Anda di halaman 1dari 13

MODEL PROCEDE DAN PROCEED

KEPERAWATAN KOMUNITAS II

Disusun Oleh:

KELOMPOK 1

1. Ahmat Munazi (30901501886)


2. Ria Anjani (30901700071)
3. Achmad Mughni Rasyid (30901800002)
4. Afina Syafiah (30901800003)
5. Airin Green Sasta Beauty (30901800004)
6. Ajeng Mawarni (30901800005)
7. Akhmad Alfaris (30901800006)
8. Alfina Ifada (30901800007)
9. Alif Rozi Nur Abidin (30901800009)
10.Amelia Devanka Kartika Sari (30901800010)
11.Ami Devi Rachmawati (30901800011)
12.Ananda Candra Maudyhapsari (30901800012)
13.Anies Ulfa Solekha (30901800013)
14.Anik Restiawati (30901800014)

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
MODEL PRECEDE PROCEDEE

A. TEORI PRECEDE dan PROCEED

PRECEDE (Predisposing, Reinforcing And Enabling Constructs In


Educational/Enviromental Diagnosis And Evaluation) merupakan promosi kesehatan yang
dikembangkan oleh Green dan Kreuter pada tahun 1980. Tahun 1991, model ini
disempurnakan menjadi PRECEDE-PROCEED. PRECEDE singkatan dari predisposing,
reinforcing, enabling cause in educational diagnosis and evaluation. PRECEDE digunakan
pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan program.

PROCEED (Kebijakan, Peraturan dan Konstruksi Organisasi dalam Pembangunan


Pendidikan dan Lingkungan). PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran, kriteria
kebijakan, pelaksanaan, dan evaluasi.

B. Upaya Promosi Kesehatan

Definisi Promosi Kesehatan menurut Luthviatin, dkk. (2012:4) bahwa Promosi


Kesehatan diawali oleh konsep Leavel dan Clark yang menyatakan terdapat lima tingkatan
pencegahan yaitu Health Promotion, Specific Protection, Early Diagnosis And Promt
Treatment, Disability Limitation, dan Rehabilitation. Beberapa definisi Promosi Kesehatan
menurut berbagai ahli antara lain sebagai berikut (dalam Luthviatin, dkk., 2012:4):

1. Lawrence Green (1980) berpendapat bahwa segala bentuk kombinasi pendidikan


kesehatan, intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi yang
dirancang untuk perubahan perilaku dan lingkungan kondusif bagi kesehatan.
2. Piagam Ottawa (Ottawa Charter, 1986) bahwa suatu proses untuk memampukan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.
3. Yayasan Kesehatan Victoria (Victoria Health Foundation- Australia, 1997) bahwa suatu
program perubahan perilaku masyarakat yang menyeluruh, dalam konteks
masyarakatnya

C. Tujuan dan Sasaran Upaya Promosi Kesehatan

Tujuan dari Promosi Kesehatan adalah meningkatnya kemampuan individu, keluarga,


kelompok dan masyarakat untuk hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang
bersumber pada masyarakat serta terciptanya lingkungan yang kondusif (Fitriani, 2011:88-
89). Terbatasnya sumber daya akan menimbulkan tidak efektif upaya tersebut. Apabila
upaya atau kegiatan Promosi Kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun
swasta langsung ditujukan kepada masyarakat secara luas. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
secara bertahap sasaran Promosi Kesehatan. Berdasarkan tahapan sasaran upaya Promosi
Kesehatan ini, maka dibagi dalam tiga kelompok antara lain (Notoadmodjo, 2012):

a) Sasaran Primer (Primary Target)


Sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk masalah kesehatan
umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA, anak sekolah untuk kesehatan
remaja dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini
sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat.
b) Sasaran Sekunder (Secondary Target)
Sasaran ini meliputi para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan sebagainya.
Disebut sasaran sekunder, karena dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada
kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan
kesehatan kepada masyarakat di sekitarnya. Disamping itu dengan perilaku sehat para
tokoh masyarakat sebagai hasil pendidikan yang diterima, maka para tokoh masyarakat
ini akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya.
c) Sasaran Tersier (Tertiary Target)
Sasaran ini meliputi para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat
pusat, maupun daerah adalah sasaran tersier Pendidikan Kesehatan.

