Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN PALIATIF DAN MENJELANG AJAL

“ASUHAN KEPERAWATAN PENANGANAN KASUS PALLIATIVE CARE


DENGAN KASUS AIDS”

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Marlina Agustina (19320002)


2. Raihan Saputra (19320025)
3. Riri Anjeli (19320030)
4. Taufiq Hidayat (19320034)

Dosen Pengampu : M.Arifki Zainaro,S.Kep.,Ns.,M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG TAHUN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum wr.,wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.,Tuhan Semesta alam Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Penanganan Kasus Palliative Care Dengan Kasus Aids” tepat pada waktunya.

Serta tak lupa kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan nabi besar
kami Muhammad SAW, semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari kelak amin. Adapun
makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah kami yaitu “Keperawatan Paliatif dan
Menjelang Ajal“ kami berharap semoga apa yang kami tulis ini bermanfaat untuk pembaca.

Kami selaku penulis dengan kerendahan hati, menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan oleh karena itu apabila ada ketidaksesuaian kalimat dan terdapat
kesalahan kata dalam makalah ini kami meminta maaf yang sebesar-besarnya, Meskipun
demikian, penulis terbuka pada kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini
Terimakasih.,
Wassalamualaikum wr.,wb.

Bandar Lampung, 09 November 2021

Penulis,

2
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Perawatan Paliatif .................................................................................. 6
2.2 Definisi AIDS ...................................................................................................... 6
2.3 Etiologi ................................................................................................................ 7
2.4 Manifestasi Klinis ................................................................................................ 7
2.5 Permasalahan Palliative Care Pada AIDS ........................................................... 8
2.6 Jenis-Jenis Tindakan Terapeutik Untuk Perawatan Palliative Pada AIDS ......... 9
2.7 Pengkajian Keperawatan Pada Pasien Yang Mengalami Permasalahan AIDS... 10
2.8 Rencana Asuhan Keperawatan Pada Pasien AIDS Dengan Permasalahan
Palliative .............................................................................................................. 11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 17
3.2 Saran .................................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perawatan paliatif adalah bentuk perawatan medis dan kenyamanan pasien yang
mengontrol intensitas penyakit atau memperlambat kemajuannya, apakah ada atau tidak
ada harapan untuk sembuh. Perawatan paliatif tidak bertujuan untuk menyediakan obat
dan juga tidak sebaliknya perkembangan penyakit. Perawatan paliatif merupakan bagian
penting dalam perawatan pasien yang terminal yang dapat dilakuakan secara sederhana
sering kali prioritas utama adalah kulitas hidup dan bukan kesembuhan dari penyakit
pasien. Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami
berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan
aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi
kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu
penyakit tidak hanya pemenuhan/ pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya
dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukandengan
pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
812/Menkes/SK/VII/2007 tantangan yang kita hadapi pada di hari-hari kemudian nyata
sangat besar. Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat
disembuhkan baik pada dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif,
penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis, stroke, Parkinson, gagal jantung /heart
failure, penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/AIDS yang memerlukan
perawatan paliatif, disamping kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Penyakit AIDS (Acquired Immuno deficiency Syndrome) merupakan suatu
syndrome atau kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Retrovirus yang
menyerang sistem kekebalan atau pertahanan tubuh. Dengan rusaknya sistem
kekebalan tubuh, maka orang yang terinfeksi mudah diserang penyakit-penyakit
lain yang berakibat fatal, yang dikenal dengan infeksi oportunistik. Diagnosis HIV/
Aids yang dialami pasien tentunya dapat menimbulkan banyak stress, gangguan emosi
saat kelebihan beban oleh tuntutan pemberian perawatan, mengalami keterasingan atau
stigmatisasi dan beban biaya pengobatan. Oleh sebab itu, penulis membahas bagaimana
asuhan keperawatan penanganan kasus palliative care dengan kasus AIDS.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas. Masalah-masalah yang dapat muncul


dirumuskan sebagai berikut
1. Apakah definisi perawatan paliatif ?
2. Apakah definisi AIDS ?
3. Apakah etiologi dari AIDS ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari AIDS ?
5. Apakah permasalahan palliative care pada AIDS ?
6. Bagaimana jenis-jenis tindakan terapeutik untuk perawatan palliative pada AIDS ?
7. Bagaimana pengkajian keperawatan pada pasien yang mengalami permasalaha AIDS?
8. Bagaimana rencana asuhan keperawatan pada pasien AIDS dengan permasalahan
palliative ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisannya yaitu sebagai berikut :


