

A. Pengertian Spiritual ............................................................................... 3


B. Pengertian Agama ...................................................................................
C. Karakteristik Spiritual .............................................................................
D. Faktor-faktor Mempengaruhi Spiritual ....................................................
E. Proses Keperawatan..................................................................................

BAB 111 PENUTUP

A. Kesimpulan ...........................................................................................
B. Saran .....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Setiap orang dalam hidupnya pasti akan menghadapi yang namanya m a s a l a h ,
sikap seseorang dalam menghadapi sangat ditentukan
o l e h keyakinan mereka masing-masing. Keyakinan yang dimiliki setiap
orangselalu dikaitkan dengan kepercayaan atau agama. Spiritual, keyakinan
danagama merupakan hal yang berbeda namun seringkali diartikan sama. Pentingsekali bagi
seorang perawat memahami perbedaan antara Spiritual, keyakinandan agama guna
menghindarkan salah pengertian yang akan mempengaruhi pendekatan perawat
dengan pasien. P a s i e n y a n g s e d a n g d i r a w a t d i r u m a h s a k i t m e m b u t u h k a n
asuhank e p e r a w a t a n y a n g h o l i s t i k d i m a n a p e r a w a t
d i t u n t u t u n t u k m a m p u memberikan asuhan keperawatan secara
k o m p r e h e n s i f b u k a n h a n y a p a d a masalah secara fisik namun juga
spiritualnya. Untuk itulah materi spiritual d i b e r i k a n k e p a d a c a l o n
p e r a w a t g u n a m e n i n g k a t k a n p e m a h a m a n d a n kemampuan perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kebutuhan spiritual.

B.Rumusan masalah
1.apa pengertian spiritualpa pengertian agama dan hubungannya dengan sehat
dan sakit !#. pa saja faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual ! $ . pa
itu support keagamaan !
C.Tujuan
1.Untuk menambah wawasan mengenai konsep kesehatan spiritual.".Untuk
mengetahui pengertian agama dan hubungannya dengan sehat dan sakit.#.Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritua.l$.Untuk
menambah pengetahuan mengenai support keagamaan.

1
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Spiritual
Kata spritualitas berasal dari bahasa inggris yaitu “spirituality”, kata dasarnya “spirit”
yang berarti roh, jiwa, semangat (Echols & Shadily,1997). Kata spirit sendiri berasal dari kata
latin “spiritus” yang berarti : luas atau dalam (breath), keteguhan hati atau keyakinan
(courage), energiatau semangat (vigor), dan kehidupan (Ingersoll, 1994). Kata sifat
spiritual berasal dari kata latin spiritualis yang berarti “of the spirit ” (kerohanian).
Menurut kamus webster (1963) kata “spirit ” berasal dari kata benda bahsa latin
“spiritus” yang berarti nafas dan kata kerja “spirare” yang berarti untuk bernafas. Melihat asal
katanya, untuk hidup adalah untuk bernapas, dan memiliki napas artinya memiliki spirit.
Menjadispiritual berarti memiliki ikatan yang lebih kepada hal yang bersifatkerohanian atau
kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat fisik ataumaterial.
Definisi tentang spiritualitas meliputi komunikasi dengan tuhan (Fox, 1983) dan
upaya seseorang untuk bersatu dengan tuhan (Magill &McGreal, 1988). Sedangkan menurut
Witmer (1989) mendefinisikan spiritualitas sebagai suatu kepercayaan akan adanya suatu
kekuatan atausuatu yang lebih agung dari diri sendiri.
Spiritualitas merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalammencapai tujuan dan
makna hidup. Disamping itu spiritual (agama)merupakan usaha untuk menciptakan sejumlah
tata aturan dan upacara.Dengan aturan-aturan tersebut, kita dapat menyelamatkan diri
darigangguan naluri serta dasar rasa takut karena agama juga menyangkutmasalah yang
berhubungan dengan batin manusia.
Aspek spiritual meliputi 3 komponen dasar yaitu: spiritual (keyakinan spiritual),
kepercayaan dan agama.
1. Spiritual, merupakan keyakinan dalam hubungannya dengan yang maha kuasa
dan maha pencipta dan percaya pada Allah atau Tuhan yang maha pencipta
2. Kepercayaan, mempercayai atau mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau
seseorang, juga dapat dikatakan upaya seseorang untuk memahami tempat
seseorang dalam kehidupan atau dapat dikatakan bagai mana seseorang
melihat dinnya dalam hubungannya dengan lingkungan
3. Agama, merupakan suatu system ibadah yang terorganisir atau teratur,
mempunyai keyakinan sentral, ritual dan praktik yang biasanya berhubungan
dengan kemaflan, perkawinan dan keselamatan dan mempunyai aturan-aturan
tertentu yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dalam memberikan
keputusan bagi yang menjankannya.