D. Prinsip - Prinsip Upaya Promosi Kesehatan

Promosi Kesehatan dalam pelaksanaannya harus memperhatikan prinsip - prinsip di


dalamnya. Menurut Lutviatin, dkk. (2012:5) prisip-prinsip promosi kesehatan antara lain:

a. Pendidikan kesehatan (health eduation) yang penekanannya pada perubahan perilaku


atau perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan.
b. Pemasaran Sosial (social marketing) yang penekanannya pada pengenalan produk atau
jasa melalui kampanye.
c. Upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang penekanannya pada
penyebaran informasi.
d. Upaya peningkatan (promotif), yang penekanannya pada upaya pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan.
e. Upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk mempengarui lingkungan atau
pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya
legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana dan lain-lain di berbagai bidang).
f. Pengorganisasian masyarakat (community organization), pengembangan masyarakat
(community development), penggerakkan masyarakat (social mobilization)
pemberdayaan masyarakat (community empowerment).

E. Teori Pendekatan PRECEDE PROCEED

Perilaku kesehatan adalah sejumlah sifat manusia seperti keyakinan, pengharapan,


motivasi, nilai-nilai, persepsi dan elemen kognitif lainnya. Karakteristik manusia termasuk
afektif, status emosi, sifat pembawaan, polaperilaku, tindakan, dan kebiasaan yang
berhubungan dengan memelihara, pemulihan dan peningkatan kesehatan. Pada dasarnya
tidak ada satu jenis teori yang tepat untuk semua upaya Promosi Kesehatan tindak pedofilia,
tergantung dari unit praktik dan tipe dari perilaku tersebut.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan yang terkenal untuk
perencanaan, penerapan, dan evaluasi program peningkatan upaya Promosi Kesehatan
adalah PRECEDE PROCEED. Pendekatan PRECEDE PROCEED menurut Green (1980)
bahwa mengembangkan suatu teori pendekatan yang digunakan untuk membuat
perencanaan dan evaluasi. Dikenal sebagai kerangka PRECEDE atau pendahulu
(Predisposing, Reinforcing, Enabling, Construcs in, Educational Environmental Diagnosis
and Evaluation). Kerangka ini memberikan jaminan sebuah program yang akan
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan individu atau masyarakat. Kerangka
dalam PRECEDE, terdapat enam tahapan meliputi diagnosis sosial, diagnosis epidemiologi,
identifikasi faktor non perilaku, identifikasi faktor predisposing, reinforcing dan enabling
yang berhubungan dengan perilaku kesehatan, serta diagnosis administratif dan lainnya.
Sebagai upaya untuk pengembangan dan pelaksanaan program intervensi. Green (1991)
menyempurnakan kerangka tersebut menjadi PRECEDE PROCEED. PROCEED (Policy,
Regulatory, Organizational, Constructs in, Educational Environmental, and Develpoment)
atau proses yang berlangsung dan hasilnya dari suatu program yang direncanakan yang
bertujuan untuk menjamin program yang akan dijalankan dengan tersedia sumber dayanya,
mudah diakses atau dicapai, dapat diterima secara politik atau peraturan yang ada dan dapat
di evaluasi oleh pemegang kebijakan, konsumen, dan administrator. PRECEDE PROCEED
harus dilakukan secara bersama-sama dalam proses perencanaan, pengkajian, implementasi,
intervensi dan evaluasi (Notoatmodjo, 2012).
F. Perencanaan Promosi Kesehatan Menggunakan Model PRECEDE-PROCEED

Promosi Kesehatan bagi pasien rawat jalan berpegang kepada strategi dasar promosi
kesehatan, yaitu pemberdayaan yang didukung oleh bina suasana dan advokasi (Kemenkes
RI, 2014:30).

