Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

POKOK BAHASAN

: Peran Keluarga Dalam Mengatasi Perilaku


Kekerasan (Marah) Pada Pasien Gangguan Jiwa

SASARAN

: Pengunjung Poliklinik RSJ Provinsi Jawa Barat

LOKASI

: Poliklinik RSJ Bandung

WAKTU

: Senin, 14 Maret 2016


Pukul 08. 00 08.30 WIB

I.

Tujuan Instruksional Umum


Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan selama 30 menit,
pengunjung Poliklinik RSJ terutama keluarga dapat memberikan dukungan
yang baik kepada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

II.

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan selama 30 menit,
pengunjung Poliklinik RSJ Bandung akan dapat :
1.

Menyebutkan pengertian perilaku kekerasan dengan benar.

2.

Menyebutkan penyebab dari marah dengan benar

3.

Menyebutkan tanda-tanda marah dengan benar.

4.

Keluarga mengetahui cara mengatasi perilaku kekerasan (marah).

III. Analisa Tugas


1. Know
a. Mengetahui perilaku kekerasan dengan benar.
b. Mengetahui penyebab dari marah dengan benar
c. Mengatahui tanda-tanda marah dengan benar.
d. Keluarga mengetahui cara mengatasi perilaku kekerasan (marah).

2. Do :
Memberikan tanggapan/pertanyaan pada saat brainstorming dan
penyuluhan berlangsung.
3. Show :
Mendengarkan dengan penuh perhatian saat penyuluhan berlangsung
IV.

Materi
1. Pengertian perilaku kekerasan
2. Penyebab perilaku kekerasan
3. Tanda dan gejala perilaku kekerasan (marah).
4. Peran Keluarga dalam mengatasi perilaku kekerasan (marah).

V.

Metode
1. Diskusi
2. Ceramah

VI.

Media
1. Leaflet dan
2. Plipchart

VII.

Struktur Organisasi
1. Moderator

: Virani Julia

2. Leader

: Asri Prima

Co Leader
3. Fasilitator

: Irma Suryani
: Rizki M
Nunung Kurniasih

4. Perlengkapan: Rizky Rinaldi

VIII. Kegiatan
NO

KEGIATAN/

PEMBERI MATERI/

PESERTA

1.

2.

WAKTU
Pembukaan

PENYULUH
Mengucapkan Salam

5 menit

Memperkenalkan diri

Isi

Menjelaskan tujuan penyuluhan


Memberikan penjelasan awal

15 menit

Menjawab salam

Mendengarkan penjelasan
Memperhatikan
dan

tentang perilaku kekerasan

menyimak penjelasan yang

Menjelaskan tentang penyebab

disampaikan

perilaku kekerasan (marah)

Menjelaskan tanda dan gejala

dalam

perilaku kekerasan

Menjelaskan
dalam

peran

mengatasi

Peserta berperan serta aktif


mengungkapkan

keluarga

pengalaman saat menangani

perilaku

pasien dirumah

kekerasan (marah)

Peserta menyimak penjelasan


yang diberikan oleh penyuluh

3.

Penutup

10 menit

Menyimpulkan
penting

materi,

keluarga

peran

dalam

Peserta

mengajukan

pertanyaan

dan menyimak

tanggapan

terhadap

pertanyaan
Mendengarkan

dan

menyimak kesimpulan yang

mengatasi perilaku kekerasan

disampaikan oleh penyuluh

(marah)

Menanyakan tentang pengertian

gangguan jiwa, mengenal tanda-

Menjawab pertanyaan yang


diajukan oleh penyuluh

tanda gangguan jiwa, tugas dan


peran keluarga

Mengucapkan terima kasih atas


kerjasama dan perhatiaannya

IX.