B. Pengertian Agama

Apa yang dimaksud dengan agama (religion)? Menurut KBBI, pengertian agama
adalah suatu ajaran dan sistem yang mengatur tata keimanan/ kepercayaan dan peribadatan
kepada Tuhan yang Maha Kuasa, serta tata kaidah terkait pergaulan manusia dengan manusia
serta lingkungannya.

Pendapat lain mengatakan arti agama adalah suatu kepercayaan dan penyembahan
terhadap kuasa dan kekuatan sesuatu yang luar biasa di luar diri manusia. Sesuatu yang luar
biasa itu disebutkan dengan beragam istilah sesuai dengan bahasa manusia, misalnya; Aten,
Tuhan, Yahweh, Elohim, Allah, Dewa, God, Syang-ti, dan lain sebagainya.

2
Kata “Agama” berasal dari bahasa Sansekerta yang secara umum berarti suatu tradisi,
dimana “A” artinya tidak dan “Gama” artinya kacau. Sehingga bila dilihat dari asal katanya,
definisi agama adalah suatu peraturan yang dapat menghindarkan manusia dari kekacauan,
serta mengarahkan manusia menjadi lebih teratur dan tertib.

Pengertian Agama Menurut Para Ahli

Agar lebih memahami apa arti agama, maka kita dapat merujuk pada pendapat para ahli
berikut ini:

1. Anthoni F. C. Wallace

Menurut Anthoni F. C. Wallace, pengertian agama adalah seperangkat upacara yang diberi
rasionalisasi melalui adanya mitos dan menggerakkan kekuatan supranatural agar terjadi
perubahaan keadaan pada manusia dan alam semesta.

2. Émile Durkheim

Menurut Émile Durkheim, arti agama adalah suatu sistem yang terdiri dari kepercayaan serta
praktik yang berhubungan dengan hal suci dan menyatukan para penganutnya dalam suatu
komunitas moral (umat).

3. Nicolaus Driyarkara SJ

Menurut Nicolaus Driyarkara SJ, pengertian agama adalah suatu kenyakinan karena adanya
kekuatan supranatural yang mengatur serta menciptakan alam dan seisinya.

4. Jappy Pellokila

Menurut Jappy Pellokila, pengertian agama adalah suatu keyakinan yang percaya dengan
adanya tuhan yang maha esa serta mempercayai hukum-hukumnya.

5. Damianus Hendropuspito

Menurut Damianus Hendropuspito, pengertian agama adalah suatu sistem nilai yang
mengatur hubungan antara manusia dengan alam semesta yang memiliki keterkaitan dengan
keyakinan.

C. Karakteristik Spiritual

Aspek spiritual tidak terlepas dari hubungan dengan diri sendiri (kekuatan alaxn/self
relisnce), yang meliputi: pengetahuan diri dan sikap seseorang, sedangkan hubungan dengan
alam dapat berkomunikasi dengan alam sekitarnya yang menjadi acuan kita untuk ingat
kepada Allah. Hubungan dengan orang lain (harmonis atau sportif), hubungan ini berupa
hubungan timbale balik (saling membutuhkan).

Contoh: kamu dikatakan pandai karena ada yang bodoh. Meyakini kehidupan dan
Kematian.

3
Hubungan dengan orang lain yang tidak harmonis.

Contoh: konflik dengan orang lain, resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan


dan friksi.