a) Pemberdayaan
Idealnya pemberdayaan dilakukan terhadap seluruh pasien, yaitu dimana setiap
petugas Rumah Sakit yang melayani pasien meluangkan waktunya untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan penyakitnya atau obat yang harus dikonsumsi.
Tetapi jika hal ini belum mungkin dilaksanakan, maka dapat disediakan satu ruang
khusus bagi para pasien rawat jalan yang memerlukan konsultasi atau ingin
mendapatkan informasi. Ruang konsultasi ini disediakan di poliklinik dan dilayani oleh
seorang dokter atau perawat (yang berkualifikasi) sesuai dengan poliklinik yang
bersangkutan. Di poliklinik mata misalnya, disediakan ruang konsultasi kesehatan mata
yang dilayani oleh seorang dokter ahli mata atau perawat mahir kesehatan mata. Tugas
melayani ruang konsultasi ini dapat digilir diantara dokter ahli mata atau perawat yang
ada, yaitu mereka yang tidak bertugas di poliklinik, diberi tugas di ruang konsultasi.
Konsultasi sebaiknya dilakukan secara individual. Namun demikian tidak
tertutup kemungkinan dilakukannya konsultasi secara berkelompok (5-6 pasien
sekaligus). Jika demikian, maka ruang konsultasi ini sebaiknya cukup luas untuk
menampung 6-7 orang. Ruang konsultasi sebaiknya dilengkapi dengan berbagai media
komunikasi atau alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan. Media komunikasi yang
efektif digunakan misalnya adalah lembar balik (flash cards), gambar-gambar atau
model-model anatomi, dan tayangan menggunakan OHP atau laptop dan LCD.

b) Bina Suasana

Pihak yang paling berpengaruh terhadap pasien rawat jalan adalah orang yang
mengantarkannya ke Rumah Sakit. Mereka ini tidak dalam keadaan sakit, sehingga
memungkinkan untuk mendapatkan informasi dari berbagai media komunikasi yang tersedia
di poliklinik. Oleh karena itu di setiap. poliklinik, khususnya di ruang tunggu, perlu
dipasang poster-poster, disediakan selebaran (leaflet), atau dipasang televisi dan VCD/DVD
player yang dirancang untuk secara terus menerus menayangkan informasi tentang penyakit
sesuai dengan poliklinik yang bersangkutan.

Dengan mendapatkan informasi yang benar mengenai penyakit yang diderita pasien
yang diantarnya, mereka diharapkan dapat membantu Rumah Sakit memberikan juga
penyuluhan kepada pasien. Bahkan jika pasien yang bersangkutan juga dapat ikut
memperhatikan leaflet, poster atau tayangan yang disajikan, maka seolah-olah pasien berada
dalam suatu lingkungan yang mendorongnya untuk berperilaku sesuai yang dikehendaki
agar penyakit atau masalah kesehatan yang dideritanya dapat segera diatasi.