Mengucapkan salam penutup

Menjawab salam

Evaluasi
1. Prosedur :
Penyuluh memberikan pertanyaan langsung kepada peserta

2. Bentuk : lisan
3. Jenis :
a. Sebutkan pengertian perilaku kekerasan dengan benar.. ?
b. sebutkan penyebab dari marah dengan benar.. ?
c. sebutkan tanda-tanda marah dengan benar..?
d. Jelaskan cara mengatasi perilaku kekerasan (marah)..?
X. Sumber Bacaan
Anonim
(2012)
Mental
Disorder
ToolkitDiaksesdihttp:
//www.relatedminds.com
/wp-content
/uploads
/
2011/06/mdtoolkit.pdf pada 15 juni 2013
Anonim (2012). When a Family Member has Mental Illness Diakses di
http://wcmhar.org/familymembers.htm pada 15 juni 2013
Marsh., D. & Schenk, S. & Cook., A (2012) Families and Mental Illness .
Diadaptasi oleh National Alliance on Mental Illness / NAMI.Diakses
di : www.namigc.org/content/fact_sheet/familyinfo/familiesweb.htm
pada 15 juni 2013
Hunter Institute Of Mental Health / HIMH (2012) Mental illness and
Suicide
www.responseability.org/site/index.cfm?display=134913
Diakses pada 15 juni 2013
Knitzer, J., Steinberg, Z., & Fleisch, B. (1993). At the Schoolhouse Door:
An Examination of Programs and Policies for Children with
Behavioral and Emotional Problems. New York: Bank Street College
of Education.
Action of Mental Ilness (AMI) .(tanpa tahun) Role of the Family. Diakses di
: www.amiquebec.org/RoleoftheFamily.htm . Diakses pada : Juni
2013.

MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian Resiko perilaku kekerasan
perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku
yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis
(Berkowitz, 1993)
Berdasarkan defenisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua
menjadi perilaku kekerasan scara verbal dan fisik (Keltner et al, 1995).
Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih
menunjuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang
biasanya disebut dengan perasaan marah (Berkowitz, 1993)
Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons
terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996)
B. Penyebab Resiko Perilaku Kekerasan
Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu
yang tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya
harga diri, kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.
1. Frustasi,
Sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai
tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi
frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu
menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan
orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
2. Hilangnya harga diri
Pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama
untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu
tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak,
lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.
3. Kebutuhan akan status dan prestise
Manusia pada umumnya

mempunyai

keinginan

mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.


C.

Proses Marah

untuk

Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari


yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan
kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan
terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan.
D.

Gejala Marah
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa
ke rumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah. Menurut Boyd dan
Nihart ( 1998 ), klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukkan
adanya tanda dan gejala sebagi berikut:
1. gejala yang dapat diliht :
a. Muka merah
b. Mata melotot/pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Wajah memerah
f. Postur tubuh kaku
g. Mendekati orang lain dengan ancaman
h. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai seperti :
Mengumpat dengan kata-kata kotor, Suara keras
2. Gejala lain
a. Menyerang orang
b. Melukai diri sendiri/orang lain
c. Merusak lingkungan
d. Amuk/agresif
e. Mempunyai rencana untuk melukai

Sedangkan menurut (Budiana Keliat, 1999) tanda dan gejala


perilaku kekerasan dapat berupa:
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)

2.

Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri


sendiri)

3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)


4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya )..
E. Cara Mengatasi Marah (Peran Serta Keluarga Dalam Merawat Klien
Yang Melakukan Perilaku Kekerasan)
1. Cara umum dapat diarahkan pada berbagai aspek :
a.

Fisik : menyalurkan marah melalui kegiatan fisik seperti lari pagi,


angkat berat, menari, jalan-jalan,olah raga,relaksasi otot

b.

Emosi : mengurangi sumber yang menimbulkan marah, misalnya


ruangan yang terang,sikap keluarga yang lembut

c.

Intelektual : mendorong ungkapan marah, melatih terbuka terhadap


erasaan marah, melindungi dan melaporkan jika amuk

d.

Sosial : mendorong klien yang melakukan cara marah yang


konstruktif (yg telah dilatih di rs)pada lingkungan

e.

