Dosen Pengampu:
Ns. Aty Nurilawati. M.Kep.,Sp.Kep.J
Kelompok 5
Disusun Oleh :
1. Dewi Nuraini
2. Eka Nursyafitri
3. Fatin Azzah Wingafta
4. Fillailul Syah Hafidz
5. Indah Permata Sari Kusworo
6. Kholilah
7. Refian Nur Heriawan
8. Resti Yuli Oktavia
9. Sela Safaria
10. Syahita Rachma Dilla
Jurusan Keperawatan Program Studi Keperawatan S1
STIKES BANI SALEH
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“KONSEP STRESS DAN ADAPTASI”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada:
Dewi Nuraini
Eka Nursyafitri
Fatin Azzah Wingafta
Fillailul Syah Hafidz
Indah Permata Sari Kusworo
Kholilah
Refian Nur Heriawan
Resti Yuli Oktavia
Sela Safaria
Syahita Rachma Dilla
Namun, dalam hal penulisan makalah ini penulis juga belum sempurna. Maka dari itu, kami
juga mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun isi dari makalah kami. Saran dan
kritik dari pembaca sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan isi dari makalah ini.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................2
BAB ll PEMBAHASAN
1. Definisi Stress............................................................................................................3
2. Sumber Stress............................................................................................................3
3. Macam-macam Stress................................................................................................4
4. Model Stress..............................................................................................................5
5. Faktor Pengaruh Respon Terhadap Strestor..............................................................8
6. Tahapan Stress...........................................................................................................8
7. Reaksi Tubuh Terhadap Stress..................................................................................9
8. Indikator Stress........................................................................................................11
9. Konsep Adaptasi (Mekanisme Penyesuaian Diri)...................................................16
10. Manajemen Stress....................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia harus selalu menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia yang selalu ber- ubah-ubah.
Manusia, sebagaimana ia ada pada suatu ruang dan waktu, merupakan hasil interaksi antara
jasmani, rohani, dan lingkungan. Ketiga unsur tersebut saling memengaruhi satu dengan yang
lain. Dalam menghadapi segala masalah. kita harus mempertimbangkan ketiga unsur itu
sebagai sesuatu yang menyeluruh (holistik). Akibatnya, manusia disebut dengan makhluk
somato psikososial
Oleh sebab itu, apabila terjadi gangguan pada jasmani, akan terjadi usaha penyesuaian secara
fisik atau somatik. Demikian pula apabila terjadi gangguan pada unsur rohani, akan terjadi
usaha penyesuaian diri secara psikologis. Usaha yang dilakukan individu untuk mengatasi
stres agar terjadi keseimbangan yang tetus-menerus dalam batas tertentu dan tetap dapat
mempertahankan hidup dinamakan homeostasis.
Sumber gangguan jasmani (somatik) dan psikologi adalah stres. Apabila kita mampu
mengatasi keadaan stres, perilaku kita cenderung berorientasi pada tugas (task oriented), yang
intinya bertujuan menghadapi tuntUtan keadaan. Akan tetapi, apabila stres mengancam
perasaan, kemampuan dan harga diri, reaksi kita cenderung berorientasi pada pembelaan ego
(ego defence oriented) Penyesuaian yang berorientasi pada tugas disebut adaptasi, sedangkan
penyesuaian yang berorientasi pada pembelaan ego disebut mekanisme pertahanan diri atau
Mekanisme Pertahanan Ego (Ego Defence Mechanisme, MPE).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja macam-macam stress?
2. Apa saja faktor pengaruh respon terhadap strestor?
3. Apa saja konsep adaptasi (Mekanisme Penyesuaian Diri)?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui macam-macam stress
2. Untuk mengetahui faktor pengaruh respon terhadap strestor
3. Untuk mengetahui konsep adaptasi
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP STRES
1. DEFINISI STRES
Stres adalah satu kondisi ketika individu berespons terhadap perubahan dalam status
keseimbangan normal (Kozier, 2011).
