Anda di halaman 1dari 18

KONSEP DASAR HIPERBARIK

Untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Kesehatan Matra III

Disusun Oleh :

Idham Topik Yoga 1610711090


Rifda Rianti 1610711094
Davita Aprilia P 1610711107
Fajri Eka Tyassari 1610711110
Maya Suryawanti 1610711112
Siti Juharotul F 1610711123

Dosen Pengampu : Desak Nyoman Sithi, Skp, MARS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
TAHUN AJARAN 2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis mengambil judul Konsep Dasar


Hiperbarik yang merupakan salah satu tugas untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kesehatan Matra III.

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya saya tujukan kepada


pembimbing kami Desak Nyoman Sithi, SKp, MARS yang telah membimbing
penulisan tugas makalah kami dalam menyelesaikan makalah ini dan juga kepada
tim sekelompok.

Akhir kata penulis berharap agar kiranya makalah ini bermanfaat bagi
pembaca kami juga mengharapkan adanya masukan berupa kritik dan saran yang
bersifat membangun agar pada penulisan yang akan datang lebih baik lagi.

Depok, 12 September 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................5
TINJAUAN TEORI...............................................................................................6
2.1. Sejarah Hyperbaric Oxygen Therapy Di Indonesia...............................6
2.2. Pengertian Hiperbarik Oksigen (HBO)................................................6
2.3. Jenis HBO berdasarkan besarnya Chamber........................................7
2.4. Tujuan HBO............................................................................................8
2.5. Mekanisme HBOT...................................................................................9
2.6. Cara Kerja Terapi Oksigen Hiperbarik............................................10
2.7. Manfaat Terapi Oksigen Hiperbarik..................................................11
2.8 Kontraindikasi HBO.............................................................................12
2.9. Dasar Fisiologi.......................................................................................12
2.10. Transportasi dan Utilisasi Oksigen terapi HBO.............................14
2.11 Efek Samping Terapi Oksigen Hiperbarik.....................................15
BAB 3....................................................................................................................16
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................16
3.1 KESIMPULAN...........................................................................................16
3.2 SARAN........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Secara umum, terapi oksigen hiperbarik merupakan suatu metoda


pengobatan dimana pasien diberikan pernapasan oksigen murni (100%) pada
tekanan udara yang dua hingga tiga kali lebih besar daripada tekanan udara
atmosfer normal (satu atmosfer). Terapi ini merupakan terapi komplementer
yang dilakukan bersama dengan terapi medis konvensional.
Terapi Oksigen Hiperbarik merupakan salah satu dari terapi
penunjang yang dimiliki khazanah pengetahuan ilmu kedokteran kelautan.
Peran terapi oksigen hiperbarik mengambil peran penting dalam memberikan
kontribusi pada pengembangan kesehatan para prajurit dikalangan militer
kesatuan matra kelautan.
Kontribusi terapi penunjang ini kepada kesehatan masyarakat luas
telah terbukti ampuh sebagai terapi penunjang (selain terapi obat oleh dokter)
yang dapat menghindarkan pasien dari ancaman amputasi organ tubuh pada
pasca bencana alam Tsunami di Aceh, atau bencana gempa di Bantul, dimana
banyak orang yang terancam menjalani amputasi kaki karena tertimpa
bangunan atau luka yang parah.
Disamping itu, kontribusi terapi oksigen hiperbarik telah
memberikan banyak kontribusi pada berbagai bidang ilmu medis. Dewasa ini
Terapi ini dapat mengobati penyakit degeneratif kronis seperti arterio
sclerosis, stroke, penyakit pembuluh darah perifer, ulser diabetik, serebral
palsy, trauma otak, slerosis multiple dan penyembuhan luka. Bahkan, kian
populernya khasiat dan manfaat terapi ini, pemakaiannya telah semakin
meluas sebagai terapi kebugaran tubuh serta untuk kecantikan sebagai terapi
yang bertujuan memberikan efek tampil awet muda.
Sebagaimana disebutkan diatas, dalam kondisi tertentu para
prajurit matra kelautan rentan akan paparan masalah kesehatan kelautan.

4
Kondisi tubuh mereka dituntut ‘akrab’ kepada kondisi bertekanan tinggi jauh
dibawah permukaan laut pada saat melakukan penyelaman.