c) Advokasi
Advokasi bagi kepentingan penderita rawat jalan umumnya diperlukan jika penderita
tersebut miskin. Biaya pengobatan dengan rawat jalan bagi penderita miskin memang sudah
dibayar melalui program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM).
Akan tetapi bagi penderita miskin, tuntasnya pengobatan dengan rawat jalan tidak dapat
dijamin jika mereka tidak memiliki biaya untuk transportasi dari tempat tinggalnya ke
Rumah Sakit. Atau tidak memiliki dana untuk membangun jamban di rumahnya. Atau tidak
memiliki dana untuk menyemen lantai dan memasang genting kaca rumahnya agar
rumahnya tidak lembab. Oleh karena itu akan sangat membantu jika Rumah Sakit dapat
menyediakan uang pengganti ongkos bagi penderita miskin, mereka bisa menggunakan
uang belanja terlebih dulu atau mungkin meminjam kepada orang lain, dan setelah itu rumah
sakit akan menggantinya. Untuk itu tentu diperlukan suatu pengaturan khusus guna
mencegah penyalahgunaan.
Agar mampu melakukan upaya membantu penderita miskin tersebut, rumah sakit dapat
melakukan advokasi ke berbagai pihak, misalnya kepada para pengusaha sukses, untuk
menyumbangkan dana. Dana ini selanjutnya dikelola secara khusus dengan manajemen
yang transparan dan akuntabel sehingga siapa pun dapat turut mengawasi penggunaannya.
Pengelolaannya bisa melalui pembentukan yayasan atau lembaga fungsional lain dibawah
kendali dari Direktur yang membawahi keuangan Rumah Sakit.
Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab masalah,
penetapan prioritas, dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Penting
dalam perencanaan menetapkan dimensi kebutuhan dan prioritas kebutuhan promosi
kesehatan. Output fase ini adalah rumusan rencana, rumusan tujuan (rumusan peningkiatan
perilaku yang diinginkan setelah mengkaji fakta perilaku, faktor-faktor internal dan
eksternal), dan rumusan kegiatan untuk melakukan intervensi terhadap faktor penyebab,
yang diinventarisasi dan disusun dalam kegiatan yang berurutan (Maulana, 2013:107).
Model PRECEDE-PROCEED ini mengkaji masalah kesehatan dan kualitas hidup
manusia dan sumber daya untuk merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi program
promosi kesehatan dalam mengatasi masalah kesehatan tersebut (Kholid, 2014:33). Model
yang dikembangkan oleh Green dan Kreuter pada tahun 1980 dalam Maulana (2013:108),
merupakan model yang bisa diterapkan dalam perencanaan dan evaluasi promosi
kesehatan, yang dikenal dengan model PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, dan
Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation). PRECEDE merupakan
kerangka untuk membantu perencanaan pendidikan sampai pengembangan program. Pada
tahun 1991, model ini disempurnakan menjadi model PRECEDE-PROCEED. PROCEED
merupakan singkatan dari Policy, Regulatory, and Organizational Contructs in
Educational and Environmental Development.
PRECEDE digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan
tujuan program, sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria
kebijakan, serta implementasi dan evaluasi.
PRECEDE

Fase 5
Fase 4 Fase 3 Fase 2 Fase 1
Diagnosis
Diagnosis Diagnosis Diagnosis Diagnos
kebijakan
pendidikan perilaku epidemiolo is sosial
dan
dan dan gi
administras
organisasion lingkunga
i
al n

Fase 6 Fase 7 Evaluasi Fase 8 Fase 9


Implemen proses Evaluasi Evaluasi
tasi dampak hasil

PROCEED

Gambar 2.1 Model


PRECEDE-PROCEED
(Sumber Maulana,
2013:109)
Model to Understanding Mental Health Promoting Behaviors in Hong
Kong bahwa PRECEDE PROCEED memiliki kelebihan diantaranya mampu :

a. Menyediakan gambaran untuk proses dalam memahami, perencanaan, implementasi, dan


evaluasi intervensi dalam masyarakat.
b. Sebagai sebuah struktur model partisipasi, penggabungan sebuah ide dan perlindungan
terhadap masyarakat. Melalui penyediaan informasi tentang pertanyaan isu-isu kepada
individu, kelompok dan masyarakat itu sendiri serta memberikan pemahaman dari sejarah
yang terbaik serta maknanya.
c. Sebuah makna intervensi dalam keterlibatan masyarakat yang dibangun berdasarkan
kepemilikan mereka, memimpin dukungan masyarakat dan keberhasilannya lebih besar
karena proses evaluasi yang mendetail. Dimana dalam intervensi berdasarkan hak setiap
individu dalam masyarakat.
d. Mempertimbangkan kebiasaan administrasi dan kebijakan yang dapat menjadi batasan
atau penentuan sebuah intervensi area perencanaan yang sering diabaikan.
e. Memasukkan evaluasi dari proses, intervensi itu sendiri, dan hasil akhir. Evaluasi
memenuhi intervensi diantaranya pengawasan dan respon dalam kebiasaan kebutuhan
masyarakat, perubahan kondisi serta penilaian tercapainya kebutuhan. Kebutuhan
sesungguhnya dalam menghasilkan sebuah proyeksi.

Menurut Green dan Kreuter perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:

a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)


Faktor predisposisi seperti: pengetahuan, sikap, persepsi, kepercayaan, dan nilai atau
norma yang diyakini seseorang.
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu akibat proses penginderaan terhadap subyek
tertentu, yang berasal dari pendengaran dan penglihatan.

b. Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas


atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besar tingkatan pengetahuan dibagi menjadi
6 tingkatan, yaitu
1. Tahu (Know)
Tahu hanya diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya
setelah mengamati sesuatu.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar
dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan dengan
benar tentang objek yang diketahui tersebut.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat
menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang
lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan,
kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu
masalah atau objek yang diketahui.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan
yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di
masyarakat
c. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ada beberapa faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:
1) Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mengembangkan kemampuan
seseorang sehingga dapat berperilaku baik. Pendidikan bisa didapatkan dari sekolah
maupun diluar sekolah. Pendidikan dapat mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,
baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk
semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
Hasil penelitian Sutrisno yang berjudul hubungan tingkat pendidikan ibu dengan
sikap pemberian asi eksklusif di wilayah Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan
sikap pemberian ASI ekslusif dengan nilai p = 0,002. Ibu yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi mempunyai sikap yang tinggi dalam pemberian ASI eksklusif sehingga
tercapainya pemberian ASI eksklusif
2) Media Massa / Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan.
3) Sosial Budaya & Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang
dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya
walaupun tidak melakukan.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik,
biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya
pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.
5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu.
6) Umur
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

Dalam penelitian Ida yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan


pemberian ASI eksklusif 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok
tahun 2011 tidak terdapat hubungan bermakna antara umur ibu dengan perilaku
pemberian ASI eksklusif.

7) Pekerjaan
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) pekerjaan adalah sesuatu yang
dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.Suatu pekerjaan harus dilakukan
berdasarkan keahlian, pengetahuan, kemampuan dan pengalaman agar dapat
menghasilkan suatu hasil yang baik.

b. Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

Faktor pemungkin yaitu faktor lingkungan yang memfasilitasi perilaku seseorang.

c. Faktor penguat (reinforcing factor)

Faktor penguat seperti perilaku orang lain yang berpengaruh (tokoh masyarakat, guru,
petugas kesehatan, orang tua, dan pemegang keputusan) yang dapat mendorong orang untuk
berperilaku.
1) ASI (Air Susu Ibu)
a. Pengertian ASI dan ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) adalah bahan makanan alamiah yang dapat diberikan oleh seorang
ibu kepada anaknya segera setelah lahir pada awal kehidupannya. ASI eksklusif adalah
bayi diberikan hanya ASI saja tidak ada cairan lain bahkan air, dengan pengecualian
vitamin atau mineral.17 WHO juga merekomendasikan bahwa bayi harus mendapatkan
ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupannya untuk mencapai pertumbuhan
yang optimal.

b. Manfaat Pemberian ASI

Memberikan ASI secara eksklusif berarti keuntungan untuk semua,yaitu bayi akan
lebih sehat, cerdas, dan berkepribadian baik, ibu akan lebih sehat dan menarik,
perusahaan, lingkungan, dan masyarakat pun akan lebih mendapat keuntungan

1. Manfaat bagi bayi

ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi anda. Dengan komposisi
nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi sehat. Jumlah kalori yang terdapat dalam
ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi sampai enam bulan

ASI mengandung zat pelindung atau antibodi yang melindungi terhadap penyakit.
Bayi yang diberi susu selain ASI mempunyai resiko 17 kali lebih tinggi untuk mengalami
diare dan tiga sampaiempat kali lebih besar kemungkinan terkena ISPA dibandingkan
bayi yang mendapat ASI.

2. Manfaat untuk ibu


- Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan kontraksi rahim, yang
berarti mengurangi resiko perdarahan.
- Memberikan ASI juga membantu memperkecil ukuran rahim ke ukuran sebelum hamil.
- Menyusui (ASI) membakar kalori sehingga membantu penurunan berat badan lebih
cepat.

Anda mungkin juga menyukai