Stres adalah segala situasi di mana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang individu
berespon dan melakukan tindakan (Selye, 1976 dalam Potter dan Perry, 2005).
Stressor adalah setiap kejadian atau stimulus yang menyebabkan individu mengalami
stres.Ketika seseorang menghadapi stressor, responnya disebut sebagai strategi koping,
respon koping, atau mekanisme koping.
2. SUMBER STRES
Terdapat banyak sumber stres, yang secara luas dapat diklasifikasikan sebagai stressor
internal atau eksternal, atau stressor perkembangan atau situasional.
a. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang, sebagai contoh, demam, kondisi
seperti kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah,
kanker atau perasaan depresi.
b. Stressor eksternal berasal dari luar individu, sebagai contoh perpindahan ke kota
lain, kematian anggota keluarga, atau tekanan dari teman sebaya, perubahan
bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran keluarga atau sosial, atau
tekanan dari pasangan.
c. Stressor perkembangan terjadi pada waktu yang dapat diperkirakan sepanjang hidup
individu. Pada setiap tahap perkembangan, tugas tertentu harus dicapai untuk
mencegah atau mengurangi stres.
d. Stressor situasional tidak dapat diperkirakan dan dapat terjadi kapan pun sepanjang
hidup. Stres situasional dapat positif dan negatif. Contoh
1) Kematian anggota keluarga
2) Pernikahan atau perceraian
3) Kelahiran anak
4) Pekerjaan baru
5) Penyakit
Sejauh mana pengaruh positif dan negatif peristiwa ini bergantung pada tahap
perkembangan individu. Sebagai contoh, kematian orang tua dapat lebih menimbulkan
stres bagi anak usia 12 tahun dibandingkan pada orang yang berusia 40 tahun
4. MODEL STRES
Asal dan efek stress dapat diperiksa dalan istilah kedokteran dan model teoritis perilaku.
Model stress digunakan untuk mengidentifikasi stresor bagi individu tertentu dan
memprediksi respons individu tersebut terhadap stresor.Setiap model menekankan aspek
stres yang berbeda.
Model stres membantu perawat mengidentifikasi stresor dalam situasi tertentu dan untuk
memprediksi respon individu.Perawat dapat menggunakan pengetahuan mengenai model
tersebut untuk membantu klien memperkuat respon koping yang sehat dan dalam
menyesuaikan respons yang tidak sehat dan tidak produktif. Tiga model utama stres
adalah model berbasis stimulus, berbasis respons, dan berbasis transaksi.
a. Model Berbasis Stimulus
Dalam model berbasis stimulus, stres didefinisikan sebagai stimulus, peristiwa
hidup, atau sekelompok situasiyang membangkitkan reaksi fisiologik dan/atau
psikologik yang dapat meningkatkan kerentanan individu terhadap penyakit.Dalam
penelitiannya, Holmes and Rahe (1976) menetapkan nilai numerik terhadap 43
perubahan atau peristiwa hidup.Skala peristiwa hidup yang menimbulkan stres
digunakan untuk mendokumentasikan pengalam individu yang relatif baru, seperti
perceraian, kehamilan, dan pensiun.Dalam sudut pandang ini, baik peristiwa positif
maupun negatif dianggap menimbulkan stres.
Skala serupa juga dikembangkan, tetapi semua skala harus digunakan dengan hati-
hati karena derajat stres yang dipicu peristiwa yang terjadi sangat invidual. Sebagai
contoh, perceraian dapat menjadi sangat traumatik bagi seseorang, sementara bagi
orang lain mungkin hanya menimbulkan relatif sedikit ansietas. Selain itu, banyak
skala belum diuji terhadap usia, status sosial ekonomi, atau kepekaan budaya.
b. Model Berbasis Respon
Stres dapat juga dipertimbangkan sebagai satu respons.Definisi ini dikembangkan
dan dijabarkan oleh Selye (1956, 1976) sebagai respons nonspesifik tubuh setiap
tuntutan yang ditimbulkan” (1976, hlm 1).Schafer (2000) mendefinisikan stres
sebagi ”pembangkitan pikiran dan tubuh sebagai respons terhadap tuntutan yang
ditimbulkannya.