Hubungan dengan ketuhanan, hal ini menunjukan seseorang apakah masuk


agamis atau tidak agamis
1. Merumuskan tujuan positif didunia atau kehidupan
2. Mengembangkan arti penderitaan
3. menjalin hubungan positif dan dinamis
4. membina integritas personal dan merasa diri berharga
5. merasa kehidupan terarah melalui harapan
6. mengembangkan hubungan antar manusia yang positif

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi spiritualitas

Menurut Taylor, Lillis & Le Mone dan Craven & Hirnle, faktor penting yang dapat
mempengaruhi spiritualitas seseorang adalah sebagai berikut :

1. Pertimbangan Tahap perkembangan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat agama yang berbeda
ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk sembahyang dan
berbeda menurut usia, seks, agama, dan kepribadian anak.

Tema utama yang diuraikan oleh semua anak tentang Tuhan mencakup :

o Gambarann tentang Tuhan yang bekerja melalui kedekatan dengan manusia dan saling
keterkaitan dengan kehidupan.
o Mempercayai bahwa Tuhan terlibat dalam perubahan dan pertumbuhan diri serta
transformasi yang membuat dunia tetap segar, penuh kehidupan dan berarti.
o Meyakini Tuhan mempunyai kekuatan dan selanjutnya merasa takut menghadapi
kekuasaan Tuhan.
o Gambaran cahaya/sinar.

2. Keluarga

Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritualitas anak. Yang
penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua kepada anaknya tentang Tuhan, tetapi apa
yang anak pelajari mengenai Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari perilaku orang tua
mereka. Oleh karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman pertama anak
dalam mempersepsikan kehidupan di dunia, maka pandangan anak pada umumnya diwarnai
oleh pengalaman mereka dalam berhubungan dengan orangtua dan saudaranya.

4
2. Latar belakang etnik dan budaya

Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya.
Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak belajar
pentingnya menjalanka agama. Termasuk nilai oral dari hubungan keluarga dan peran serta
dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan. Perlu diperhatikan apapun tradisi agama atau
sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual unik bagi tiap
individu.

3. Pengalaman hidup sebelumnya

Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat


mempengaruhi spiritualitas seseorang. Sebaliknya juga dipengaruhi oleh bagaimana
seseorang mengartikan secara spiritual kejadian atau pengalaman tersebut. Sebagai contoh,
jika dua orang wanita yang percaya bahwa Tuhan mencintai umatnya, kehilangan anak
mereka karena kecelakaan, salah satu dari mereka akan bereaksi dengan mempertanyakan
keberadaan Tuhan dan tidak mau sembahyang lagi. Sedangkan wanita yang lain bahkan
sebaliknya terus berdoa dan meminta Tuhan membantunya untuk mengerti dan menerima
kehilangan anaknya.

Begitu pula pengalaman hidup yang menyenangkan sekalipun, seperti pernikahan,


pelantikan kelulusan, kenaikan pangkat atau jabatan dapat menimbulkan perasan yang
bersyukur kepada Tuhan, namun ada juga yang merasa tidak perlu mensyukurinya. Peristiwa
dalam kehidupan sering dianggap seagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia
untuk menguji kekuatan imannya. Pada saat ini, kebutuhan spiritual akan meningkat yang
memerlukan kedalaman spiritual dan kemampuan coping untuk memenuhinya.

4. Krisis dan perubahan

Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang (Troth,


Craven, dan Hirnle). Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit,
penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan bahkan kematian, khusunya pada klien dengan
penyakit terminal atau dengan prognosis yang buruk. Perubahan dalam kehidupan dan krisis
yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual selain juga pengalaman yang bersifat
fisikal dan emosional.

Krisis bisa berhubungan dengan perubahan patofisiologis, tritmen/terapi pengobatan


yang diperlukan, atau situasi yang mempengaruhi seseorang. Diagnosis penyakit atau
penyakit terminal pada umumnya akan menimbulkan pertanyaan tentang sistem kepercayaan
seseorang. Apabila klien dihadapkan pada kematian, maka keyakinan spiritual dan keinginan
untuk sembahyang/berdoa lebih tinggi dibandingkan pada pasien yang berpenyakit tidak
terminal.