Spritual :bantu menjelaskan keyakinan tentang marah, meingkatkan


kegiatan ibadah

2. Cara khusus yang dapat dilakukan keluarga pada kondisi khusus :


a.

Berteriak menjerit, memukul

b.

Terima marah klien, diam sebentar

c.

Arahkan klien untuk memukul barang yang tidak mudah rusak (bantal,
kasur)

d.

Setelah tenang diskusikan cara umum yang sesuai

e.

Bantu klien latihan relaksasi (latihan fisik, olah raga)

f.

Latihan pernafasan 2 kali/hari, tiap kali sepuluh kali tarikan dan


hembusan nafas

g.

Berikan obat sesuai dengan aturan pakai

h.

Jika cara satu dan dua tidak berhasil, bawa klien konsultasi ke
pelayanan kesehatan jiwa puskesmas, unit psikiatri RSU, RS. Jiwa)

i.

Sedapat mungkin anggota keluarga yang melakukan perilaku


kekerasan sedapat mungkin jangan diikat atau dikurung.

C. TANDA F.
DAN
GEJALA
Tugas
Keluarga bisa sbb :
Tugas keluarga biasanya memenuhi kebutuhan harian yang tidak bisa
Bicara, senyum dan tertawa
sendiri
dipenuhi
pasien secara mandiri. Khususnya untuk pasien gangguan jiwa yang
dirawat di rumah sakit, jika secara fisik tidak mengalami gangguan maka
Menarik diri dan menghindar dari orang lain
ketergantungan terhadap orang lain biasanya minimal sehingga jarang pasien
gangguan
ditunggui
Tidak dapat membedakan antara
keadaanjiwa
nyata
dan

oleh keluarga.
1. Merawat penderita
tidak nyata
2. Memberikan support
3. Memastikan keberlangsungan pendampingan oleh keluarga
Tidak dapat memusatkan
4. perhatian
Melaporkan gejala atau perubahan perilaku yang tidak normal, di setiap
shift .
Curiga, bermusuhan, merusak
(diri sendiri,
5. Memastikan
obat diminum
6. Melaporkan penolakan pasien terhadap pengobatan
orang lain dan lingkungannya), takut
7. Memenuhi kebutuhan dasar penderita
8. Membangun komunikasi dengan pihak rumah sakit
Ekspresi muka tegang, mudah Secara
tersinggung
singkat menurut Marsh et all (2012) tugas dan peran keluarga
dalam menangani anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa sbb:
PROSES TERJADI 1.
HALUSINASI
Pendampingan pengobatan
2. Fahami dan normalkan pengalaman penderita
3. Pusatkan pada kelebihan-kelebihan dan kekuatan penderita
Halusinasi berkembang melalui 4 fase:
4. Pelajari tentang sakit jiwa dan sumber-sumber yang berkaitan
5. Ciptakan lingkungan yang mendukung penderita
6. Tingkatkan
memecahkan masalah
Fase pertama : Klien
mengalamikemampuan
stress,
7. Bantu memulihkan perasaan sedih dan kehilangan penderita
cemas, perasa-an perpisahan, kesepian yang
8. Kembangkan harapan yang realistis
memun-cak dan tidak dapat diselesaikan.
PENYULUHAN TENTANG PERAN KELUARGA DALAM MENGATASI
Klien mulai melamun dan memikirkan halPERILAKU KEKERASAN (MARAH) PADA PASIEN GANGGUAN JIWA
hal yang menyenangkan. Cara ini hanya
DI RUMAH SAKIT JIWA PROV JAWA BARAT
menolong sementara.
Fase kedua : Kecemasan meningkat,
melamun dan berpikir sendiri jadi dominan.

Disusun oleh:
KELOMPOK 3

MAHASISWA PROFESI NERS ANGKATAN XI

Asri Prima Oksanti


Irma Suryani
Nunung Kurniasih
Rizki Maspupah
Rizky Rinaldi B
Virani Julianti

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES RAJAWALI BANDUNG
2016

Anda mungkin juga menyukai