Anda di halaman 1dari 26

Referat

TERAPI OKSIGEN

Disusun Oleh:

Raisya Putri Budi Utami 2310070200009

Preseptor:

dr. Rahmat Haris, Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ANESTESI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH M. NATSIR SOLOK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Tuhan yang Maha Esa karena kehendak-Nya

penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul Terapi Oksigen. Referat ini

dibuat sebagai salah satu tugas dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi.

Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis serta waktu yang tersedia untuk

menyusun referat ini sangat terbatas, penulis sadar masih banyak kekurangan

baik dari segi isi, susunan bahasa, maupun sistematika penulisannya. Untuk itu

kritik dan saran pembaca yang membangun sangat penulis harapkan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

dr.Rahmat Haris, Sp.An Preseptor Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi di Rumah

Sakit Umum Daerah M. Natsir Solok, yang telah memberikan masukan yang

berguna dalam penyusunan referat ini.

Akhir kata penulis berharap kiranya referat ini dapat menjadi masukan yang

berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain terkait

dengan masalah kesehatan pada umumnya, khususnya mengenai Terapi Oksigen.

Solok, 28 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Tujuan .......................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum...................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus..................................................................................2
1.3 Manfaat .....................................................................................................2
1.4 Metode ......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Terapi Oksigen ..........................................................................3
2.2 Indikasi Terapi Oksigen..........................................................................3
2.3 Tujuan Terapi Oksigen...........................................................................4
2.4 Kontraindikasi Terapi Oksigen..............................................................5
2.5 Perangkat Oksigen...................................................................................6
2.5.1 Konsentraktor oksigen .....................................................................6
2.5.2 Tabung Oksigen..............................................................................10
2.5.3 Oksigen Liquid................................................................................11
2.6 Tekinik Pemberian Terapi Oksigen......................................................14
2.6.1 Sistem Aliran Rendah (Low Flow).................................................14
2.6.2 Sistem Aliran Tinggi (High Flow)..................................................18
2.7 Efek Samping Penggunaan Terapi Oksigen.........................................19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................22

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konsentrator stasioner..................................................................... 7


Gambar 2.2 Konsentrator oksigen portabel........................................................ 8
Gambar 2.3 Tabung oksigen............................................................................... 10
Gambar 2.4 Oksigen liquid................................................................................. 12
Gambar 2.5 Nasal Kanul..................................................................................... 15
Gambar 2.6 Simple Face Mask........................................................................... 16
Gambar 2.7 Non-rebreather Mask....................................................................... 17
Gambar 2.8 Venturi Mask................................................................................... 18

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Oksigen (O2) adalah gas yang umumnya digunakan sebagai obat/terapi

sehubungan dengan indikasi pada kasus hipoksemia. Pemberian oksigen dapat

dimulai karena berbagai alasan. Peningkatan kebutuhan metabolik, pemeliharaan

oksigenasi sambil memberikan anestesi, suplementasi selama pengobatan penyakit

paru-paru yang memengaruhi pertukaran oksigen, pengobatan nyeri kepala, dan

paparan karbon monoksida. Oksiger diperlukan untuk kebutuhan metabolisme dasar

dalam tubuh, dan ini merupakan bagian penting dari resusitasi pada banyak penyakit

akut, serta pemeliharaan penyakit hipoksemik kronis.1

Terapi oksigen merupakan salah satu terapi untuk mendapatkan pemenuhan

oksigen agar mencegah atau memperbaiki hipoksia jaringan dan mempertahankan

oksigenasi jaringan agar tetap adekuat dengan cara meningkatkan masukan oksigen

ke dalam sistem respirasi, meningkatkan daya angkut oksigen ke dalam sirkulasi dan

meningkatkan pelepasan atau ekstraksi oksigen ke jaringan.2

Terapi oksigen di indikasikan untuk pasien dengan hipoksemia persisten untuk

meningkatkan tekanan oksigen alveolar dan menurunkan kerja pernapasan.

