Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah respirasi yang berjudul ASUHAN
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik secara
penulisan, bahasa atau materi yang ada. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
Dengan mengucap Hamdallah kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................................... ii
Bab 1: Pendahuluan.................................................................................................................. 1
1.3 Tujuan....................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat..................................................................................................................... 2
2.1 Definisi...................................................................................................................... 3
2.2 Etiologi...................................................................................................................... 3
2.3 Patofisiologi...............................................................................................................4
3.1 Pengkajian.................................................................................................................9
3.2 Diagnosa................................................................................................................. 11
3.3 Intervensi................................................................................................................. 12
3.4 Evaluasi................................................................................................................... 16
Bab 4: Penutup........................................................................................................................ 17
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 17
4.2 Saran....................................................................................................................... 17
Daftar Pustaka............................................................................................................... 18
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Sirkulasi oksigen yang teratur dari udara oleh paru-paru sangat vital bagi kehidupan. Namun
pada saat ini mulai bermunculan fakta-fakta bahwa fungsi vital tersebut sudah tidak dapat
berjalan lagi dengan semestinya pada sejumlah manusia akibat dari penyakit yang
dideritanya.
Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS) adalah suatu sindrom gawat napas akut yang
merupakan penyakit pernapasan serius yang biasa terjadi dan dapat timbul pada pasien
dengan trauma atau penyakit berat. Sindrom ini mempunyai cirri khas secara klinik berupa
perjalanan yang cepat dan berat dari insuffisiensi pernapasan yang mengancam jiwa
(respiratory distress), sianosis, hipoksemia arterial berat yang refrakter terhadap terapi
oksigen dan dapat berlanjut pada kegagalan system organ ekstrapulmonal (Cotran, Kumar,
Collins.1999)
Faktor resiko belum diketahui sepenuhnya. Sindrom gawat napas timbul mendadak, dengan
etiologi ekstrapulmonal tetapi memberikan gejala yang berarti pada paru-paru.
1
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 DEFINISI
Adult respiratory distress syndrome (ARDS) merupakan suatu bentukan dari gagal napas akut
yag ditandai dengan: hipoksemia, penurunan fungsi paru-paru, dispnea, edema paru-paru
bilateral tanpa gagal jantung, dan infiltrate yang menyebar. Selain itu, ARDS dikenal juga
dnegan nama noncardiogenic pulmonary edema, shock pulmonary, dan lain-lain. (Somantri,
2007)
2.2 ETIOLOGI
12. Respons imunologik terhadap antigen pejamu sindrom goodpasture dan SLE).
(Somantri, 2007)
2.3 PATOFISIOLOGI
3
Patofisiologi ARDS dapat dibagi jadi 4 tahap yaitu: (1) Pada tahap ini mulai terjadi kerusakan
membrane alveolar kapiler yang menimbulkan kebocoran cairan di jaringan interstisial. (2)
karena kebocoran cairan berlanjut, paru menjadi lebih kaku dan compliance (kelenturan) paru
menurun, penurunan ini akan mengakibatkan terjadi penurunan ventilasi dan perbandian
ventilasi-perfusi menurun sehingga terjadilah hipoksemia arterial. (3) akhirnya masuk dan
mengisi ruang alveoli, ventilasi sama sekali tidak terjadi, perbandingan ventilasi perfusi menjadi
nol, maka terjadi shunt atau pintasan, lebih banyak ruang alveoli yang terisi lebih berat pintasan
intrapulmoner yang terjadi, dan tekanan oksigen arterial menjadi semakin menurun, (4) terjadi
penutupan ruang jalan napas terminalis dengan akibat terjadi atelektasis, penurunan volume
paru terutama kapasitas residu fungsional dan ini akan memperberat penurunan tekanan
oksigen arterial.
4
Jadi gangguan utama pada setiap tahapan ini adalah pengambilan oksigen, sejalan dengan
berlangsungnya proses kelainan, maka hipoksemia yang terjadi semakin berat, Pa0 2 <50 mmHg
dan peningkatan konmsentrasi oksigen inspirasi. Sedangkan tekanan CO2 arterial tetap rendah
ini disebabkan karena terjadi kompensasi berupa takipneua, hiperventilasi akibat terjadinya
gangguan restriktif paru.
Takikardi, takipnea
Sianosis
Hipoksemia
5
2.5.2 Ventilasi Mekanik
Aspek penting perawatan ARDS adalah ventilasi mekanis.terapi modalitas ini bertujuan untuk
memberikan dukungan ventilasi sampai integritas membrane alveolakapiler kembali membaik.
