Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HIPERBARIK OKSIGEN

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 11

1. ZELIA VICENTE B (152191071)

2. RUKMANA (152191074)

3. NUR HIDAYANTI (152191115)

4. SUSANTI DELINA SIKI (152191116)

KELAS : B (J.1.2)

MK : KONSEP TERAPI KOMPLEMENTER

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

S1 KEBIDANAN PROGRAM B

UNIV. NGUDI WALUYO

2019
KATA PENGANTAR

Asalamualaikum Wr. Wb.

Alhmdulillahirobil’alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.


Atas nikmat yang telah Allah berikan berupa nikmat sehat dan nikmxat
semxpat hingga kita bisa mengerjakan Makalah ini. Sholawat dan salam
semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW yang telah
membawa manusia dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan
ilmu pengetahuan separti saat ini.

Makalah ini membahas pemecahan masalah HIPERBARIK OKSIGEN,


Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun dari semua pihak guna kesempurnaaan makalah ini.

Semoga penyusunan makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Semarang, 30 September 2019

Penyusun,
DAFTAR ISI

SAMPUL .....................................................................................

LATAR BELAKANG ....................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ......................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................... 2


1.2 Tujuan .................................................................. 2

BAB II LANDASAN TEORI ..................................................... 3

2.1 Pengertian Terapi Oksigen Hiperbarik .................


2.2 Mekanisme Kerja dari Oksigen Hiperbarik ...........
2.3 Manfaat Terapi Oksigen Hiperbarik......................
2.4 Indikasi dan Kontraindikasi Terapi Oksigen
Hiperbarik .............................................................
2.5 Hal Yang Perlu Diperlukan Sebelum Menjalani
Terapi Hiperbarik..................................................
2.6 Efek Samping dan Komplikasi Terapi Oksigen
Hiperbarik .............................................................
2.7 Alat Yang Diperlukan Pada Terapi Oksigen
Hiperbarik .............................................................

BAB III PENUTUP ....................................................................