1.2 Rumusan Masalah


1. Sejarah Hyperbaric Oxygen Therapy di Indonesia
2. Pengertian Hiperbarik Oksigen (HBO)
3. Jenis HBO berdasarkan besarnya Chamber
4. Tujuan Hiperbarik Oksigen Terapi
5. Mekanisme HBOT
6. Cara Kerja Terapi Oksigen Hiperbarik
7. Manfaat Terapi Oksigen Hiperbarik
8. Kontraindikasi HBO
9. Dasar Fisiologis
10. Transportasi dan Utilisasi Oksigen terapi HBO
11. Efek Samping Terapi Oksigen Hiperbarik
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Sejarah Hyperbaric Oxygen Therapy di Indonesia
2. Untuk mengetahui Pengertian Hiperbarik Oksigen (HBO)
3. Untuk mengetahui Jenis HBO berdasarkan besarnya Chamber
4. Untuk mengetahui Tujuan Hiperbarik Oksigen Terapi
5. Untuk mengetahui Mekanisme HBOT
6. Untuk mengetahui Cara Kerja Terapi Oksigen Hiperbarik
7. Untuk mengetahui Manfaat Terapi Oksigen Hiperbarik
8. Untuk mengetahui Kontraindikasi HBO
9. Untuk mengetahui Dasar Fisiologis
10. Untuk mengetahui Transportasi dan Utilisasi Oksigen terapi HBO
11. Untuk mengetahui Efek Samping Terapi Oksigen Hiperbarik

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Sejarah Hyperbaric Oxygen Therapy Di Indonesia

Terapi hiperbarik mungkin baru segelintir orang yang mengenalnya.


Terapi hiperbarik ini pertama kali masuk ke Indonesia mulai tahun 1960. Pertama
kali dipakai di PT PAL Surabaya (Hingga saat ini fasilitas tersebut masih
merupakan yang paling besar di Indonesia), kemudian angkatan laut (AL)
mengembangkan di lembaga kesehatan AL, kemudian berlanjut ke R.S.
Mintoharjo Jakarta. Memang kurang terekspos, karena orang-orang selama ini
masih berpikir bahwa terapi hiperbarik hanya untuk penyelaman.

Sekarang terapi ini sudah mulai berkembang. Fasilitas chamber hiperbarik


tidak hanya berada di surabaya tetapi sudah banyak tersebar di beberapa rumah
sakit di Indonesia. Diantaranya adalah RSAL Dr Mintohardjo Jakarta, RSAL
Halong Ambarawa, RSAL Midiato, RSP Balikpapan, RSP Cilacap, RSU
Makasar, RSU Manado, RSU Sangla Denpasar, dan Diskes Koarmabar.
(Supondha, 2010)

2.2. Pengertian Hiperbarik Oksigen (HBO)

Terapi oksigen hiperbarik (HBOT) adalah terapi medis dimana pasien


dalam suatu ruangan menghisap oksigen tekanan tinggi (100%) atau pada tekanan
barometer tinggi (hyperbaric chamber). Kondisi lingkungan dalam HBOT
bertekanan udara yang lebih besar dibandingkan dengan tekanan di dalam
jaringan tubuh (1 ATA). Keadaan ini dapat dialami oleh seseorang pada waktu
menyelam atau di dalam ruang udara yang bertekanan tinggi (RUBT) yang
dirancang baik untuk kasus penyelaman maupun pengobatan penyakit klinis.

6
Individu yang mendapat pengobatan HBOT adalah suatu keadaan individu yang
berada di dalam ruangan bertekanan tinggi ( 1 ATA) dan bernafas dengan oksigen
100%. Tekanan atmosfer pada permukaan air laut sebesar 1 atm. Setiap penurunan
kedalaman 33 kaki, tekanan akan naik 1 atm (Valerie L.L.,Helen C.N, 2013).
Hiperbarik oksigen (HBO) adalah suatu cara terapi dimana penderita harus
berada dalam suatu ruangan bertekanan, dan bernafas dengan oksigen 100 % pada
suasana tekanan ruangan yang lebih besar dari 1 ATA (Atmosfer absolute)
(Lakesla, 2009).

2.3. Jenis HBO berdasarkan besarnya Chamber

1) Monoplace Chamber
Chamber yang berukuran kecil dan hanya untuk satu pasien. Klien
menghirup oksigen yang diisikan dalam Chamber.

2) Multiplace Chamber
Chamber yang bisa digunakan untuk beberapa pasien yang melakukan
terapi HBO. Klien menghirup O2 murni 100% dari masker O2 yang telah
tersedia di dalam Chamber.

7
3) Portable Chamber
Chamber yang bisa dengan mudah dipindahkan untuk kasus emergency.
Contoh : Chamber dalam ambulance TNI AL

4) Animal Chamber
Chamber yang digunakan khusus untuk hewan penelitian.

2.4. Tujuan HBO

8
Tujuan dilakukan Hiperbarik Oksigen (HBO) adalah untuk :
1) Decompresi (DCS) yang terjadi pada kasus penyelaman.
2) Klinis, beberapa penyakit yang bisa disembuhkan dengan HBO antara
lain :
(1) Luka DM dan Gangren
(2) Sudden Deafness
(3) Keracunan gas CO2
(4) Rehabilitasi pasca stroke
(5) Infertilitas, meningkatkan motilitas sperma.
3) Kebugaran

2.5. Mekanisme HBOT

Terdapat dua jenis dari terapi hiperbarik, efek mekanik dan fisiologis.
Efek fisiologis dapat dijelaskan melalui mekanisme oksigen yang terlarut
plasma. Pengangkutan oksigen ke jaringan meningkat seiring dengan
peningkatan oksigen terlarut dalam plasma.
HBOT memiliki mekanisme dengan memodulasi nitritokside (NO) pada sel
endotel. Pada sel endotel ini HBOT juga meningkatkan intermediet vaskuler
endotel growth factor (VEGF). Melalui siklus Krebs terjadi peningkatan
NADH yang memicu peningkatan fibroblast. Fibroblast yang diperlukan
untuk sintesis proteoglikan dan bersama dengan VEGF akan memacu kolagen
sintesis pada proses remodeling, salah satu tahapan dalam penyembuhan luka.
Mekanisme di atas berhubungan dengan salah satu manfaat utama HBOT
yaitu untuk wound healing. Pada bagian luka terdapat bagian tubuh yang
mengalami edema dan infeksi. Di bagian edema ini terdapat radikal bebas
dalam jumlah yang besar. Daerah edema ini mengalami kondisi hipo-oksigen
karena hipoperfusi. Peningkatan fibroblast sebagaimana telah disinggung
sebelumnya akan mendorong terjadinya vasodilatasi pada daerah edema
tersebut. Jadilah kondisi daerah luka tersebut menjadi hipervaskular,
hiperseluler dan hiperoksia. Dengan pemaparan oksigen tekanan tinggi, terjadi
peningkatan IFN-γ, i-NOS dan VEGF. IFN- γ menyebabkan TH-1 meningkat

9
yang berpengaruh pada B-cell sehingga terjadi pengingkatan Ig-G. Dengan
meningkatnya Ig-G, efek fagositosis leukosit juga akan meningkat. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pada luka, HBOT berfungsi menurunkan infeksi dan
edema..
Adapun cara HBOT pada prinsipnya adalah diawali dengan pemberian
O2 100%, tekanan 2 – 3 Atm . Tahap selanjutnya dilanjutkan dengan
pengobatan decompresion sickness. Maka akan terjadi kerusakan jaringan,
penyembuhan luka, hipoksia sekitar luka. Kondisi ini akan memicu
meningkatnya fibroblast, sintesa kolagen, rasio RNA/DNA, peningkatan
leukosit killing, serta angiogenesis yang menyebabkan neovaskularisasi
jaringan luka. Kemudian akan terjadi peningkatan dan perbaikan aliran darah
mikrovaskular. Densitas kapiler meningkat sehingga daerah yang mengalami
iskemia akan mengalami reperfusi.

