Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ANAK JALANAN DAN

GELANDANGAN
D

Oleh Kelompok 4 :

1. Lia permatasari
2. Suci Widari
3. Dian Indah
4. Sarmariani
5. Bachtiar Ziliwu
6. Roy Siregar
7. Faisal Akbar Lubis

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIMEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Saya panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah “ ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA ANAK JALANAN DAN GELANDANGAN ” dengan baik.Selesainya penyusunan
ini berkat bantuan, bimbingan, pengarahan, petunjuk, dorongan dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini kelompok mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu:


1. Parlindungan Purba,SH,MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba,M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia
3. Taruli Rohana Sinaga SP.M.KM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
4. Ns. Rinco Siregar,S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan
Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
5. Ns.Jek Amidos Pardede,M.Kep,Sp,Kepj selaku Dosen Pengajar yang telah memberikan
bimbingan, arahan dan saran kepada kelompok dalam menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari bahwa penyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari isi
maupun susunannya, untuk itu saya membuka diri terhadap kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak dami kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat dari pembaca dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khusunya
dibidang keperawatan. Akhir kata penulis mengucapkan terimaksih.

Medan, 20 november 2019


Penulis

Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................5


1.1 Latar Belakang ...............................................................................................5
1.2 Tujuan ............................................................................................................6
1.2.1 Tujuan Umum .......................................................................................6
1.2.2 Tujuan Khusus ......................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORITIS ...............................................................................7
2.1 Tinjauan Teoritis Medis .................................................................................7
2.1.1 Definisi ..................................................................................................8
2.2 Etiologi ..........................................................................................................9
2.3 Patofisiologi ...................................................................................................10
2.4 Manifestasi Klinis ..........................................................................................10
2.5 Pentalaksaan Medis ........................................................................................12
2.6 Konsep Dasar Keperawatan ...........................................................................14
2.6.1 Pohon Masalah ......................................................................................14
2.6.2 Diagnosa Keperawatan .........................................................................14
2.6.3 Gambaran Klinis ...................................................................................14
2.7 Pentalaksanaan Keperawatan .........................................................................15
2.7.1 Pengkajian .............................................................................................15
2.7.2 Dignosa keperawatan ...........................................................................15
2.7.3 Intervensi Keperawatan ........................................................................15
2.7.4 Prinsip Keperawatan .............................................................................16
2.7.5 Pentalaksanaan Keperawatan ................................................................17
2.7.6 Evaluasi Keperawatan...........................................................................17
BAB III TINJAUAN KASUS .................................................................................18
3.1 Identitas Klien ................................................................................................18
3.2 Pengkajian Keperawatan ................................................................................18
3.2.1 Identitas Pasien .....................................................................................18
3.2.2 Alasan Masuk........................................................................................18
3.2.3 Faktor Predisposisi ................................................................................19
3.3 Fisik................................................................................................................19
3.4 Psikososial......................................................................................................19
3.5 Analisa Data ...................................................................................................20
3.6 Pohon Masalah ...............................................................................................22
3.7 Daftar Masalah Keperawatan .........................................................................22
3.8 Prioritas Masalah ...........................................................................................22
3.9 Intervensi Keperawatan .................................................................................23
3.10 Implementasi dan Evaluasi ........................................................................24

BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................................26