3.1 Kesimpulan ..........................................................


3.2 Saran ...................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran menghasilkan
sejumlah metode-metode baru dalam upaya penyembuhan penyakit. Salah
satu diantaranya adalah terapi hiperbarik.
Sejarah awal terapi hiperbarik berkaitan dengan dunia penyelaman
(diving), seperti diketahui bahwa manusia telah mengenal aktivitas menyelam
sejak jaman dahulu, oleh karena itu konsep pemikiran terapi hiperbarik oksigen
dapat dikatakan sudah memiliki usia yang tua.
Terapi hiperbarik mempunyai riwayat yang tidak tetap. Ruangan di Eropa
pada abad sembilan belas lebih digunakan sebagai spa oleh orang-orang kaya
dan modis daripada sebagai modalitas pengobatan medis untuk mendiagnosa
penyakit tertentu. Dilanjutkan penelitian Paul Bert, Al Behnke, dan Ite Boerma
et al. yang mengembangkan dasar pemikiran ilmiah pada manfaat klinis ilmu
kedokteran hiperbarik. Terlepas dari eksploitasi, pasien-pasien Midwest
sebagai penggemar Profesor Orville J. Cunningham pada tahun 1920, oksigen
hiperbarik tidak lagi "sepertiobat untuk suatu penyakit" tetapi sebuah ilmu
pengetahuan dasar terapi hiperbarik. (Binta, 2012)
Di awal tahun 1962, komite dikejutkan oleh Divisi Ilmu Pengetahuan medis
dari Akademi Nasional Ilmu Penetahuan (National Academy of Science)
menetapkan Dewan Penelitian Nasional yang merupakan sebuah komite untuk
mengevaluasi kemanjuran terapi hiperbarik.Pada tahun 1967, Lembaga
Kesehatan Hiperbarik dan bawah laut didirikan.Merupakan lembaga oganisasi
internasional yang mendorong pertukaran intelektual informasi mengenai
fisiologi, penyelaman, dan pengobatan klinik hiperbarik. Pertemuan ilmiah
merangsang presentasi makalah untuk ulasan, dan hasilnya diterbitkan dalam
Jurnal Of Undersea And Hyperbaric Medicine. (Binta, 2012)
Dengan desakan dari keduanya, komunitas penggalang dana dan rekan-
rekan medis mereka, lembaga mempublikasikan laporan utama komite Terapi
Oksigen Hiperbarik pada tahun 1977. Tak bisa dipungkiri kenyataan ilmiah
tentang kegunaan dari oksigen hiperbarik untuk diagnosa yang telah
ditetapkan. Dalam hal ini komitemengulas diagnosa potensial untuk 13 indikasi
yang disetujui (Binta, 2012).
Hiperbarik berasal dari kata hyper berarti tinggi, bar berarti tekanan.
Dengan kata lain terapi hiperbarik adalah terapi dengan menggunakan tekanan
yang tinggi. Pada awalnya terapi hiperbarik hanya digunakan untuk mengobati
decompression sickness, yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh penurunan
tekanan lingkungan secara mendadak sehingga menimbulkan sejumlah
gelembung nitrogen dalam cairan tubuh baik dalam sel maupun di luar sel, dan
hal ini dapat menimbulkan kerusakan di setiap organ dalam tubuh, dari derajat
ringan sampai berat bergantung pada jumlah dan ukuran gelembung yang
terbentuk. Seiring dengan berjalannya waktu, terapi hiperbarik berkembang
fungsinya untuk terapi bermacam-macam penyakit, beberapa diantaranya:
stroke, multiple sclerosis, cerebral edema, keracunan karbon monoksida dan
sianida, trauma kepala tertutup, gas ganggrene, peripheral neuropathy,
osteomyelitis, sindroma kompartemen, diabetic neuropathy, migraine,
myocardial infarction. (Jain, 1990; Guyton dan Hall, 1997).
Di Indonesia terapi hiperbarik pertama kali dimanfaatkan pada tahun 1960
oleh Lakesla yang bekerjasama dengan RSAL Dr. Ramelan, Surabaya.
Sekarang ini banyak rumah sakit yang mempunyai fasilitas terapi hiperbarik
yaitu RSAL Mintohardjo Jakarta, RS Pertamina Arun Aceh, RS Pertamina
Cilacap, RSU Sanglah Denpasar dan masih banyak juga rumah sakit milik
swasta yang memiliki fasilitas tersebut.
Mengetahui besarnya manfaat terapi hiperbarik dalam penyembuhan
penyakit di atas, sudah selayaknya terapi hiperbarik dijadikan salah satu terapi
pengobatan baru yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Mengigat
Indonesia sendiri merupakan negara maritime dan kepulauan dimana 65%
adalah kepulauan, tidak dipungkiri kejadian masalah kesehatan yang
berhubungan dengan penyelaman yang merupakan salah satu manfaat terapi
hiperbarik. Ironisnya, masih banyak tenaga kesehatan yang belum mengenal
dan mengerti manfaat 2 terapi hiperbarik, Sehingga hal ini yang menggugah
hati penulis untuk mengetahui lebih lanjut dan memberi informasi tentang cara
kerja dan manfaat terapi hiperbarik.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan mengenal terapi oksigen hiperbarik
2. Tujuan Khusus
1) Mengetahui pengertian secara umum tentang terapi oksigen
hiperbarik
2) Mengetahui manfaat dari terapi oksigen hiperbarik
3) Mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari terapi oksigen hiperbarik
4) Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan sebelum menjalani terapi
hiperbarik
5) Mengetahui alat yang diperlukan pada terapi oksigen hiperbarik

1.3 Manfaat
Sebagai sumber informasi dan bahan ilmu pengetahuan tentang terapi
oksigen hiperbarik.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Terapi Oksigen Hiperbarik