1. Agar mahasiswa/i mengetahui definisi perawatan paliatif
2. Agar mahasiswa/i mengetahui definisi AIDS
3. Agar mahasiswa/i mengetahui etiologi dari AIDS
4. Agar mahasiswa/i mengetahui manifestasi klinis dari AIDS
5. Agar mahasiswa/i mengetahui permasalahan palliative care pada AIDS
6. Agar mahasiswa/i mengetahui jenis-jenis tindakan terapeutik untuk perawatan
palliative pada AIDS
7. Agar mahasiswa/i mengetahui pengkajian keperawatan pada pasien yang mengalami
permasalaha AIDS
8. Agar mahasiswa/i mengetahui rencana asuhan keperawatan pada pasien AIDS dengan
permasalahan palliative

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI PERAWATAN PALIATIF

Pengertian dan arti kata “Palliative” berasal dari bahasa Latin yaitu “pallium”
yang artinya adalah menutupi atau menyembunyikan. Perawatan paliatif ditujukan
untuk untuk menutupi atau menyembunyikan keluhan pasien dan memberikan
kenyamanan ketika tujuan penatalaksanaan tidak mungkin disembuhkan (Muckaden,
2011).
Perawatan paliatif care adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki
kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan
penyakit yang dapat mengancam jiwa, mealaui pencegahan dan membantu
meringankan penderitaan, identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan
nyeri dan masalah lain baik fisik, psikososial dan spiritual (World Health
Organization, 2011).
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan pada pasien dengan
penyakit yang dapat membatasi hidup mereka atau penyakit terminal dimana penyakit
ini sudah tidak lagi merespon terhadap pengobatan yang dapat memperpanjang hidup
(Robert, 2003). Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan
perawatan paliatif meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep diri,
masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual (Campbell, 2013).

2.2 DEFINISI AIDS

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala


atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh
virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk famili retroviridae.AIDS
merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.(Sudoyo Aru.dkk,2009)
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang
menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh
manusia.HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan pathogen yang
menyerang sistem imun manusia, terutama semua sel yang memiliki penenda CD 4+
dipermukaannya seperti makrofag dan limfosit T.
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome. Acquired berarti didapat,
bukan keturunan. Immuno terkait dengan sistem kekebalan tubuh kita. Deficiency
berarti kekurangan. Syndrome atau sindrom berarti penyakit dengan kumpulan gejala,
bukan gejala tertentu. Jadi AIDS berarti kumpulan gejala akibat kekurangan atau
kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita lahir.

6
2.3 ETIOLOGI

Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV
dari sekelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut Lympadenopathy
Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukimia Virus (HTL-III) yang juga
disebut Human T-Cell Lympanotropic Virus (retrovirus). Retrovirus mengubah asam
rebonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk
kedalam sel pejamu (Nurrarif & Hardhi, 2015).

2.4 MANIFESTASI KLINIS

Berdasarkan gambaran klinik (World Health Organization,2006)