Konsentrasi oksigen yang digunakan untuk mengatasi hipoksemia disesuaikan untuk

mencapai saturasi oksigen normal atau mendekati normal (94-96%), kecuali pada

kelompok pasien dengan hiperkapnia kronis yang memerlukan target saturasi lebih

rendah yaitu 88-92%. Pasien dengan obstructive sleep apnoea/hypopnea syndrome,

hipoventilasi obesitas, dan sindrom tumpang tindih COPD-OSAHS semuanya

1
mengalami tingkat hipoksemia yang bervariasi.3

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Referat ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik senior

dibagian ilmu Anestesi RSUD M. Natsir dan diharapkan agar dapat menambah

pengetahuan penulis serta bisa menjadi bahan referensi bagi para pembaca mengenai

Terapi Oksigen.

1.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui mengenai

definisi, indikasi, tujuan, perangkat, teknik pemberian dan efek samping dari terapi

oksigen.

1.3 Manfaat Penulisan

1. Sebagai sumber media informasi mengenai Terapi oksigen

2. Untuk memenuhi tugas referat kepanitraan klinik senior dibagian ilmu

anestesi RSUD M. Natsir.

1.4 Metode Penulisan

Referat ini dibuat dengan metode tinjauan kepustakaan yang merujuk pada

berbagai literatur.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Terapi Oksigen

Oksigen adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau dan pertama kali

dikenali oleh Joseph Priestley pada tahun 1771. Oksigen telah digunakan dalam

praktik klinis selama lebih dari 200 tahun. Hal ini penting untuk fungsi dan

kelangsungan hidup seluruh jaringan tubuh. Kekurangan oksigen selama beberapa

menit dapat berakibat fatal. Oksigen dianggap sebagai agen farmakologis dengan

indikasi, manfaat dan efek samping seperti obat lainnya.4

Terapi oksigen adalah pengobatan yang memberikan pasien oksigen ekstra

(>21%). Terapi oksigen banyak digunakan di lingkungan pra-rumah sakit dan rumah

sakit serta terapi oksigen domisili atau jangka panjang.4

2.2 Indikasi Terapi Oksigen

Secara umum terapi oksigen diberikan kepada pasien dengan oksigenasi

jaringan yang tidak adekuat. Kondisi jaringan dengan oksigen yang tidak adekuat

dapar disebabkan oleh berbagai macam faktor berikut.1

 Gangguan transportasi oksigen yang dapat diakibatkan oleh anemia (jumlah

Hb kurang adekuat untuk membawa oksigen (O2) ke jaringan), penyakit infark

otot jantung, syok (hipovolemik, sepsis, atau kardiogenik), maupun keracunan

karbon monoksida (CƆ), misal pada kebakaran atau terjebak di tempat

tertutup dengan mesin bermotor menyala dan menghasilkan CO.

3
 Kegagalan napas yang dapat diakibatkan oleh kelainan anatomi atau hambatan

jalan napas, kelebihan dosis obat sedatif yang berakibat depresi sistem

pernapasan pusat, kelemahan otot pernapasan akibat penyakit saraf otot,

trauma dada yang menyebabkan kelainan bentuk dan gerak, maupun berbagai

penyakit paru lainnya (misal ARDS/Acute Respiratory Distress Syndrome).

 Pasca anestesi umum terutama pada anestesi inhalasi dengan gas gelak atau

N2O.

 Keracunan zat yang mengandung sianida sehingga jaringan gagal untuk

mengekstrak oksigen.

 Kebutuhan oksigen jaringan yang meningkat (misal pada penderita trauma

multipel, infeksi berat, penderita luka bakar, pasien dengan kejang demam,

penyakit kanker atau keganasan, dan berbagai penyakit lainnya yang

menyebabkan peningkatan kebutuhan jaringan terhadap oksigen.

2.3 Tujuan Terapi Oksigen

Tujuan pemberian oksigen adalah untuk menaikkan tekanan oksigen alveoli.

Pada umumnya dengan pemberian terapi oksigen diharapkan:1

 Hipoksemia dapat dicegah. Pencegahan hipoksemia dengan terapi oksigen

pada tindakan bronkoskopi atau persiapan pemasangan intubasi yang

memerlukan preservasi dan penyediaan oksigen dalam darah sebelum

dilakukan tindakan dengan cara memberikan terapi oksigen. Terapi oksigen

juga dibutuhkan pada penyakit yang memerlukan konsumsi oksigen lebih

tinggi (misal pada infeksi berat dan kejang).