Terapi oksigen hiperbarik adalah pengobatan oksigenasi hiperbarik yang
dilaksanakan di sarana pelayanan kesehatan dengan menggunakan ruang
udara bertekanan tinggi (RUBT) dan pemberian pernapasan oksigen murni (O2
= 100 %) pada tekanan lebih dari satu atmosfer dalam jangka waktu tertentu
(Kemenkes, 2008). Oksigen hiperbarik adalah suatu cara pengobatan dimana
pasien menghirup oksigen murni (100%) pada tekanan udara lebih besar dari
pada tekanan udara atmosfer normal (RS AL Mintohardjo).
Terapi oksigen bertekanan tinggi adalah suatu prosedur dimana pasien
menempati suatu ruangan yang disebut dengan ruangan udara bertekanan
tinggi (RUBT) dan diberikan oksigen dengan tekanan 100% dengan harapan
untuk menstimulasi penyembuhan untuk beberapa masalah kesehatan (Erick
Supondha) Terapi ini awalnya digunakan untuk penyakit dekompresi, yaitu
suatu penyakit yang dialami oleh penyelam atau pekerja tambang bawah tanah
akibat penurunan tekanan saat naik ke permukaan secara mendadak. Dari
berbagai penelitian diketahui oksigen dengan tekanan tinggi memiliki manfaat
lebih, tidak hanya pada kasus-kasus penyelaman saja. Satu contoh terapi
oksigen hiperbarik yang berhasil, digunakan dalam mempercepat proses
penyembuhan luka. Terapi oksigen hiperbarik sebenarnya merupakan terapi
penunjang pada proses penyembuhan luka. Sedangkan perawatan utamanya
sendiri adalah debridement dan penjahitan jika diperlukan. (Indo Diving)
Penggunaan tekanan atmosfer untuk menyembuhkan pasien tidaklah
baru. Ternyata sudah mulai dikenal pada tahun 1600an, sampai akhirnya
oksigen yang bersaturasi dalam darah dengan hemoglobin ditemukan dapat
menyembuhkan luka dengan cepat pada tahun 1930an oleh seorang tentara
angkatan laut bernama Behnke. Fisher pada tahun 1969 untuk pertama kali
menggunakan oksigen hiperbarik pada 32 pasiennya yang mengalami ulser
pada kaki. Penelitian serupa dilakukan pada tahun 1975 pada pasien lainnya.
Oksigen dialirkan dan dipertahankan selama 41 menit, terapi dilakukan dua kali
sehari dan setiap sesi dilakukan sedikitnya 2-3 jam. Hasil penelitiannya
menunjukkan banyak ulkus yang sembuh dengan baik, walau demikian oksigen
bertekanan tinggi gagal pada kasus-kasus iskemia hebat. Ignacio et.al pada 18
pasien denga jenis ulcer yang berbeda dan hasilnya cukup memuaskan. Heng
memberikan terapi oksigen hiperbarik secara topikal pada 6 pasien denga 27
ulser (5 dari 6 pasien Penyembuhan terjadi pada hari 6 sampai dengan 21 hari,
sedangkan 10 ulser tanpa terapi oksigen hiperbarik tidak terjadi proses
penyembuhan pada periode waktu yang sama. Di Indonesia, pemanfaatan
HBOT pertama kali oleh Lakesla yang bekerja sama dengan RS Angkatan Laut
Dr. Ramelan, Surabaya, tahun 1960. Hingga saat ini fasilitas tersebut masih
merupakan yang paling besar di Indonesia. Sementara di tempat lain telah
tersedia pula fasilitas terapi oksigen hiperbarik, diantaranya adalah RSAL Dr
RSAL Halong Ambarawa, RSAL Midiato, RSP Balikpapan, RSP Cilacap, RSU
Makasar, RSU Manado, RSU Sangla Denpasar, RSAL Dr. Mintohardjo, dan
Diskes Koarmabar. Terapi oksigen bertekanan tinggi juga sudah diakui secara
internasional maupun nasional sebagai salah satu cabang dari kedokteran
kelautan dan masuk ke dalam terapi ozon bukan sebagai terapi alternatif.
Dasar dari terapi hiperbarik sedikit banyak mengandung prinsip fisika.
Teori Toricelli yang mendasari terapi, digunakan untuk menentukan tekanan
udara 1 atm adalah 760 mmHg. Dalam tekanan udara tersebut komposisi
unsur-unsur udara yang terkandung di dalamnya mengandung Nitrogen (N2) 78
% dan Oksigen (O2) 21%. Dalam pernafasan kita pun demikian. Pada terapi
hiperbarik oksigen ruangan yang disediakan mengandung Oksigen (O2) 100%.
Terapi hiperbarik juga berdasarkan teori fisika dasar dari hukum-hukum Dalton,
Boyle, Charles dan Henry. Sedangkan prinsip yang dianut secara fisiologis
adalah bahwa tidak adanya O2 pada tingkat seluler akan menyebabkan
gangguan kehidupan pada semua organisme. Oksigen yang berada di
sekeliling tubuh manusia masuk ke dalam tubuh melalui cara pertukaran gas.
Fase-fase respirasi dari pertukaran gas terdiri dari fase ventilasi, transportasi,
utilisasi dan diffusi. Dengan kondisi tekanan oksigen yang tinggi, diharapkan
matriks seluler yang menopang kehidupan suatu organisme mendapatkan
kondisi yang optimal. (Indo Diving)
2.2 Mekanisme Kerja dari Terapi Oksigen Hiperbarik
Mekanisme pengobatan hiperbarik antara lain sebagai berikut :
1. Hiperoksigenasi, memberikan pertolongan segera terhadap jaringan yang
miskin perfusi di daerah yang aliran darahnya buruk
2. Neovaskularisasi, efek teurapetiknya meliputi peningkatan pemecahan
fibroblast, pembentukan kolagen baru dan angiogenesis kapiler di daerah
yang sulit terbentuk neovaskularisasi seperti pada kerusakan jaringan
akibat radiasi, osteomielitis refrakter dan ulkus kronik
3. Hiperoksia akan meningkatkan aktifitas antimikroba, oksigen hiperbarik
menyebabkan terhambatnya toksin dan inaktivasi toksin pada infeksi
kuman Clostridium perfringens (gas gangrene), dan meningkatkan
fagositosis serta membunuh sel darah putih yang teroksidasi, serta
meningkatkan aktivitas aminoglikosida
4. Efek penekanan langsung menggunakan konsep hokum boyle untuk
mengurangi volume intravascular atau gas bebas lainnya
5. Hiperoksia mengakibatkan timbulnya vasokontriksi. Dan terjadi tanpa
disertai komponen hipoksia dan sangat menolong mengurangi timbulnya
edema interstitial pada jaringan yang dicangkok (graft). Penelitian pada
aplikasi OHB terhadap penanganan luka bakar telah mengindikasikan
suatu penurunan yang bermakna pada kebutuhan cairan untuk resusitasi
(RS AL Mintohardjo)

