HIPERBARIK OKSIGEN
KORELASI TERAPI HBO TERHADAP OPTIMALISASI PERCEPATAN
ALIRAN DARAH
Pembimbing:
Mayor Laut (K/W) dr Titut H., M.Kes
Penyusun:
Novy Syahbrina Azara 2017.04.2.00311
Oktaferiko Vabriansyah 2017.04.2.00318
Mengesahkan,
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkah dan rahmatNya, kami bisa menyelesaikan referat dengan topik
“Korelasi Terapi Hiperbarik Oksigen Terhadap Optimalisasi Percepatan
Aliran Darah” dengan lancar. Referat ini disusun sebagai salah satu
penilaian tugas untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian
Lembaga Kesehatan Kelautan Drs. Med. R. Rijadi S., Phys, Surabaya.
Penulis berharap referat ini dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Kami menyadari bahwa referat yang kami susun ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka penulis berharap ada masukan, saran, atau kritik
yang membangun dari semua pihak. Semoga referat ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan.............................................................................. i
Kata Pengantar....................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
BAB IV KESIMPULAN........................................................................... 20
Daftar Pustaka....................................................................................... 21
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Aliran darah adalah jumlah darah yang melewati suatu titik tertentu
di sirkulasi pada waktu tertentu (Guyton, 2007). Jumlah aliran darah yang
mengalir di suatu organ ditentukan oleh kebutuhan dari jaringan tersebut.
Diameter pembuluh darah pada organ dapat mengalami vasodilatasi
sehingga aliran darah meningkat dan vasokonstriksi yang akan
menurunkan aliran darah pada organ tersebut. Mekanisme vasodilatasi
dan vasokonstriksi ini mengakibatkan perubahan tahanan vaskular pada
5
jaringan. Terdapat tiga faktor yang mengontrol aliran darah dengan
merubah tahanan vaskular jaringan yaitu:
1. Kontrol intrinsic yang meliputi mekanisme metabolik dan
myogenic.
2. Kontrol oleh sistem parakrin atau kontrol humoral dengan
melepaskan mediator.
3. Kontrol ekstrinsik atau juga disebut kontrol neural melalui
keterlibatan saraf autonom terutama saraf simpatis (Guyton,
2007).
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
blood. TOHB telah banyak dimanfaatkan, diantaranya untuk penderita
luka bakar, decompresion sickness, osteomielitis, dan ulkus/gangren
diabetikum (Chris DL, Caroline O, 2008).
8
tekanan normal (normobaric), tekanan oksigen arteri berkisar antara
100mmHg dan tekanan oksigen di jaringan 55 mmHg. Dengan pemberian
oksigen 100% pada tekanan 3 ATA dapat meningkatkan tekanan oksigen
arterial menjadi 2000 mHg dan tekanan oksigen jaringan 500 mmHg,
dengan jumlah 60 ml oksigen per liter darah (bandingkan dengan tekanan
atmofer yang hanya dapat mengangkut oksigen 3ml per liter darah).
Kondisi tersebut dapat memberi support pada jaringan (resting tissue)
tanpa dibutuhkan hemoglobin. Karena oksigen berada di dalam cairan
tubuh, oksigen ini dapat mencapai area yang terobstruksi dimana sel
darah merah tidak dapat melewatinya dan keuntungan lainnya oksigen ini
dapat memberikan oksigenasi jaringan bahkan dalam keadaan
pengangkutan hemoglobin-oksigen yang terganggu, contoh pada kasus
keracunan karbon monoksida dan anemia yang parah (Bell et al, 2004).
9
berperan dalam beberapa manfaat yang didapat dari terapi HBO
(Raveenthiraraja, T, 2013).
10
6. Efek penyembuhan
HBO merangsang pertumbuhan osteoclast dan osteoblast, sintesis
kolagen, dan angiogenesis.