4
 Hipoksemia terkoreksi. Terapi oksigen sangat diperlukan dalam upaya

penyelamatan nyawa pasien pada kasus kegawatan napas atau gagal napas,

maupun pada kasus gangguan metabolisme atau berbagai penyakit paru

maupun jantung yang memerlukan oksigen untuk membayar hutang oksigen

pada jaringan, dan membantu kerja sistem kardiopulmonar.

 Keracunan karbon monoksida (CO) teratasi. Ikatan CO pada hemoglobin akan

berkurang dan tekanan parsial oksigen (PO2) akan meningkat dengan terapi

oksigen yang adekuat.

 Obat anestesi inhalasi tereleminasi dengan cepat pasca tindakan anestesi.

Terapi oksigen akan memfasilitasi absorbs gas dari jaringan dan rongga-

rongga dalam tubuh.

 Membantu diagnostik dan mengetahui pertukaran gas dari fungsi paru. Secara

ringkas, indikasi pemberian oksigen yaitu pada pasien dengan tekanan

oksigen parsial arteri (PaO2) yang rendah dan/atau persentase saturasi oksigen

(SaO2) yang rendah.

2.4 Kontraindikasi Terapi Oksigen

Terapi oksigen dikontraindikasikan pada keadaan seperti keracunan zat

paraquat, dimana keracunan oleh zat ini diperburuk dengan terapi oksigen karena

aktivitas redoksnya.5

Narkosis karbon dioksida terjadi pada pasien dengan kondisi seperti gangguan

paru obstruktif atau insufisiensi pernafasan kronis yang mengakibatkan hiperkarbia,

pemberian oksigen yang berlebihan dapat mengurangi dorongan pernafasan.

5
Penurunan ini dapat mengakibatkan hiperkarbia lebih lanjut, perubahan status mental,

atau bahkan gangguan pernapasan total. Terapi titrasi pada pasien hipoksemia dengan

penyakit pernapasan obstruktif harus dipertimbangkan.5

2.5 Perangkat Oksigen

2.5.1 Konsentrator Oksigen

Konsentrator oksigen menyediakan sumber udara kaya oksigen yang aman.

Konsentrator oksigen (kadang-kadang disebut sebagai generator oksigen) adalah

perangkat yang menarik udara ruangan melalui serangkaian filter yang

menghilangkan debu, bakteri, dan partikulat lainnya. Pada langkah pertama proses

konsentrasi, mesin memaksa udara masuk ke dalam salah satu dari dua tabung yang

berisi bahan saringan molekuler atau membran semipermeabel, tempat nitrogen

diserap, meninggalkan oksigen pekat (90% atau lebih tinggi) dan sebagian kecil

lainnya. Pada saat yang sama, di silinder lainnya, nitrogen diserap dan ditarik ke

atmosfer. Pada langkah kedua, fungsi tabung dibalik dalam siklus waktu, memberikan

aliran oksigen terus menerus ke pasien. Konsentrator oksigen tipikal dapat

mengalirkan aliran oksigen sebesar 0,5–5L permenit (konsentrator oksigen aliran

rendah), sementara beberapa model dapat menghasilkan hingga 10 L permenit

(konsentrator oksigen aliran tinggi).6

Ada dua jenis konsentrator oksigen yaitu stasioner dan portable. Konsentrator

stasioner (rumah) menyediakan pasokan oksigen tanpa gangguan dengan aliran

berkisar antara 0,5 hingga 10–15 L permenit. Konsentrator stasioner memiliki berat

rata-rata sekitar 10 kg dan memiliki beberapa pegangan bawaan untuk mengangkat

6
atau menggulung perangkat. Konsentrator dihubungkan ke pasokan listrik utama di

rumah, menggunakan 300 W (atau lebih rendah) per jam. Pilihan yang relatif baru

adalah konsentrator rumah super kecil, yang beratnya bisa mencapai sekitar 4,5 kg,

mendukung laju aliran oksigen hingga 2 L permenit.6

Gambar 2.1 Konsentrator stasioner6

Konsentrator oksigen portabel adalah teknologi terbaru yang menginginkan

solusi oksigen kecil, ringan dan portabel dalam unit kompak dan mobile.