2.3 Manfaat Terapi Oksigen Hiperbarik


1. Meningkatkan konsentrasi oksigen pada seluruh tubuh, bahkan pada
aliran darah yang berkurang
2. Merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru untuk meningkatkan
aliran darah pada sirkulasi yang berkurang
3. Mampu membunuh bakteri, terutama bakteri anaerob seperti Closteridium
Perfingens (penyebab penyakit gas gangrene)
4. Mampu menghentikan aktifitas bakteri (bakteriostatik) antara lain bakteri
E.Coli dan Pseudomonas Sp yang umumnya ditemukan pada luka-luka
mengganas.
5. Mampu menghambat produksi racun alfa toksin
6. Meningkatkan viabilitas sel atau kemampuan sel untuk bertahan hidup
7. Menurunkan waktu paruh karbokcihemoglobin dari 5 jam menjadi 20 menit
pada keracunan gas karbondioksida
8. Dapat mempercepat proses persembuhan pada pengobatan medis
konvensional
9. Peningkatan produksi antioksidan tubuh tertentu
10. Memperbaiki fungsi ereksi pada pria penderita diabetes (laporan para ahli
Hiperbarik di Amerika Serikat pada tahun 1960)
11. Meningkatkan sensitifitas sel terhadap radiasi
12. Menahan proses penuaan dengan cara pembentukan kolagen yang
menjaga elastisitas kulit.
13. Badan menjadi lebih segar, badan tidak mudah lelah, gairah hidup
meningkat, tidur lebih enak dan pulas.

2.4 Indikasi dan Kontraindikasi Terapi Oksigen Hiperbarik


Penerapan terapi oksigen hiperbarik di indikasikan pada kasus seperti
penyakit dekompresi, emboli udara, keracunan gas (CO, sianida, hidrogen
disulfida), gas gangren, facitis akuta nekrotikans, refractory osteomyelitis,
morbus hansen, penyakit jamur sistemik, luka bakar, gangren diabetiku, crush
injury, sindrom kompartemen, penyakit vaskuler, penyakit neurologi (stroke,
multiple sclerosis, migrain, edema serebral, cedera spinal, abses otak,
neuropatik perifer), tuli mendadak, dan abses paru (Kemenkes, 2008).
Kontraindikasi pada terapi oksigen hiperbarik dibagi menjadi dua yaitu
mutlak dan relatif. Keadaan yang digolongkan sebagai kontraindikasi mutlak
pada terapi ini seperti pneumothorax yang belum diobati, keganasan, dan
kehamilan. Sedangkan kontraindikasi relatif seperti infeksi saluran nafas bagian
atas, sinusistis kronik, kelainan kejang-kejang, emfisema, febris yang tidak
terkontrol, riwayat pneumothorax spontan, riwayat bedah thorax, riwayat
operasi telinga, dan lesi paru asimtomatik (Kemenkes, 2008).