Respons stres Selye ditandai dengan satu rantai atau pola kejadian fisiologik yang
disebut sindrom adaptasi umum (GAS) atau atau sindrom stres.Untuk
membedakan penyebab stres dari respon stres, Selye (1976) menciptakan istilah
stresoruntuk menunjukan setiap faktor yang menimbulkan stres dan mengganggu
keseimbangan tubuh.Stres adalah satu kondisi sehingga hanya dapat diobservasi
melalui perubahan yang ditimbulkan stres pada tubuh.Respon tubuh tersebut,
sindrom stres atau GAS, terjadi dengan pelepasan hormon adaptif tertentu dan
perubahan selanjutnya pada struktur dan komposisi kimia tubuh.Organ tubuh yang
dipengaruhi oleh stres adalah saluran cerna, kelenjar adrenal, dan struktur
limfatik.Dengan stres yang berkepanjangan, kelenjar adrenal mengalami pembesaran
yang cukup signifikan; struktur limfatik seperti timus limpa, dan nodus limfe,
mengalami atrofi (menyusut); dan ulkus yang dalam tampak di lapisan lambung.
Reaksi Alarm
Reaksi awal tubuh adalah reaksi alarm, yang menyiagakan pertumbuhan tubuh. Selye (1976)
membagi tahap ini kedalam dua bagian, yaitu: fase syok dan fase kontersyok.
Selama fase syok, stresor dapat dirasakan secara sadar atau tidak sadar oleh individu. Pada
semua kasus, sistem saraf otonom bereaksi, dan sejumlah besar epinefrin (adrenalin)dan
kortison dilepakan ketubuh. Individu kemudian siap untuk respons “lari atau lawan”.Respon
primer ini berlansung singkat, dari 1 menit hingga 24 jam.
Bagian kedua reaksi alarm disebut fase kontersyok. Selama fase ini, perubahan yang
dihasilkan oleh tubuh selama fase syok dibalik.Oleh karena itu, individu paling bagus
dimobilisasi untuk bereaksi selama fase syok reaksi alarm.
Tahap resistansi
Tahap kedua dalam sindrom GAS dan LAS, tahap resistansi, terjadi ketika tubuh beradaptasi.
Dengan kata lain, tubuh berusaha menghadapi stresor dan untuk membatasi stresor ke area
tubuh yang paling kecil yang dapat menghadapinya.
Tahap kelelahan
Selama tahap ketiga, tahap kelelahan, adaptasi yang dibuat tubuh selama tahap kedua tidak
dapat dipertahankan. Hal ini berarti bahwa cara yang digunakan untuk menghadapi stresor
telah mengalami kelelahan.
Model Berbasis Transaksi
Teori stress transaksional didasarkan pada hasil penelitian Lazarus (1996), yang
menatakan bahwa teori stimulus dan teori respons tidak mempertimbangkan
perbedaan individu. Kedua teori tersebut tidak menjelaskan factor yang membuat
sebagian orang, tetapi tidak membuat sebagian yang lain, berespons secara efektif.
Selain itu kedua teori tidak dapat mengiterpretasi mengapa sebagian orang mampu
beradaptasi dalam periode waktu yang lebih lama dibandingkan sebagian lainnya.
Lazarus menyadari bahwa tuntutan dan tekanan dan tekanan lingkungan tertentu
menimbulkan stres pada cukup banyak orang, namun menekankan bahwa kepekaan
dan kerentanan orang dan kelompok terhadap peristiwa tertentu berbeda, demikian
pula dengan interpretasi dan reaksi mereka. Sebagai contoh dalam menghadapi
penyakit, individu dapat berespons dengan penyangkalan, individu lain dengan
ansietas, dan yang lainnya dengan depresi.