Dua tujuan tambahan adalah:
a. Memelihara ventilasi adekuat dan oksigenasi selama periode kritis hipksemia berat.
b. Mengatasi faktor etiologi yang mengawali penyebab distress pernapasan.
Ventilasi dan oksigenasi adekuat diberikan melalui volume ventilator dengan tekanan dan
kemampuan aliran yang tinggi, dimana PEEB dapat ditambahkan. Positif end expiratory
breathing PEEB dipertahankan dalam alveoli melalui siklus pernapasan untuk mencegah alveoli
kolaps pada akhir ekspirasi.
Komplikasi utama PEEB adalah penurunan curah jantung dan barotraumas. Hal tersebut sering
kali terjadi jika pasien diventilasi dengan tidal volume di atas 15ml/kg atau PEEB tingkat tinggi.
Perlatan selang dada torakostomi darurat harus siap tersedia.
Sebagian besar volume oksigenasi ditranspor ke jaringan dalam bentuk oksihemoglobin. Bila
anemia terjadi, kandungan oksigen dalam darah menurun. Sebagai akibat efek ventilasi
mekanik PEEB pengukuran seri hemoglobin perlu dilakukan untuk kalkulasi kandungan oksigen
yang akan mene ntukan kebutuhan untuk transfuse sel darah merah.
6
2.5.6 Terapi Farmokologi
Selang endotrakheal atau selang trakheostomi disediakan tidak hanya sebagai jalan napas,
tetapi juga berarti melindungi jalan napas dengan cuff utuh), memberikan dukungan ventilasi
kontinu dan memberikan konsentrasi oksigen terus-menerus. Pemeliharaan jalan napas
meliputi: mengetahui waktu penghisapan, teknik penghisapan, tekanan cuff adekuat, pencegah
nekrosis terkanan ansal dan oral untuk membuang secret, dan pemonitoran konstan terhadap
jalan napas bagian atas.
Perhatian penting terhadap sekresi pada saluran pernapasan baian atgas dan bawah serta
pencegahan infeksi melalui teknik penghisapan yang telah dilakukan. Infeksi nosokomial adalah
infeksi yang didapatkan di rumah sakit.
Malnutrisi relative merupakan masalah umum pada pasien dengan masalah kritis. Nutrisi
parenteral total hiperalimentasi intervena) atau pemberian makanan melalui selang dapat
memprbaiki malnutrisi dan meungkinkan pasien untuk menghindari gagal napas sehubungan
dengan nutrisi buruk pad aotot inspirasi.
7
2.5.10 Monitor Semua Sistem terhadap Repons Terapi dan Potensial Komplikasi
Rata-rata mortalitas 50-70%, dapat menimbulkan gejala sisa saat penyembuhan. Prognosis
jangka panjang baik. Abnormalitas fisiologis dari ringan sampai sedang yang telah dilaporkan
adalah abnormalitas obstruksi terbatas, defek difusi sedang dan hipoksemia selama latihan.
(Somantri, 2007)
Komplikasi utama ARDS meliputi infeksi nosokomial, barotraumas berat, gangguan curah
jantung, toksisitas oksigen, fibrosis paru progesif, kegagalan system organ multiple
(nekrosis tubulus akut, koagulopati, miokardiopati, disfungsi hepatic, disfungsi system saraf
pusat, perdarahan gastrointestinal, ileus), dan kematian.
Komplikasi yang mungkin terdapat pada ARDS :
2.6.1 Abnormalitas obstruktif terbatas (keterbatasan aliran udara)
2.6.2 Defek difusi sedang
2.6.3 Hipoksemia selama latihan
2.6.4 Toksisitas oksigen
2.6.5 Sepsis
(Hudak&Gallo, 1997).
BAB 3
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Identitas
8
Pada klien yang harus diketahui diantaranya : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung jawab biaya.
Keluhan yang sedang dialami oleh klien pada saat klien diperiksa atau meminta pertolongan
kepada tim kesehatan.
3.1.3.1 Provoking Incident : apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab sesak napas?
3.1.3.4 Severy of pain : seberapa jauh rasa sesak yang dirasakan klien ?
Mengkaji apakah klien sebelumnya pernah menderita ARDS, tanyakan obat-obat yang biasa
diminum saat dahulu
B1 (BREATHING)
9
Inspeksi :
Bentuk dada dan pergerakan pernapasan.
Palpasi :
-Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan.
-Getaran suara (fremitus vokal).
Perkusi :
biasanya akan didapatkan resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi
Bunyi yang terdengar melalui stetoskop ketika klien berbica disebut sebagai resonan vokal.