BAB V PENUTUP .................................................................................................30
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................30
5.2 Saran ..............................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
melakukan kegiatan hidup sehari-hari di jalanan, mencari nafkah atau berkeliaran dijalan-
jalan atau tempat umum lainnya (Sudarsono, 2009). Pengertian anak jalanan menurut dinas
sosial propinsi DIY tahun 2010 adalah anak yang melewatkan atau memanfaatkan waktunya
dijalanan sampai dengan umur 18 tahun. Anak jalanan adalah anak yang penampilannya
kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus, mobilitasnya tinggi Departemen Sosial RI,
2005. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008 menyebutkan terdapat
154.861 jiwa anak jalanan, pada tahun 2009 terdapat 230.000 anak jalanan, pada tahun 2010
jumlah anak jalanan di Indonesia diperkirakan mencapai 200.000 anak jalanan dan Menurut
Menteri Sosial Salim Segaf Al-Jufri menyatakan bahwa pada tahun 2014 jumlah anak jalanan
secara nasional 230.000. Jumlah anak jalanan di wilayah Jawa Timur untuk tahun 2012 laki-
laki 2.262 anak jalanan dan perempuan 608 anak jalanan, jumlah keseluruhan 2.870 anak
jalanan. Data Seksi Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kota Malang menyebutkan, total anak
jalanan di Kota Malang tahun 2014 berjumlah 548 anak. Anak-anak jalanan sering
melakukan tingkah laku yang meresahkan masyarakat, salah satu tingkah lakunya yaitu
tingkah laku agresi. Perilaku agresi yang muncul ini disebabkan karena adanya tekanan-
tekanan dari lingkungan dan ketidak berdayaan serta ketidakmampuan anak untuk menangani
permasalahan-permasalahannya yang 2 menimbulkan perasaan frustrasi di dalam diri anak,
pada anak yang memiliki tipe kepribadian tertentu yang tidak tahan terhadap perubahan
berpotensi dengan perilaku ngelem Moci (2013). Eysenck dalam teori kepribadiannya
membagi tipe keprbadian menjadi bagian-bagian yang bergerak secara kontinum
(dimensional) Nasution (2004). Faktor pencetus kekambuhan yang utama adalah rendahnya
komitmen untuk pulih yang tergantung pada kondisi psikologis dan kepribadian tertentu
(BNN, 2009). seseorang yang telah berhenti menggunakan narkoba diharapkan memiliki
kondisi psikologis yang baik, diantaranya ditandai dengan psychological well-being yang
baik. maka tidak akan mudah untuk terjerumus menggunakan narkoba kembali atau
mengalami kekambuhan. Penelitian Marina, dkk (2000) menyatakan bahwa disamping faktor
teman sebaya, faktor lain yang turut berperan dalam mekanisme penyalahgunaan NAPZA
adalah faktor dari dalam diri yaitu kepribadian. Kepribadian merupakan salah satu faktor
etiologik dan konsisten, kepribadian merupakan faktor predisposisi pada terjadinya
penggunaan NAPZA. Kepribadian turut menentukan terjadinya penyalahgunaan obat, sebagai
contoh, kepribadian dapat menentukan apakah seseorang bergabung dengan kelompok
penyalahgunaan obat, apakah ikut mencoba obat tersebut dan apakah seseorang
menggunakan obat tersebut lebih lanjut Eysenck, 1997(dalam Prawira, 2012).

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum Untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah Keperawatan Jiwa serta
mengetahui bagaimana bentuk keperawatan kesehatan jiwa di masyarakat.

2. Tujuan Khusus: Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan jiwa di masyarakat khususnya


pada anak jalanan dan gelandangan

C. Manfaat Manfaat yang diharapkan oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Untuk masyarakat Sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan kesehatan

2. Untuk Mahasiswa Sebagai bahan pembanding tugas serupa

3. Untuk tenaga kesehatan Makalah ini bisa di jadikan bahan acuan untuk melakukan
tindakan asuhan keperawatan pada kasus keperawatan kesehatan jiwa masyarakat.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Keperawatan Kesehatan Jiwa


Jiwa adalah unsur manusia yang bersifat nonmateri, tetapi fungsi dan manifestasinya
sangat terkait pada materi, jiwa bersifat abstrak dan tidak berwujud benda. Hal ini
karena jiwa memang bukan berupa benda, melainkan sebuah sistem perilaku, hasil
olah pemikiran, perasaan, persepsi, dan berbagai pengaruh lingkungan sosial. Semua
ini merupakan manifestasi sebuah kejiwaan seseorang. Oleh karena itu, untuk
mempelajari ilmu jiwa dan keperawatannya, pelajarilah dari manifestasi jiwa terkait
pada materi yang dapat diamati berupa perilaku manusia. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, sehat adalah dalam keadaan bugar dan nyaman seluruh tubuh dan
bagian-bagiannya. Bugar dan nyaman adalah relatif, karena bersifat subjektif sesuai
orang yang mendefinisikan dan merasakan. World Health Organization (WHO) pada
tahun 2008 menjelaskan kriteria orang yang sehat jiwanya adalah orang yang dapat
melakukan hal berikut.

1. Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk.

2. Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan.

3. Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya.

4. Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima.

5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling memuaskan.

6. Mempunyai daya kasih sayang yang besar.

7. Menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran di kemudian hari.

8. Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.

Menurut WHO, kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang menceerminkan kedewasaan
kepribadiannya. UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1966 tentang Upaya Kesehatan Jiwa,
memberikan batasan bahwa upaya kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dapat menciptakan
keadaan yang memungkinkan atau mengizinkan perkembangan fisik, intelektual, dan
emosional yang optimal pada seseorang, serta perkembangan ini selaras dengan orang
lain. Menurut UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pada Bab IX tentang
kesehatan jiwa menyebutkan Pasal 144 ayat 1 “Upaya kesehatan jiwa ditujukan untuk
menjamin setiap

orang dapat menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan
gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa”. Ayat 2, “Upaya kesehatan jiwa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas preventif, promotif, kuratif, rehabilitatif
pasien gangguan jiwa, dan masalah psikososial”.

B. Definisi Gelandangan dan Anak Jalanan

1. Definisi Gelandangan Gelandangan sebagai entitas sosial merupakan orang-orang yang


hidup dalam keadaan yang tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam
masyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di
wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum (PP No. 31 tahun 1980 tentang
Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis).

2. Definisi Anak Jalanan Anak jalanan atau sering disingkat anjal adalah sebuah istilah umum
yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun
masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Menurut Departmen Sosial RI (1999),
pengertian tentang anak jalanan adalah anak-anak di bawah usia 18 tahun yang karena
berbagai faktor, seperti ekonomi, konflik keluarga hingga faktor budaya yang membuat
mereka turun ke jalanan. UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan, yaitu Street
Child are those who have abandoned their homes, school and immediate communities
before they are sixteen years of age, and have drifted into a nomadic streat life.
Berdasarkan hal tersebut, maka anak jalanan adalah anak-anak berumur di bawah 16 tahun
yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat
terdekantnya, larut dalam kehidupan berpindah-pindah di jalan raya.

3. Definisi Anak Jalanan dan Gelandangan Psikotik Gelandangan psikotik adalah penderita
gangguan jiwa kronis yang keluyuran di jalan-jalan umum, sehingga dapat mengganggu
ketertiban umum dan merusak keindahan lingkungan.
C. Psikotik

Psikotik adalah bentuk disorder mental atau kegalauan jiwa yang dicirikan dengan adanya
disintegrasi kepribadian dan terputusnnya hubungan jiwa dengan Realita. Kriteria Psikotik
adalah sebagai berikut:

1. Psikotik organik sikotik yang penyebabnya adalah gangguan pada susunan syaraf pusat
dan psikotik yang disebabkan oleh kondisi fisik, gangguan metabolisme dan intoksikasi
obat.

2. Psikotik Fungsional Psikotik yang disebabkan oleh gangguan pada kepribadian seseorang
yang bersifat psikogenetik yaitu skizofrenia (perpecahan kepribadian) seperti psikotik
paranoid dan curiga. Berikut faktor penyebab psikotik, antara lain:

1. Tekanan-tekanan kehidupan ( emosional)

2. Kekecewaan yang tidak pernah terselesaikan

3. Adanya hambatan yang terjadi pada masa tumbuh kembang

4. Kecelakaan yang menyebabkan kerusakan gangguan otak

5. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat.

Menurut UU no 23 tentang kesehatan jiwa menyebutkan penyebab munculnya anak


jalanan dan gelandangan psikotik adalah:

1. Keluarga tidak perduli

2. Keluarga malu

3. Keluarga tidak tahu

4. Obat tidak diberikan

5. Tersesat ataupun karena Urbanisasi

D. Tanda dan Gejala Anak Jalanan dan Gelandangan Psikotik

1. Orang dengan tubuh yang kotor sekali,

2. Rambutnya seperti sapu ijuk


3. Pakaiannya compang-camping dengan membawa bungkusan besar yang berisi
macammacam barang

4. Bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri

5. Sukar diajak berkomunikasi

6. Pribadi tidak stabil

7. Tidak memiliki kelompok

E. Layanan yang dibutuhkan oleh anak jalanan dan gelandangan psikotik

1. Kebutuhan fisik, meliputi kebutuhan makan, pakaian, perumahan dan kesehatan

2. Kebutuhan layanan psikis meliputi terapi medis psikiatris. keperawatan dan psikologis

3. Kebutuhan sosial seperti rekreasi, kesenian dan olah raga

4. Layanan kebutuhan ekonomi meliputi ketrampilan usaha, ketrampilan kerja dan


penempatan dalam masyarakat.

5. Kebutuhan rohani

F. Asuhan Keperawatan Pada Anak Jalanan Dan Gelandangan

1. Pengkajian

a) Faktor predisposisi

 Genetik
 Neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan sistem neurotransmiter.
 Teori virus dan infeksi

b) Faktor presipitasi

 Biologis
 Sosial kutural
 Psikologis
c) Penilaian terhadap stressor

Respon Adaptif Respon Maladaptif


o Berfikir logis  -pemikiran  Gangguan
o Persepsi akurat  Terdistorsi pemikiran
o Emosi konsisten  Ilusi  Waham/halusinasi
dengan pengalaman  Reaksi emosi  Kesulitan
berlebih dan pengolahan
o Perilaku sesuai tidak  Emosi
o Berhubungan sosial bereaksi  Perilaku kacau dan
 Prilaku aneh isolasi social
 Penarikan
tidak
berhubungan
dengan
social

d) Sumber koping

 Disonasi kognitif ( gangguan jiwa aktif )


 Pencapaian wawasan
 Kognitif yang konstan
 Bergerak menuju prestasi kerja

e) Mekanisme koping

 Regresi( berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan pengeluaran


sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola anxietas)
 Proyeksi ( upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan dengan
menetapkan tanggung jawab kepada orang lain)
 Menarik diri
 Pengingkaran

2. Diagnosa Keperawatan

1. Harga Diri Rendah

2. Isolasi Sosial

3. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

4. Resiko perilaku kekerasan/Perilaku kekerasan

5. Gangguan Proses Pikir: Waham

6. Resiko Bunuh Diri

7. Defisit Perawatan Diri

3. Intervensi Keperawatan Diagnosa

1. Harga Diri Rendah

Tujuan umum :

klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bisa berhubungan dengan orang lain dan
lingkungan.

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan :

1.1 Bina hubungan saling percaya :

salam terapeutik, perkenalan diri,

1.2 Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,

1.3 Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
1.4 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya

1.5 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien

1.6 Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung
jawab serta mampu menolong dirinya sendiri

2.Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Tindakan :

2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

2.2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,

2.3. Utamakan memberi pujian yang realistis

2.4. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3.Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan Tindakan :

3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3.2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah

4.Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang


dimiliki Tindakan :

4.1 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

4.3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Tindakan :

5.1 Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien 5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Tindakan :

6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien

6.2 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat

6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah


6.4 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Diagnosa 2: Menarik diri

Tujuan Umum :Klien dapat berinteraksi dengan orang lain

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan :

1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
dengan cara :

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

b. Perkenalkan diri dengan sopan

c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri Tindakan:

2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.

2.2 Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri
atau mau bergaul

2.3 Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang
muncul

2.4 Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

3 3. . Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.

Tindakan :
3 3. .1 1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
(tidur, marah, menyibukkan diri dll)

3.2 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain

a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan


berhubungan dengan prang lain

b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain

c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang


keuntungan berhubungan dengan orang lain

3.3 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain

a. beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain

b. diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

c. beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian


tidak berhubungan dengan orang lain

4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial Tindakan:

4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain

4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :

▪K–P

▪K–P–P

lain

▪K–P–P

lain – K lain

▪ K – Kel/Klp/Masy

4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.

4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan


4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu

4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan

4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain


Tindakan:

5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain
5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain.

5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat
berhubungan dengan oranglain

6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga Tindakan:

6 6. .1 1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga : :

▪ Salam, perkenalan diri

▪ Jelaskan tujuan

▪ Buat kontrak

▪ Eksplorasi perasaan klien

6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :

▪ Perilaku menarik diri

▪ Penyebab perilaku menarik diri

▪ Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi

▪ Cara keluarga menghadapi klien menarik diri

6.3 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi
dengan orang lain.

6.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu kali
seminggu
6.5 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

Diagnosa 3: Perilaku kekerasan

TujuanUmum : Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

Tujuan Khusus:

1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.


Tindakan:
1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi.
1.2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
1.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
2.1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2.2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
2.3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap
tenang.
3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan. Tindakan :
3.1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
3.2. Observasi tanda perilaku kekerasan.
3.3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
4) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
4.1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
4.2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
4.3. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"
5) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. Tindakan:
5.1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
5.2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
5.3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan. Tindakan :
6.1. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
6.2. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal,
berolah raga, memukul bantal / kasur.
6.3. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
6.4. Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi
kesabaran.
7) Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan. Tindakan:
7.1. Bantu memilih cara yang paling tepat.
7.2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
7.3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
7.4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
7.5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
8) Klien mendapat dukungan dari keluarga. Tindakan :
8.1. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan
keluarga.
8.2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
9) Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
9.1. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping).
9.2. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis,
cara dan waktu).
9.3. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

Diagnosa 4: Gangguan Proses Pikir :


Waham
Tujuan umum : klien tidak terjadi gangguan proses fikir yang berhubungan
dengan gangguan konsep diri (harga diri rendah/klien akan meningkat harga
dirinya)
Tujuan khusus :
 Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
 Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
 Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
 Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
1. Dapat membina hubungan saling percaya Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu,
tempat dan topik pembicaraan)
1.2 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
1.3 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
1.4 Jangan membantah dan mendungkung waham klien, katakan perawat menerima
keyakinan klien “saya menerima keyakinan anda” disertai ekspresi menerima,
katakana perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak
membicarakan isi waham klien.
1.5 Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Tindakan
: 2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimilik
2.2 Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi
pujian yang realistis
2.3 Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan Tindakan :
3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.2 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah

4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang


dimiliki Tindakan :
4.1 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
4.3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Tindakan :


4.4 Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
4.5 Beri pujian atas keberhasilan klien
4.6 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
5 Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Tindakan :
5.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
5.2 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
5.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
5.4 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Diagnosa 5 : Defisit Perawatan Diri :


kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK
Tujuan Umum : Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri kebersihan diri,
berdandan, makan, BAB/BAK.
Tujuan Khusus :
 Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
 Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
 Pasien mampu melakukan makan dengan baik
 Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri Intervensi

1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri


1.1 Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
1.2 Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
1.3 Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
1.4 Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

2) Melatih pasien berdandan/berhias


2.1 Untuk pasien laki-laki latihan meliputi:
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Bercukur
2.2 Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Berhias
3) Melatih pasien makan secara mandiri
3.1 Menjelaskan cara mempersiapkan makan
3.2 Menjelaskan cara makan yang tertib
3.3 Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
3.4 Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri


4.1 Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
4.2 Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
4.3 Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

Diagnosa 6: perubahan persepsi sensorik :


Halusinasi berhubungan dengan menarik diri
Tujuan Umum : klien mampu mengontrol halusinasinya
Tujuan khusus :
 Klien mampu membina hubungan saling percaya
 Klien dapat mengenal halusinasinya
 Klien dapat mengotrol halusinasinya
 Klien dapat menggunakan obat dengan benar
1 1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya
1.1 Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
1.2 Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan
1.3 Tanyakan nama lengkap dan panggilan yang disukai
1.4 Buat kontrak yang jelas
1.5 Tunjukkan sikap jujur dan menunjukkan sikap empati serta menerima apa adanya
1.6 Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar pasien
1.7 Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya
1.8 Dengarkan ungkapan pasien dengan penuh perhatian ada ekspresi perasaan
pasien.

2. Pasien dapat mengenal halusinasinya


2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
2.2 Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi (verbal dan non verbal)
2.3 Bantu mengenal halusinasi
2.4 Jika pasien tidak berhalusinasi, klarivikasi tentang adanya halusinasi , diskusikan
dengn pasien isi, waktu, dan frekuensi halusinasi pagi,siang,sore, malam atau
sering, jarang)
2.5 Diskusikan tentang apa yang dirasakan saat terjadi halusinasi
2.6 Diskusikan tentang dampak yang dialami jika pasien menikmati halusinasi
3. Pasien dapat mengontrol halusinasinya Intervensi :
3.1 Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika terjadi halusinasi
3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan pasien
3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol halusinasi
3.4 Bantu pasien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya.
3.5 Pantau pelaksanan tindakan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil beri pujian.

4. Pasien dapat menggunakan obat dengan benar


4.1 Diskusikan tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, dosis, nama,
frekuensi, efek samping minum obat.
4.2 Pantau saat pasien minum obat (pasien harus minum obat didepan perawat, dan
benarbenar meminum obat)
4.3 Anjurkan pasien minta sendiri obatnya pada perawat
4.4 Beri reinforcmen jika pasien menggunakan obat dengan benar
4.5 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter
4.6 Anjurkan pasien berkonsultasi dengan dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.

Diagnosa 7: Risiko Bunuh Diri


1. Tindakan keperawatan klien yang mengancam atau mencoba bunuh diri.
 Tujuan : Klien tetap aman dan selamat
 Tindakan : melindungi klien Perawat yang dapat melakukan hal-hal berikut
untuk melindungi klien yang mengancam atau berupaya bunuh diri.
a. Tetap menemani klien sampai dipindahkan ketempat yang lebih aman
b. Menjauhkan semua benda yang berbahaya
c. Memastikan bahwa pasien benar-benar telah meminum obatnya, jikia pasien
mendapatkan obat
d. Menjelaskan dengan lembut pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien
sampai pasien melupakan keinginanya untuk bunuh diri.
2. Tindakan keperawatan untuk klien yang menunjukan isyarat untuk bunuh diri
Tujuan :
a. Klien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya
b. Klien dapat mengungkapkan perasaanya
c. Klien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
Tindakan
a. Mendiskusikan tentang cara menagatasi keinginan bunug diri, yaitu dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman dekat
b. Meningkatkan harga diri klien dengan memberikan kesempatan untuk
mengungkapkan perasaannya, berikan pujian untuk klien, menyakinkan klien
bahwa dirinya berarti untuk orang lain
c. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara mendiskusikan
dengan klien cara menyesaikan masalahnya, mendiskusikan dengan klien
efektifitas masing-masing cara penyelesaian masalah.
BAB III
KESIMPULAN SARAN

Anda mungkin juga menyukai