Teori stres transaksional Lazarus menekankan sekelompok respons kognitif, afektif,
dan adaptif (koping) yang muncul dari transaksi individu-lingkungan. Individu dan
lingkungan tidak dapat dipisahkan; keduanya saling memengaruhi. Stress “mengacu
pada setiap kejadian ketika tuntutan lingkungan, tuntutan internal, atau keduanya
membebani atau melebihi sumber adaptif, system social, atau system jaringan
individu. Individu berespons terhadap persepsi perubahan lingkungan dengan respons
adaptif atau koping.
6. TAHAPAN STRES
a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja
yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan
tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.
b. Stres Tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar
dan letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak
dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman (boweldiscomfort), jantung berdebar,
otot tengkung dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak
memadai.
c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak teratur
(kadang-kadang diare), otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan
sulit tidur kembali (middle insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali (late
insomnia), koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
d. Stres tahap keempat, tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja
sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respons tidak
adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan,
konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
e. Stres tahap kelima, tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental
(physical dan psychologicalexhaustion), ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan
berat, meningkatnya rasa takut dan cemas , bingung dan panik.
f. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda, seperti
jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar
keringat, loyo, serta pingsan atau collaps.
8. INDIKATOR STRES
Indikator stress individu dapat fisiologis, psikologis atau kognitif.
a. Indikator fisiologis
Respons terhadap stress bervariasi, bergantung pada persepsi individu terhadap
peristiwa. Tanda dan gejala fisiologis stress muncul akibat aktivasi system simpatetik
dan system neuroendokrin tubuh.
b. Indikator Psikologis
Manifestasi psikologis stress mencakup ansietas, takut, marah depresi, dan
mekanisme pertahanan ego yang tidak disadari. Beberapa pola koping tersebut dapat
membantu; yang lain menjadi penghalang, bergantung pada situasi dan lama waktu
mekanisme tersebut digunakan atau dialami.
1) Ansietas
Reaksi umum terhadap stress adalah ansietas, satu kondisi kegelisahan mental,
keprihatinan, ketakutan, atau firasat atau perasaan putus asa karena ancaman yang
akan terjadi atau ancaman antisipasi yang tidak dapat diidentifikasikan terhadap
diri sendiri atau terhadap hubungan yang bermakna. Ansietas dapat dialami pada
tingkat sadar, setengah sadar, atau tidak sadar. Empat hal yang membedakan
ansietas dengan takut adalah:
a) Sumber ansietas tidak dapat diidentifikasi; sumber rasa takut dapat
diidentifikasi
b) Ansietas dikaitkan dengan masa depan, yaitu, untuk kejadian yang
diantisipasi. Rasa takt dikaitkan dengan kondisi saat ini.
c) Ansietas bersifat tidak jelas, sementara rasa takut bersifat pasti.
d) Ansietas merupakan akibat konflik psikologis atau emosi; rasa takut
merupakan akibat entitas fisik atau psikologis yang mempunyai ciri tersendiri.
Adaptasi merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau diperoleh karena
belajar dari pengalaman dan mengatasi stres. Cara mengatasi stres dapat berupa
membatasi tempat terjadinya stres, mengurangi, atau menetralisasi pengaruhnya.
Adaptasi adalah suatu cara penyesuaian yang berorientasi pada tugas (taskoriented).
b. Tujuan Adaptasi
1) Menhadapai tuntutan keadaan secara sadar
2) Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik
3) Menghadapi tuntutan keadaan secara objektif
4) Menghadapi tuntutan keadaan secara rasional
Cara yang ditempuh dapat bersifat terbuka maupun tertutup, antara lain:
1) Menghadapi tuntutan secara frontal (terang-terangan)
2) Regresi (menarik diri) atau tidak mau tahu sama sekali
3) Kompromi (atau kesepakatan)
Contoh:
Seorang mahasiswa gagal dalam ujian akhir program, mungkin ia akan bekerja keras
(terang-terangan), regresi dengan keluar dari pendidikan, serta mungkin mau
mengulang lagi dengan berusaha semampunya (kompromi).
c. Jenis Adaptasi
1) Adaptasi fisiologik – bisa terjadi secara lokal atau umum
Contoh: Seseorang mampu mengatasi stres, tangannya tidak berkeringat dan
tidak gemetar, serta wajahnya tidak pucat.