B2 (BLOOD)
B3 (BRAIN)
Pada pengkajian objektif, klien tampak dengan meringis, menangis, merintih, meregang, dan
menggeliat.
B4 (BLADDER)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Oleh karena itu, perawat
perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok.
B5 (BOWEL)
Klien biasanya mengalami mual, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan.
B6 (BONE)
10
Gejala yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap, jadwal
olahraga menjadi tak teratur.
3.2 DIAGNOSA
3.2.1 gangguan pertukaran gas yang b.d hipoksemia secara revesible/menetap, refaktori dan
kebocoran interstisial pulmonal/ alveolar pada status cedera kapiler paru.
3.2.2 ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d adanya bronkhokonstriksi, akumulasi secret
jalan napas, dan menurunya batuk efektif.
3.2.3 kelebihan volume cairan b.d edema pulmonal, penurunan aliran balik vena, penurunan
curah jantung atau terapi deuretik.
3.2.4 gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan
napsu makan.
3.2.6 koping keluarga tidak efektif b.d kurang sosialisasi, kecemasan, depresi, tingklat aktifitas
rendah, dan ketidakmampuan untuk bekerja.
3.3 INTERVENSI
11
DX : Gangguan pertukaran gas b.d hipoksemia secara reversible atau menetap refrakteri
dan kebocoran interstisial pulmonal atau alveolar pada ststus cedera kapiler paru.
Tujuan :
- dalam waktu 2x24jam setelah diberikan intervensi keperawatan tidak terjadi gangguan
pertukaran gas
Kriteria Hasil : Menunjukkan perbaikkan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan GDA
dalam rentang normal.
Lakukan pemberian terapi oksigen Akumulasi secret dan berkurangnya jaringan paru
yang sehat dapat mengganggu oksigenasi organ vital
dan jaringan tubuh
Kolaborasi pemilihan pemberian cairan Tujuan utama terapi cairan adalah untuk
mempertahankan parameter fisiologi normal.
Mekanisme patogenitas peningkatan permeabilitas
alveokapiler mengakibatkan edema interstitial dan
alveolar. Pemberian cairan yang berlebihan pada
orang normal dapat menyebabkan edema paru dan
gagal napas. Pilihan koloid versus vairan kristaloid
12
untuk menggantikan terapi masih dianggap
controversial. Meskipun seiring perkembangan
teknologi, pengukuran berat badan harian akurat
(kecendurungan) sering merupakan indicator penting
terhadap ketidakseimbangan cairan.
13
Tujuan : dalam waktu 2x24jam setelah diberikan intervensi keperawatan, bersihan jalan napas
kembali efektif.
Kriteria hasil :
- Pernapasan klien normal (16-20x/menit) tanpa ada penggunaan otot bantu napas. Bunyi
napas normal, Rh -/- dan pergerakan pernapasan normal.
Kaji kemampuan klien mengeluarkan sekresi, Pengeluarna akan sulit bila secret sangat kenal
catat karakter, volume sputum, dan adanya (efek infeksi dan hidrasi yang tidak adekuat).
hemoptisis. Sputum berdarah bila ada kerusakan (kavitasi)
paru atau luka bronchial dan memerlukan
intervensi lebih lanjut.
Berikan posisi semifowler/fowler tinggi dan Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru
bantu klien latihan napas dalam dan batuk dan menurunkan upaya bernapas. Ventilasi
efektif. maksimal membuka area atelektasis dan
meningkatan gerakan secret ke dalam jalan
napas besar dan dikeluarkan.
Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 Intake cairan yang adekuat dapat membantu
ml/hari kecuali tidak diindikasikan. mengencerkan secret sehingga secret lebih
mudah untuk dikeluarkan.
Bersihkan secret dari mulut dan trachea, bila Mencegah obstruksi dan aspirasi. Pengisapan
perlu lakukan pengisapan (suction). diperlukan bila klien tidka mampu
mengeluarkan sekret.
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : Agen mukolitik menurunkan keketanaln dan
perlengketan sekret paru untuk memudahkan
14
Agen mukolitik pembersihan.
3.4 EVALUASI
3.4.1 Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih dan
ronchi(-)
3.4.2 Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
3.4.3 Pasien dapat menunjukkan keadaan volume cairan normal dengan tanda tekanan
darah, berat badan, urine output pada batas normal.
3.4.4 Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya secara verbal. Mengakui dan
mau mendiskusikan ketakutannya, rileks dan rasa cemasnya mulai berkurang.
15
BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Bakta I made, dkk. 1996. gawat darurat di bidang penyakit dalam. Jakarta : EGC.
Somantri Irman. 2007. asuhan keperawatan pada pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapas. Jakarta : Salemba medika.
Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
17