Anda di halaman 1dari 6

Pertanyaan dan Jawaban

Kelompok 7
“Obesitas Pada Anak”

1. Penanya : Kelompok 11 (Caroline Natasya Manggopa)


Pertanyaan: Apakah obesitas dapat mempengaruhi perkembangan anak?
Jawaban :
Ya dapat mempengaruhi, karena obesitas memiliki 12 kali besar motorik
kasar/kecakapan dalam menggerakan tubuh seperti, berjalan, melompat, berlari, dsb.
Dampak kesehatan yang berkaitan dengan obesitas pada masa kanak-kanak adalah
naiknya tingkat keparahan asma dan penyakit pernapasan lain, tingkat kebugaran yang
lebih rendah, diskriminasi sosial seperti bullying, viktimisasi, dan pengucilan yang bisa
mengakibatkan harga diri yang rendah, kualitas hidup yang lebih rendah, dan prestasi
akademik yang lebih rendah, meningkatnya risiko penyakit kardiovaskuler. penyakit lain
yang dijumpai pada anak-anak adalah hiperkolesterolemia, hipertensi dan diabetes mellitus
tipe 2, yang dulunya juga didominasi oleh orang dewasa dan tua.
Kegemukan pada masa anak-anak juga menimbulkan konsekuensi psikososial
jangka pendek dan jangka panjang sepertipenurunan kepercayaan diri, gangguan makan,
dan kesehatan yang lebih rendah hubungannya dengan kualitas hidup. Kondisi kegemukan
pada usia dini akan dibawa sampai dewasa, yang berdampak terhadap peningkatan resiko
penyakit degeneratif.

2. Penanya : Kelompok 12 (Mohammad Aliefiransayah Sjainal)


Pertanyaan: Bagaimana cara merencanakan diet pada anak?
Jawaban :
orang tua bisa mulai memikirkan langkah sederhana untuk membantu anak serta
anggota keluarga untuk menjalani gaya hidup yang lebih sehat dan bugar, yakni:
1. Cari tahu berat badan yang tepat
Kebanyakan anak kecil tidak mengurangi berat badan. Soalnya, kata Melton, mereka masih
dalam masa pertumbuhan sehingga masih perlu mempertahankan berat badan atau kenaikan
bobot pada tingkat yang lebih lambat.
"Kalau remaja, mungkin bisa mengurangi berat badan 1 kilogram seminggu. Tapi, biasanya
ada panduan dari dokter anak. Namun, sebenarnya bukan ide bagus menurunkan berat
badan anak menggunakan obat atau suplemen, kecuali dokter yang meresepkan,"
2. Ajak anggota keluarga lainnya
Untuk melakukan perubahan gaya hidup sehat, kata Melton, jangan hanya meminta anak,
tapi ajak juga semua anggota keluarga. Seperti kita tahu, anak-anak belajar dari kebiasaan
orang tua mereka kan, Bun?
"Penting bagi orang tua memberi contoh. Sebuah penelitian menemukan anak-anak jauh
lebih mungkin untuk menurunkan berat badan ketika orang tua mereka juga mengalami
penurunan berat badan atau minimal menerapkan pola hidup sehat,"
3. Mulai dari hal kecil
Coba deh, Bun, ubah kebiasaan kecil dalam keseharian. Misalnya, mengganti minuman
manis seperti jus dan soda, dengan air putih atau susu rendah lemak atau tanpa lemak.
Lalu, terapkan pola malan sehat. Perbanyak serat dan protein. Namun, tetap pastikan anak
mendapat asupan gizi seimbang sesuatu kebutuhan nutrisinya ya. Untuk camilan, Bunda
bisa pilih camilan sehat seperti buah atau kacang-kacangan.
"Boleh sesekali ada cheating day supaya anak tak bosan. Tapi, tetap konsumsi makanan 'tak
sehatnya' jangan berlebihan ya. Lalu, jangan terlalu sering konsumsi makanan cepat saji,"
Porsi makan anak juga perlu diawasi ya, Bun. Jangan berlebihan.
4. Makan bersama
Sebuah studi menunjukkan anak-anak yang makan bersama keluarga tiga kali atau lebih
dalam seminggu memiliki kemungkinan 20 persen lebih rendah untuk makan makanan
yang tidak sehat. Kemudian, kemungkinan mereka mengalami kelebihan berat badan 12
persen lebih rendah.
Melton bilang coba, di setiap awal minggu jadwalkan beberapa kali sarapan bareng
keluarga, makan siang, atau makan malam. Selain itu, libatkan semua anggota keluarga
dalam menentukan menu makanan. Jika sempat, ajak anak memasak bersama.
5. Beri anak-anak buah dan sayur
Anak-anak butuh 1 hingga 3 cangkir sayuran dan 1 hingga 2 cangkir buah setiap hari.
Bunda bisa mencoba strategi ini supaya anak doyan makan buah dan sayur:
1. Minta anak memilih buah dan sayur favoritnya
2. Campurkan smoothies buah segar untuk sarapan atau camilan.
3. Sajikan buah atau sayuran di setiap waktu makan
3. Pakai sayuran sebagai pengganti daging dalam hidangan ramah anak, seperti
lasagna, dan spaghetti.
6. Ajak anak bergerak
Beberapa ahli mengatakan anak-anak buruh 60 menit aktivitas fisik setiap hari. Jika anak
belum aktif, Bunda bisa melakukan olahraga tamasya keluarga. Misalnya jalan-jalan,
hiking, atau bersepeda bersama.
Selain itu, bantu anak menemukan kegiatan yang ia sukai, entah sepak bola, berenang,
menari, atau sekadar berlarian di taman bermain. Jangan lupa dorong anak untuk
menghabiskan waktu di luar rumah daripada di depan TV atau komputer.
3. Penanya : Kelompok 3 (Anto Yando)
Pertanyaan: Apakah kegemukan bayi bisa sampai dewasa atau nanti pada saat beberapa
tahun baru terjadinya obesitas?
Jawaban :
Menurut Kemenkes RI tahun 2017 Obesitas adalah akumulasi lemak abnormal yang

dapat mengganggu Kesehatan. Jika kegemukan terjadi pada masa balita kemungkinan besar

kegemukan akan menetap sampai dewasa. Sebagian masyarakat masih mempunyai

anggapan bahwa balita yang gemuk menandakan balita yang sehat dan bukan sebagai

masalah yang perlu di lakukan tatalaksana. (Indanah, Sukesih, Fairuzzah, & Khoiriyah,

2021)

Obesitas adalah permasalahan umum pada anak-anak pada masa sekarang ini.

Obesitas atau kelebihan berat badan dapat menyebabkan efek negatif untuk kesehatan,

menurut WHO, obesitas menyebabkan 10,3% kematian dari seluruh kematian di dunia.

(Pratiwi & Sapriyani, 2018)

Obesitas mempunyai dampak terhadap tumbuh kembang anak, terutama aspek

perkembangan psikososial. Anak obesitas berpotensi mengalami berbagai penyakit yang

menyebabkan kematian antara lain penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, dan lain-lain.

Kegemukan pada masa anak-anak juga menimbulkan konsekuensi psikososial jangka

pendek dan jangka panjang sepertipenurunan kepercayaan diri, gangguan makan,

dankesehatan yang lebih rendah hubungannya dengan kualitas hidup. Kondisi kegemukan

pada usia dini akan dibawa sampai dewasa, yang berdampak terhadap peningkatan resiko

penyakit degeneratif. Penyebab obesitas yaitu pola makan,tingkat asupan gizi, tingkat

aktivitas fisik yang dilakukan individu, serta kondisi sosial ekonomi bahkan beberapa
penelitian menemukan hubungan insomnia atau kurang tidur sebagai faktor risiko kejadian

obesitas.

Dampak yang terjadi jika balita mengalami obesitas antara lain yaitu cenderug dapat

mengakibatkan terkena:

- Mellitus tipe II,

- Meningkatnya nilai kolestrol sehingga mengakibatakan tekanan drarah meningkat dan

dapat menyebakan penyakit jantung,

- Nafas berhenti saat tidur (sleep apnue),

- Gangguan ortopedi,

- Penyakit asma dan hati

- Anak dengan obesitas cenderung akan mengalami peningkatan tekanan darah sehingga

berpengaruh pada denyut jantung, sekitar 20-30% anak dengan obesitas menderita

hipertensi. (Molintao, Sulaeman, & Purwanti, 2019)

Pada anak obesitas sering dijumpai dengan gejala mengorok. Penyebab tersebut

yakni terjadinya penebalan jaringan lemak di daerah dinding dada perut sehingga

menganggu proses pergerakan dinding dada dan diafrgama, sehingga terjadi penurunan

volume torakal adomen dan menyebabkan beban kerja otot pernapasan meningkat.

Berbagai dampak di atas memiliki efek yang sangat besar pada kualitas hidup dan
pengalaman sosial penderita obesitas, dan dapat berimplikasi serius terhadap tingkat

morbiditas.

Dampak kesehatan yang berkaitan dengan obesitas pada masa kanak-kanak adalah

naiknya tingkat keparahan asma dan penyakit pernapasan lain, tingkat kebugaran yang

lebih rendah, diskriminasi sosial seperti bullying, viktimisasi, dan pengucilan yang bisa

mengakibatkan harga diri yang rendah, kualitas hidup yang lebih rendah, dan prestasi

akademik yang lebih rendah, meningkatnya risiko penyakit kardiovaskuler. penyakit lain

yang dijumpai pada anak-anak adalah hiperkolesterolemia, hipertensi dan diabetes mellitus

tipe 2, yang dulunya juga didominasi oleh orang dewasa dan tua.

Dari berbagai penyakit yang muncul di atas bila di lihat dari riwatnya diawali

adanya obesitas pada anak-anak. pencegahan obesitas dan intervensi dini dalam kasus

obesitas merupakan aspek kunci bagi tenaga kesehatan.Memungkinkan anak tumbuh

mencapai berat badan yang lebih sesuai dengan usianya merupakan solusi praktisnya.

Pendekatan umum meliputi:

a. Menurunkan asupan energi

1) Memilih makanan yang mengenyangkan

2) Makan secara teratur

3) Mengurangi kudapan/minuman berkalori kosong

4) Mengikut sertakan anak dalam memilih dan menyiapkan makanan


b. Meningkatkan keluaran energi

1) Meningkatkan gerak badan

2) Mengurangi aktivitas bersantai

3) Melibatkan keluarga dalam aktivitas

Anda mungkin juga menyukai