Konsentrator portabel bervariasi dalam berat, ukuran, pengaturan aliran oksigen,

kisaran L permenit dan masa pakai baterai, serta spesifikasi lainnya.6

7
Gambar 2.2 Konsentrator oksigen portabel6

Perbedaan utama antara konsentrator stasioner dan portabel dapat diringkas

berdasarkan empat faktor utama yaitu keluaran oksigen, ukuran dan berat, pilihan

daya, serta harga. Konsentrator oksigen stasioner memiliki keluaran oksigen lebih

tinggi dan biaya lebih rendah. Konsentrator oksigen portabel menawarkan ukuran

yang lebih kecil dan bobot yang lebih ringan serta fleksibilitas yang lebih besar

dengan sumber daya. Untuk pasien yang menjalani kehidupan aktif dan sering jauh

dari sumber listrik (stopkontak), konsentrator oksigen portabel adalah pilihan terbaik.

Kebanyakan konsentrator oksigen portabel menggunakan baterai litium ion, yang

akan rusak seiring waktu. Sebagian besar baterai ini dapat diisi ulang sekitar 300 kali

tanpa penurunan kualitas yang berarti.6

Konsentrator oksigen stasioner biasanya digunakan oleh pasien yang menjalani

long term oxygen theraphy (LTOT) karena hemat biaya dan lebih aman dibandingkan

menggunakan tabung gas oksigen. Konsentrator oksigen direkomendasikan untuk

pasien yang menggunakan oksigen selama >1,4 jam perhari. Konsentrator oksigen

8
portabel untuk terapi oksigen rawat jalan ditawarkan kepada orang-orang yang sudah

menggunakan LTOT yang ingin menggunakan oksigen di luar rumah. Terapi oksigen

rawat jalan dapat meningkatkan toleransi olahraga dan sesak napas, meskipun

oksigen sebelum dan sesudah olahraga tidak memberikan manfaat pada sebagian

besar pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Selain itu, terapi oksigen rawat

jalan memungkinkan peningkatan penggunaan oksigen harian dan/atau kepatuhan

yang lebih baik.6

Keuntungannya adalah konsentrator oksigen tidak perlu diisi ulang.

Konsentrator beroperasi dengan tenaga listrik dan dengan demikian memasok oksigen

dalam jumlah tidak terbatas. Konsentrator portabel dapat digunakan saat bepergian

dengan baterai, sehingga dapat digunakan terus-menerus hingga 12 jam untuk

beberapa model. Dari sudut pandang jangka panjang, konsentrator lebih hemat biaya

dibandingkan tabung gas bertekanan, dan diketahui dapat bertahan hingga 1500 jam

jika digunakan terus-menerus.6

Kerugiannya adalah signifikan dari konsentrator oksigen adalah kebutuhan daya

listrik agar dapat berfungsi. Menghadapi pemadaman listrik yang tidak terjadwal,

perlu dilakukan persiapan dengan menyiapkan pembangkit listrik cadangan di rumah.

Pasien yang menggunakan konsentrator oksigen stasioner perlu mempertimbangkan

penggantian filter setiap minggu, servis rutin dan periode pemanasan mesin, serta

kebisingan dan getaran dari perangkat model lama.6

9
2.5.2 Tabung Oksigen

Tabung oksigen adalah wadah logam yang diisi dengan gas terkompresi dan

ditahan di bawah tekanan tinggi. Tabung oksigen tersedia dalam berbagai ukuran

yang menentukan kapasitas oksigen. Ransel, troli, atau kereta beroda mungkin

diperlukan untuk bergerak, tergantung pada ukuran dan berat silinder serta aktivitas

dan tingkat kebugaran pasien. Tabung oksigen diberi kode warna dengan badan putih

untuk membedakannya dari gas medis lainnya.6

Gambar 2.3 Tabung Oksigen6

Regulator dipasang pada bagian atas tabung dan berfungsi seperti keran,

memungkinkan penyesuaian laju aliran oksigen yang aman, dalam L permenit. Ketika

keran dibuka secara manual, oksigen akan mengalir ke pasien dengan hambatan

paling kecil melalui alat penghantar oksigen (misalnya selang dengan masker atau

nasal kanul). Pembacaan tekanan (barometer) menampilkan tekanan oksigen yang

tersisa di dalam tabung, memperkirakan jumlah oksigen yang tersedia untuk disuplai.