2.1.6 Macam Chamber Hiperbarik
Hyperbaric chamber adalah suatu ruangan yang digunakan oleh
pasien untuk menerima terapi oksigen bertekanan. Berdasarkan jumlah
pasien yang dapat dilayani, terdapat dua tipe hyperbaric chamber, yaitu
monoplace dan multiplace hyperbaric chamber (Ali S, Maryam K, Matineh
Heidari, 2014).
1. Monoplace Chambers
Untuk tipe monoplace, ruangan terapi hanya diperuntukan
untuk satu pasien. Terapi dilaksanakan dengan
memasukkan 100% oksigen ke dalam ruangan tersebut.
Dalam hal ini, pasien dapat bernafas dengan bebas tanpa
menggunakan masker.
2. Multiplace Chambers
Adapun untuk tipe multiplace, jumlah pasien yang diterapi di
dalam ruangan dapat lebih dari satu. Masing-masing pasien
menggunakan masker atau penutup kepala (helm) untuk
keperluan suplai oksigen bertekanan. Pada sisi lain, tekanan
di sekitar pasien disesuaikan dengan cara memasukkan
udara bertekanan ke dalam ruangan.
11
Gambar 1. Chamber Multiplace
(https://emedicine.medscape.com/article/1464149-overview)
12
Hyperbaric Oxygenation of the Undersea and Hyperbaric Medical Society
yang telah mengalami revisi pada tahun1986 dan 1988.
Dalam revisi ini, UHMS tidak lagi memasukkan golongan penyakit
untuk penelitian, namun hanya memakai Accepted Categorization saja.
Adapun penyakit-penyakit yang termasuk kategori yang diterima adalah
sebagai berikut (LAKESLA, 2009) :
1. Aktinomikosis
2. Emboli udara
3. Anemia karena kehilangan banyak darah
4. Insufisiensi arteri perifer akut
5. Infeksi bakteri
6. Keracunan Monoksida
7. Crush injuryand reimplanted appendeges
8. Keracunan sianida
9. Penyakit dekompresi
10. Gas gangren
11. Cangkokan (graft) kulit
12. Infeksi jaringan lunak oleh kuman aerob dan anaerob
13. Osteoradinekrosis
14. Radionekrosis jaringan lunak
15. Sistitis akibat radiasi
16. Ekstraksi gigi pada rahang yang diobati dengan radiasi
17. Kanidiobolus koronotus
18. Mukomikosis
19. Osteomielitis
20. Ujung amputasi yang tidak sembuh
21. Ulkus diabetik
22. Ulkus stasis refraktori
23. Tromboangitis obliterans
24. Luka tidak sembuh akibat hipoperfusi dan trauma lama
25. Inhalasi asap
26. Luka bakar
13
27. Ulkus yang terkait dengan vaskulitis
14
8. Spherositosis kongenital
9. Riwayat neuritis optik
10. Kerusakan paru asimptomatik yang ditentukan pada
penerangan atau pemotretan dengan sinar X (LAKESLA,
2009).
Sistem ini terdiri dari organ pemompa yang disebut jantung dan
system yang terdiri dari arteri (yang mengalirkan darah dari jantung
keseluruh tubuh) dan vena (yang mengalirkan darah kembali ke jantung)
(Moore et al., 2013).
15
jaringan pada kondisi normal maupun ketika terjadi proses inflamasi
(arteriol, kapiler, venule) (Junquiera et al., 2007).
16
a. System sirkulasi sistemik dimulai ketika darah yang
mengandung banyak oksigen yang berasal dari paru, dipompa
keluar oleh jantung melalui ventrikel kiri ke aorta, selanjutnya ke
seluruh tubuh melalui arteri-arteri hingga mencapai pembuluh
darah yang diametermya paling kecil (kapiler). Kapiler
melakukan gerakan kontraksi dan rewlaksasi secara bergantian,
yang disebut vasomotion sehingga darah mengalir secara
intermittent. Dengan aliran yang demikian, terjadi pertukaran zat
melalui dinding kapiler yang hanya terdiri dari selapis sel
endotel. Ujung kapiler yang membawa darah teroksigenasi
disebut arteriole sedangkan ujung kapiler yang membawa darah
terdeoksigenasi disebut venule. Terdapat hubungan antara
arteriole dan venule yang disebut “capillary bed” yang berbentuk
seperti anyaman, ada juga hubungan langsung dari arteriole ke
venule melalui arteri-vena anastomosis (A-V anastomosis).