2) Adaptasi psikologis – bisa terjadi secara:
a) Sadar: Individu mencoba memecahkan/menyesuaikan diri dengan masalah.
b) Tidak sadar: Menggunakan mekanisme pertahanan diri (defencemechanism).
c) Menggunakan gejala fisik (konversi) atau psikofisiologik/psikosomatik
Apabila seseorang mengalami hambatan atau kesulitan dalam beradaptasi, baik
berupa tekanan, perubahan, maupun ketegangan emosi dapat menimbulkan stres.
Stres bisa terjadi apabila tuntutan atau keinginan diri tidak terpenuhi.
d. Berhenti Merokok
Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi streskarena dapat
meningkatkan status kesehatan dan mempertahankanketahanan dan kekebalan tubuh.
e. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya
stres. Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh
akan semakin baik, segala penyakitdapat dihindari karena minuman keras banyak
mengandung alkohol.
f. Pengaturan Berat Badan
Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapatmenyebabkan timbulnya stres
karena mudah menurunkan daya tahantubuh terhadap stres. Keadaan tubuh yang
seimbang akan meningkatkanketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.
g. Pengaturan Waktu
Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi
stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaan yang dapat menimbulkan
kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara
menggunakan waktu secara efektif dan efisien serta melihat aspek produktivitas
waktu. Seperti menggunakan waktu untuk menghasilkkan sesuatu dan jangan
biarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
h. Terapi Psikofarmaka
Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengatasi stresyang dialami
dengan cara memutuskan jaringan antara psikoneuro danimunologi sehingga stresor
psikososial yang dialami tidak mempengaruhifungsi kognitif, afektif atau
psikomotor yang dapat mengganggu organtubuh yang lain. Obat-obatan yang
biasanya digunakan adalah anti cemasdan anti depresi.
i. Terapi Somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibatstres yang dialami
sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu systemtubuh yang lain.
j. Psikoterapi
Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yangdisesuaikan dengan
kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputipsikoterapi suportif dan psikoterapi
reedukatif di mana psikoterapi suportifini memberikan motivasi atas dukungan agar
pasien mengalami percayadiri, sedangkan psikoterapi reedukatif dilakukan dengan
memberikanpendidikan secara berulang. Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif,
psikoterapi kognitif dan lain-lain.
k. Terapi Psikoreligius
Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalammengatasi permasalahan
psikologis mengingat dalam mengatasi ataumempertahankan kehidupan seseorang
harus sehat secara fisik, psikis,sosial dan sehat spiritual sehingga stres yang dialami
dapat diatasi.
Menurut Dadang Hawari (2002, dalam Alimul 2008), manajemen stres yang lain adalah
dengan cara meningkatkan strategi koping yaitu koping yang berfokus pada emosi dan
koping yang berfokus pada masalah. Penggunaan koping yang berfokus pada emosi
dengan cara pengaturan respons emosional dari stresmelalui perilaku individu seperti
cara meniadakan fakta-fakta yang tidak menyenangkan, kontrol diri, membuat jarak,
penilaian secara positif, menerima tanggung jawab, lari dari kenyataan (menghindar).
Sedangkan strategi koping berfokus pada masalah dengan mempelajari cara-cara atau
keterampilan yang dapat menyelesaikan masalah seperti merencanakan problem
solving dan meningkatkan dukungan sosial, teknik lain dalam mengatasi stres adalah
relaksasi, retrukturisasi kognitif, meditasi, terapi multi model dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya
pengetahuan yang ada hubungannya dengan makalah ini
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman
pada umumnya.
Daftar Pustaka
1. Kozier, Barbara. Erb, Glenora. Berman, Audrey. Snyder, Shirlee J. 2011. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.
2. Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata. Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.
3. Sunaryo. 2013. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC