Anda di halaman 1dari 22

“MAKALAH PSIKOSOSIAL; KONSEP STRESS DAN ADAPTASI”

Dosen Pengampu:
Ns. Aty Nurilawati. M.Kep.,Sp.Kep.J

Kelompok 5
Disusun Oleh :
1. Dewi Nuraini
2. Eka Nursyafitri
3. Fatin Azzah Wingafta
4. Fillailul Syah Hafidz
5. Indah Permata Sari Kusworo
6. Kholilah
7. Refian Nur Heriawan
8. Resti Yuli Oktavia
9. Sela Safaria
10. Syahita Rachma Dilla
Jurusan Keperawatan Program Studi Keperawatan S1
STIKES BANI SALEH
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“KONSEP STRESS DAN ADAPTASI”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada:

 Dewi Nuraini
 Eka Nursyafitri
 Fatin Azzah Wingafta
 Fillailul Syah Hafidz
 Indah Permata Sari Kusworo
 Kholilah
 Refian Nur Heriawan
 Resti Yuli Oktavia
 Sela Safaria
 Syahita Rachma Dilla
Namun, dalam hal penulisan makalah ini penulis juga belum sempurna. Maka dari itu, kami
juga mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun isi dari makalah kami. Saran dan
kritik dari pembaca sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan isi dari makalah ini.

Bekasi, 22 Oktober 2019


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................2

BAB ll PEMBAHASAN

1. Definisi Stress............................................................................................................3
2. Sumber Stress............................................................................................................3
3. Macam-macam Stress................................................................................................4
4. Model Stress..............................................................................................................5
5. Faktor Pengaruh Respon Terhadap Strestor..............................................................8
6. Tahapan Stress...........................................................................................................8
7. Reaksi Tubuh Terhadap Stress..................................................................................9
8. Indikator Stress........................................................................................................11
9. Konsep Adaptasi (Mekanisme Penyesuaian Diri)...................................................16
10. Manajemen Stress....................................................................................................18

BAB lll PENUTUP.............................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia harus selalu menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia yang selalu ber- ubah-ubah.
Manusia, sebagaimana ia ada pada suatu ruang dan waktu, merupakan hasil interaksi antara
jasmani, rohani, dan lingkungan. Ketiga unsur tersebut saling memengaruhi satu dengan yang
lain. Dalam menghadapi segala masalah. kita harus mempertimbangkan ketiga unsur itu
sebagai sesuatu yang menyeluruh (holistik). Akibatnya, manusia disebut dengan makhluk
somato psikososial

Oleh sebab itu, apabila terjadi gangguan pada jasmani, akan terjadi usaha penyesuaian secara
fisik atau somatik. Demikian pula apabila terjadi gangguan pada unsur rohani, akan terjadi
usaha penyesuaian diri secara psikologis. Usaha yang dilakukan individu untuk mengatasi
stres agar terjadi keseimbangan yang tetus-menerus dalam batas tertentu dan tetap dapat
mempertahankan hidup dinamakan homeostasis.

Sumber gangguan jasmani (somatik) dan psikologi adalah stres. Apabila kita mampu
mengatasi keadaan stres, perilaku kita cenderung berorientasi pada tugas (task oriented), yang
intinya bertujuan menghadapi tuntUtan keadaan. Akan tetapi, apabila stres mengancam
perasaan, kemampuan dan harga diri, reaksi kita cenderung berorientasi pada pembelaan ego
(ego defence oriented) Penyesuaian yang berorientasi pada tugas disebut adaptasi, sedangkan
penyesuaian yang berorientasi pada pembelaan ego disebut mekanisme pertahanan diri atau
Mekanisme Pertahanan Ego (Ego Defence Mechanisme, MPE).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja macam-macam stress?
2. Apa saja faktor pengaruh respon terhadap strestor?
3. Apa saja konsep adaptasi (Mekanisme Penyesuaian Diri)?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui macam-macam stress
2. Untuk mengetahui faktor pengaruh respon terhadap strestor
3. Untuk mengetahui konsep adaptasi
BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP STRES
1. DEFINISI STRES
Stres adalah satu kondisi ketika individu berespons terhadap perubahan dalam status
keseimbangan normal (Kozier, 2011).
Stres adalah segala situasi di mana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang individu
berespon dan melakukan tindakan (Selye, 1976 dalam Potter dan Perry, 2005).
Stressor adalah setiap kejadian atau stimulus yang menyebabkan individu mengalami
stres.Ketika seseorang menghadapi stressor, responnya disebut sebagai strategi koping,
respon koping, atau mekanisme koping.

2. SUMBER STRES
Terdapat banyak sumber stres, yang secara luas dapat diklasifikasikan sebagai stressor
internal atau eksternal, atau stressor perkembangan atau situasional.
a. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang, sebagai contoh, demam, kondisi
seperti kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah,
kanker atau perasaan depresi.
b. Stressor eksternal berasal dari luar individu, sebagai contoh perpindahan ke kota
lain, kematian anggota keluarga, atau tekanan dari teman sebaya, perubahan
bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran keluarga atau sosial, atau
tekanan dari pasangan.
c. Stressor perkembangan terjadi pada waktu yang dapat diperkirakan sepanjang hidup
individu. Pada setiap tahap perkembangan, tugas tertentu harus dicapai untuk
mencegah atau mengurangi stres.
d. Stressor situasional tidak dapat diperkirakan dan dapat terjadi kapan pun sepanjang
hidup. Stres situasional dapat positif dan negatif. Contoh
1) Kematian anggota keluarga
2) Pernikahan atau perceraian
3) Kelahiran anak
4) Pekerjaan baru
5) Penyakit
Sejauh mana pengaruh positif dan negatif peristiwa ini bergantung pada tahap
perkembangan individu. Sebagai contoh, kematian orang tua dapat lebih menimbulkan
stres bagi anak usia 12 tahun dibandingkan pada orang yang berusia 40 tahun

3. MACAM –MACAM STRES


Ditinjau dari penyebab, maka stres dibagi menjadi tujuh macam, di antaranya:
1) Stres fisik
Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur yang tinggi
atau yang sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau karena tegangan arus
listrik.
2) Stres kimiawi
Stres ini disebabkan karena zat kimiawi seperti obat-obatan, zat beracun asam, basa,
faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena pengaruh senyawa kimia.
3) Stres mikrobiologik
Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau parasit.
4) Stres fisiologik
Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh diantaranya gangguan
dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan lain-lain.
5) Stres proses pertumbuhan dan perkembangan
Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan seperti pada
pubertas, perkawinan dan proses lanjut usia.
6) Stres psikis atau emosional
Stres yang disebabkan karena gangguan stimulus psikologis atauketidakmampuan
kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri sepertihubungan interpersonal, sosial
budaya atau faktor keagamaan (Alimul,2008).

4. MODEL STRES
Asal dan efek stress dapat diperiksa dalan istilah kedokteran dan model teoritis perilaku.
Model stress digunakan untuk mengidentifikasi stresor bagi individu tertentu dan
memprediksi respons individu tersebut terhadap stresor.Setiap model menekankan aspek
stres yang berbeda.
Model stres membantu perawat mengidentifikasi stresor dalam situasi tertentu dan untuk
memprediksi respon individu.Perawat dapat menggunakan pengetahuan mengenai model
tersebut untuk membantu klien memperkuat respon koping yang sehat dan dalam
menyesuaikan respons yang tidak sehat dan tidak produktif. Tiga model utama stres
adalah model berbasis stimulus, berbasis respons, dan berbasis transaksi.
a. Model Berbasis Stimulus
Dalam model berbasis stimulus, stres didefinisikan sebagai stimulus, peristiwa
hidup, atau sekelompok situasiyang membangkitkan reaksi fisiologik dan/atau
psikologik yang dapat meningkatkan kerentanan individu terhadap penyakit.Dalam
penelitiannya, Holmes and Rahe (1976) menetapkan nilai numerik terhadap 43
perubahan atau peristiwa hidup.Skala peristiwa hidup yang menimbulkan stres
digunakan untuk mendokumentasikan pengalam individu yang relatif baru, seperti
perceraian, kehamilan, dan pensiun.Dalam sudut pandang ini, baik peristiwa positif
maupun negatif dianggap menimbulkan stres.
Skala serupa juga dikembangkan, tetapi semua skala harus digunakan dengan hati-
hati karena derajat stres yang dipicu peristiwa yang terjadi sangat invidual. Sebagai
contoh, perceraian dapat menjadi sangat traumatik bagi seseorang, sementara bagi
orang lain mungkin hanya menimbulkan relatif sedikit ansietas. Selain itu, banyak
skala belum diuji terhadap usia, status sosial ekonomi, atau kepekaan budaya.
b. Model Berbasis Respon
Stres dapat juga dipertimbangkan sebagai satu respons.Definisi ini dikembangkan
dan dijabarkan oleh Selye (1956, 1976) sebagai respons nonspesifik tubuh setiap
tuntutan yang ditimbulkan” (1976, hlm 1).Schafer (2000) mendefinisikan stres
sebagi ”pembangkitan pikiran dan tubuh sebagai respons terhadap tuntutan yang
ditimbulkannya.
Respons stres Selye ditandai dengan satu rantai atau pola kejadian fisiologik yang
disebut sindrom adaptasi umum (GAS) atau atau sindrom stres.Untuk
membedakan penyebab stres dari respon stres, Selye (1976) menciptakan istilah
stresoruntuk menunjukan setiap faktor yang menimbulkan stres dan mengganggu
keseimbangan tubuh.Stres adalah satu kondisi sehingga hanya dapat diobservasi
melalui perubahan yang ditimbulkan stres pada tubuh.Respon tubuh tersebut,
sindrom stres atau GAS, terjadi dengan pelepasan hormon adaptif tertentu dan
perubahan selanjutnya pada struktur dan komposisi kimia tubuh.Organ tubuh yang
dipengaruhi oleh stres adalah saluran cerna, kelenjar adrenal, dan struktur
limfatik.Dengan stres yang berkepanjangan, kelenjar adrenal mengalami pembesaran
yang cukup signifikan; struktur limfatik seperti timus limpa, dan nodus limfe,
mengalami atrofi (menyusut); dan ulkus yang dalam tampak di lapisan lambung.
 Reaksi Alarm
Reaksi awal tubuh adalah reaksi alarm, yang menyiagakan pertumbuhan tubuh. Selye (1976)
membagi tahap ini kedalam dua bagian, yaitu: fase syok dan fase kontersyok.
Selama fase syok, stresor dapat dirasakan secara sadar atau tidak sadar oleh individu. Pada
semua kasus, sistem saraf otonom bereaksi, dan sejumlah besar epinefrin (adrenalin)dan
kortison dilepakan ketubuh. Individu kemudian siap untuk respons “lari atau lawan”.Respon
primer ini berlansung singkat, dari 1 menit hingga 24 jam.
Bagian kedua reaksi alarm disebut fase kontersyok. Selama fase ini, perubahan yang
dihasilkan oleh tubuh selama fase syok dibalik.Oleh karena itu, individu paling bagus
dimobilisasi untuk bereaksi selama fase syok reaksi alarm.

 Tahap resistansi
Tahap kedua dalam sindrom GAS dan LAS, tahap resistansi, terjadi ketika tubuh beradaptasi.
Dengan kata lain, tubuh berusaha menghadapi stresor dan untuk membatasi stresor ke area
tubuh yang paling kecil yang dapat menghadapinya.
 Tahap kelelahan
Selama tahap ketiga, tahap kelelahan, adaptasi yang dibuat tubuh selama tahap kedua tidak
dapat dipertahankan. Hal ini berarti bahwa cara yang digunakan untuk menghadapi stresor
telah mengalami kelelahan.
 Model Berbasis Transaksi
Teori stress transaksional didasarkan pada hasil penelitian Lazarus (1996), yang
menatakan bahwa teori stimulus dan teori respons tidak mempertimbangkan
perbedaan individu. Kedua teori tersebut tidak menjelaskan factor yang membuat
sebagian orang, tetapi tidak membuat sebagian yang lain, berespons secara efektif.
Selain itu kedua teori tidak dapat mengiterpretasi mengapa sebagian orang mampu
beradaptasi dalam periode waktu yang lebih lama dibandingkan sebagian lainnya.
Lazarus menyadari bahwa tuntutan dan tekanan dan tekanan lingkungan tertentu
menimbulkan stres pada cukup banyak orang, namun menekankan bahwa kepekaan
dan kerentanan orang dan kelompok terhadap peristiwa tertentu berbeda, demikian
pula dengan interpretasi dan reaksi mereka. Sebagai contoh dalam menghadapi
penyakit, individu dapat berespons dengan penyangkalan, individu lain dengan
ansietas, dan yang lainnya dengan depresi.
Teori stres transaksional Lazarus menekankan sekelompok respons kognitif, afektif,
dan adaptif (koping) yang muncul dari transaksi individu-lingkungan. Individu dan
lingkungan tidak dapat dipisahkan; keduanya saling memengaruhi. Stress “mengacu
pada setiap kejadian ketika tuntutan lingkungan, tuntutan internal, atau keduanya
membebani atau melebihi sumber adaptif, system social, atau system jaringan
individu. Individu berespons terhadap persepsi perubahan lingkungan dengan respons
adaptif atau koping.

5. FAKTOR PENGARUH RESPON TERHADAP STRESOR


Respons terhadap segala bentuk stresor bergantung pada fungsi fisiologis, kepribadian,
dan karakteristik perilaku, seperti juga halnya sifat dari stresor tersebut.sifat stresor
mencakup faktor-faktor berikut ini:
a. Intensitas
b. Cakupan
c. Durasi
d. Jumlah dan sifat dari stresor
Setiap faktor mempengaruhi respons terhadap stresor.Seseorang dapat saja mencerap
intensitas atau besarnya stresor sebagai minimal, sedang, atua berat. Makin besar stresor,
makin besar respons stress yang ditimbulkan. Sama halnya, cakupan dari stresor dapat
digambarkan sebagai terbatas, sedang, atau luas.Makin besar cakupan stresor, makin
besar respons klien yang ditujukan terhadap stresor tersebut (Lazarus & Folkman, 1984
dalam Perry dan Potter, 2005).

6. TAHAPAN STRES
a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja
yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan
tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.
b. Stres Tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar
dan letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak
dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman (boweldiscomfort), jantung berdebar,
otot tengkung dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak
memadai.
c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak teratur
(kadang-kadang diare), otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan
sulit tidur kembali (middle insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali (late
insomnia), koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
d. Stres tahap keempat, tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja
sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respons tidak
adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan,
konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
e. Stres tahap kelima, tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental
(physical dan psychologicalexhaustion), ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan
berat, meningkatnya rasa takut dan cemas , bingung dan panik.
f. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda, seperti
jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar
keringat, loyo, serta pingsan atau collaps.

7. REAKSI TUBUH TERHADAP STRES


Menurut seorang pelopor penelitian mengenai stres yang dilahirkan di Austria, Hans
Selye (1974, 1983), stres sebenarnya adalah kerusakan yang dialami tubuh akibat
berbagai tuntutan yang ditempatkan padanya. Berapapun kejadian dari lingkungan atau
stimulus yang menghasilkan respon stres yang sama pada tubuh. Selye mengamati pasien
yang memiliki masalah yang berbeda-beda: kematian seseorang yang dekat, kehilangan
pekerjaan, ditangkap karena melakukan penggelapan. Tanpa memperhatikan masalah
seperti apa yang dihadapi oleh seorang pasien, gejala yang serupa muncul: hilangnya
nafsu makan, otot menjadi lemah, dan menurunnya minat terhadap dunia.
Sindrom adaptasi umum (generaladaptationsyndrome/GAS) adalah konsep yang
dikemukakan oleh Selye yang menggambarkan efek umum pada tubuh ketika ada
tuntutan yang ditempatkan pada tubuh tersebut. GAS terdiri dari tiga tahap: peringatan,
perlawanan, dan kelelahan. Pertama, pada tahap peningkatan alarm, individu memasuki
kondisi shock yang bersifat sementara, suatu masa di mana pertahanan terhadap stres ada
di bawah normal. Individu mengenali keberadaan stres dan mencoba menghilangkannya.
Otot menjadi lemah, suhu tubuh menurun, dan tekanan darah juga menurun. Kemudian
tubuh mengalami apa yang disebut countershock, di mana pertahanan terhadap stres
mulai muncul; korteks adrenal mulai membesar, dan pengeluaran hormon meningkat.
Tahap alarm berlangsung singkat. Tidak lama kemudian, individu bergerak memasuki
tahap perlawanan (resistence), di mana pertahanan terhadap stres menjadi semakin
intensif, dan semua upaya dilakukan untuk melawan stres. Pada tahap pertahanan, tubuh
individu dipenuhi oleh hormon stres; tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, dan
pernapasan semua meningkat. Bila semua upaya yang dilakukan untuk melawan stres
ternyata gagal dan stres tetap ada, individu pun memasuki tahap kelelahan (exhausted),
di mana kerusakan pada tubuh semakin meningkat, orang yang bersangkutan mungkin
akan jatuh pingsan di tahap kelelahan ini, dan kerentanan terhadap penyakit pun
meningkat.
Walupun demikian tidak semua stres itu buruk. Eustress adalah konsep Selye yang
menggambarkan sisi positifdari stres. Berkompetisi di suatu kejuaraan atletik, menulis
karangan, atau mengajar seseorang yang membuat tubuh menghabiskan energi. Selye
tidak mengatakan bahwa kita harus menghindari semua pengalaman seperti ini dalam
kehidupan kita, namun ia menekankan bahwa kita harus meminimalkan kerusakan pada
tubuh kita.
Salah satu kritik utama terhadap pandangan Selye adalah bahwa manusia tidak selalu
bereaksi terhadap stres dengan cara yang sama seperti yang ia kemukaka. Masih banyak
lagi yang harus dipahami mengenai stres pada manusia daripada sekedar mengetahui
reaksi fisik manusia terhadap stres. Kita juga perlu mengetahui kepribadian mereka,
susunan fisik mereka, persepsi mereka, dan konteks di mana stresor, atau penyebab stres,
muncul (Hobfoll, 1989).

8. INDIKATOR STRES
Indikator stress individu dapat fisiologis, psikologis atau kognitif.
a. Indikator fisiologis
Respons terhadap stress bervariasi, bergantung pada persepsi individu terhadap
peristiwa. Tanda dan gejala fisiologis stress muncul akibat aktivasi system simpatetik
dan system neuroendokrin tubuh.
b. Indikator Psikologis
Manifestasi psikologis stress mencakup ansietas, takut, marah depresi, dan
mekanisme pertahanan ego yang tidak disadari. Beberapa pola koping tersebut dapat
membantu; yang lain menjadi penghalang, bergantung pada situasi dan lama waktu
mekanisme tersebut digunakan atau dialami.
1) Ansietas
Reaksi umum terhadap stress adalah ansietas, satu kondisi kegelisahan mental,
keprihatinan, ketakutan, atau firasat atau perasaan putus asa karena ancaman yang
akan terjadi atau ancaman antisipasi yang tidak dapat diidentifikasikan terhadap
diri sendiri atau terhadap hubungan yang bermakna. Ansietas dapat dialami pada
tingkat sadar, setengah sadar, atau tidak sadar. Empat hal yang membedakan
ansietas dengan takut adalah:
a) Sumber ansietas tidak dapat diidentifikasi; sumber rasa takut dapat
diidentifikasi
b) Ansietas dikaitkan dengan masa depan, yaitu, untuk kejadian yang
diantisipasi. Rasa takt dikaitkan dengan kondisi saat ini.
c) Ansietas bersifat tidak jelas, sementara rasa takut bersifat pasti.
d) Ansietas merupakan akibat konflik psikologis atau emosi; rasa takut
merupakan akibat entitas fisik atau psikologis yang mempunyai ciri tersendiri.

Ansietas dapat dimanifestasikan pada empat tingkat:


a) Ansietas ringan mencipttakan kondisi sedikit bergairah yang meningkatkan
kemampuan persepsi, pembelajaran dan produktif. Sebagian besar individu
yang sehat mengalami ansietas ringan, mungkin sebagai perasaan gelisah
ringan yang mendorong seseorang untuk mencari informasi dan mengajukan
pertanyaan.
b) Ansietas sedang meningkatkan status gairah ke satu titik ketika seseorang
mengekspresikan perasaan tegang, cemas, atau khawatir. Kemampuan
persepsi semakin sempit. Perhatian lebih difokuskan pada aspek tertentu
situasi dibandingkan aktivitas perifer.
c) Ansietas berat menghabiskan sebagian besar energy individu dan
membuuhkan intervensi. Persepsi mengalami penurunan lebih lanjut. Individu
tidak mampu berfokus terhadap apa yang benar-benar terjadi dan hanya focus
pada satu detail spesifik situasi yang menimbulkan ansietas.
d) Panic adalah tingkat kecemasan yang menakutkan dan sangat membebani
sehingga membuat individu kehilangan kendali. Panic lebih jarang dialami
dibandingkan dengan tingkat kecemasan lain.
2) Takut
Takut adalah emosi atau rasa khawatir yang dibangkitkan oleh persepsi bahaya,
nyeri atau ancaman lain yang akan terjadi atau tampak. Rasa takut mungkin
sebagai respons terhadap sesuatu yang sudah terjadi, sebagai respons terhadap
ancaman yang segera muncul atau sudah muncul, atau sebagai respons terhadap
sesuatu yang diyakini sesorang akan terjadi. Objek rasa takut mungkin
berdasarkan pada realitas, mungkin juga tidak.Sebagai contoh, mahasiswa
keperawatan baru mungkin takut dalam mengantisipasi pengalaman pertama di
tatanan perawatan pasien.Mahasiswa mungkin takut tidak mau dirawat oleh
mahasiswa atau mahasiswa secara tidak sengaja membahayakan klien.
3) Marah
Marah adalah status ekonomi yang terdiri dari perasaan subjektif rasa bermusuhan
atau ketidak senangan yang kuat.Individu dapat merasa bersalah ketika meraka
marah karena diajarkan bahwa merasa marah itu salah. Akan tetapi, marah dapat
diekspresikan dalam cara verbal yang tidak membuat Si empunya marah dijauhi;
dengan demikian, marah dipertimbangkan sebagai emosi positif dan sebagai tanda
kedewasaan emosi karena pertumbuhan dan manfaat interaksi yang
doitimbulkannya.
Ekspresi marah verbal dapat dipertimbangkan sebagai tanda terhadap orang lain
atas ketidak nyamanan psikologis internal individu dan sebagai permintaan
bantuan untuk menghadapi persepsi stress. Sebaliknya, permusuhan biasanya
ditandai dengan antagonism dan perilaku merusak atau destruktif; agresi adalah
serangan tanpa pemicu atau tindakan atau pandangan bermusuhan, mencederai,
atau merusak; dan kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik untuk mencederai
atau menganiaya.Kemarahan diekspresikan secara verbal, berbeda dari rasa
bermusuhan, agresi, dan kekerasan, tetapi dapat mengakibatkan kekerasan dan
kerusakan apabila marah menetap dan tak jua reda.
Komunikasi verbal marah yang diekspresikan secara jelas, ketika orang yang
marah mengatakan kepada orang lain mengenai kemarahannya dan dengan cermat
mengidentifikasi sumbernya merupakan tindakan konstruktif. Kejelasan
komunikasi ini membuat kemarahan “dikeluarkan” sehingga orang lain dapat
memahami rasa marah tersebut dan membantu meredakannya. Orang yang marah
“meluapkan” kemarahannya dan mencegah akumulasi emosi.
4) Depresi
Depresi adalah reaksi umu terhadap kejadian yang tampak kacau atau
negatif.Depresi,perasaan sedih, putus asa, kekesalan, perasaan tak berharga, atau
kekosongan ekstrem, terjadi pada jutaan orang Amerikasetiap tahun. Tanda dan
gejala depresi dan tingkat keparahan masalah berbeda pada setiap klien dan
bergantung pada makna kejadian pemicu. Gejala emosi mencakup perasaan
kelelahan, kesedihan,kehampaan, atau mati rasa.Tanda perilaku depresi termasuk
iritabilitas, ketidak mampuan untuk berkonsentrasi, kesulitan dalam membuat
keputusan, kehilangan gairah seksual, menangis, gangguan tidur, dan menarik
diri.Tanda fisik depresi mencakup kehilangan nafsu makan, penurunan berat
badan, konstipasi, sakit kepala, dan limbung. Banyak orang menalami depresi
periodesingkat sebagai respons terhadap kejadian pemicu stress yang sangat
banyak, seperti kematian orang yang dicintai atau kehilangan pekerjaan; akan
tetapi, depresi berkepanjangan, merupakan penyebab kekhawatiran dan dapat
membutuhkan penanganan.
5) Mekanisme Pertahanan Ego Yang Tak Disadari
Mekanisme pertahanan ego yang tak disadariadalah mekanisme adaptif
psikologik, atau dalam pernyataan Sigmund Freud (1946), mekanisme mental
yang brkembang saat personalitas berupaya mempertahankan diri, menciptakan
gangguan terhadap impuls, yang bertentangan, dan meredakan ketegangan di
dalam diri. Mekanisme pertahanan adalah pikiran yang tidak disadari yang bekerja
untuk melindungi individu dari ansietas.Mekanisme pertahanan dapat
dipertimbangkan sebagai precursor mekanisme koping kognitif yang disadari yang
akhirnya memecahkan masalah.Seperti beberapa respons verbal dan motoric,
mekanisme pertahanan melepaskan ketegangan.Deskripsi mekanisme ini dan
contoh penggunaannya yang adaptif dan mal adaptif.
c. Indikator Kognitif
Indicator kognitif stress adalah respons berpikir yang mencakup pemecahan masalah,
penstrukturan, control diri atau disiplin diri, supresi dan fantasi. Pemecahan masalah
mencakup berpikir melalui situasi yang mengancam, menggunakan langkah spesifik
atau mencapai solusi.Individu mengkaji situasi yang mengancam, menggunakan
langkah yang spesifik untuk mencapai solusi.Individu mengkaji situasi atau masalah,
menganalisis atau mendefinisikannya, memilih alternative, melaksanakan alternative
yang dipiih, dan mengevaluasi apakah solusinya berhasil.
Penstrukturanadalah perencanaan atau menipulasi situasi sehingga kejadian yang
mengancam tidak tejadi.Sebagai contoh seorang perawat dapat menstruktur atau
mengontrol wawancara dengan klien dengan mengajukan hanya pertanyaan lansung
dan tertutup. Penstrukturan dapat menjadi produktif pada situasi tertentu.Individu
menjadwalkan pemeriksaan gigi enam bulan sekali untuk mencegah penyakit gigi
yang parah menggunakan penstrukturan yang produktif.
 Kontrol diri (disiplin) adalah menunjukan perilaku dan ekspresi wajah yang
menggambarkan rasa dapat mengontrol atau berwenang. Ketika control diri mencegah
panic dan tindakan membahayakan atau tindakan non produkif dalam situasi yang
mengancam, control diri merupakan respons bermanfaat yang menunjukkan kekuatan.
Akan tetapi, control diri terlalu ekstrem dapat menunda pemecahan masalah dan
mencegah individu menerima dukngan dari orang lain, yang mungkin
menganggapnya mampu menangani situasi dengan baik, tenang, atau tidak khawatir.
 Supresi adalah menempatkan pikiran atau perasaan di luar ingatannya secara disadari
dan disengaja. “saya tidak mau menghadapi hal itu hari ini. Saya akan melakukannya
besok.” Respons ini menurunkan stres sementara, tetapi tidak memecahkan masalah.
Seorang pria yang tetap mengabaikan sakit gigi, dengan menekannya diluar ingatan
karena ia takut merasa sakit,tidak akan meredakan gejala yang dialaminya.
 Fantasi atau bermimpisama dengan berkhayal. Keinginan dan harapan yang tidak
terpenuhi dibayangkan terpenuhi, atau pengalaman yang mengancam dikerjakan
kembali atau diulang kembali sehingga akhirnya dapat berbeda dari kenyataan.
Pengalaman dapat dibangkitkan kembali, setiap hari masalah diselesaikan, dan
rencana masa depan disusun. Hasil masalah yang sedang dihadapi juga dapat
difantasikan. Sebagai contoh seorang klien yang menunggu hasil biopsy payudara
dapat memfantasikan bahwa dokter bedah mengatakan. “Anda tidak mengidap
kanker.”Respons fantasi dapat membantu apabila menimbulkan pemecahan masalah.
Sebagai contoh, klien yang menunggu hasi biopsy payudara dapat berkata pada
dirinya sendiri, “meskipun dokter mengatakan, ‘Anda mengidap kanker’, asalkan ia
juga mengatakan bahwa kanker tersebut dapat disembuhkan, saya dapat
menerimanya.” Fantasi dapat destruktif dan non produktif apabila indivdu
menggunakannya secara berlebihan dan melarikan diri dari kenyataan.

9. KONSEP ADAPTASI (MEKANISME PENYESUAIAN DIRI)


a. Pengertian
Ada beberapa pengertian tentang mekanisme penyesuaian diri, antara lain:
1) W.A. Gerungan (1996) menyebutkan bahwa “Penyesuaian diri adalah
mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah
lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri)”.
Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan sifatnya pasif (autoplastis),
misalnya seorang bidan desa harus dapat menyesuaikan diri dengan norma-
norma dan nilai-nilai yang dianut masyarakat desa tempat ia bertugas.
Sebaliknya, apabila individu berusaha untuk mengubah lingkungan sesuai
dengan keinginan diri, sifatnya adalah aktif (alloplastis), misalnya seorang bidan
desa ingin mengubah perilaku ibu-ibu di desa untuk meneteki bayi sesuai
manajemen laktasi.
2) Menurut Soeharto Heerdjan (1987), “Penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku
yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan”.

Adaptasi merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau diperoleh karena
belajar dari pengalaman dan mengatasi stres. Cara mengatasi stres dapat berupa
membatasi tempat terjadinya stres, mengurangi, atau menetralisasi pengaruhnya.
Adaptasi adalah suatu cara penyesuaian yang berorientasi pada tugas (taskoriented).
b. Tujuan Adaptasi
1) Menhadapai tuntutan keadaan secara sadar
2) Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik
3) Menghadapi tuntutan keadaan secara objektif
4) Menghadapi tuntutan keadaan secara rasional

Cara yang ditempuh dapat bersifat terbuka maupun tertutup, antara lain:
1) Menghadapi tuntutan secara frontal (terang-terangan)
2) Regresi (menarik diri) atau tidak mau tahu sama sekali
3) Kompromi (atau kesepakatan)

Contoh:
Seorang mahasiswa gagal dalam ujian akhir program, mungkin ia akan bekerja keras
(terang-terangan), regresi dengan keluar dari pendidikan, serta mungkin mau
mengulang lagi dengan berusaha semampunya (kompromi).
c. Jenis Adaptasi
1) Adaptasi fisiologik – bisa terjadi secara lokal atau umum
Contoh: Seseorang mampu mengatasi stres, tangannya tidak berkeringat dan
tidak gemetar, serta wajahnya tidak pucat.
2) Adaptasi psikologis – bisa terjadi secara:
a) Sadar: Individu mencoba memecahkan/menyesuaikan diri dengan masalah.
b) Tidak sadar: Menggunakan mekanisme pertahanan diri (defencemechanism).
c) Menggunakan gejala fisik (konversi) atau psikofisiologik/psikosomatik
Apabila seseorang mengalami hambatan atau kesulitan dalam beradaptasi, baik
berupa tekanan, perubahan, maupun ketegangan emosi dapat menimbulkan stres.
Stres bisa terjadi apabila tuntutan atau keinginan diri tidak terpenuhi.