1) Fase Klinik 1
Tanpa gejala,limfadenopati (gangguan kelenjar/pembuluh limfe) menetap dan
menyeluruh.
2) Fase Klinik 2
Penurunan berat badan (<10%) tanpa sebab.Infeksi saluran pernapasan atas
(sinusitis,tonsilitis,otitis media,pharyngitis) berulang.Herpes zoster,infeksi sudut
bibir,ulkus mulut berulang,popular pruritic eruptions,seborrhoic dermatitis,infeksi
jamur pada kuku.
3) Fase Klinik 3
Penurunan berat badan >10% tanpa sebab jelas.Diare tanpa sebab jelas > 1
bulan.Demam berkepanjangan (suhu >36,7°C, intermiten/konstan) > 1 bulan.
Kandidiasis oral persisten.Oral hairy leukoplakia .Tuberculosis paru .Infeksi
bakteri berat: pneumonia, piomiositis, empiema, infeksi tulang/sendi, meningitis,
bacteremia.Stomatitis/gingivitis/periodonitis ulseratif nekrotik akut . Anemia (Hb
< 8 g/dL) tanpa sebab jelas, neutropenia (< 0,5×109 /L) tanpa sebab jelas, atau
trombositopenia kronis (< 50×109 /L) tanpa sebab yang jelas.
4) Fase Klinik 4
HIV wasting syndrome. Pneumonia akibat pneumocystis carinii. Pneumonia
bakterial berat rekuren. Toksoplasmosis serebral. Kriptosporodiosis dengan diare
> 1 bulan.Sitomegalovirus pada orang selain hati, limpa atau kelenjar getah
bening.Infeksi herpes simpleks mukokutan (> 1 bulan) atau
visceral.Leukoensefalopati multifocal progresif.Mikosis endemic
diseminata.Kandidiasis esofagus, trakea, atau bronkus.Mikobakteriosis atripik,
diseminata atau paru .Septicemia Salmonella non-tifoid yang bersifat
rekuren.Tuberculosis ekstrapulmonal .Limfoma atau tumor padat terkait HIV:
Sarkoma Kaposi, ensefalopati HIV, kriptokokosis ekstrapulmoner termasuk
meningitis, isosporiasis kronik, karsinoma serviks invasive, leismaniasis atipik
diseminata.Nefropati terkait HIV simtomatis atau kardiomiopati terkait HIV
simtomatis (Kapita Selekta, 2014).

7
2.5 PERMASALAHAN PALLIATIVE CARE PADA AIDS

Permasalahan palliative care pada AIDS adalah :


1) Permasalahan Fisik
Seseorang menderita AIDS diawali oleh melemahnya sistem kekebalan tubuh
karena serangan virus HIV hingga saat ini belum ada obat yang dapat
menghancurkan virus tersebut dan memulihkan kembali sistem kekebalan
tubuhnya akibat dari melemahnya atau rusaknya sistem kekebalan tubuh
menjadikan rentan terhadap berbagai penyakit. Beberapa permasalahan fisik yang
dialami ODHA antara lain :
a. Timbul berbagai penyakit seperti diare, infeksi saluran pernafasan, dan
peradangan misalnya paru-paru, telinga, hidung, dan tenggorokan.
b. Terjadinya penurunan berat badan secara berlebihan
c. Penampilannya berubah secara drastis dan kondisi badan yang lesu atau
lemah.

2) Permasalahan Psikologis
Masalah psikososial pasien HIV/ AIDS meliputi: khawatir, frustrasi, kesedihan,
berduka, ketakutan anggota keluarga menjadi terinfeksi, perasaan marah serta
depresi dan ketakutan menghadapi kematian. (WHO, 2006; Smeltzer, et all,
2010). Temuan dalam penelitian ini menunjukkan ketika didiagnosa HIV/ AIDS
pertama kali semuanya merasa “drop”, kaget, takut, marah, jengkel, malu, sedih
dan tidak percaya.

3) Permasalahan Sosialisasi
Permasalahan sosialisasi yang dialami pasien HIV/ AIDS adalah menarik diri,
gangguan sosialisasi, gangguan peran, kekhawatiran terhadap hubungan dengan
pasangan, perubahan gaya hidup, kehilangan semangat akibat adanya pembatasan-
pambatasan serta adanya perasaan terisolasi.

4) Permasalahan Spiritual
Permasalahan spiritual juga bisa dialami HIV/ AIDS tersebut antara lain
menyalahkan Tuhan, menolak beribadah, beribadah tidak sesuai ketentuan,
gangguan dalam beribadah maupun distress spiritual. Studi kualitatif
mengindikasikan bahwa pasien HIV/ AIDS akan berakibat buruk pada
spiritualitasnya setelah mengetahui bahwa mereka terdiagnosis HIV/ AIDS.

8
2.6 JENIS-JENIS TINDAKAN TERAPEUTIK UNTUK PERAWATAN
PALLIATIVE PADA AIDS

2.6.1 Tindakan Medis


Tindakan medis, seperti terapi antiretroviral (ART). Terapi
antiretroviral (ART) berarti mengobati infeksi HIV dengan beberapa obat.
Karena HIV adalah retrovirus, obat ini biasa disebut sebagai obat antiretroviral
(ARV). ARV tidak membunuh virus itu. Namun, ART dapat melambatkan
pertumbuhan virus. Cara penggunaan obat ini mencegah munculnya resistansi.
Waktu HIV menggandakan diri, sebagian dari bibit HIV baru dapat menjadi
sedikit berbeda dengan aslinya. Untuk memulai terapi ARV, akan
mempertimbangkan jumlah CD4.

2.6.2 Perawatan Psikososial

1. Manajemen Masalah Psikologis


Manajemen permasalahan untuk mengatasi masalah psikologis berupa
kecemasan pada pasien HIV/Aids diantaranya yaitu penurunan
kecemasan, peningkatan koping, dukungan kelompok, dukungan keluarga.
manajemen masalah psikologis yang dilakukan oleh pasien HIV/ Aids
antara lain:
a. Peningkatan support sistem dan konseling
Support system yang besar dari sistem pendukung memberikan
peran yang besar. Sistem pendukung pasien antara lain diperoleh dari
keluarga, teman, kelompok dukungan sebaya dan tenaga kesehatan.
Dukungan teman dan keluarga diberikan dengan memberikan saran,
mengingatkan, mendampingi pasien dan memberikan motivasi.
Tanggapan positif dari teman dan masyarakat terhadap apa yang
dilakukan ODHA akan memberikan perasaan bahwa dirinya berguna
atau bermanfaat bagi orang lain. Perasaan tersebut akan menuntunnya
pada kesadaran bahwa kehidupannya masih bermakna, meskipun
dirinya mengidap HIV/AIDS.
b. Peningkatan Koping dan Upaya Spiritual
Mekanisme koping pasien menjadi faktor yang penting. Pasien
dengan HIV/AIDS biasanya awalnya akan menyalahkan Tuhan, namun
ketika sudah masuk ke dalam fase menerima maka pasien akan
berupaya memperbaiki dirinya. Upaya spiritual yang dilakukan untuk
mengurangi dan mengatasi permasalahan psikologi dilakukan dengan
lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Upaya mendekatkan diri pada
Tuhan dilakukan dengan beribadah seperti sholat dan mengaji. Strategi
koping penguatan diri dan strategi koping religius juga akan
meningkatkan penyesuaian diri ODHA. Penyesuaian diri merupakan
gambaran adaptasi yang baik.

9
2. Manajemen Masalah Spiritual
Aktifitas dukungan spiritual meliputi: evaluasi kemampuan beribadah,
tingkatkan partisipasi dalam beribadah, fasilitasi pelaksanaan ibadah,
ketenangann beribadah; pemenuhan kebutuhan spiritual, libatkan sistem
pendukung dalam penyediaan perlengkapan, dukung penggunaan sumber
spiritual.

3. Manajemen Masalah Sosial


Intervensi untuk mengatasi masalah gangguan sosialisasi dan
perubahan proses keluarga akibat HIV/Aids meliputi: konseling,
dukungan emosi, keluarga dan kelompok, peningkatan peran dan support
system enhancement, konseling, dukungan emosi, dan keluarga serta
edukasi Strategi yang dilakukan pasien agar tetap bersosialisi dengan baik
adalah tidak menceritakan permasalahan sakitnya kepada selain keluarga
inti. Strategi lain adalah dengan tetap bergaul melalui media sosial dan
membatasi diri untuk bersosialisasi yang beresiko. Sosialisasi diperlukan
agar ODHA mendapat dukungan yang optimal. Dukungan dari teman,
sahabat, masyarakat dapat tejadi jika tidak ada permasalahan dalam aspek
sosialisasi. Dukungan sosial diperlukan agar hidup ODHA menjadi lebih
bermakna, sehingga menjadi lebih bersemangat dalam hidup.

2.7 PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI


PERMASALAHAN AIDS

Pengkajian keperawatan pada pasien yang mengalami permasalahan AIDS,


yaitu :
1) Pengkajian Fisik
Perawat melakukan pengkajian kondisi fisik secara keseluruhan dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Masalah fisik yang sering dialami ODHA biasanya
diakibatkan oleh karena penyakitnya mapun efek samping dari pengobatan yang
diterimanya. Diantaranya adalahnyeri, nutrisi, kelemahan umum, eliminasi luka
dekubitus serta masalah keperawatan lainnya.

2) Pengkajian Psikologis
Perubahan Psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi terminal. Perawat
harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien terminal, harus
bisa mengenali ekspresi wajah yang ditunjukan apakah sedih, depresi, atau
marah. Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain
ketergantungan, kehilangan harga diri dan harapan. Perawat harus
mengenalitahap-tahap menjelang ajal yang terjadi pada klien terminal.

10
3) Pengkajian Sosial
Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi terminal,
karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah tersinggung, tidak
ingin berkomunikasi, dan sering bertanya tentang kondisi penyakitnya.
Ketidakyakinan dan keputusasaan sering membawa pada perilaku isolasi. Perawat
harus bisa mengenali tanda klien mengisolasi diri, sehingga klien dapat
memberikan dukungan social bisa dari teman dekat, kerabat/keluarga terdekat
untuk selalu menemani klien.

4) Pengkajian Spiritual
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses kematian,
bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya. Apakah semakin
mendekatkan diri pada Tuhan ataukah semakin berontak akan keadaannya.
Perawat juga harus mengetahui disaat-saat seperti ini apakah pasien
mengharapkan kehadiran tokoh agama untuk menemani disaat-saat terakhirnya.

5) Pengkajian Kultural
Latar belakang budaya mempengaruhi individu dan keluarga mengekspresikan
berduka dan menghadapi kematian atau menjelang ajal. Perawat tidak boleh
menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal berdasarkan etika, norma, dan
budaya, sehingga reaksi menghakimi harus dihindari.

2.8 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AIDS DENGAN


PERMASALAHAN PALLIATIVE

2.8.1 Diagnosa Keperawatan


1. Biologi
a. Ketidakefektifan termogulasi b.d penurunan imunitas tubuh
b. Katidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d penurunan
asupan oral
c. Intoleransi aktivitas b.d keadaan mudah letih, kelemahan, malnutrisi
dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Psikologi
a. Harga diri rendah b.d penyakit kronis, krisis stuasional
3. Sosial
a. Tidak efektifnya mekanisme koping keluarga b.d kemampuan dalam
mengaktualisasi diri
4. Spiritual
a. Distress spiritual b.d penyakit infeksi kronis

11
2.8.2 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No. Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Ketidakefektifan NOC : NIC :
termoregulasi b.d 1. Hidration Temperature Regulation
penurunan 2. Immune status (Pengaturan Suhu Tubuh)
imunitas tubuh 3. Risk Control 1. Monitor suhu tubuh
4. Risk detection minimal 2 jam sekali
5. Adherence behavior 2. Rencanakan monitor
Setelah dilakukan suhu tubuh secara
tindakan keperawatan continue
selama 3×24 jam 3. Monitor TTV
diharapkan imunitas 4. Monitor warna dan
tubuh kembali dalam suhu kulit
keadaan normal dan 5. Monitor tanda-tanda
stabil adanya hipertermi dan
dengan kriteria hasil : hipotermi
1. Keseimbangan 6. Tingkatkan intake
antara produksi cairan dan nutrisi
panas, panas yang 7. Diskusikan tentang
diterima dan pentingnya pegaturan
kehilangan panas. suhu dan kemungkinan
2. Seimbang antara efek negatif dan
produksi panas, kedinginan.
panas yang diterima
dan kehilangan
panas selama 28 hari
pertama kehidupan.
3. Temperature tubuh
dalam keadaan
stabil.
4. Tidak ada perubahan
warna kulit

12
5. Glukosa darah stabil
6. Proses menular
pengendalian resiko
:paparan sinar
matahari.
7. Pengendalian resiko
: hipertermia dan
hypotermia.

2. Ketidakseimbang Setelah dilakukan 1. Kaji adanya alergi


an nutrisi kurang tindakan keperawatan makanan
dari kebutuhan selama 3×24 jam 2. Monitor adanya
b.d penurunan diharapkan imunitas penurunan BB
asupan oral tubuh kembali dalam 3. Yakinkan diet yang
keadaan normal dan dimakan mengandung
stabil dengan kriteria tinggi serat untuk
hasil : mencegah kontipasi
1. Adanya peningkatan 4. Beri makanan sedikit
BB sesuai dengan tapi sering
tujuan 5. Berikan informasi
2. BB ideal sesuai tentang kebutuhan
dengan tinggi badan nutrisi
3. Tidak ada tanda- 6. Kolaborasi dengan ahli
tanda malnutrisi gizi untuk menentukan
4. Menunjukkan jumlah kalori dan
peningkatan fungsi nutrisi yang dibutuhkan
pengecapan dan pasien.
menelan
5. Tidak terjadi
penurunan BB yang
drastis.

13
3. Intoleransi Setelah dilakukan 1. Bantu klien untuk
aktivitas b.d tindakan keperawatan mengidentifikasi
keadaan mudah selama 3×24 jam aktivitas yang mampu
letih, kelemahan, diharapkan imunitas dilakukan.
malnutrisi dan tubuh kembali dalam 2. Bantu klien untuk
gangguan keadaan normal dan membuat jadwal
keseimbangan stabil dengan kriteria latihan diwaktu luang
cairan dan hasil : 3. Sediakan penguatan
elektrolit 1. Berpartisipasi dalam yang positif bagi yang
aktivitas fisik tanpa aktif beraktivitas
disertai peningkatan 4. Kolaborasi dengan
tekanan darah, nadi, tenaga rehabilitasi
dan RR. medik dalam
2. Mampu melakukan merencanakan terapi
aktivitas ADL yang tepat.
secara mandiri
3. Terpenuhinya
keseimbangan
aktivitas dan
istirahat.

4. Harga diri rendah Setelah dilakukan Self Extern Enhancement


b.d penyakit tindakan keperawatan 1. Tunjukan rasa percaya
kronis, krisis selama 3×24 jam diri terhadap
stuasional diharapkan imunitas kemampuan pasien
tubuh kembali dalam untuk mengatasi situasi
keadaan normal dan 2. Dorong pasien
stabil dengan kriteria mengidentifikasi
hasil : kekuatan dirinya.
1. Adaptasi terhadap 3. Ajarkan keterampilan
ketidaknyamanan perilaku yang positif
fisik : respon adaptif 4. Buat statement positif
klien terhadap untuk menerima semua

14
tantangan fungsional kondisinya
penting 5. Kaji alasan-alasan
2. Menunjukkan untuk mengkritik atau
penilaian pribadi menyalahkan diri
tentang harga diri sendiri
3. Mengungkapkan 6. Kolaborasi dengan
penerimaan diri sumber-sumber lain
4. Komunikasi terbuka (petugas dinas sosial,
menggunakan perawat spesialis klinis,
strategi koping dan layanan
efektif keagamaan)

Body Image Enhancement


Counseling
1. Menggunakan proses
pertolongan interaktif
yang berfokus pada
kebutuhan, masalah
atau perasaan asien dan
orang terdekat untuk
meningkatkan atau
mendukung koping
pemecahan masalah.

5. Tidak efektifnya Setelah dilakukan Coping Enhancement


mekanisme tindakan keperawatan 1. Kaji koping keluarga
koping keluarga 1×24 jam diharapakan terhadap sakit pasein
b.d kemampuan keluarga dapat dan perawatannya
dalam mempertahankan 2. Biarkan keluarga
mengaktualisasi suport sistem dan mengungkapkan
diri adaptasi terhadap perasaan secara
perubahan akan verbalnya
kebutuhannya 3. Ajarkan kepada

15
dengan Kriteris hasil : keluarga mengenai
1. Pasien dan keluarga penyakit dan
berinteraksi dengan transmisinya
cara yang 4. Berikan edukasi
konstruktif mengeanai
2. Keluarga bisa permasalahan penyakit
menerima keadaan yang sedang dialami
klien pasien

6. Distress spiritual Setelah dilakukan 1. Kaji faktor penyebab


b.d penyakit tindakan keperawatan 3 gangguan spiritual
infeksi kronis x 24 jam diharapkan pada pasien
pasien terbebas dari 2. Bina hubungan saling
distress percaya dengan pasien
dengan kriteria hasil: 3. Bantu pasien
1 Mampu membina mengungkapkan
hubungan saling perasaan terhadap
percaya dengan ritual yang diyakini
perawat
2 Mampu
mengungkapkan
penyebab
gangguan spiritual

16
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala


atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh
virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk famili retroviridae.
AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. Seseorang yang telah terdiagnosa
AIDS maka akan mengalami permasalahan pada fisik, psikologis, sosial dan
spiritualnya karena penyakit AIDS merupakan salah satu penyakit terminal yang sulit
disembuhkan dan belum ada obatnya.
Sebagai seorang perawat harus mampu mengatasi permasalahan paliatif yang
ada pada pasien AIDS dengan memberikan dukungan, menyediakan lingkungan yang
baik dan menjelaskan pada keluarga serta pasien bagaimana cara pencegahan tertular
HIV serta bagaimana cara agar pasien AIDS tidak merasa sendiri dan menjadi stress
yang dikarenakan penyakitnya.

3.2 SARAN

a. Bagi Perawat
Diharapkan kepada perawat lebih paham mengenai asuhan keperawatan
penanganan kasus palliative care dengan kasus AIDS. Sehingga perawat dapat
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam keperawatan.

b. Bagi Mahasiswa/i
Diharapkan kepada mahasiswa/i agar bisa lebih memahami asuhan keperawatan
penanganan kasus palliative care dengan kasus AIDS. Sehingga mahasiswa/i
dapat menambah pengetahuan mengenai keperawatan.

c. Bagi Dosen
Penyusun menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan baik dari segi materi maupun bahasanya. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan demi
kesempurnaan pembuatan makalah di masa yang akan datang.

17
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, F. N. (2016). Pengaruh Kualitas Dan Komitmen Kelompok Relawan Terhadap


Prestasi Kerja Relawan Dalam Program Paliatif Di Puskesmas Rangkah, Kecamatan
Tambaksari, Surabaya. Jurnal Kebijakan Dan Manajemen Publik.

Armiyati, Y., Rahayu, D. A., & Aisah, S. (2015). Manajemen Masalah Psikososiospiritual
Pasien Hiv/Aids Di Kota Semarang. In Prosiding Seminar Nasional & Internasional.

Indriani, S. D., & Fauziah, N. (2017). Karena Hidup Harus Terus Berjalan (Sebuah Studi
Fenomenologi Kehidupan Orang Dengan Hiv/Aids). Jurnal Empati, 6(1), 385-395.

Muntamah, U., & Kp, S. (2020). Buku Referensi Untuk Perawat “Pedoman Perawatan
Paliatif Pada Orang Dengan Hiv/Aids (Odha) Di Rumah Sakit”.

Nurarif,A.H & Kusuma,H.(2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis Dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1.Yogyakarta:Mediaction Jogja

Salami, S., Muvira, A. A., & Yualita, P. (2021). Studi Kualitatif Strategi Koping Penderita
Hiv Aids Di Kota Bandung. Faletehan Health Journal, 8(01), 22-30.

18

Anda mungkin juga menyukai