Kapasitas tabung oksigen relatif rendah: misalnya. dengan tekanan pengisian 200 bar

10
dan 400 L oksigen, suplai oksigen pasien akan mencukupi selama 2,5 jam tergantung

laju aliran.6

Tabung oksigen diindikasikan untuk pasien yang membutuhkan oksigen

tambahan di rumah, tabung oksigen biasanya dikombinasikan dengan konsentrator

oksigen. Tabung oksigen dapat berfungsi sebagai cadangan jika terjadi pemadaman

listrik atau kegagalan konsentrator. Di rumah sakit, tabung oksigen befungsi sebagai

pasokan oksigen sementara untuk pasien dengan ventilasi invasif ketika mereka perlu

menjalani prosedur diagnostik atau terapeutik di luar unit perawatan intensif.6

Keuntungan tabung oksigen adalah tabung oksigen mungkin cukup jika

dikombinasikan dengan konsentrator oksigen stasioner. Kekurangan tabung oksigen

adalah ukuran dan beratnya sehingga tabung oksigen kurang nyaman untuk dibawa

tanpa peralatan.6

2.5.3 Oksigen Liquid

Oksigen liquid adalah cairan kriogenik, yaitu gas cair dengan titik didih

−183°C. Oksigen liquid memungkinkan sejumlah besar oksigen (gas) disimpan

sebagai cairan dalam wadah kecil. Rasio 860:1 untuk oksigen liquid, dimana ketika 1

L oksigen liquid diuapkan, ia mengembang menjadi sekitar 860 L oksigen gas.

Oksigen liquid medis (kemurnian minimal 99,5%) pertama-tama harus diuapkan

menjadi gas terkompresi kemudian dihangatkan pada suhu sekitar (ruangan) di dalam

peralatan sebelum pasien dapat menerima oksigen melalui selang ke lubang hidung

melalui nasal kanul.6

11
Gambar 2.4 Oksigen Liquid6

Wadah penyimpanan stasioner maupun wadah portabel tersedia dalam berbagai

ukuran. Wadah kriogenik ini menjaga agar liquid tetap dingin. Wadah stasioner

berukuran kecil dapat menyediakan persediaan isi ulang yang nyaman di dalam mobil

atau van selama perjalanan jauh dari rumah. Jika pasien menggunakan oksigen liquid

aliran tinggi (hingga 15 L permenit oksigen aliran kontinu), penting untuk dicatat

bahwa es dapat terbentuk pada kumparan penukar panas portabel karena pembekuan

kelembaban sekitar. Pasien-pasien ini biasanya memiliki dua sistem portabel untuk

memfasilitasi penggunaan terus-menerus, memungkinkan untuk menghilangkan

lapisan es pada salah satu unit sambil menggunakan oksigen rawat jalan di unit

lainnya.6

Memilih oksigen yang tepat dapat menjadi tantangan bagi dokter. Ada dua

faktor penentu utama saat memilih antara oksigen liquid dan oksigen dari tabung

oksigen, yaitu kenyamanan dan efisiensi. Untuk pasien rawat jalan yang

12
membutuhkan oksigen aliran tinggi, oksigen liquid adalah pilihan yang paling

praktis.6

Keuntungan dari oksigen liquid membutuhkan lebih sedikit ruang dibandingkan

oksigen dalam bentuk gas, sehingga lebih mudah dan ringan untuk dibawa kemana-

mana. Tangki oksigen liquid lebih aman dibandingkan tabung gas bertekanan karena

tekanannya lebih rendah. Jika dibandingkan dengan oksigen berbentuk gas, pasien

lebih memilih sistem oksigen liquid karena lebih tahan lama, pengisian tabung lebih

sederhana, dan sistem portable lebih mudah dibawa karena bobotnya lebih ringan.

Namun, konsentrator oksigen portabel bahkan lebih ringan daripada tabung oksigen

liquid karena tidak memerlukan reservoir penyimpanan oksigen bertekanan.

Meskipun demikian, konsentrator oksigen kurang nyaman bagi pasien dibandingkan

oksigen liquid karena memerlukan baterai internal, adaptor mobil, atau listrik standar,

dan kebutuhan akan sumber listrik yang berkelanjutan dapat menghambat mobilitas

dan kemandirian pasien.6

Kekurangannya adalah kapasitas tangki oksigen dan tabung oksigen liquid

terbatas yang ditentukan oleh ukurannya, sedangkan konsentrator oksigen portabel

tidak memiliki tangki terkompresi untuk ditukar atau diisi ulang karena mereka

menarik udara sekitar langsung dari lingkungan sekitar, menyaringnya secara instan

dan mengalirkan sekitar 93% oksigen murni langsung ke pasien melalui nasal kanul.

Wadah oksigen liquid berukuran besar harus selalu terisi di rumah untuk sering

mengisi tangki portabel yang lebih kecil. Pengiriman oksigen berulang bisa memakan

biaya yang cukup mahal. Hal penting lainnya yang perlu diingat adalah oksigen liquid

13
terus-menerus menguap dan perlu digunakan serta disuplai kembali oleh penyedia

layanan profesional setidaknya dua hingga tiga kali sebulan. Oleh karena itu, salah

satu kelemahan utama terapi oksigen liquid adalah biayanya. Selain itu, jumlah pasien

gangguan fungsi paru-paru yang ingin melakukan perjalanan dengan pesawat terbang

semakin meningkat, namun peraturan penerbangan melarang penggunaan oksigen

liquid di pesawat komersial.6

2.6 Teknik Pemberian Terapi Oksigen

Sistem pengiriman oksigen dikategorikan menjadi sistem aliran rendah (low

flow) dan aliran tinggi (high flow). Sistem aliran rendah menghasilkan aliran oksigen

yang lebih rendah dibandingkan aliran inspirasi sebenarnya (∼30 L permenit). Saat

pasien melakukan inspirasi, oksigen diencerkan dengan udara ruangan, dan derajat

pengencerannya bergantung pada aliran inspirasi. Oleh karena itu, sistem pengiriman

oksigen ini tidak memungkinkan penghitungan fraksi oksigen inspirasi (FIO 2) yang

akurat. Sistem pengiriman oksigen aliran tinggi memberikan aliran oksigen yang

lebih tinggi dan FIO2 stabil serta tidak terpengaruh oleh jenis pernapasan pasien.6

2.6.1 Sistem Aliran Rendah (Low Flow)

 Nasal Kanul

Nasal kanul adalah sistem pengiriman oksigen yang paling umum digunakan

untuk hipoksia ringan. Nasal kanul menyalurkan oksigen ke ruang nasofaring dan

dapat diatur untuk mengalirkan antara 1-6 L permenit (24-40% FIO 2). FIO2

meningkat sekitar 4% dengan setiap liter oksigen per menit. Nasal kanul banyak

digunakan pada perangkat oksigen domisili. Aliran oksigen >6 L permenit harus

14
dihindari karena dapat mengeringkan mukosa hidung dan mengganggu pola tidur.

Nasal kanul nyaman digunakan karena pasien dapat berbicara dan makan sambil

menerima oksigen, serta mudah digunakan. Namun mudah copot dan tidak efektif

pada pasien dengan deviasi septum atau polip.6

Tabel 2.1 FIO2 dan aliran oksigen nasal kanul6


FIO2 % Flow L permenit
24–28 1-2
30-35 3-4
38-44 5-6

Gambar 2.5 Nasal Kanul6

 Simple Face Mask

Simple Face Mask dapat diatur untuk mengalirkan antara 5 - 10 L permenit

(35–55% FIO2) dan diindikasikan bila diperlukan oksigen dalam jumlah sedang. Alat

ini dipasang di mulut dan hidung pasien, dan memiliki saluran pernafasan samping

yang digunakan oleh pasien untuk mengeluarkan karbon dioksida. Humidified air

dapat ditambahkan jika konsentrasi oksigen menyebabkan kekeringan pada mukosa

15
hidung. Efisiensi masker bergantung pada seberapa pas masker tersebut. Makan dan

minum bisa menjadi sulit jika masker masih terpasang dan dapat menjadi kendala

bagi beberapa pasien, yang mungkin merasa sesak jika masker terpasang.6

2.6 Simple Face Mask4

 Non-Rebreather Mask

Non-rebreather mask adalah perangkat aliran rendah dengan FIO 2 tinggi.

Non-rebreather mask menggunakan kantong reservoir (∼1000 mL) untuk

mengalirkan oksigen dengan konsentrasi lebih tinggi. Katup satu arah antara masker

dan kantong penampung mencegah pasien menghirup udara kadaluwarsa. Non-

rebreather mask dapat diatur untuk mengalirkan antara 10-15 L permenit (80–95%

oksigen). Aliran oksigen <10 L permenit dapat menyebabkan kantung oksigen kolaps

sepenuhnya saat inspirasi. FIO2 tergantung pada pola pernapasan pasien. Masker ini

berguna pada pasien hipoksia berat dan memiliki ventilasi yang baik, namun masker

ini memiliki risiko retensi dan aspirasi karbon dioksida jika terjadi muntah.6

16
Gambar 2.7 Non-Rebreather Mask6

 Transtracheal Oxygen Catheters (TTOC)

Transtracheal oxygen catheters (TTOC) efektif dalam meredakan sesak napas

dan hipoksemia. TTOC mengirimkan oksigen langsung ke trakea dan dimasukkan

secara perkutan ke dalam trakea menggunakan teknik Seldinger. Namun, penempatan

TTOC belum mendapatkan popularitas yang luas karena hanya sedikit dokter yang

terlatih untuk memasukkan TTOC atau menangani pasien dengan TTOC, dan

terdapat juga penolakan luas untuk melakukan prosedur invasif ini pada pasien

hipoksemia, lanjut usia, dan lemah.6

Aliran oksigen melalui TTOC berkisar antara 0,5 - 4 L permenit. Pengiriman

oksigen melalui TTOC melewati dead space anatomis di saluran udara bagian atas

dan mulut, sehingga oksigen dapat langsung masuk ke trakea. Hal ini mengurangi

keseluruhan oksigen yang dibutuhkan saat istirahat dan berolahraga.6

17
2.6.2 Sistem Aliran Tinggi (High Flow)

 Rebreather Mask

Berbeda dengan non-rebreather mask, tidak ada katup satu arah antara masker

rebreather dan kantong reservoir sehingga oksigen yang dihirup dan udara ekspirasi

dikumpulkan ke dalam kantong reservoir.6

 Venturi Mask

Venturi mask adalah perangkat aliran tinggi yang memungkinkan pengukuran

FIO2 secara akurat. Peralatan ini terdiri dari botol air steril, tube bergelombang,

sistem nebuliser rasio udara/oksigen, kantong drainase, dan masker (misalnya aerosol

face mask, masker trakeostomi, T-piece, face tent). Aliran oksigen melebihi aliran

puncak ekspirasi pasien. Oleh karena itu, kecil kemungkinan pasien menghirup udara

dari ruangan. Venturi mask menggunakan port dengan ukuran berbeda untuk

mengubah FIO2 yang dikirimkan (24-50%). FIO2 dan aliran oksigen dinyatakan

dengan jelas di bagian bawah setiap port. Venturi mask tidak mengeringkan selaput

lendir, namun dapat mengganggu bicara dan makan Venturi mask sangat berguna

pada pasien PPOK, dimana pemberian oksigen yang tepat sangat penting.6

Gambar 2.8 Venturi Mask6

18
 High Flow Nasal Kanul

High flow nasal kanul terdiri dari flow generator, pencampur oksigen-udara,

humidifer, dan nasal kanul. Flow generator dapat menyediakan aliran gas hingga 60 L

permenit, dan blender meningkatkan FIO 2 hingga 100% sementara humidifier

menjenuhkan campuran gas (pada 31-37°C). Oksigen yang dilembabkan dan

dipanaskan dialirkan ke wide-bore nasal prong. Laju aliran dan FIO 2 dapat dititrasi

secara independen berdasarkan aliran pasien dan kebutuhan FIO 2. Secara

keseluruhan, aliran tinggi dan humidifier meningkatkan kapasitas sisa fungsional dan

pembersihan mukosiliar dari sekret, dan dengan demikian mengurangi kerja

pernafasan.6

2.7 Efek Samping Pemberian Terapi Oksigen

Terdapat toksisitas pernafasan dan non-pernapasan akibat efek terapi oksigen.

Tergantung pada kerentanan pasien, FiO2 dan durasi terapi.4

 Bahaya kebakaran, Oksigen mengandung bahan mudah terbakar.

 Atelektasis, Konsentrasi oksigen yang tinggi dapat menyebabkan atelektasis.

Ketika oksigen adalah satu-satunya gas yang diberikan, oksigen diserap

dengan cepat dan sempurna dari alveoli dan mengakibatkan kolaps

(atelektasis).