10. MANAJEMEN STRES


Istilah manajemen stres merujuk pada identifikasi dan analisis terhadap permasalahan
yang terkait dengan stres dan aplikasi berbagai alat teraupetik untuk mengubah sumber
stres atau pengalaman stres (Cotton dalam Intan 2012). Munandar (2001) mendefinisikan
manajemen stres sebagai usaha untuk mencegah timbulnya stres, meningkatkan ambang
stres dari individu dan menampung akibat fisiologikal dari stress.
Stres merupakan sumber dari berbagai penyakit pada manusia. Apabilastres tidak cepat
ditanggulangi atau dikelola dengan baik, maka akan berdampaklebih lanjut seperti
mudah terjadi gangguan atau terkena penyakit. Untukmencegah dan mengatasi stres agar
tidak sampai ke tahap yang paling berat, makadapat dilakukan dengan cara :
a. Pengaturan Diet dan Nutrisi
Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalammengurangi atau
mengatasi stres melalui makan yang teratur, menubervariasi, hindari makan daging
dan monoton karena dapat menurunkankekebalan tubuh.
b. Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi streskarena dengan
istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihanfisik dan akan
memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akanmemberikan kegairahan dalam
hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak.
c. Olah Raga atau Latihan Teratur
Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan
dan kekebalan fisik maupun mental. Olah raga dapat dilakukan dengan cara jalan
pagi, lari pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting
menghasilkan keringat setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan
kebugaran.

d. Berhenti Merokok
Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi streskarena dapat
meningkatkan status kesehatan dan mempertahankanketahanan dan kekebalan tubuh.
e. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya
stres. Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh
akan semakin baik, segala penyakitdapat dihindari karena minuman keras banyak
mengandung alkohol.
f. Pengaturan Berat Badan
Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapatmenyebabkan timbulnya stres
karena mudah menurunkan daya tahantubuh terhadap stres. Keadaan tubuh yang
seimbang akan meningkatkanketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.
g. Pengaturan Waktu
Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi
stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaan yang dapat menimbulkan
kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara
menggunakan waktu secara efektif dan efisien serta melihat aspek produktivitas
waktu. Seperti menggunakan waktu untuk menghasilkkan sesuatu dan jangan
biarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
h. Terapi Psikofarmaka
Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengatasi stresyang dialami
dengan cara memutuskan jaringan antara psikoneuro danimunologi sehingga stresor
psikososial yang dialami tidak mempengaruhifungsi kognitif, afektif atau
psikomotor yang dapat mengganggu organtubuh yang lain. Obat-obatan yang
biasanya digunakan adalah anti cemasdan anti depresi.
i. Terapi Somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibatstres yang dialami
sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu systemtubuh yang lain.
j. Psikoterapi
Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yangdisesuaikan dengan
kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputipsikoterapi suportif dan psikoterapi
reedukatif di mana psikoterapi suportifini memberikan motivasi atas dukungan agar
pasien mengalami percayadiri, sedangkan psikoterapi reedukatif dilakukan dengan
memberikanpendidikan secara berulang. Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif,
psikoterapi kognitif dan lain-lain.
k. Terapi Psikoreligius
Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalammengatasi permasalahan
psikologis mengingat dalam mengatasi ataumempertahankan kehidupan seseorang
harus sehat secara fisik, psikis,sosial dan sehat spiritual sehingga stres yang dialami
dapat diatasi.

Menurut Dadang Hawari (2002, dalam Alimul 2008), manajemen stres yang lain adalah
dengan cara meningkatkan strategi koping yaitu koping yang berfokus pada emosi dan
koping yang berfokus pada masalah. Penggunaan koping yang berfokus pada emosi
dengan cara pengaturan respons emosional dari stresmelalui perilaku individu seperti
cara meniadakan fakta-fakta yang tidak menyenangkan, kontrol diri, membuat jarak,
penilaian secara positif, menerima tanggung jawab, lari dari kenyataan (menghindar).
Sedangkan strategi koping berfokus pada masalah dengan mempelajari cara-cara atau
keterampilan yang dapat menyelesaikan masalah seperti merencanakan problem
solving dan meningkatkan dukungan sosial, teknik lain dalam mengatasi stres adalah
relaksasi, retrukturisasi kognitif, meditasi, terapi multi model dan lain-lain.
BAB III

PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya
pengetahuan yang ada hubungannya dengan makalah ini
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman
pada umumnya.
Daftar Pustaka

1. Kozier, Barbara. Erb, Glenora. Berman, Audrey. Snyder, Shirlee J. 2011. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.
2. Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata. Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.
3. Sunaryo. 2013. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai