POKOK BAHASAN
SASARAN
LOKASI
WAKTU
I.
II.
2.
3.
4.
2. Do :
Memberikan tanggapan/pertanyaan pada saat brainstorming dan
penyuluhan berlangsung.
3. Show :
Mendengarkan dengan penuh perhatian saat penyuluhan berlangsung
IV.
Materi
1. Pengertian perilaku kekerasan
2. Penyebab perilaku kekerasan
3. Tanda dan gejala perilaku kekerasan (marah).
4. Peran Keluarga dalam mengatasi perilaku kekerasan (marah).
V.
Metode
1. Diskusi
2. Ceramah
VI.
Media
1. Leaflet dan
2. Plipchart
VII.
Struktur Organisasi
1. Moderator
: Virani Julia
2. Leader
: Asri Prima
Co Leader
3. Fasilitator
: Irma Suryani
: Rizki M
Nunung Kurniasih
VIII. Kegiatan
NO
KEGIATAN/
PEMBERI MATERI/
PESERTA
1.
2.
WAKTU
Pembukaan
PENYULUH
Mengucapkan Salam
5 menit
Memperkenalkan diri
Isi
15 menit
Menjawab salam
Mendengarkan penjelasan
Memperhatikan
dan
disampaikan
dalam
perilaku kekerasan
Menjelaskan
dalam
peran
mengatasi
keluarga
perilaku
pasien dirumah
kekerasan (marah)
3.
Penutup
10 menit
Menyimpulkan
penting
materi,
keluarga
peran
dalam
Peserta
mengajukan
pertanyaan
dan menyimak
tanggapan
terhadap
pertanyaan
Mendengarkan
dan
(marah)
IX.
Menjawab salam
Evaluasi
1. Prosedur :
Penyuluh memberikan pertanyaan langsung kepada peserta
2. Bentuk : lisan
3. Jenis :
a. Sebutkan pengertian perilaku kekerasan dengan benar.. ?
b. sebutkan penyebab dari marah dengan benar.. ?
c. sebutkan tanda-tanda marah dengan benar..?
d. Jelaskan cara mengatasi perilaku kekerasan (marah)..?
X. Sumber Bacaan
Anonim
(2012)
Mental
Disorder
ToolkitDiaksesdihttp:
//www.relatedminds.com
/wp-content
/uploads
/
2011/06/mdtoolkit.pdf pada 15 juni 2013
Anonim (2012). When a Family Member has Mental Illness Diakses di
http://wcmhar.org/familymembers.htm pada 15 juni 2013
Marsh., D. & Schenk, S. & Cook., A (2012) Families and Mental Illness .
Diadaptasi oleh National Alliance on Mental Illness / NAMI.Diakses
di : www.namigc.org/content/fact_sheet/familyinfo/familiesweb.htm
pada 15 juni 2013
Hunter Institute Of Mental Health / HIMH (2012) Mental illness and
Suicide
www.responseability.org/site/index.cfm?display=134913
Diakses pada 15 juni 2013
Knitzer, J., Steinberg, Z., & Fleisch, B. (1993). At the Schoolhouse Door:
An Examination of Programs and Policies for Children with
Behavioral and Emotional Problems. New York: Bank Street College
of Education.
Action of Mental Ilness (AMI) .(tanpa tahun) Role of the Family. Diakses di
: www.amiquebec.org/RoleoftheFamily.htm . Diakses pada : Juni
2013.
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian Resiko perilaku kekerasan
perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku
yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis
(Berkowitz, 1993)
Berdasarkan defenisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua
menjadi perilaku kekerasan scara verbal dan fisik (Keltner et al, 1995).
Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih
menunjuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang
biasanya disebut dengan perasaan marah (Berkowitz, 1993)
Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons
terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996)
B. Penyebab Resiko Perilaku Kekerasan
Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu
yang tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya
harga diri, kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.
1. Frustasi,
Sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai
tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi
frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu
menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan
orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
2. Hilangnya harga diri
Pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama
untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu
tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak,
lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.
3. Kebutuhan akan status dan prestise
Manusia pada umumnya
mempunyai
keinginan
Proses Marah
untuk
Gejala Marah
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa
ke rumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah. Menurut Boyd dan
Nihart ( 1998 ), klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukkan
adanya tanda dan gejala sebagi berikut:
1. gejala yang dapat diliht :
a. Muka merah
b. Mata melotot/pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Wajah memerah
f. Postur tubuh kaku
g. Mendekati orang lain dengan ancaman
h. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai seperti :
Mengumpat dengan kata-kata kotor, Suara keras
2. Gejala lain
a. Menyerang orang
b. Melukai diri sendiri/orang lain
c. Merusak lingkungan
d. Amuk/agresif
e. Mempunyai rencana untuk melukai
2.
b.
c.
d.
e.
b.
c.
Arahkan klien untuk memukul barang yang tidak mudah rusak (bantal,
kasur)
d.
e.
f.
g.
h.
Jika cara satu dan dua tidak berhasil, bawa klien konsultasi ke
pelayanan kesehatan jiwa puskesmas, unit psikiatri RSU, RS. Jiwa)
i.
C. TANDA F.
DAN
GEJALA
Tugas
Keluarga bisa sbb :
Tugas keluarga biasanya memenuhi kebutuhan harian yang tidak bisa
Bicara, senyum dan tertawa
sendiri
dipenuhi
pasien secara mandiri. Khususnya untuk pasien gangguan jiwa yang
dirawat di rumah sakit, jika secara fisik tidak mengalami gangguan maka
Menarik diri dan menghindar dari orang lain
ketergantungan terhadap orang lain biasanya minimal sehingga jarang pasien
gangguan
ditunggui
Tidak dapat membedakan antara
keadaanjiwa
nyata
dan
oleh keluarga.
1. Merawat penderita
tidak nyata
2. Memberikan support
3. Memastikan keberlangsungan pendampingan oleh keluarga
Tidak dapat memusatkan
4. perhatian
Melaporkan gejala atau perubahan perilaku yang tidak normal, di setiap
shift .
Curiga, bermusuhan, merusak
(diri sendiri,
5. Memastikan
obat diminum
6. Melaporkan penolakan pasien terhadap pengobatan
orang lain dan lingkungannya), takut
7. Memenuhi kebutuhan dasar penderita
8. Membangun komunikasi dengan pihak rumah sakit
Ekspresi muka tegang, mudah Secara
tersinggung
singkat menurut Marsh et all (2012) tugas dan peran keluarga
dalam menangani anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa sbb:
PROSES TERJADI 1.
HALUSINASI
Pendampingan pengobatan
2. Fahami dan normalkan pengalaman penderita
3. Pusatkan pada kelebihan-kelebihan dan kekuatan penderita
Halusinasi berkembang melalui 4 fase:
4. Pelajari tentang sakit jiwa dan sumber-sumber yang berkaitan
5. Ciptakan lingkungan yang mendukung penderita
6. Tingkatkan
memecahkan masalah
Fase pertama : Klien
mengalamikemampuan
stress,
7. Bantu memulihkan perasaan sedih dan kehilangan penderita
cemas, perasa-an perpisahan, kesepian yang
8. Kembangkan harapan yang realistis
memun-cak dan tidak dapat diselesaikan.
PENYULUHAN TENTANG PERAN KELUARGA DALAM MENGATASI
Klien mulai melamun dan memikirkan halPERILAKU KEKERASAN (MARAH) PADA PASIEN GANGGUAN JIWA
hal yang menyenangkan. Cara ini hanya
DI RUMAH SAKIT JIWA PROV JAWA BARAT
menolong sementara.
Fase kedua : Kecemasan meningkat,
melamun dan berpikir sendiri jadi dominan.
Disusun oleh:
KELOMPOK 3