2.5 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Menjalani Terapi Hiperbarik,


Yaitu:
1. Sebelum menjalani terapi, pasien akan di evaluasi untuk memastikan tidak
adanya kontra indikasi di lakukannya terapi oksigen hiperbarik.
2. Pasien harus memberitahu obat-obatan yang sedang mereka konsumsi,
mengingat terdapat obat-obatan tertentu yang dapat mengakibatkan
keracunan oksigen, misalnya obat-obatan jenis teroit dan obat kemoterapi
3. Pasien akan di masukkan ke dalam ruangan yang menyerupai kapal
selam yang berukuran kecil selama 2 jam, sehingga penting sekali untuk
memastikan pasien tidak memiliki fobia terhadap ruangan sempit.
4. Saat tidak merasa kuat, pasien dapat memberitahukan petugas yang ikut
masuk kedalam ruangan hiberbarik.

2.6 Efek Samping dan Komplikasi Terapi Oksigen Hiperbarik


Efek samping yang terjadi pada pasien setelah melakukan terapi dengan
oksigen bertekanan tinggi adalah:
1. Merangsang pembentukan pembuluh darah baru
2. Mengurangi pembengkakan dan peradangan
3. Menonaktifkan racun
4. Meningkatkan kemampuan sel darah putih untuk melawan infeksi,
membantu tubuh membangun jaringan ikat baru, dan membunuh
beberapa jenis bakteri berbahaya
5. Membersihkan racun dan produk sisa metabolism
6. Mempercepat proses penyembuhan.
7. Mual
8. Berkeringat
9. Batuk kering
10. Sakit dada
11. Kedutan
12. Tinnitus
Komplikasi yang kemungkinan terjadi pada pasien setelah terapi adalah:
1. Barotrauma (telinga, sinus, paru, gigi)
2. Keracunan oksigen
3. Temporer myopia
4. Kejang
2.7 Alat Yang Diperlukan Pada Terapi Oksigen Hiperbarik
Agar pelayanan hiperbarik dapat dapat terselenggara dengan baik, maka
diperlukan peralatan – peralatan utama dan tambahan yang memadai dan
memenuhi syarat di setiap ruangan sesuai dengan fungsinya.

1. Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT)


Ruang udara bertekanan tinggi merupakan fasilitas utama yang
dibutuhkan dalam pelayanan medic hiperbarik. Mekanisme yang
terpenting dari RUBT adalah adanya tekanan, maka oksigen didalamnya
member tekanan yang lebih tinggi dari permukaan air laut. Ukuran, bentuk
dan kapasitas tekan dari RUBT sangat bervariasi. Pembagian tipe RUBT
adalah sebagai berikut :
1) RUBT ruang tunggal (Monoplace)
Merupakan tipe RUBT yang sering digunakan. Pasien dapat
dipindahkan kedalam RUBT dengan oksigen yang diisi sesuai
dengan tekanan, yaitu tidak lebih dari 3 ATA. Digunakan untuk
penanganan pasien individu, kasus infeksi dan perawatan intensif.
Kelebihannya adalah mudah dioperasikan, mudah untuk
ditempatkan, tidak membutuhkan masker muka, mudah untuk
mengobservasi pasien, serta hanya membutuhkan sedikit tenaga
operator
2) RUBT ruang ganda (Multiplace atau “walk in chamber”)
Digunakan untuk pengobatan bersama beberapa pasien, dimana
pasien bernafas melalui masker yang menutup mulut dan hidung.
Tekanan yang digunakan dapat sampai 6 ATA (untuk indikasi emboli
udara dan penyakit dekompresi)
3) RUBT pengangkut (Mobile/portable)
RUBT yang dapat dipindahkan atau bergerak kemana saja
dibutuhkan, dapat langsung berfungsi di lokasi, bahkan di tempat
parkir Rumah Sakit. Tipe ini sangat ideal untuk mendukung operasi
militer, dan dapat difungsikan sebagai Rumah Sakit di medan tempur,
serta dapat digunakan untuk mendukung penelitian dan terapi
4) RUBT untuk testing dan latihan penyelam
Digunakan untuk melakukan uji coba terhadap penyelam, dimana
ruangan tersebut disimulasikan sesuai dengan kedalaman
penyelaman
5) Small hyperbaric chamber
Digunakan untuk neonates dan hewan percobaan (Kemenkes, 2008)