2.6. Cara Kerja Terapi Oksigen Hiperbarik

Terapi  oksigen Hiperbarik ini memiliki mekanisme yang telah diidentifikasikan


manfaatnya dalam mempercepat penyembuhan dengan cara:

(1) Hiperoksigenasi
Peningkatan tekanan (1,5 – 3,0 atmosfer) akan meningkatkan jumlah
oksigendalam aliran darah dan jaringan sebanyak 10 – 13 kali dari kondisi
normal. Terapi  oksigen Hiperbarik memberi dukungan seketika terhadap
wilayah jaringan yang terganggu, dimana aliran darahnya menjadi berkurang.
Peningkatan derajat oksigen juga bisa mengusir racun (termasuk karbon
monoksida) keluar dari tubuh.

(2) Tekanan Langsung


Terapi  oksigen Hiperbarik memperkecil ukuran gelembung gas
sehingga bisa diabsorbsi kembali. Terapi ini sangat diandalkan dalam
penanganan emfolisme gas dalam pembuluh darah, dan sakit akibat
dekompresi.

10
(3) Vasokontriksi
Peningkatan oksigen menyebabkan vasokontriksi yang berakibat
penurunan aliran darah tanpa mengurangi oksigenasi jaringan secara berarti.
Terapi  oksigen Hiperbarik digunakan untuk mengendalikan tekanan-tekanan
kompartemen pada kasus kecelakaan dan menangani luka bakar.

(4) Angiogensis dan Neovaskularisasi

Terapi  oksigen Hiperbarik mempercepat pertumbuhan pembuluh-


pembuluh darah yang baru dan memperkaya wilayah yang cedera dengan
darah yang bermuatan oksigen. Meskipun pengurangan tekanan oksigen akan
merangsang angiogensis, namun agar benar-benar efektif harus ada kolagen
sebagai pendukungnya. Karena itu secara keseluruhan hiperoksigenasi
merangsang timbulnya angiogensis yang berguna.

2.7. Manfaat Terapi Oksigen Hiperbarik

1. Meningkatkan konsentrasi oksigen pada seluruh jaringan tubuh, bahkan pada


aliran darah yang berkurang.
2. Merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru untuk meningkatkan aliran
darah pada sirkulasi yang berkurang.
3. Mampu membunuh bakteri, terutama bakteri anaerob seperti Closteridium
perfingens (penyebab penyakit gas gangren).
4. Mampu menghentikan aktivitas bakteri (bakteriostatik) antara lain bakteri E.
coli dan Pseudomonas sp. yang umumnya ditemukan pada luka-luka
mengganas.
5. Mampu menghambat produksi racun alfa toksin.
6. Meningkatkan viabilitas sel atau kemampuan sel untuk bertahan hidup.
7. Menurunkan waktu paruh karboksihemoglobin dari 5 jam menjadi 20 menit
pada penyakit keracunan gas CO.
8. Dapat mempercepat proses penyembuhan pada pengobatan medis
konvensional.
9. Meningkatkan produksi antioksidan tubuh tertentu.

11
10. Memperbaiki fungsi ereksi pada pria penderita diabetes (laporan para ahli
hiperbarik di Amerika Serikat pada tahun 1960).
11. Meningkatkan sensitivitas sel terhadap radiasi.
12. Menahan proses penuaan dengan cara pembentukan kolagen yang menjaga
elastisitas kulit.
13. Tubuh menjadi lebih segar, badan tidak mudah lelah, gairah hidup meningkat,
tidur lebih enak dan pulas.

2.8 Kontraindikasi HBO

1) Kontraindikasi absolut

Untreated Pneumothorak yaitu pneumothorak yang belum dilakukan


tindakan pembedahan.

2) Kontraindikasi relatif

Beberapa keadaan yang memerlukan perhatian tapi bukan merupakan


kontraindikasi absolute pemakaian hiperbarik oksigen adalah sebagai
berikut
(1) Infeksi saluran napas bagian atas
(2) Sinusitis kronis
(3) Riwayat operasi telinga
(4) Penyakit kejang
(5) Emfisema yang disertai retensi CO2
(6) Panas tinggi yang tidak terkontrol
(7) Infeksi Virus
(8) Spherositosis congenital
(9) Riwayat neuritis optic
(10) Keadaan umum lemah, tekanan darah sistolik >170 mmHg atau
<90 mmHg. Diastole >110 mmHg atau <60 mmHg
(11) Claustropobhia (takut pada ruangan tertutup)

12
(12) Riwayat operasi dada
(13) infeksi aerob seperti TBC
(14) Wanita hamil
(15) Penderita sedang kemoterapi seperti terapi adriamycin, bleomycin.

2.9. Dasar Fisiologi

Aspek fisiologi dari terapi HBO mencakup beberapa hal yaitu sebagai
berikut:
A. Fase Respirasi

Seperti diketahui, kekurangan oksigen pada tingkat sel menyebabkan


terjadinya gangguan kegiatan basal yang pokok untuk hidup suatu organisme.
Untuk mengetahui kegunaan HBO dalam mengatasi hipoksia seluler, perlu
dipelajari fase-fase pertukaran gas sebagai berikut :

1) Fase Ventilasi

Fase ini merupakan penghubung antara fase transportasi dan


lingkungan gas diluar. Fungsi dari saluran pernafasan adalah memberi O2 dan
membuang CO2 yang tidak diperlukan dalam metabolisme. Gangguan yang
terjadi dalam fase ini akan menyebabkan hipoksia jaringan. Gangguan tersebut
meliputi gangguan membran alveoli, atelektasis, penambahan ruang rugi,
ketidakseimbangan ventilasi alveolar dan perfusi kapiler paru. (Pennefather
2002).

2) Fase Tranportasi

Fase ini merupakan penghubung antara lingkungan luar dengan organ-


organ (sel dan jaringan). Fungsinya adalah menyediakan gas yang dibutuhkan
dan membuang gas yang dihasilkan oleh proses metabolisme. Gangguan dapat
terjadi pada aliran darah lokal atau umum, hemoglobin, shunt

13
anatomisatau fisiologis. Hal ini dapat diatasi dengan merubah tekanan gas
di saluran pernafasan (Kindwall& Whelan 1999).

3) Fase Utilisasi

Pada fase utilisasi terjadi metabolisme seluler, fase ini dapat terganggu
apabila terjadi gangguan pada fase ventilasi maupun transportasi. Gangguan
ini dapat diatasi dengan hiperbarik oksigen, kecuali gangguan itu disebabkan
oleh pengaruh biokimia, enzim, cacat atau keracunan (Kindwall & Goldman
1998).

4) Fase Difusi

Fase Ini adalah fase pembatas fisik antara ketiga fase tersebut dan
dianggap pasif, namun gangguan pada pembatas ini akan mempengaruhi
pertukaran gas.

2.10. Transportasi dan Utilisasi Oksigen terapi HBO

1) Efek kelarutan oksigen dalam Plasma


Pada tekanan barometer normal, oksigen yang larut dalam plasma sangat
sedikit. Namun pada tekanan oksigen yang aman 3 ATA, dimana PO 2 arterial
mencapai ±2000 mmhg, tekanan oksigen meningkat 10 sampai 13 kali dari
normal dalam plasma. Oksigen yang larut dalam plasma sebesar ± 6 vol % (6 ml
O2 per 100 ml plasma) yang cukup untuk memberi hidup meskipun tidak ada
darah (Grim et al 2009).

2) Haemoglobin (Hb)
1 gr Hb dapat mengikat 1,34 ml O 2, sedangkan konsentrasi normal dari Hb
adalah ±15 gr per 100 ml darah. Bila saturasi Hb 100 % maka 100 ml darah dapat
mengangkut 20,1 ml O2 yang terikat pada Hb (20,1 vol%). Pada tekanan normal
setinggi permukaan laut, dimana PO2 alveolar dan arteri ±100 mmHg, maka

14
saturasi Hb dengan O2 ±97 % dimana kadar O2 dalam darah adalah 19,5 vol %.
Saturasi Hb akan mencapai 100 % pada PO2 arteri antara 100-200 mmHg (Grim et
al 2009)

3) Utilisasi O2
Utilisasi O2 rata-rata tubuh manusia dapat diketahui dengan mengukur
perbedaan antara jumlah O2 yang ada dalam darah arteri waktu meninggalkan
paru dan jumlah O2 yang ada dalam darah vena diarteri pulmonalis. Darah arteri
mengandung ±20% oksigen, sedangkan darah vena mengandung ±14 % vol
oksigen sehingga 6 vol % oksigen dipakai oleh jaringan (Lakesla 2009).

4) Efek Kardiovaskuler
Pada manusia, oksigen hiperbarik menyebabkan penurunan curah jantung
sebesar 10-20 %, yang disebabkan oleh terjadinya bradikardia dan penurunan isi
sekuncup. Tekanan darah umumnya tidak mengalami perubahan selama
pemberian hiperbarik oksigen. Pada jaringan yang normal HBO dapat
menyebabkan vasokontriksi sebagai akibat naiknya PO2 arteri. Efek vasokontriksi
ini kelihatannya merugikan, namun perlu diingat bahwa pada PO 2 ±2000 mmHg,
oksigen yang tersedia dalam tubuh adalah 2 kali lebih besar dari pada biasanya.
Pada keadaan dimana terjadi edema, efek vasokontriksi yang ditimbulkan oleh
hiperbarik oksigen justru dikehendaki, karena akan dapat mengurangi edema
(Hanabe, 2004).

2.11 Efek Samping Terapi Oksigen Hiperbarik


Terapi oksigen hiperbarik adalah metode yang cukup aman dan sangat jarang
menimbulkan efek samping atau komplikasi. Namun bukan berarti terapi oksigen
hiperbarik tidak dapat memunculkan efek samping tertentu. Beberapa efek
samping yang dapat muncul akibat terapi oksigen hiperbarik, meskipun sangat
jarang terjadi, adalah:
1. Merasa tidak nyaman atau nyeri selama prosedur terapi oksigen
hiperbarik.
2. Rabun jauh sementara setelah menjalani terapi oksigen hiperbarik.
3. Kejang akibat penumpukan oksigen di otak.

15
4. Cedera pada telinga.
5. Cedera pada paru-paru.
6. Kebakaran atau ledakan di ruang hiperbarik, terutama jika pasien
menggunakan atau membawa bahan-bahan atau produk mudah terbakar

BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN
Oksigen pada terapi HBO akan meningkatkan nitrit oxide (NO) yang dapat
menghambat kalsium berlebih sehinggal terjadi vasodilatasi pada pembuluh darah
serta meningkatkan aliran darah dan nutrisi pada daerah tersebut maupun
ekstremitas bawah.
Nyeri pinggang bawah merupakan suatu tanda dan gejala dari HNP. Pada
dasarnya timbulnya rasa sakit tersebut karena tekanan susunan saraf tepi daerah
pinggang. Jepitan pada saraf ini dapat terjadi karena gangguan pada otot dan
jaringan sekitarnya yang mengalami inflamasi (peradangan) sehingga
mengakibatkan jaringan tersebut mengalami hipoksia. Maka dari itu, dibutuhkan
pemberian terapi yang tepat untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan,
pemberian terapi tersebut dapat secara medikamentosa, fisioterapi, pembedahan
dan terapi HBO. Terapi hiperbarik oksigen merupakan pemberian oksigen murni
100% pada tekanan lebih dari 1 atmosfer absolut yang dapat memberikan efek
baik terhadap sirkulasi jaringan yang mengalami hipoksia sehingga dapat
menurunkan peradangan yang terjadi.

3.2 SARAN

kelompok menyadari bahwa makalah diatas masih banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kata sempurna. kelompok akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari
itu kelompok mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah
dalam kesimpulan di atas.

16
DAFTAR PUSTAKA

 Pineda JFG, Ortiz CGSL, Mougel GDJS, Lope CREC, Slcocer HM,
Velasco ST.Improvementin serum anti-mullerian hormone levels
ininfertile patients after hyperbaric oxygen(preliminary results). JBRA
Assist Reprod.2015;19(2):87–90.
 Wilkinson D, Chapman M, Heilbronn LK Hyperbaric oxygen therapy
improves peripheral insulin sensitivity in humans. Diabet Med.
2012;29(8):986–9.Dumesic
 DA, Lobo RA. Cancer risk and PCOS.Steroid. 2013;78(8):782–85.
 Veterini V, Santoso B, Widjiati. Oxygen hyperbaric exposure induces
GLUT4 expression reduction and no folliculogenesis alterations in rat
PCOS with insulin resistance model. MOG. 2015; 23(3):112–7.

17
18

Anda mungkin juga menyukai