 Retinoplasty of prematurity, merupakan kelainan retina neovaskular yang

sebelumnya disebut fibroplasia retrolental. Hal ini disebabkan oleh proliferasi

pembuluh darah yang diikuti oleh fibrosis dan ablasi retina yang

19
menyebabkan kebutaan. PaO2 sebesar 50-80 mmHg direkomendasikan pada

bayi prematur yang menerima oksigen.

 Toksisitas paru, Pasien yang terpapar oksigen tingkat tinggi dalam jangka

waktu lama mengalami kerusakan paru-paru. Hal ini tergantung pada FiO 2

dan durasi pemaparan. Hal ini disebabkan oleh pembentukan metabolit O 2

reaktif (radikal bebas) intraseluler seperti superoksida dan ion hidroksil

teraktivasi, O2 singlet dan hidrogen peroksida, yang dapat merusak membran

alveolar-kapiler. Permeabilitas kapiler paru meningkat dan menyebabkan

edema, penebalan membran dan akhirnya menjadi fibrosis paru. Fibrosis paru

dapat terjadi setelah terpapar oksigen konsentrasi tinggi selama seminggu.

 Depresi Ventilasi, Hal ini terlihat pada pasien PPOK dengan retensi CO 2

kronis. Peningkatan ketegangan arteri hingga normal dapat menghilangkan

stimulus hiperkapnoeik untuk mempertahankan ventilasi sehingga

mengakibatkan hipoventilasi pada pasien tersebut.

 Toksisitas oksigen hiperbarik, Paparan terapi O2 hiperbarik dalam waktu lama

dapat menyebabkan toksisitas paru, optik, dan sistem saraf pusat. Gejala

toksisitas paru meliputi rasa terbakar di retrosternal, batuk, dan dada terasa

sesak. Hal ini dapat menyebabkan penyempitan bidang penglihatan dan

miopia pada orang dewasa. Tanda dan gejala toksisitas sistem saraf pusat

meliputi perubahan perilaku, mual, vertigo, kedutan pada wajah, dan kejang

tonik-klonik.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Oksigen adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, penting untuk fungsi

dan kelangsungan hidup seluruh jaringan tubuh. Kekurangan oksigen selama

beberapa menit dapat berakibat fatal.

Terapi oksigen adalah pengobatan yang memberikan pasien oksigen ekstra,

diberikan kepada pasien dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat, bertujuan

untuk menaikkan tekanan oksigen alveoli. Dikontraindikasikan pada keadaan seperti

keracunan zat paraquat.

Perangkat oksigen terdiri dari konsentrator oksigen, tabung oksigen dan

oksigen liquid. Teknik pemberian terapi oksigen terdiri dari sistem aliran rendah dan

sistem aliran tinggi. Sistem aliran rendah mencakup nasal kanul, simple face mask,

non-rebreather mask dan transtracheal oxygen catheter. Sedangkan sistem aliran

tinggi mencakup rebreather mask, venture mask dan high flow nasal kanul.

Terapi oksigen berisiko menyebabkan kebakaran, atelectasis, retinoplasty of

prematurity, toksisitas paru, depresi ventilasi dan toksisitas oksigen hiperbarik.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Airlangga PS, Rahardjo P. 2016. Buku Ajar Anestesiologi dan Terapi Intensif :
Fisiologi Pernafasan. Jawa Timur: Airlangga University Press.
2. Thalib AHS, Madji NA. Terapi Oksigen Terhadap Perubahan Kadar Saturasi
Oksigen Pada Pasien Dengan Cedera Kepala. Jurnal Ilmu Kesehatan 2023; 12(1):
1-7.
3. National Institute for Health and Care Excellence. Obstructive sleep
apnoea/hypopnoea syndrome and obesity hypoventilation syndrome in over 16s
Evidence review I: Oxygen therapy. NICE guideline NG202 Intervention
evidence review 2021.
4. Htun AT, Thein WM. Oxygen Theraphy. International Journal of Novel
Research in Healthcare and Nursing 2016; 3(2): 8-14.
5. Weekley MS, Bland LE. 2023. Oxygen Administration. StatPearls.
6. Hardavella G, Karampinis I, Frille A, et al. Oxygen devices and delivery
systems. Breathe 2019; 15: e108–e116.

22

Anda mungkin juga menyukai