5. Terpisah dari ikatan spiritual

Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat individu merasa
terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial (social support
system). Klien yang dirawat merasa terisolasi dalam ruangan yang asing baginya dan merasa
tidak aman. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara lain tidak dapat menghadiri
acara resmi, mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau

5
teman dekat yang biasa memberikan dukungan setiap saat diinginkan. Terpisahnya seseorang
dari ikatan spiritual berisiko terjadinya perubahan fungsi spiritualnya.

E. Proses Keperawatan

Proses keperawatan mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980-an. Perawat yang
dididik sebelum tahun tersebut pada umumnya belum mengenal proses keperawatan karena
kurikulum di pendidikan belum mengajarkan metode tersebut. Proses keperawatan mulai
dikenal di pendidikan keperawatan Indonesia yaitu dalam Katalog Pendidikan Diploma III
Keperawatan yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 1984. Diluar negeri istilah
proses keperawatan diperkenalkan pada tahun 1955 oleh Lidya Hall, dan sejak tahun tersebut
para pakar keperawatan mendiskripsikan proses keperawatan secara bervariasi.
Pada awal perkembangannya, proses keperawatan mempunyai tiga tahap, kemudian empat
tahap dan pada saat ini proses keperawatan mempunyai lima tahap. Proses lima tahap
pertama diperkenalkan pada tahun 1967 oleh Western Interstate Commision of Higher
Education (WICHE) yang meliputi: persepsi, komunikasi, interpretasi, intervensi, dan
evaluasi. Pada tahun yang sama para staf pengajar,Yura.H dan Walsh di Catholic University
of American mangusulkan metode empat tahap, meliputi: pengkajian, perencanaan, intervensi
dan evaluasi (Craven & Hirnle, 2000).

Pada tahun 1973, American Nurse’s Association (ANA) menerbitkan standars of


Nursing Practice dan juga National Council of State Boards of Nursing ( 1982 ) yang terdiri
dari lima tahap, meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi (Kozier et al., 1995).
Proses keperawatan terus berkembang dan kemudian istilah Nursing Diagnosis mulai
diperkenalkan dalam literatur-literatur keperawatan. Pada tahun 1973, Gebbie dan Levin dari
St.Louis University School of Nursing membantu dalam menyelenggarakan konferensi
pertama tentang klasifikasi diagnosa keperawatan di Amerika.
Pada tahun 1982, terbentuk North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) yang
setiap dua tahun mengadakan konferensi tentang klasifikasi diagnosa keperawatan (Potter &
Perry, 1997).

Pada saat ini proses keperawatan telah berkembang dan diterapkan di berbagai tatanan
pelayanan kesehatan di Indonesia, seperti rumah sakit, klinik-klinik, Puskesmas, perawatan
keluarga, perawatan kesehatan masyarakat, dan perawatan pada kelompok khusus. Namun
secara umum penerapan proses keperawatan belum optimal dan belum menggambarkan
pemecahan masalah secara ilmiah oleh perawat, karena pada dasarnya hal ini tidak terlepas
dari sumber daya keperawatan yang ada dan dukungan institusi.

“Proses Keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang ilmiah, sistematis, dinamis
dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan
pasien / klien, dimulai dari Pengkajian (Pengumpulan Data, Analisis Data dan Penentuan
Masalah) Diagnosis Keperawatan, Pelaksanaan dan Penilaian Tindakan Keperawatan
(evaluasi). Menurut Ali (1997)”.

Sebelum menyusun suatu asuhan keperawatan yang baik, kita harus memahami
langkah langkah dari proses keperawatan. Proses perawatan merupakan suatu metode bagi
perawat untuk Memberikan asuihan keperawatan kepada klien. Beberapa pengertian proses

6
kaparawatan adalah sebagai berikut Suatu metoda pemberian asuhan keperawatan yang
sistematis dan rasional (Kozier, 1991).