2. Pemilihan tipe RUBT


Tipe tekanan
1) Sampai 1,5 ATA RUBT ruang tunggal dan RUBT ruang ganda
Indikasi:
a. Iskemi cerebral
b. Iskemi kardiak
c. Iskemi peripheral vascular
d. Pengobatan tambahan untuk kebugaran, kedokteran olahraga,
skin flaps, dan trauma akustik
2) Sampai 2,5 ATA Non portable dan portable
a. Gas gangrene
b. Luka bakar
c. Crush injury pada ujung lengan / kaki
3) Sampai 3 ATA Non portable dan portable
Penanganan darurat pada penyakit dekompresi
4) Sampai 6 ATA RUBT ruang ganda
a. Emboli udara
b. Dekompresi

3. Peralatan tambahan untuk RUBT


1) Masker oksigen
2) Respirator dan ventilator
3) Peralatan untuk terapi, yaitu :
a. Peralatan resusitasi jantung paru (RJP)
b. Tabung endotrakeal
c. Alat penghisap (suction)
d. Peralatan infus
e. Peralatan diagnostic :
a) Alat diagnostic kedokteran
b) Alat monitor transkutan oksigen (laser dopler)
c) EKG
d) EEG
e) Alat ukur gas darah
f) Alat monitor tekanan intracranial
f. Alat neurologi, yaitu oftalmoskop dan dynamometer untuk
mengukur spastisitas
g. Alat latihan, yaitu treadmill
h. Alat terapi, yaitu traksi servikal untuk luka cervical spine
(Kemenkes, 2008)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Terapi oksigen hiperbarik adalah pengobatan oksigenasi hiperbarik yang


dilaksanakan di sarana pelayanan kesehatan dengan menggunakan ruang
udara bertekanan tinggi (RUBT) dan pemberian pernapasan oksigen murni (O2
= 100 %) pada tekanan lebih dari satu atmosfer dalam jangka waktu tertentu (
Kemenkes, 2008). Oksigen hiperbarik adalah suatu cara pengobatan dimana
pasien menghirup oksigen murni (100%) pada tekanan udara lebih besar dari
pada tekanan udara atmosfer normal (RS AL Mintohardjo).
Penerapan terapi oksigen hiperbarik di indikasikan pada kasus seperti
penyakit dekompresi, emboli udara, keracunan gas (CO, sianida, hidrogen
disulfida), gas gangren, facitis akuta nekrotikans, refractory osteomyelitis,
morbus hansen, penyakit jamur sistemik, luka bakar, gangren diabetiku, crush
injury, sindrom kompartemen, penyakit vaskuler, penyakit neurologi (stroke,
multiple sclerosis, migrain, edema serebral, cedera spinal, abses otak,
neuropatik perifer), tuli mendadak, dan abses paru (Kemenkes, 2008).
Penggunaan terapi oksigen hiperbarik dapat menimbulkan efek samping
seperti mual, berkeringat, batuk kering, sakit dada, kedutan (muscle twitching),
dan tinitus (Kemenkes, 2008). Kecepatan timbulnya gejala berbanding lurus
dengan besar tekanan pemberiaan oksigen; misalnya pada tekanan 4 atmosfer,
50% dari subjek mengalami gejala toksisitas dalam waktu 30 menit, sedangkan
pada tekanan 6 atmosfer, timbul kejang dalam beberapa menit (Guyton, 2005).

3.2 Saran
Kepada mahasiswi diharapkan dengan adanya makalah ini dapat
menambah ilmu pengetahuan mengenai hiperbarik oksigen.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. Petunjuk Tehnis Upaya Kesehatan Penyelaman Dan Hiperbarik Bagi
Petugas Kesehatan Propinsi, Kabupaten/Kota Dan Puskesmas. Jakarta:
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; 1 ed
2008. Hal. 1-16.
Riyadi, S.R. Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik. 2 ed. Surabaya:
Lakesla; 2016.
Saleh, Lalu Muhammad. 2018. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kelautan
(Kajian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sector Maritim). Cv Budi Utama.
Yogyakarta
Kemenkes RI. Penyakit Akibat Kerja karena Pajanan Hiperbarik dan Penyakit lain
Akibat Penyelaman. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Kerja dan
Olah Raga; 2012.
Kadir, A. 2013. Pelayanan Hiperbarik Chamber
Jain, K. 2017. Textbook Of Hyperbaric Medicine, Switserland: Spingger
Internatoional Publising AG.

Anda mungkin juga menyukai