Darah dari arteriole mengalir ke venule, kemudian sampai ke
vena besar (v. cava superior dan v. cava inferior) dan kembali
ke jantung kanan (atrium kanan). Darah dari atrium kanan
selanjtunya memasuki ventrikel kanan melalui katup
trikuspidalis. (Guyton, 2007).
b. System sirkulasi pulmonal dimulai ketika darah yang
terdeoksigenasi berasal dari seluruh tubuh, yang dialirkan
melaui vena cava superior dan vena cava inferior kemudian ke
atrium kanan dan selanjutnya ke ventrikel kanan, meninggalkan
jantung kanan melalui arteri pulmonalis menuju paru (kanan dan
kiri). Di dalam paru, darah mengalir ke kapiler paru dimana
terjadi pertukaran zat dan cairan, sehingga menghasilkan darah
yang teroksigenasi. Oksigen diambil dari udara pernafasan.
Darah yang teroksigenasi ini kemudian dialirkan melalui vena
pulmonalis (kanan dan kiri), menuju atrium kiri selanjutnya
memasuki ventrikel kiri melalui katup mitral (bikuspidalis). Darah
dari ventrikel kiri kemudian masuk ke aorta untuk dialirkan ke
17
seluruh tubuh (dan dimulai lagi sirkulasi sistemik), (Guyton,
2007).
18
Tabel 2.1 Aliran Darah
http://studyingmed.com/wiki/index.php/HMA/Lectures/Control_of_or
gan_blood_flow
19
angioplasty, agen thrombolitik, obat neuroprotective, penstabilan tekanan
intrakranial, pembedahan dan rehabilitasi (Kuan & Sun, 2015).
20
jantung dan aortailiaka, sehingga pembuluh yang dapat menjadi lokasi
terjadinya PAP adalah pembuluh pada keempat ekstremitas, arteri karotis,
arteri renalis, arteri mesenterika, aorta abdominalis, dan semua pembuluh
cabang yang keluar dari aortailiaka. Namun demikian, secara klinis PAP
merupakan gangguan pada arteri yang memperdarahi ekstremitas bawah
(Antono D, Hamonangani R, 2014).
21
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
HBO
CO2
Pembuangan karbondioksida
Venous Return
Kontrol Humoral
BAB IV
KESIMPULAN
23
vasodilatasi pada arteriole, vena besar dan menurunkan tekanan
darah. Dilatasi arteriol menurunkan pertahanan perifer dan dilatasi
vena menyebabkan darah menumpuk pada vena, sehingga
mengurangi aliran darah balik venous fan menyebabkan penurunan
curah jantung.
DAFTAR PUSTAKA
24
Butler FK, Hagan C, Lavore-Murphy H. 2008. Hyperbaric Oxygen
Therapy and The Eye. Undersea and Hyperbaric Medical Society
Inc. Vol. 35. No. 5.
Hess CT. 2011. Checklist for factors affecting wound healing. Adv
Skin Wound Care. 24(4): 192.
25
Kuan CY, SUN YY. Toward reperfusion-centric preclinical stroke
research: outside the box of “reperfusion injury” Neural Regen Res.
2015;10:534-536.
Moore KL, Dalley AF, Agus AMR, Moore ME. 2013. Anatomi
berorientasi klinis. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga.
26
WHO 2011. O Fact sheet N8310.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/index.html
27
Raveenthiraraja, T., Subha, M. 2013. Hyperbaric Oxygen Therapy:
A Review. Int J Pharm Pharm Sci, vol. 5, issue 4, pp. 52-54.
https://innovareacademics.in/journal/ijpps/Vol5Issue4/7741.pdf
28