Metoda pemberian asuhan keperawatan yang terorganisir dan sistematis, berfokus pada
respon yang unik dari individu terhadap masalah kesehatan yang actual dan potensial
(Rosalinda,1986). Suatu aktifitas yang dinamika dan berkelanjutan yang meliputi interaksi
perawat klien dan proses pemecahan masalah (Schultz dan Videbeck).
Proses keperawatan bukan hanya sekedar pendekatan sistematik dan terorganisir melalui
enam langkah dalam mengenali masalah-masalah klien, namun merupakan suatu metode
pemecahan masalah baik secara episodic maupun secara linier. Kemudian dapat dirumuskan
diagnosa keparawatannya, dan cara pemecahan masalah.

Banyak pakar telah merumuskan definisi dari proses keperawatan (Weitzel, Marriner,
Murray, Yura, Herber, dll). Secara umum dapat dikatakan bahwa proses keperawatan adalah
metode pengorganisasian yang sistematis, dalam melakuan asuhan keperawatan pada
individu, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah
dari respn pasien terhadap penyakitnya (Tarwoto & Wartonah, 2004). Atau :
Proses keperawatan adalah :
1. Suatu pendekatan sistematis untuk mengenal masalah-masalah pasien dan mencarikan
alternatif pemecahan masalah dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien.
2. Merupakan proses pemecahan masalah yang dinamis dalam memperbaiki dan
meningkatkan kesehatan pasien sampai ke tahap maksimum.
3. Merupakan pendekatan ilmiah
4. Terdiri dari 4 tahap : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Atau, ada pula
yang menterjemahkannya ke dalam 5 tahap : pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penting bagi manusia untuk mempunyai keyakinan atau kepercayaan agar manusia
mempunyai kontrol dalam kehidupannya.Spiritual atau kepercayaan bisa menumbuhkan
kekuatan dari dalam diri manusia agar bisa bertahan dalam segala keadaan apapun.spiritual
juga bisa menumbuhkan kecerdasan emosional (EQ) Keyakinan spiritual sangat penting bagi
perawat karena dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan perilaku self care klien.
Keyakinan spiritual yang perlu dipahami ,menuntun kebiasaan hidup sehari-hari gaya hidup
atau perilaku tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan
mungkin mempunyai makna keagamaan bagi klien seperti tentang permintaan menu diet.

Sumber dukungan, spiritual sering menjadi sumber dukungan bagi seseorang untuk
menghadapi situasi stress. Dukungan ini sering menjadi sarana bagi seseorang untuk
menerima keadaan hidup yang harus dihadapi termasuk penyakit yang dirasakan.
Sumber kekuatan dan penyembuhan,individu bisa memahami distres fisik yang berat karena
mempunyai keyakinan yang kuat. Pemenuhan spiritual dapat menjadi sumber kekuatan dan
pembangkit semangat pasien yang dapat turut mempercepat proses kesembuhan.
Sumber konflik pada situasi tertentu dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien, bisa
terjadi konflik antara keyakinan agama dengan praktik kesehatan seperti tentang pandangan
penyakit ataupun tindakan terapi. Pada situasi ini, perawat diharapkan mampu memberikan
alternatif terapi yang dapat diterima sesuai keyakinan pasien.

B. Saran

perlu banyak pembelajaran tentang spiritualitas karena spiritual sangat penting bagi manusia
dalam berbagai hal. dalam ilmu kesehatan juga perlu ditingkatkan agar seorang tenaga
kesehatan tidak salah mengambil sikap atau tindakan dalam menghadapi klien dengan
gangguan spiritualitas. perhatian spiritualitas dapat menjadi dorongan yang kuat bagi klien
kearah penyembuhan atau pada perkembangan kebutuhan dan perhatian spiritualitas. untuk
itu seorang perawat tidak boleh mangesampingkan masalah spiritualitas klien.

8
DAFTAR PUSTAKA

Dr.liza,2011.konsep spiritual.sang obsesi.


Jeany.blogs.spot.com-makalah konsep dasar spiritual. Rabu, 04 Januari 2012.
Kurniawan,bayu.blogs.spot.com-kebutuhan spiritual pasien. November 25, 2011

Anda mungkin juga menyukai